Professional Documents
Culture Documents
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.L
Usia
: 15 tahun
Alamat
: Kp. Cimuncang
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
:Ibu rumah tangga
Nama Suami : Tn Y
Usia
: 29 tahun
Alamat
: Kp. Cimuncang
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
Masuk RS
: 16-01-2016, jam 09.00 WIB
Keluar RS
:20-01-2016
Keterangan
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mulas mulas
Anamnesa Khusus
Autoanamnesa :
G1P0A0 merasa hamil 8 bulan datang dengan keluhan mulas-mulas sejak 1
minggu SMRS. Mulas yang dirasakan hilang timbul dan tidak bertambah kuat.
Tidak ada lendir bercampur darah yang keluar dari jalan lahir. Tidak ada cairan
bening yang keluar dari jalan lahir. Gerakan janin mulai terasa sejak 4 bulan yang
lalu. Gerakan janin dirasakan aktif dan masih dirasakan hingga saat ini.
Pasien juga mengeluhkan adanya darah yang keluar dari jalan lahir sejak 1
minggu SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar dan berjumlah banyak.
Pasien mengaku menghabiskan 1-2 pembalut dalam sehari namun dalam 3 hari
terakhir darah yang keluar jumlahnya sedikit. Pasien mengaku sebelumnya terjatuh
dari tangga kemudian terjadi pendarahan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol.
Riwayat Obstreti
Kehamilan
ke
1
Tempat
Penolong
Umur
kehamilan
Cara
BB
persalinan lahir
Kehamilan Saat Ini
Jenis
kelamin
Usia
Keadaan:
hidup/mati
Riwayat Marital:
Menikah pertama kali istri pada usia 14 tahun dan suami pada usia 25 tahun.
Haid
Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 17 juni 2015, siklus teratur,
jumlah darah yang keluar biasa dan disertai nyeri saat haid. Lamanya haid 35 hari. Partama kali menstruasi pada usia 13 tahun.
KB
Tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
Prenatal Care
Pasien kontrol kehamilan di bidan sebanyak 4 kali. Terakhir pasien prenatal
care adalah 1 minggu yang lalu.
R
S
: 20 kali/menit
: 36,5oC
Status Generalis:
Kepala
konjungtiva
Sklera
Leher
KGB
: anemis (+/+)
: ikterik (-/-)
: tidak teraba
Thorak
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstrimitas
: Cembung lembut
:Tidak edema
Status Obstetrik
Pemeriksaan Luar:
TFU
LP
Letak Anak
His
BJA
TBBA
Inspekulo
Perabaan fornises
Pemeriksaan Dalam:
Vulva
: 25 cm
: 94 cm
: Kepala, puki, 5/5
: 1-2kali/10 menit, lama his 20 detik
: 148 kali/menit, regular
: 1620 gram
: fluksus : tidak ada kelainan
: terdapat benjolan berjumlah 3 buah di sinistradextra, berukuran 0,5x0,5 cm s/d 1x1 cm, berbentuk
bulat, berbatas
Vagina
tegas,
permukaan
tidak
rata,
Portio
Pembukaan
Ketuban
Bagian terendah
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Palpasi
Perkusi/auskultasi
Inspekulo
Pemeriksaan Dalam:
Vulva
: tebal, lunak
: tertutup
: sdn
: sdn
Vagina
tegas,
permukaan
tidak
rata,
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin (16/01/2016)
Hb
: 10,0 g/dL
Ht
: 30 %
Leukosit
: 11.450 / mm3
Trombosit
: 257.000 / mm3
Eritrosit
: 3,35 juta/mmol
Immunoserologi (19/01/2016)
Rapid test HIV : non reaktif
DIAGNOSA
G1P0A0 Gravida 29-30 Minggu D/ Prematur Kontraksi + Kondiloma Akuminata +
Susp. HIV + Anemia
TERAPI
Observasi KU, TTV, HIS, BJA
Infus RL 500 cc 20 gtt
Cek hematologi rutin, urin rutin
4
Nifedipin 3 x 20 mg
Dexamethasone 2 x 1 ampul
Pro USG
Cek rapid test HIV
Pro konsul dokter spesialis kulit dan kelamin
FOLLOW UP
Tanggal
Catatan
Instruksi
17/01/16
18/01/16
19/01/16
20/01/16
DIAGNOSA AKHIR
G1P0A0 Gravida 29-30 minggu D/ Prematur Kontraksi + Kondiloma Akuminata +
Anemia
PERMASALAHAN
Apakah Diagnosis Pada Pasien Ini Sudah Tepat?
