Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan
adanya penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran timpani utuh
tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut.
B.
Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa, sehingga sekret
nasofaring lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba yang pendek.
Arah tuba bervariasi pada anak, sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah
100. Sedangkan pada dewasa 450. Sudut antara tensor veli palatine dengan
kartilago bervariasi pada anak-anak tetapi relatif stabil pada dewasa. Perbedaan ini
dapat membantu menjelaskan pembukaan lumen tuba ( kontraksi tensor veli
palatini ) yang tidak efisien pada anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi
sampai dewasa. Densitas elastin pada kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi
densitas kartilago lebih besar. Ostmann fat pad lebih kecil volumenya pada bayi.
Pada anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat
menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.
C.
ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi,
faktor lingkungan dan sosial. Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang
negatif, abnormalitas imunologi, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
diperkirakan menjadi faktor utama dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab
lainnya termasuk hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor
nasofaring, barotrauma, terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau
rinitis. Merokok dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi
adenoid yang juga merupakan patogenesis timbulnya OME.
terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat
akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan
menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.
Obstruksi tuba Eustachius ytang menimbulkan terjadinya tekanan negatif di
telinga tengah akan diikuti retraksi membran timpani. Orang dewasa biasanya
akan mengeluh adanya rasa tak nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan
akibatnya timbul gangguan pendengaran ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin
tidak muncul gejala seperti ini. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu
lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah,
menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa. Kejadian ini
sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas dan
sejumlah gangguan pendengaran mengikutinya
Infeksi
Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya
2.
3.
Status Imunologi
epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi jaringan. Dengan
demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman.
Alergi
D.
GEJALA KLINIS
Penderita OME jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering
terlambat diketahui. Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam telinga,
terdengar bunyi berdengung yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan
pendengaran dan rasa nyeri yang ringan. Dizziness juga dirasakan penderitapenderita OME. Gejala kadang bersifat asimtomatik sehingga adanya OME
diketahui oleh orang yang dekat dengan anak misalnya orang tua atau guru.
Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-narik
telinga mereka atau merasa seperti telinganya tersumbat.
Pada kasus yang lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan
perkembangan berbahasa. Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam
berkomunikasi dan keterbelakangan dalam pelajaran
E.
PATOFISIOLOGI
Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media
akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah
memiliki sebuah episode dari otitis media akut, sebanyak 45 % memiliki efusi
persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini menurun menjadi 10 % setelah 3
bulan.
Terdapat 3 fungsi utama tuba eustachius yaitu ventilasi untuk menjaga agar
tekanan udara antara telinga tengah dan telinga luar selalu sama, pembersihan
sekret dan sebagai proteksi pada telinga tengah. Gangguan fungsi yang dapat
disebabkan oleh sejumlah keadaan dari penyumbatan anatomi peradangan
sekunder terhadap alergi , infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau trauma. Jika
gangguan fungsi tuba eustachius berlangsung terus-menerus, tekanan negatif
berkembang dalam telinga tengah dari penyerapan dan atau penyebaran nitrogen
serta oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah. Jika berlangsung cukup lama
dengan sejumlah besar yang sesuai, terjadi transudasi dari mukosa akibat tekanan
negatif yang menyebabkan terjadinya akumulasi serosa dengan dasar efusi yang
steril. Disebabkan gangguan fungsi dari tuba eustachius, efusi menjadi media
yang baik untuk perkembangbiakan bakteri dan bisa mengakibatkan terjadinya
otitis media akut.
Hampir keseluruhan otitis media efusi disebabkan gangguan fungsi tuba
eustachius. Apabila peradangan dan infeksi bakteri akut telah jelas, kegagalan dari
mekanisme pembersihan telinga tengah memungkinkan terjadinya efusi pada
telinga tengah. Banyak faktor yang telah terlibat dalam kegagalan dari mekanisme
pembersihan , termasuk gangguan fungsi siliar, edema mukosa, hiperviskositas
efusi, dan tekanan udara antar telinga tengah dan telinga luar yang tidak baik
F.
DIAGNOSIS
Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang
bermakna sesuai dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan primer
atau dokter anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif maupun
spesifik, banyak anak justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada anak penderita
OME berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif gambaran membran timpani
sulit dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan. Namun enamnesis dan pemeriksaan fisik tetap sangat berperan
dalam mendiagnosis OME.
Anamnesis
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini
disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tua
mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa
anak mempunyai problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah,
bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secara
tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolahsekolah.
