You are on page 1of 6

Tuberkulosis Paru

Pengertian
Penyakit Tuberkulosis (TB/TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Kuman Tuberkulosis
Bakteri ini adalah sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan
tebal 0,3 0,6/m. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam (asam
alkohol) sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis. Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab bahkan dapat tahan bertahun-tahun pada lemari
es (keadaan dingin). Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat hidup dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun. Sebagian besar kuman menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lain (Dep Kes, 2003).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa


Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi
klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.

Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apex paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain,
sehingga bagian apex ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk/bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan kemudian menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas
atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lain (Dep.Kes, 2003). Saat Mycobacterium
tuberculosae berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri
yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC
ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel
paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini
akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak
ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

PATOGENESIS

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif, maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.

Tuberculosis primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB Paru. Penularan
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar

menjadi Droplet nuclei di udara

sekitar. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar paru jika ukurannya <5 mikrometer. Kuman
akan dihadapi pertama oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakheobronkial bersama
grakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau focus Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru.
Bila menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit terjadi limfadenopati regional kemudian
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadilah penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB
milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Lesi primer paru-paru dinamakan focus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Semua proses ini memakan
waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:

Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.

Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic. Kalsifikasi di


hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya >5 mm dan 10%
diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karea kuman yang dormant.

Berkomplikasi dan menyebar secara:


per kontinuinatum, yakni menyebar ke sekitarnya
secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun baru yang di sebelahnya.
Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus
secara limfogen ke organ tubuh lainnya
secara hematogen ke organ tubuh lainnya

Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.


Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB Paru. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur), kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang
bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan
mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberculosis Pasca Primer (tuberculosis post primer = tuberculosis sekunder)
TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer,
tuberculosis sekunder dapat terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Ciri khas dari TB Paru pasca primer adalah kerusakan
Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tuberculosis pasca primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru, Invasinya adalah ke daerah parenkim paru.
Mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
tuberkel yaknisuatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans(sel besar
dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. Tergantung
dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini dapat berkembang menjadi :

direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

sarang yang mula-mula meluas tapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan perkapuran. Sarang
dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat
sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek dan membentuk
jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini
mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik).

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni :


1. sarang yang sudah sembuh. Sarang ini tidak perlu pengobatan lagi
2. sarang aktif eksudatif. Sarang ini memerlukan pengobatan yang lengkap dan sempurna
3. sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan,
tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi
pengobatan yang sempurna pula.
Tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50 % dari penderita TB Paru akan meninggal, 25 % akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular.

You might also like