Pasien belum pernah melahirkan dan ini merupakan kehamilan ke-1 dan
pasien menyangkal pernah mengalami abortus
G1P0A0
Pasien merasa hamil 8 bulan, gerakan janin terasa 4 bulan yang lalu,
HPHT 17 Juni 2015, TFU 25 cm
Gravida 29-30 minggu
Pasien mengeluhkan mules sejak 1 minggu SMRS, hilang timbul dan tidak
bertambah kuat. Belum ada tanda-tanda in partu. Usia kehamilan 29 - 30
minggu
dextra dan berjumlah 1 buah di vagina, berukuran 0,5x0,5 cm s/d 1x1 cm,
berbentuk bulat, berbatas tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat,
nyeri (+)
Kondiloma Akuminata
Pasien mengaku ada perdarahan sejak 1 minggu SMRS dan pada
pemeriksaan fisik tampak konjungtiva anemis +/+, serta pemeriksaan
laboratorium ditemukan kadar Hb 10,0 g/dL
Anemia
PROGNOSIS
Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam.
Qou ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi ad bonam.
Fungsi seksual dan menstruasi ad bonam karena pasien masih tetap bisa
menstruasi seperti biasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prematur Kontraksi
Prematur kontraksi adalah kontraksi yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu.
9
2.1.1 Etiologi
a.
b.
c.
d.
e.
Fetal
Maternal (Stress psikologis yang dialami oleh ibu)
Infeksi ( bakterial vaginosis, PMS, ISK, korioamnionitis )
Iskemia
Distensi uterus
2.2.2 Patogenesis
(CRH)
plasma
maternal
akan
ikut
dehydroepiandrosterone
sulfate
(DHEAS)
yang
kemudian
dan produksi
adalah
terjadi
akan
mengaktifkan
jejaring
sitokin
yang
akan
11
ekstraseluler pada khorion, amnion atau serviks uteri. Peningkatan IL-1 dan
TNF akan meningkatkan aktivasi makrofag, dan hal ini akan meningkatkan
prostaglandin, aktivasi sitosidal, peningkatan IL-6, IL-8, GM-CSF, TNF
dalam fibroblas dan I-CAM 1. Peningkatan produksi Prostaglandin Plasenta
(PGs) memulai atau menambah kontraksi rahim dan prostaglandin yang terbentuk
akan mengubah ikatan kolagen dan hidrasi jaringan dengan mengubah komposisi
kompleks proteoglikan. Selain itu juga akan menigkatkan enzim kolagenase yang
disebut juga matrik metalloproteinase-1, elastase dan proliferasi PDGF. Perubahan
semua ini akan meningkatkan kontraksi uterus, terjadinya dilatasi serviks, dan
pecahnya selaput amnion hingga pada akhirnya terjadi persalinan prematur.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan
plasenta. Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari
faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin
menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi
kontraksi miometrium.
kompleks
DNA/NF-kB
akan
merekrut
protein
lain
seperti
koaktivator dan RNA Polimerase untuk mengubah DNA menjadi RNA yang
akhirnya akan dihasilkan protein fungsional yang mempengaruhi fungsi sel.
