You are on page 1of 89

ANATOMI, FISIOLOGI,

PEMERIKSAAN
FISIK SERTA PENYAKIT-PENYAKIT
PADA TENGGOROKAN
OLEH :
D E W I R E S M AWAT I
D E W I YA N T I S O L I K H A N
N I L A H E R M AWAT I S U T R I S N O

PEMBIMBING:

dr. ROSMINI, Sp.THT-KL

Pendahuluan
Tenggorokan adalah bagian dari leher yang
terdiri dari faring dan laring.
Tenggorokan memiliki sebuah selaput otot
yang dinamakan epiglottis yang berfungsi
untuk memisahkan esofagus dari trakea dan
mencegah makanan dan minuman untuk
masuk ke saluran pernapasan.
Tenggorokan terdiri dari 2 bagian:
Jalan makan (kerongkongan): Orofaring, hipofaring dan
esophagus
Jalan napas (tenggorok): Faring, laring dan trakea

Anatomi
dan
Fisiologi
Faring

Anatomi dan Fisiologi


Faring
Kantong fibromuscular yang merupakan ruang
utama traktus respiratorius dan traktus
digestive
Mulai dari basis cranii sampai setinggi vertebra
cervical VI.
Terdiri 3 bagian:
Nasofaring (Epifaring, Rhinofaring)
Orofaring (mesofaring)
Laringofaring (hipofaring)

Fungsi
Saluran makanan/minuman dlm proses
menelan
Saluran pernafasan
Resonansi suara
Drainase sekret
Pertahanan tubuh utk mencegah/melawan
infeksi Ring of Waldeyer
Mengatur ventilasi cavum tympani dgn
adanya tuba eustachius

Terletak di belakang cavum nasi, mulut dan


larynx, mirip corong dengan bagian atas yg
lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai
oesophagus.

Bagian Dalam Pharynx


Dibagi menjadi 3 bagian:
Nasopharynx
Oropharynx
Laringophaynx

NASOFARING
Bentuk mirip kubus
Atap dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis & pars
basillaris ossis occipitalis
Dasar dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yg
miring.
Dinding anterior dibentuk oleh aperture nasalis
posterior, dipisahkan oleh pinggir posterior septum nasi
Dinding posterior membentuk permukaan miring yg
berhubungan dengan atap
Dinding lateral pada tiap-tiap sisi mempunyai muara
tuba auditiva k pharynx

NASOFARING
Mempunyai fungsi respiratorik, terletak di atas palatum molle
dan merupakan lanjutan dari cavum nasi ke belakang.
Organ-organ yang penting pada nasofaring:
Adenoid
Fossa Rosenmuller
Torus tubarius dengan muara tuba auditiva

Orofaring
Letak: belakang cavum oris dan tebentang dari
palatum molle sampai ke pinggir atas epiglottis
Atap dibentuk oleh permukaan bawah palatum
molle dan isthmus pharyngeus
Dasar dibentuk oleh sepertiga posterior lidah dan
celah antara lidah dan permukaan anterior
epiglottis
Dinding anterior terbuka ke dalam rongga mulut
melalui isthmus oropharynx (isthmus faucium)
Dinding posterior disokong oleh corpus V.C II &
bagian atas corpus V.C III
Dinding lateral terdapat arcus palatoglossus dan
arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina

Orofaring mempunyai
berhubungan
dengan
makanan.

fungsi yang
pencernaan

Struktur yang terdapat:


Dinding poterior faring
Fosa tonsil
Tonsil: tonsil faringeal (adenoid), Palatina dan
lingualis Ring of Waldeyer
Uvula

Laringofaring
Letak: di belakang auditus larynges dan
permukaan posterior larynx
Terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai
pinggir bawah cartilage cricoridea

TONSIL
Dua massa jaringan limfoid, ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.
Berbentuk oval
Ada 3 macam tonsil (berdasarkan lokalisasi):
Tonsil faringea di nasofaring (adenoid)
Tonsil palatina di kanan & kiri orofaring (dalam fosa
tonsilaris)
Tonsil lingua ada 2 biji yang letaknya berdekatan
satu sama lain dipangkal lidah

