You are on page 1of 18

Kasus.

Tn A 45 tahun, BB 60 kg datang ke UGD dengan luka


bakar karena tersiram air panas 1 jam yl, pada :
wajah, dada, lengan kanan. Pasien mengeluh nyeri
hebat pada luka, ada bullae, dasar luka berwarna
merah/pucat,lebih tinggi diatas kulit normal. T=90/60
mm hg, N= 120x/mt. RR= 28x/mt.
Pertanyaan
1. Tn A mengalami luka bakar derajat berapa?
2.Berapa luas luka bakar Tn A ?
3.Masalah keperawatan yang muncul ?
4.Rencana tindakan pada fase awal (8 jam I dan 16
jam selanjutnya ?)

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR


( COMBUSTIO)
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja,
baik dirumah, tempat kerja, bahkan dijalan atau ditempat tempat lain. Luka bakar
menjadi masalah oleh karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kematian
umumnya terjadi dalam waktu 7 hari pertama masa perawatan ( masalah jangka pendek ),
sementara sisa kasus yang bertahan hidup menghadapi masalah tersendiri, antara lain
lamanya masa perawatan antara 40 148 hari rawat dan penyulit yang timbul ( masalah
jangka panjang ).
Penyebab luka bakar bermacam macam, bisa berupa api, cairan panas,
uap panas, bahan kimia, aliran listrik dan radiasi. Luka bakar yang terjadi akan
menimbulkan kerusakan kulit yang dapat mempengaruhi berbagai system tubuh.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Unit Luka Bakar RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, selama tahun `98, ternyata inti permasalahan terletak pada
kekurangan dalam penilaian dan penatalaksanaan pertama, khususnya tindakan resusitasi

cairan pada fase syok yang akan sangat menentukan kondisi maupun tindakan
selanjutnya ( Yefta Moenadjat, 2001 ).
Syok hipovolemik pada fase akut menyebabkan hipoksi jaringan yang
berlanjut dengan kegagalan fungsi organ organ penting, seperti ginjal, paru, otak, hepar,
dan jantung. Kondisi hipoksi ini, menginduksi terjadinya proses respons inflamasi
sistemik ( Systemic inflammatory response syndrome ) dan berakhir dengan kematian;
yang selalu diduga sebagai sepsis.
20 tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar,
mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini, orang
dewasa dengan luka bakar seluas 75%, mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan ini
bukan hal yang luar biasa, jika pasien mendapatkan perawatan yang serius di unit
perawatan khusus luka bakar ( Feller & Jones, 1987 dalam Christantie Effendi, 1999 ).

LUKA BAKAR

Pengertian
Luka baker adalah kerusakan jaringan tubuh / cedera traumatic yang disebabkan
kontak dengan sumber panas ( Api, cairan panas, bahan kimia, listrik dan radiasi ).
Fase Luka Bakar
1. Fase Awal / Akut / Shock
Pada fase ini, terjadi gangguan saluran nafas karena adanya cedera inhalasi dan
gangguan sirkulasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termis yang bersifat sistemik.
2. Fase Setelah Shock Berakhir / Diatasi / Subakut
Luka terbuka akibat kerusakan jaringan ( kulit dan jaringan dibawahnya )
menimbulkan masalah, antara lain :
a) Proses inflamasi
Luka Bakar ( LB ) lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein.
Reaksi inflamasi local, kemudian berkembang menjadi reaksi sistemik
dengan dilepasnya zat zat yang berhubungan dengan proses imonologik,
yaitu kompleks lipoprotein yang menginduksi respons inflamasi sistemik.
b) Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.
c) Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi ( evaporative heat loss
) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3. Fase Lanjut
Berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Permasalahan yang terjadi adalah timbulnya penyulit dari LB berupa parut
hipertropik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan
jaringan atau organ organ strukturil.
LUKA BAKAR
Patofisiologi Luka Bakar ( HudakMAYOR
& Gallo : Critical Care Nursing : A Holistic
Approach )
Sel darah
Merah