Protein
ini
NF-kB
yang terdapat
di amnion,
13
menjadi prostaglandin oleh aktivasi dari COX2 yang tinggi. Tingginya COX2
juga akan menyebabkan penarikan fungsional progesteron melalui interaksi
dengan reseptor progesteron ,dan ini akan meningkatkan prostaglandin).
Peningkatan prostaglandin akan merangsang pelepasan mediator inflamasi.
Ikatan antara TNF dengan TNF
reseptor-1 akan meningkatkan
hubungan TRADD dengan pro-kaspase-8, selanjutnya terjadi pengaktifan
kaspase-8, kemudian mengaktifkan kaspase-3 dan menyebabkan terjadi apoptosis.
Proses apoptosis sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Ekspresi gen kaspase-3
yang berlebihan akan menyebabkan terjadi apoptosis yang berlebihan. Bila
terjadi terus menerus akan menyebabkan kerusakan sel selaput amnion yang
strukturnya terdiri dari satu lapis sel, serta mengurangi kerapatan antara masingmasing sel, sehingga terjadi degradasi matriks ekstraseluler yang memudahkan
terjadinya robek selaput ketuban. Kenaikan aktivitas konstitutif NF-kB terlihat
dalam sel-sel amnion yang berfungsi untuk meningkatkan ekspresi COX-2. Rasio
fosforilasi IKB untuk jumlah protein meningkat dengan lamanya persalinan,
mencerminkan tingginya aktivasi dari jalur NF-kB. Dilatasi serviks, kontraksi
uterus dan ketuban pecah menyebabkan terjadi persalinan premature.
2.1.3 Diagnosis
Gejala awal
Rasa nyeri/tegang pada perut bawah
Nyeri pinggang
Rasa penekanan pada jalan lahir
Bertambahnya cairan vagina
Perdarahan/perdarahan bercak/lendir bercampur darah
Gejala definitif :
Kontraksi uterus yang teratur ( 1 kali atau lebih dalam 10 menit) kasus :
1-2 kali dalam 10 menit
Perubahan serviks seperti :
Pembukaan serviks 2 cm
Pendataran
2.1.4 Penatalaksanaan
KONTRAKSI PREMATUR
Kontraksi umur kehamilan
Kontraksi uterus
Perubahan serviks
USG
KTG
14
Tirah baring
Pemberian obat tokolitik
Pemberian obat pematangan paru
Terapi berhasil
Terapi gagal
dosis jaga diberikan salbutamol per oral 3x4 mg per hari selama 7 hari.
Isoksuprin
: diberikan per infus dengan kecepatan 0,25-0,5
mg/menit (1,5-3 cc/menit) bisa dinaikkan 1 mg/menit. Dua jam setelah
kontraksi menghilang, dilanjutkan dengan pemberian 10 mg/3-6 jam
secara IM selama 12-24 jam kemudian dianjurkan dengan pemberian
keadaan hipotensi.
Terbutalin
: 250 g secara IV dilanjutkan dengan pemberian per
infus 10 g/menit. Pengobatan dipertahankan sampai 8 jam, kemudian
dilanjutkan dean pemberian subkutan 250 g setiap jam selama 24 jam.
lain
KONTRA INDIKASI
Pemberian Parenteral/Oral
Kontraksi menghilang
pemberian
Oral
8. Pemberian obat untuk pematangan paru Lanjutkan
janin, diberikan
pada Per
semua
wanita
hamil 24-34 minggu yaitu deksamethason 6 mg tiap 12 jam (IM) sampai 4
dosis atau Betametason 12 mg (IM) sampai 2 dosis dengan interval 24 jam.