Fungsi :
Pembentukan Lekosit terutama limfosit yg dibentuk
dlm folikel tonsil
Tempat penghancuran bakteri yang masuk melalui
hidung/mulut

Tonsila Palatina (Amandel)

Terletak pada fosa tonsil, yang terletak antara plika anterior dan plika
posterior

Tonsil mempunyai lekukan yang disebut kripta dan trabekula

Pada kripte sering terisi detritus, yang berisi epitil, limfosit, bakteri dan
sisa makanan

Tonsil Faring / Adenoid

Terletak di nasofaring, melekat pada dasar tengkorak.

Dibandingkan tonsil palatina kripte adenois lebih sedikit. Permukaan


adenoid terdiri dari epitel yang mengikat.

Tonsil Lingua

Ketiga macam tonsil ini satu sama lain dihubungkan oleh


jaringan limfe, sehingga membentuk suatu lingkaran
mengelilingi lumen yang disebut
Waldeyers ring

Pertahanan terhadap
kuman patogen
Penghasil antibodi
spesifik (Ig)
Penghasil limfosit
Berperan terhadap
proses imunologis

Palatum Molle
Batas-batas:

Depan : melekat pd palatum durum


Lateral : melekat pd ddg lateral faring
Belakang : bebas

Otot-otot:

M. Levator velli palatini:

Mengangkat palatum molle ke atas


Memperlebar ostium tuba auditiva

M.
M.
M.
M.

Tensor velli palatini: membuka tua auditiva


Palatoglossus : membuka isthmus faucium
Palatofaringeus : mengangkat faring waktu menelan
Uvula : memperpendek dan menarik uvula keatas

Fungsi:
Resonansi suara
Proses makan dan minum
Proses bernafas
Otot-otot yg berfungsi membuka tuba auditiva:
M. Salfingofaringeus, M. Levator velli palatini, M.
Tensor velli palatini

MEKANISME MENELAN
1. Fase oral volunter (sadar /
disengaja)
2. Fase faringeal
involunter/refleks
3. Fase esophageal
involunter/refleks

FASE ORAL
- Pengunyahan dilakukan pada sepertiga tengah
lidah
- Ujung lidah menekan palatum durum
- Gerakan lidah dari anterior ke posterior ~
kontraksi m. stiloglosus & palatoglosus
- Isthmus faucium menyempit
- Makanan terdorong ke orofaring

FASE FARINGEAL
- Bolus makanan menyentuh dinding belakang
faring
- laring telah diangkat & ditarik ke anterior
laring tertutup epiglottis
- palatum mole bergerak ke atas, hubungan
nasofaring & orofaring tertutup ~ gerakan m.
tensor palatini & m. levator veli palatine
- Pusat pernapasan di medula dihambat oleh
pusat menelan (disebut apnea deglutisio).

FASE ESOFAGEAL
- Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika
m. konstriktor faringis inferior berkontraksi
dan m. krikofaringeus berelaksasi
- Makanan dalam esofagus, mengikuti gerak
peristaltik lambung.

ANATOMI
DAN
FISIOLOGI
LARING

ANATOMI LARING
Merupakan bagian terbawah saluran nafas atas
Organ khusus yang mempunyai sphincter pelindung pada
pintu masuk jalan napas & berfungsi dalam pembentuka
suara.
Batas-batas:
Superior
: Aditus Laryngis
Inferior : batas caudal Cartilago Cricoidea

Kerangka Laring tersusun dari:


Os Hyoid yg bbtk huruf U
Beberapa tulang rawan yakni :

Cartilago
Cartilago
Cartilago
Cartilago
Cartilago
Cartilago

Thyroidea
Cricoidea
Arythenoidea
Corniculata (Santorini)
Cuneiformis (Wrisbergi)
Epiglottica

Os Hyoid dan Cartilago Thyroidea


A. Os Hyoid:
Permukaaan atas dihubungkan dengan
lidah, mandibula & tengkorak oleh
tendon dan otot-otot dgn fungsi :

Menarik laring keatas waktu menelan


Membuka mulut dan membantu
menggerakkan lidah ketika relaksasi

B. Cartilago Thyroidea
Hanya satu (tidak sepasang).
Merupakan tulang rawan hyalin terbesar
di bagian antero-superior laring.