Laju metabolisme
Glukoneogenesis

Anemia

Glukogenolisis
Kebutuhan O2

Aldosteron

Sekresi
Adrenal

Faktor Depresan
Miokard
Pelepasan Katekolamin

Aliran
Ginjal

Vasokonstriksi
Aliran ke Limpa

Retensi Na+

LFG
Gagal Ginjal

Kehilangan
H2O

Insufisiensi
Miokard

Hipovolemia

Curah Jantung
Asidosis

Hipoksia Hepatik
Gagal Hepar

Kehilangan K+

PATOFISIOLOGI

Gangguan sirkulasi yang terjadi pada LB disebabkan perubahan permiabilitas


kapiler,perubahan tekanan onkotik dan hidrostatik yang diikuti ekstra pasasi cairan
dengan manifestasi hipovolemikdan penimbunan cairan intersisiel.
Sel-sel endotel (epitel tunika intima) membulat (edema) dengan penambahan jarak
interseluler,menyebabkan ekstrapasasi cairan intravascular ke ruang intersisiel;dalam hal
ini tidak hanya cairan saja tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit.Keseimbangan
tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi ke distal terhambat,
menyebabkan gangguan perfusi sel/jaringan organ.
Pada LB ekstensif dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh,penimbunan cairan massif di jaringan intersisiel menyebabkan hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami deficit sehingga timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan {SYOK}.
Reaksi yang timbul akibat gangguan system keseimbangan tubuh (homeostasis) adalah
vasokonstriksi pembuluh-pembuluh kapiler. Sirkulasi dipertahankan melalui kompensasi
organ pemompa (jantung) untuk memenuhi kebutuhan organ-organ vital di tingkat sentral
(otak,jantung dan paru). Manifestasi klinik yang timbul adalah meningkatnya aktifitas
pernafasan (cepat dan dangkal), peningkatan aktifitas jantung (palpitasi dan takikardi),
gangguan sirkulasi otak (disorientasi,gelisah, dan penurunan kesadaran). Manifestasi
akibat vasokonstriksi perifer adalah penurunan suhu core dan permukaan, penurunan
produksi urine serta gangguan system pencernaan.
KEBAKARAN RUMAH, LEDAKAN MOBIL DAN AWAN PANAS GUNUNG
BERAPI
Tidak hanya terjadi LB tetapi juga menghirup udara panas atau keracunan CO yang
menyebabkan gangguan saluran nafas akhirnya dapat terjadi GAGAL NAFAS dan
KEMATIAN.
KERACUNAN CO
Terbakar dalam ruangan tertutup yang menyebabkan hipoksia yang cepat pada otak
karena CO mengikat Hb lebih cepat O2.
Terapi : O2 100%; pemantauan gejala gangguan oksigenasi; dan monitor kadar karboksiHb.
LB PADA WAJAH, BIBIR,RAMBUT, HIDUNG DAN LEHER
Trauma pada saluran nafas yang mengakibatkan sulit bicara,menelan, dispnea, stridor
(akibat edema saluran nafas) akhirnya terjadi obstruksi saluran nafas.
Tindakan yang dilakukan adalah :
1. Intubasi/trakheostomi
2. Monitor pengeluaran secret
3. Pemeriksaan AGD
4. Bronkoskopi/laringoskopi
LB AKIBAT LISTRIK

Kerusakan jaringan tubuh akibat :


1. Arus listrik merupakan energi dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik
melalui bagian tubuh yang kontak dengan sumber listrik (LUKA MASUK)
dialirkan melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (cairan
darah/pembuluh darah) dan melalui bagian tubuh yang kontak dengan bumi
(LUKA KELUAR) dialirkanke bumi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local
maupun sistemik (ensefalopati, fibrilasi ventrikel,rabdomiolisis, gagal ginjal, dsb).
2. Loncatan energi yang ditimbulkan udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat dip[erkirakan
luasnya . Kerusakan system pembuluh darah mengakibatkan trombosis dan oklusi
kapiler disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik
LB BAHAN KIMIA
Terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang mengakibatkan gangguan proses penyembuhan.
LETAK ANATOMIK LB
1.
2.
3.
4.