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering
adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh sampai
dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME biasanya
mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan
berulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan
kesulitan menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume saat
menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan keluhan telinga
anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik daun
telinganya.
Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan
pemeriksaan
otoskopi,
timpanogram,
audiogram
dan
kadang
tindakan
Otoskopi
b.
c.
d.
e.
f.
relatif tidak berubah sejak pertama diperkenalkan pada tahun 1864. Pemeriksaan
otoskopi pneumatik selain bisa melihat jenis perforasi, jaringan patologi, dan
untuk membrana timpani yang masih utuh bisa juga di lihat gerakanya
( mobilitas ) dengan jalan memberi tekanan positif maka membrana timpani akan
bergerak ke medial dan bila diberi tekanan negatif maka membrana timpani akan
bergerak ke leteral. Pemeriksaan otoskopi pneumatik merupakan standar fisik
diagnostik pada OME.
Timpanometri
Timpanometer adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari sistem
variasi bentuk timpanogram akan tetapi pada prinsipnya hanya ada tiga tipe, yakni
tipe A, tipe B, dan tipe C.
Pada penderita OME gambaran timpanogram yang sering didapati adalah
tipe B. Tipe B bentuknya relatif datar, hal ini menunjukan gerakan membrana
timpani terbatas karena adanya cairan atau pelekatan dalam kavum timpani.
Grafik yang sangat datar dapat terjadi akibat perforasi membrana timpani,
serumen yang banyak pada liang telinga luar atau kesalahan pada alat yaitu
saluran buntu.
Pemerikasaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan didalam
kavum timpani yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan otoskopi saja.
Audiogram
Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai ambang tulang dan
udara.
Gangguan pendengaran lebih sering ditemukan pada pasien OME dengan
cairan yang kental (glue ear). Meskipun demikian beberapa studi mengatakan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara cairan serus dan kental terhadap
gangguan pendengaran, sedangkan volume cairan yang ditemukan di dalam
telinga tengah adalah lebih berpengaruh.
Pasien dengan OME ditemukan gangguan pendengaran dengan tuli
konduksi ringan sampai sedang sehingga tidak begitu berpengaruh dengan
kehidupan sehari-hari. Tuli bilateral persisten lebih dari 25 dB dapat mengganggu
perkembangan intelektual dan kemampuan berbicara anak. Bila hal ini dibiarkan
bisa saja ketulian bertambah berat yang berakibat buruk bagi pasien. Akibat buruk
ini dapat berupa gangguan local pada telinga maupun gangguan yang lebih umum,
seperti gangguan perkembangan bahasa dan kemunduran dalam pelajaran sekolah.
Pasien dengan tuli konduksi yang lebih berat mungkin sudah didapatkan fiksasi
atau putusnya rantai osikel.
Garis pedoman OME yang disusun bersama oleh AAFP, AAOHNS dan
AAP menyatakan bahwa audiologi merupakan salah satu komponen pemeriksaan
pasien OME. Pemeriksaan audiometrik direkomendasikan pada pasien dengan
10
OME selama 3 bulan atau lebih ,kelambatan berbahasa, gangguan belajar atau
dicurigai terdapat penurunan pendengaran bermakna. Berdasarkan beberapa
penelitian, tuli konduksi sering berhubungan dengan OME dan berpengaruh pada
proses mendengar kedua telinga, lokalisasi suara, persepsi bicara dalam
kebisingan. Penurunan pendengaran yang disebabkan oleh OME akan
mengahalangi kemampuan awal berbahasa yang didapat.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan untuk
skrining OME, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik banyak membantu diagnosis penyakit ini.
CT Scan sangat sensitive dan tidak diperlukan untuk diagnosis. Meskipun
CT scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis media missal
mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun adanya kolesteatoma. CT scan
penting khususnya pada pasien dengan OME unilateral yang harus dipastikan
adanya massa di nasofaring telah disingkirkan.
G.
PENATALAKSANAAN
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan penting.
11
KOMPLIKASI
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran
12
BAB III
KESIMPULAN
OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam
melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan
anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan
guru sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang
dan saling terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk
menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis
OME. Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometric untuk
pemeriksaan fisik sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan
operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin,
dekogestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif
meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan
adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam
menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:
FKUI, 2001.
Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
Irwan AG. Sugianto. Atlas bewarna teknik pemeriksaan kelainan telinga hidung
tenggorok. FK UNSRI. Penerbit buku kedokteran EGC
Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens]
Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/
Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC
Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10 screens] Cited
15 Juni 2009. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/ 9Admin .
2009. Otitis Media Akut. [15 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from:
http://www.medlinux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html.
14