C. Cartilago Cricoidea
Hanya satu (tidak sepasang) dibawah Cartilago
Thyroidea.
Merupakan tulang rawan hyaline.
Berbentuk lingkaran dan dihubungkan dengan
Cartilago Thyroidea dengan Lig. Cricothyroidea.
D. Cartilago Arythenoid
Sepasang (dua buah) dekat permukaan belakang
Laring.
Merupakan tulang rawan hyaline kecuali pada
processus vocalis dan apex yang terdiri dari tulang
rawan elastik.
Membentuk Articulatio Crico-arythenoid dengan
Cartilago Cricoidea.
E. Cartilago Corniculata
Sepasang (ki & ka) melekat pd Cart. Arythenoid di
apeks.
Merupakan tulang rawan elastik.

Otot-otot
Otot-otot yang melaksanakan gerakan Laring
dibagi:
Otot Ekstrinsik gerak keseluruhan Laring,
tdd.:

Suprahyoid : M. Digastricus, M. Geniohyoid, M.


Stylohyoid dan M. Mylohyoid.
Fungsi menarik Laring kebawah

Infrahyoid : M. Sternohyoid, M. Omohyoid dan M.


Thyrohyoid.
Fungsi menarik Laring keatas

Otot Instrinsik gerak sendiri-sendiri pd


Laring:

Bagian Lateral: M. Thyroepiglottica, M. Vocalis, M.


Thyroarythenoid, M. Aryepiglottica dan M.
Cricothyroid.
Bagian Posterior: M. Arythenoid Transversum, M.
Arythenoid Oblique dan M. Cricoarythenoid post.

FISIOLOGI
Fungsi laring:
1. Proteksi mencegah makanan dan benda
asing masuk ke dalam trakea
2. Respirasi mengatur besar kecilnya rima
glotis
3. Fonasi membuat suara dan menentuka
tinggi rendahnya nada
4. Menelan

+PEMERIKSAAN FISIK
TENGGOROKAN

+
Faring dan Rongga Mulut
Keluhan

kelainan di daerah faring pada


umumnya:

Nyeri tenggorok
Odinofagia
Rasa banyak dahak di tenggorokan
Disfagia
Rasa ada yang menyumbat

+
Pemeriksaan faring dan rongga
mulut

Dengan lampu kepala yg diarahkan ke rongga mulut:

Kedaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah & gerakan lidah

Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatel lidah
kemudian perhatikan:

Dinding belakang faring : warna, licin atau bergranula,


sekret (-/+) & gerakan arkus faring.

Tonsil : besar, warna, muara kripta, detritus (-/+), adakah


perlengketan,

Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi

Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor,


kista dan lain-lain.

Palpasi kelenjar liur mayor (parotis dan mandibular)

Laringoskopi Indirekta

Pasien duduk agak condong ke depan, leher agak fleksi

Kaca laring dihangatkan dulu dengan lampu spiritus


dicoba dulu pd kulit pemeriksa.

Sambil membuka mulut, instruksikan penderita untuk


menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan. Setelah
dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi
diantara ibu jari dan jari tengah. Pasien diinstruksikan
untuk bernafas secara normal.

Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai.


Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian
rupa sehingga tampak struktur di daerah hipofaring.

