Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KASUS
IDENTITAS
Nama lengkap
: Ny. S.A.
Umur
: 47 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Masuk RS tanggal
: 14 Januari 2016
Bangsal
: Cempaka
I.
CEMPAKA
A. Keluhan Utama: kaki berdarah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan kedua kaki berdarah yang dirasakan
sejak 5 hari SMRS. Awalanya hanya luka kecil yang muncul sejak 2 bulan SMRS yang
semakin melebar dan tidak bisa sembuh, lalu lama kelamaan menjadi lebih dalam dan
sering mengeluarkan darah. Pasien juga mengeluh sering BAK pada malam hari (+), dan
BB nya menurun sejak 1 bulan SMRS, Mudah lapar (-), mudah haus (-),Riwayat trauma
(-), Nyeri (-), gatal (-), keluhan mual (+), muntah (-), BAB dalam batas normal. Lalu
pasien di diagnosis Diabetes melitus tipe 2 non obese dan dirawat bersama dengan dokter
bedah dengan diagnosis ulkus DM pedis bilateral.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat DM (-), Baru diketahui sakit DM saat periksa ke RS
2. Riwayat hipertensi (-)
3. Riwayat asma (-)
4. Alergi obat dan atau makanan/minuman(-)
5. Riwayat mondok (-)
RM01
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (-), nyeri perut(-), diare (-), sembelit (-)
Sistem urogenital
Sistem integumentum
Sistem muskuloskeletal : gerakan otot dan tulang bebas (+), nyeri sendi/otot (-).
II.
DATA OBJEKTIF (15 Januari 2016 PUKUL 17.00 WIB) DI BANGSAL CEMPAKA
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Baik, compos mentis
2. Tanda Utama : TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, isi & tegangan cukup, teratur, simetris
Suhu
: 36,8C per axilla
Pernapasan : 20 x/menit, tipe thorakoabdominal
3. Antropometri :
TB : 159 cm
BB : 50 kg
IMT : 19,7 kg/m
4. Pemeriksaan Umum
a. Kulit: sianosis (-), pucat (-), ikterik (-), rash (-)
b. Otot: eutrofi (+), tonus baik (+), tanda radang (-), kekuatan: 5/5/5/5,
c. Tulang: tanda radang (-), deformitas (-)
d. Sendi: tanda radang (-), gerakan bebas (+)
5. Pemeriksaan Khusus dan Status Interna
a. Kepala
RM02
- Bentuk
Mata
- Hidung
- Sinus
- Mulut
:
:
:
:
:
Palpasi:
- Ictus kordis tidak teraba
Pulmo
-
Perkusi:
- Batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi:
- Suara jantung:
S1-S2 reguler, bising jantung (-),
gallop (-)
Inspeksi:
Bentuk dada simetris (+) N
Nafas thorakoabdominal (+)
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi (-)
Palpasi:
Fremitus suara hemithorak dextra =
sinistra (+)
Pergerakkan dada kesan simetris
Perkusi:
Sonor pada semua lapang paru,
Pemeriksaan batas paru hepar SIC V
Auskultasi:
Suara paru: Suara dasar vesikuler +/+,
suara tambahan -/-.