9. Pemberian MgSO4 untuk proteksi otak janin, loading dose 4 gram MgSO4
(10 cc MgSO4 40%) dilarutkan dalam 100 cc ringer laktat diberikan selama
15-20 menit. Setelah habis loading dose dilanjutkan dengan dosis rumatan 8
gram dilarutkan dalam 500 cc RL. Tetesan 20 gtt/ menit selama 4 jam
16
Gejala
Kebanyakan pasien hanya mengeluhkan adanya lesi, yang dinyatakan tanpa
Tanda-Tanda Fisik
18
2.2.6 Diagnosis
Dalam beberapa kasus diagnosis kondiloma akuminata sulit ditetapkan,
karena langka dan memiliki gambaran klinis yang berbeda-beda. Adapun cara
diagnosis yang menjadi poin kunci sebagai berikut:
a.
Periksa dengan cahaya yang baik, sebuah lensa yang mungkin berguna untuk
b.
lesi kecil.
Pada pria, selalu periksa meatus, dan memiliki ambang yang rendah untuk
memeriksa daerah perianal proktoskopi untuk memeriksa lubang anus. Pada
wanita, selalu memeriksa daerah perianal dan melakukan pemeriksaan
c.
d.
19
2.
2.2.8 Pengobatan
Karena risiko penularan, serta risiko untuk pengembangan karsinoma sel
skuamosa, lesi umumnya harus diobati. Banyak metode pengobatan kondiloma
akuminata tetapi secara umum dapat dibedakan menjadi topikal, dan bedah.
1. Topikal
a.
Podophyllin
Podophyllin adalah bahan kimia yang paling terkenal dan paling banyak
Bedah Terapi
Elektrokauter
Elektrokauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma
akuminata di anus internal dan eksternal tetapi teknik ini memerlukan anestesi
lokal dan tergantung pada keterampilan operator untuk mengontrol kedalaman dan
lebar kauterisasi tersebut. Mengontrol kedalaman luka penting untuk mencegah
jaringan parut dan luka pada sfingter ani mendasarinya.
b.
Terapi Laser
Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan. Sebuah tingkat
keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan. Ini mirip dengan
20
Eksisi bedah
Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata
standar.
Konseling tentang PMS (Penyakit Menular Seksual) dan pencegahan
3.
penularannya.
Analisis apakah kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih
kompleks dengan hasil yang beragam.
2.2.10 Komplikasi
1. Fisik dan Psikoseksual Implikasi
Kondiloma Akuminata sering dianggap sebagai dampak dari gaya hidup
seksual yang buruk. Dapat menimbulkan perasaan cemas, rasa bersalah,
kemarahan, dan kehilangan harga diri, dan membuat kekhawatiran tentang
kesuburan masa depan dan risiko kanker.
2. Pra-Kanker dan Kanker
Pra-Kanker (vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia, yaitu VIN
(Vulva Intraepithelial Neoplasia), AIN (Anal Intraepithelial Neoplasia), dan PIN
(Penis Intraepithelial Neoplasia)) atau lesi invasif (vulva, dubur, dan kanker penis)
dapat muncul bersamaan dengan kondiloma akuminata, dan salah didiagnosa
sebagai kondiloma akuminata. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat
kemerahan terkait dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian dari
spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. F Gary Cunningham, Kenneth J Leveno, Steven LBloom, Jhon C Hauth,
Dwight J Rouse, Catherine Y Spong. Obstetri Williams. Edisi 23. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010
2. Wiknjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (ed.).Iilmu Kebidanan Edisi ke-4
Cetakan ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Pedoman Diagnosis dan Terapi dan Ginekologi RS.
DR. Hasan sadikin, Bagian Pertama Bandung. 2015
4. Ni nyoman Mestri Agustini, Ni Luh Kadek Alit Arsani. Infeksi Menular
Seksual dan Kehamilan. Seminar nasional FMIPA UNDIKSHA III tahun
2013. Hal 304-310.
5. Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of
Candylomata Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser and
Imiquimod. J of IMAB- Annual Procceding (Scientific Papers).
2012;18:246-9.
6. Dias EP, Gouvea ALF, Eyer
CC.
Condyoma Acuminatum:
its
22