Untuk menilai gerakan pita suara

Aduksi: pasien mengucapkan iii

Abduksi dan melihat daerah subglotik : inspirasi dalam

+
Perhatikan:

Epiglotis yang berbentuk omega


Aritenoid berupa tonjolan 2 buah
Plika ariepiglotika yaitu lipatan yang menghubungkan
aritenoid dengan epiglottis
Rima glotis
Plika ventrikularis : warna, edema (+/-), tumor
Plika vokalis: warna, gerakan adduksi pada waktu
fonasi dan
abduksi pada waktu inspirasi, tumor dan lain-lain
Vallecula : benda asing (+/-)
Sinus piriformis : apakah banyak sekret

+
Laringoskopi Direk

Pemeriksaan laring dengan menggunakan teleskop dan


monitor video atau secara langsung menggunakan
laringoskop.

Pasien yg sensitif: diberikan anestesi silokain spray

PENYAKIT-PENYAKIT
PADA
TENGGOROKAN

Tonsilitis Akut
Peradangan

akut pada tonsil palatina.

Etiologi:

Streptococcus B-hemolitikus grup A,


Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes adalah penyebab terbanyak.
Dapat juga disebabkan oleh virus (EBV, H,
influenza, coxschakie)

Penularan terjadi melalui droplet.


Terjadi radang pada folikel tonsil edema dan
eksudasi.
Eksudat keluar ke permukaan, sehingga terjadi
penumpukan pada kripte detritus. (Hal ini
terjadi pada infeksi kuman streptokokus).

Gejala Klinis
Demam
Disfagi

/ Odinofagi
Foetex ex ore
Tanda airway obstruction seperti
pernapasan mulut, snoring
Malaise
Nyeri alih Otalgia

Terapi
Antibiotik

spectrum luas:Penisilin,
eritromisin.
Antipiretik
Obat kumur yang mengandung
desinfektan

TONSIL NORMAL

Pemeriksaan Tonsil

Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik ke dalam,


dilunakkan, lidah ditekan ke bawah, di bagian
medial.

Penderita disuruh bernapas :

Tak boleh menahan napas


Tak boleh napas keras-keras
Tak boleh ekspirasi atau mengucap ch

Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan


pole bawah tonsil

Pemeriksaan tonsil
A. Memeriksa besar tonsil
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :
T0 : Tonsil telah diangkat
T1 : Bila besarnya jarak arkus
anterior dan uvula atau tonsil masih berada dalam
fossa tonsilaris
T2 : Bila besarnya 2/4 jarak arkus
anterior
dan uvula
T3 : Bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T4 : Bila besarnya mencapai uvula atau lebih

Pemeriksaan tonsil
B. Memeriksa mobilitas tonsil
Digunakan 2 spatula
Spatula 1 :
diletakkan di atas lidah Spatula 2 :
posisi ujungnya vertikal menekan
jaringan peritonsil, sedikit lateral
dari arkus anterior, digerakkan ke
medial dan lateral

C. Memeriksa patologi dari


tonsil dan
Palatum Mole

Perhatikan anatominya
Perhatikan patologinya

Tonsilitis

akut : semua
merah, titik-titik putih pada
tonsil
Tonsilitis Kronik : arkus
anterior merah

Tonsilitis kronis
Faktor prediposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
Gejala dan tanda
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi detritus. Rasa mengganjal di
tenggorokan, napas berbau, tenggorokan terasa kering
Pengobatan
Terapi lokal ditunjukan pada higiene mulut dengan berkumur
Tonsilektomi

Tonsilitis Difteri

Penyebab tonsilitis difteri ialah kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk
gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas, yaitu hidung, faring dan laring

Gejala dan tanda


Kenaikan suhu tubuh, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, nyeri
menelan, tonsil edema ditutupi bercak putih kotor yang semakin lama semakin meluas dan
bersatu membentuk membran semu
Pengobatan

Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyalkit

Antibiotik penisilin/eritromisin 25-50 mg/kg/bb di bagi 3 dosis selama 14 hari

Kortikosteroid 1,2 mg/kg/bb/hari.