d. Abdomen
- Inspeksi: tanda peradangan (-)
- Auskultasi: peristaltik usus (+) normal, metalic sound (-)
- Perkusi: timpani (+), nyeri ketok ginjal (-), undulasi (-)
- Palpasi: supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien ttb
e. Ekstremitas
Pemeriksaan
Perfusi akral
Pulsasi a. Brachialis
Pulsasi a. Dorsalis Pedis
Kekuatan
Superior
Dextra/Sinistra
Hangat
+/+, kuat
5/5
Inferior
Dextra/Sinistra
Hangat
+/+, kuat
5/5
RM03
Reflek fisiologis
+/+, N
+/+, N
HASIL
NILAI
RUJUKAN
UNIT
Leukosit
7,4
4.0-10
10e3/ul
Eritrosit
3,39 L
4.00-5.50
10e3/ul
Hemoglobin
9,4 L
11.0-16.0
gr/dl
Hematokrit
27,6
32-44
MCV
81,4
81-99
Fl
MCH
27,7
27-31
Pg
MCHC
34,1
33-37
Gr/dl
643 H
150-450
10e3/ul
HEMATOLOGI
Trombosit
70,6 H
50-70
Lymposit%
14,7
20-40
%
RM04
Monosit%
5,1
3-12
Eosinofil%
1,0
0,5-5,0
Basofil%
0,3
0-1
Neutrofil#
7,55
2-7
10e3/ul
Lymposit#
3,33
0,8-4
10e3/ul
Monosit#
0,32
0,12-1,2
10e3/ul
Eosinofil#
0,21
0,02-0,50
10e3/ul
Basofil#
0,03
0-1
10e3/ul
Masa Perdarahan
230
<6
Masa Penjendalan
800
<12
397 H
70-140
mg/dl
174 H
70-116
mg/dl
Glukosa 2 jam PP
381 H
85-140
mg/dl
KIMIA
PARAMETER
HASIL
NILAI RUJUKAN
UNIT
Urinalisa
PH
5,5
Kuning-jernih
Urinalisys strips
Bj
1.020
1.005-1.030
Urinalisys strips
Negative
Negative
Urinalisys strips
Negative
Negative
Urinalisys strips
Glukosa
Positif (++)
Negative
Urinalisys strips
Darah
Positif (+)
Negative
Urinalisys strips
Keton
Protein
RM05
Nitrit
Negative
Negative
Urinalisys strips
Urobilin
Positif (+)
Negative
Urinalisys strips
Leukosit
Positif (25-35)/LP
Positif (0-2_/LP
Eritrosit
Positif (15-20)//LP
Negatif (0)/LP
Epithel
Positive (6-10)/LP
Positive (6-10)
Silinder hyalin
Negative
Negative
Silinder leukosit
Negative
Negative
Silinder granula
Negative
Negative
Kristal oxalat
Negative
Negative
Kristal urat
Negative
Negative
Kristal triple
phospat
Negative
Negative
Kristal amorf
Negative
Negative
Trivhomonas
Negative
Negative
Bakteri
Negative
Negative
Jamur
Negative
Negative
Bilirubin
Urinalisa
EKG : NSR
III. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis klinis : ulkus DM pedis bilateral
2. Status anestesi : ASA II
IV. PLANNING DAN PERSIAPAN PRE-OPERASI
a. Puasa 8 jam sebelum induksi anestesi
RM06
: Ny. S.A.
Umur
: 47 tahun
Bangsal/ kelas
: Cempaka kelas I
Diagnosis Pra-Bedah
Jenis tindakan
: Debriedement
Ahli anestesi
Ahli bedah
Perawat anestesi
: Sutikno
Jenis anestesi
: Regional Anestesi
Regimen induksi
Obat
Ondansentron 4 mg
Ketorolac 30 mg
RM07
Infus
Jumlah Cairan
Infus:
a. Infus
: RL 20 tpm
b. Antibiotika
c. Analgesika
d. Anti muntah
: Ondansentron 4 mg (k/p)
g. Lain-lain
:-
VI. PROGNOSIS
ad bonam
BAB II
DASAR TEORI
A. DIABETES MELLITUS
I.
DEFINISI
KLASIFIKASI
Tipe
II
Tipe
lain
Tipe
Diab
Autoimun
Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin
Endokrinopati
Infeksi
etes
Meli
9
tus
Gest
atio
nal
III.
DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula glukosa
darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun
kapiler tetap dapat digunakan dengan memperhaikan angka-angka kriteria
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk
tujuan
pemantauan
hasil
pengobatan
dapat
dilakukan
dengan
10
IV.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
Pilar Penatalaksanaan DM
Edukasi
Terapi gizi medis
Latihan jasmani
Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani.
11
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan
lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan
seperti orangtua, gangguan faal ginal dan hati, kurang nutrisi, serta penyakit
kardiovaskuler, tidak dianjurkan untuk penggunaan sulfonilurea jangka panjang.