Abses Peritonsil

Suatu infeksi akut pada jaringan peritonsil/ pada connective tissue bed
dari tonsil yang bersifat terbatas dan berawal dari infeksi akut faucial tonsil
Disebabkan merembesnya infeksi akut dari tonsil kript/fossa supratonsil

Gejala dan tanda


sakit pada daerah tenggorokan, nyeri menelan, suara menjadi sengau,
trismus, malaise, sakit kepala, mulut bau dsn permukaan lidah diliputin
lapisan yang berwarna putih kotor, disfagi
Pengobatan
Antibiotik
Simtomatik
insisi

FARINGITIS AKUT

Radang akut yang mengenai mukosa faring dan


jaringan linfonoduler di dinding faring
Prediposisi berjangkitnya penyakit ini karena
turunnya daya tahan tubuh oleh berbagai sebab
infeksi virus influenza, common cold, makanan
yang kurang bergizi dan minum alkohol yang
berlebihan

Faringitis

Akut:

Faringitis Viral
Faringitis bacterial
Faringitis fungal
Faringitis gonorea

Etiologi
Penyebab

utama adalah virus antara lain


adenovirus, EBV, herpes simplex, dan
virus influensa A dan B
Bakteri: Kebanyakan kuman gram (+),
Streptokokus haemolyticus,
Pneumokokus, dan H. influenza.
Campuran bakteri gram (-) dan gram (+),
bahkan golongan anaerob.

Diagnosis

Anamnesis

Pada awal penyakit, terdapat keluhan rasa kering


atau gatal dan nyeri pada tenggorok, malaise, sakit
kepala, dan demam
Kadang didapatkan disfagia

Pemeriksaan Fisik

Mukosa faring hiperemia & edema terutama di lateral


band. Kadang didapat eksudat
Dinding posterior faring tampak granula yang besar
dan merah
Dapat disertai pembengkakan kelenjar limfe regional
leher

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

laboratorium (darah

lengkap)
Kultur dan usap tenggorokan: mencari
kuman penyebab

Penatalaksaan
Bila

virus : istirahat & minum yang cukup,


irigasi hangat pada tenggorok, analgetika,
antipiretik
Bila bakteri : sama dengan pada virus +
antibiotik.

Komplikasi

Bila daya tahan tubuh baik, jarang terjadi


penyulit.
Dapat terjadi penyebaran ke bawah, seperti :
laringitis, trakeitis, bronkitis, pneumonia.
ke atas melewati tuba eustakhius menimbulkan
otitis media akut
Bila penyebabnya S.pyogenes, dapat terjadi
komplikasi seperti pada tonsilitis akut.

FARINGITIS KRONIK

Suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan


melibatkan struktur kelenjar limfe
Terdapat 2 bentuk:

Faringitis kronik hipertrofikans


Faringitis atrofikans

Faktor predisposisi

Rinitis kronik,
sinusitis,
iritasi kronik oleh rokok,
minum alkohol,
inhalasi uap yg merangsang mukosa faring dan debu

Anamnesis
Didapatkan gejala
klinis:
Tenggorokan terasa
kering
nyeri menelan
lendir kental
rasa seperti ada benda
asing.

Pemeriksaan Fisik

mukosa faring mengalami kongesti disertai


lendir yang melekat pada mukosa faring
(hipersekresi)
Jika disertai hipertrofi jaringan limfoid di dinding
posterior mukosa faring -> faringitis kronik
hipertrofikans
Mukosa faring kering, tipis dan tidak mengkilat
-> faringitis atrofikans

Penatalaksanaan
Menghilangkan

penyebab atau kausa

(alkohol, rokok)
Jaringan limfoid yang hipertrofi dikaustik
dgn AgNO3 10%
Simptomatik

: antitusif, ekspektoran,
analgesik dan antiinflamasi

LARINGITIS AKUT
Penyebab infeksi virus atau bakteri, biasanya di dahului common cold
Gejala:
1. Suara membesar, nada rendah. Lalu parau, yang berat bisa afoni
2. Tenggorok terasa gatal, kering dan sakit untuk bicara
3. Batuk
4. Subfebril
Pemeriksaan: korda vokalis merah dan edem
Terapi:
5. Voice rest: diam
6. Antibiotik
7. Terapi simtomatis untuk influenza