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan
penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat yaitu Rpaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan
diekskresi secara cepat melalui hati.
a. Penambah Sensitivitas terhadap Insulin
Tiazolidindion
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan
jumlah
protein
penngangkut
glukosa,
sehingga
b. Penghambat Glukoneogenesis
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum
kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misal penyakit serebrovaskular, sepsis, renjatan, gagal
jantung). Metformin dapat membeerikan efek samping mual. Untuk
12
Algoritma pengelolaan DM II
13
badan yang sering ditemukan pada pasien yang mendapat terapi insulin. Kombinasi
obat metformin atau glitazon dengan insulin yang telah diberikan pada seorang pasien
diabetes melitus dapat menyederhanakan jadwal pemberian insulin. Penambahan obat
golongan inhibitor alfa-gluosidase juga dapat mengurangi jumlah suntikan insulin per
harinya.
B.
gula darah karena salah satu sebab yaitu adanya kekurangan insulin relatif atau
absolut atau karena resistensi insulin. Kadar gula darah tergantung dari produksi dan
penggunaan gula darah tubuh. Selama pembedahan atau sakit/stres terjadi respon
katabolik dimana terjadi peningkatan sekresi katekolamin, glukagon, kortisol, tetapi di
sana juga terjadi penurunan sekresi insulin. Jadi pembedahan menyebabkan
hiperglikemia, penurunan penggunaan gula darah, peningkatan glukoneogenesis,
katabolisme protein.
Respon tersebut dipacu tidak hanya oleh nyeri tetapi juga oleh sekresi,
peptida seperti interleukin I dan berbagai hormon termasuk growth hormon dan
prolaktin. Efek pembiusan pada respon tersebut sangat bervariasi. Analgesia epidural
tinggi dapat menghambat respon katabolik terhadap pembedahan dengan cara blokade
aferen. dan saraf otonom. Teknik narkotik dosis tinggi (fentanyl 50 /kg) sebagian
dapat mencegah respon stres, sedangkan anestesia umum mempunyai efek
menghambat yang lebih kecil, meskipun dengan pemberian konsentrasi tinggi
(2,1MAC halotan).
C.
darah, maka pemilihan obat anestesi dianggap sama pentingnya dengan stabilisasi dan
pengawasan status diabetesnya. Beberapa obat yang dipakai untuk anestesi dapat
mengakibatkan perubahan di dalam metabolisme karbohidrat, tetapi mekanisme dan
14
memproduksi kortisol jika digunakan dengan dosis tinggi selama pembedahan. Obatobat golongan ini akan menurunkan stimulasi simpatis, tetapi merangsang sekresi
growth hormone dan akan menyebabkan penurunan respon glikemia pada
pembedahan. Efek-efek ini minimal jika midazolam diberikan pada dosis sedatif,
tetapi dapat bermakna jika obat diberikan secara kontinyu melalui infus intravena
pada pasien di ICU.
untuk transport glukosa menyeberang membran sel dan secara tak langsung melalui
peningkatan aktifitas simpatis sehingga meningkatkan glikogenolisis di hati. Menurut
Greene
penggunaan
halotan
pada
pasien
cukup
memuaskan
pertumbuhan,
peningkatan kadar gula atau penurunan kadar insulin. Penelitian invitro halotan dapat
menghambat pelepasan insulin dalam merespon hiperglikemia, tetapi tidak sama |
pengaruhnya terhadap level insulin selama anestesi. Sedangkan enfluran dan isofluran
tak nyata pengaruhnya terhadap kadar gula darah.
sirkulasi. Meskipun hal ini tidak relevan selama anestesia singkat jika propofol
digunakan untuk pemeliharaan atau hanya sebagai obat induksi. Keadaan ini dapat
terlihat pada pasien-pasien yang mendapat propofol untuk sedasi jangka panjang di
ICU. Obat-obat anestesi intra vena yang biasa diberikan mempunyai efek yang tidak
berarti terhadap kadar gula darah kecuali ketamin yang menunjukkan peningkatan
kadar gula akibat efek simpatomimetiknya.
D.
blokade regional yang lain, dapat mengatur sekresi hormon katabolik dan sekresi
insulin residual. Peningkatan sirkulasi glukosa perioperatif, konsentrasi epinefrin dan
kortisol yang dijumpai pada pasien non diabetik yang timbul akibat stres pembedahan
dengan anestesia umum dihambat oleh anestesia epidural.
16
E.
kontinyu
eratif
ml/kg/jam) Regular
insulin Unit/jam =
Hagedorn)
Glukosa plasma :
150
Preop
Intra
Regular
insulin
Infus
D5W
Sama
operattf
dengan preoperatif
Pasca
operatif
Sama
dengan preoperatif
Tabel:
1.
mencegah metabolisme
(1
Metode lainnya adalah dengan memberikan insulin kerja pendek dalam infus
secara kontinyu. Keuntungan teknik ini adalah kontrol pemberian insulin akan lebih
17
tepat dibandingkan dengan pemberian NPH insulin s.c atau i.m. Dan 10 sampai 15
unit RI dapat ditambahkan 1 liter cairan dekstose 5% dengan kecepatan infus 1 - 1,5
ml/kg/jam (1 unit/jam/70 kg). Pemberian infus dextrose 5% (1 ml/kg/jam) dan insulin
(50 unit RI dalam 250 ml NaCl 0,9%) melalui jalur intravena yang terpisah akan lebih
fleksibel. Apabila terjadi fluktuasi gula darah, infus RI dapat disesuaikan berdasarkan
rumus dibawah ini (Rumus Roizen):
Atau
100
pada pemakaian steroid, obesitas, terapi insulin dalam jumlah tinggi dan
infeksi
diberikan intra vena. Kalium dapat ditambahkan tetapi hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Infus lain diberikan lewat kanul yang sama sebagai berikut:
1.
2.
Infuskan dengan larutan 0,5-1 /jam (5-10 cc/jam dengan pompa infus).
3.
Ukur kadar gula darah tiap jam dan sesuaikan dengan kebutuhan insulin seperti di
bawah ini :
18
Kadar
gula
Kebutuhan insulin
darah
4,4
( 80 )
4,4 -
Matikan
glukosa IV
Kurangi insulin menjadi
6,6
9,9
9,9 -
13,2
>
13,75
Regimen lain untuk pemberian infus glukosa insulin dan kalium (GIK) dikenal
beri
pompa,
Kadar gula
Infus insulin
19
5 cc/jam (1 unit/jam)
10 cc/jam (2 unit/jam)
15 cc/jam (3 unit/jam)
20 cc/jam (4 unit/jam)
F.
metabolik pasien stabil dan pasien sudah boleh makan. Infus glukosa dan
insulin dihentikan hanya setelah pemberian subkutan insulin kerja pendek.
Setelah pembedahan besar, infus glukosa dan insulin harus diteruskan sampai
pasien dapat makan makanan padat. Pada pasien-pasien ini, kegunaan dari
suntikan subkutan insulin kerja pendek sebelum makan dan insulin kerja
sedang pada waktu tidur dianjurkan selama 24-48 jam pertama setelah infus
glukosa dan insulin dihentikan dan sebelum regimen insulin pasien
dilanjutkan. Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau
hiperglikemia pasien pasca bedah terutama terdapat keterlambatan bangun
atau penurunan kesadaran. Harus dipantau kadar gula darah pasca bedah.
VII.
o
PEMBAHASAN
20
induksi lidocain HCL 100 mg, obat dengan ketorolac 30mg dan ondancentron 4mg.
Penggunaan regional anestesi dipilih dari segi jenis operasi, faktor resiko penderita,
dan keuntungan dan kerugian dalam proses pemilihan jenis anestesi untuk pasien.
Penggunaan anestesi lokal baik yang dilakukan dengan teknik epidural atau
subarakhnoid tak berefek pada metabolisme karbohidrat. Untuk prosedur pembedahan
21
pada pasien yang menderita insufisiensi vaskuler pada ekstremitas bawah sebagai
suatu komplikasi penderita, teknik subarakhnoid atau epidural lebih memuaskan dan
tanpa menimbulkan komplikasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anestesia-Operasi
23
24
Yogyakarta, 22 Januari
2016
Preceptor,
M.kes
25