LARINGITIS KRONIK
Laringitis yang berulang karena banyak bicara
Faktor predisposisi: rokok, debu/asap, alkohol
Gejala: batuk dan suara parau
Pemeriksaan: korda vokalis merah, tebal kaena
oedem yang lama (hipertrofi)
Terapi :
1. Vocal rest
2. Obati radang jalan nafas atas/bawah

Epiglotitis akut / laringitis supraglotik akut


Gejala: sakit menelan yang mendadak dan
hebat, panas tinggi, suara baik
Terapi:
1. Kortikosteroid deksamethasone 0,3 mg /
kgBB IM
2. Abses insisi
3. Trakeostomi bila sangat sesak

KARSINOMA LARING
Banyak pada usia 40 tahun
Sebagian besar epidermoid carsinoma
Pembagian menurut lokasi:
1. supraglotis: tumor pd plica ventrikularis,
aritenoid, epiglotis, sinus piriformis
2. Glotis: tumor pd korda vocalis
3. Subglotis: tumor d bawah korda vokalis

Gejala:
1. Suara parau
2. Rasa tidak enak d laring, sakit menelan atau
berbicara
3. Sesak nafas saat inspirasi
4. Pembesaran kelenjar stadium lanjut
Terapi:
5. Stadium 1 dan 4: radiasi
6. Stadium 2 dan 3: laringektomi

Abses Submandibula
Abses

submandibula disebut juga Angina


Ludwig/Angina Ludovici. Dimana terdapat
infeksi pada ruang submandibula yang
terdiri dari dua komparrtemen pada dasar
mulut yaitu sublingual space pada bagian
supeior dan submaxilary space pada
bagian inferior.
Merupakan salah satu kegawatdaruratan
pada THT karena penyakit ini dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas.

Etiologi
Infeksi

odontogenik (penyebab utama)


Fraktur mandibula
Trauma di daerah leher
Sialadenitis (inflamasi pada kelenjar liur)
Neoplasma
Tindakan nonsteril (tindik lidah)

Gejala klinis
Sakit

gigi
Nyeri pada daerah leher
Disfonia
Disfagia
Disatria
< 1/3 pasien datang dengan distres pernapasan
(dispnea, takipnea, dapat terdengar suara stridor)
Pembengkakan bilateral pada daerah submandibula
disertai tanda peradangan disekitarnya.
Lidah yang menonjol

Penatalaksanaan
Medikamentosa

: Antibiotik spektrum luas

& kortikosteroid
Bedah : Insisi dan drrainase dari abses,
trakeotomi/intubasi orotrakeal jika terdapat
gangguan jalan napas (emergensi)

Laringomalasia
Merupakan

kelainan kongenital yang


terjadi akibat kurang berkembangnya
kartilago yang menyokong struktur
supraglotis, kelainan kongenital laring
kemungkinan merupakan akibat kelainan
genetik atau embrionik.

Manifestasi klinis
Stridor inspirasi dan cekungan suprasternal pada
waktu lahir / beberapa minggu kemudian. Dimana
stridor sering hilang timbul dan kadang sangat
terdengar jelas.
keadaan ini cenderung memperburuk aktivitas pada
saat menangis, makan atau diletakkan pada posisi
supinasi.
Pd beberapa kasus, dpat mengganggu pertumbuhan
& kesukaran nafas lebih berat.
Pemeriksaan langsung : dapat terlihat laring yang
saling menempel pd saat menarik nafas.

Penatalaksanaan
Dapat

sembuh sendiri dan keluhan biasa


menghilang pada usia 2 tahun.
Terapi medis : mengentalkan formula makanan,
memberikan bayi makan sedikit-sedikit dengan
frekuensi yang sering dan dlam posisi tegak
lurus. Serta reposisi postur.
Terapi bedah : supraglottipati ( menyeimbangkan
pita suara & menghilangkan mukosa berlebih
pada aritenoid & epiglottopexy ( jika terjadi
obstruksi pada epiglotis)

You might also like