Kepala,leher dan dada mengakibatkan komplikasi pulmonal


Wajah mengakibatkan abrasi kornea
Telinga mengakibatkan kondritis auricular dan rentan terhadap infeksi
Tangan dan persendian memberikan dampak cacat fisik menetap sehingga
berakibat kehilangan pekerjaan, kehilangan waktu untuk bekerja dan memerlukan
terapi fisik dan okupasi yang lama.
5. Area perineal terjadi autokontaminasi oleh urine dan feses sehingga mudah
infeksi.
6. LB sirkumferensial ekstremitas menyebabkan penebalan pembuluh darah dan
mengarah pada gangguan vascular distal.
7. LB sirkumferensial toraks menyebabkan inadekuat ekspansi dinding dada dan
insufisiensi pulmona
KEPARAHAN LB (Yefta Moenajat,2001)
1. Cedera LB Minor
a. LB derajat II < 15 %
b. LB derajat III < 2%
2. Cedera LB Sedang
a. LB derajat II 15-40%
b. LB derajat III < 10% kecuali muka, tangan dan kaki
3. Cedera LB Mayor
a. LB derajat II > 40%
b. LB derajat III pada muka, tangan, kaki atau > 10% di tempat lain.
c. LB karena listrik

d. LB disertai trauma jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan


luas LB atau jaringan lunak luas atau fraktur.
INDIKASI RAWAT INAP
1.
2.
3.
4.
5.

LB Derajat II > 15% pada dewasa dan >10% pada anak


LB Derajat II pada muka, leher, tangan, kaki dan perineum
LB Derajat III > 2% pada dewasa dan setiap derajat III pada anak
LB disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas
LB karena sengatan listrik tegangan tinggi

KOMPLIKASI LB
Curling Ulcer, GGA, sepsis, pneumonia, dekubitus, deformitas, kontraktur dan hipertropi
Jaringan parut.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. ANAMNESE
1. Riwayat trauma/terpapar sumber panas (api, cairan panas,zat kimia,listrik dan
radiasi)
2. Riwayat terkurung dalam ruang tertutup
3. Riwayat terpapar suatu ledakan
4. Riwayat terjatuh dari ketinggian tertentu setelah terpapar pada sumber panas
misalnya : fraktur pada ekstremitas
5. Riwayat medis, penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit
yang dapat melemahkan kemampuan untuk mengatasi perpindahan cairan dan
melawan infeksi (missal : DM, gagal jantung kongestif, sirosis) atau masalahmasalah ginjal,pernafasan dan gastrointestinal.
6. Usia pasien, orang yang usianya lebih muda dari 2 tahun atau kurang dari 4 tahun
(0 1 tahun) dan lebih tua dari 60 tahun mempunyai angka mortalitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya dengan keparahan LB yang
sama. Usia kurang dari 2 tahun lebih mudah terkena infeksi karena respons imun
imatur,sedangkan usia diatas 60 tahun mempunyai proses degeneratif yang
mempersulit penyembuhan.
7. Cedera yang bersamaan, seperti : anoksia, cedera kepala, penggunaan obat dan
intoksikasi, hipoglikemia atau miokard infark. LB tidak berdarah, setiap
perdarahan eksternal menunjukkan laserasi struktur yang lebih dalam.
8. Waktu kejadian dan lamanya kontak dengan sumber panas (menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan).

9. Riwayat pengobatan.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) PRIMER
a. Deteksi adanya tanda-tanda cedera inhalasi
b. Deteksi adanya eskar melingkar pada rongga toraks dengan tanda-tanda
distress pernafasan
c. Deteksi adanya tanda-tanda syok
2. SEKUNDER
a. Penentuan lokasi LB (Kepala, leher,dada,wajah,telinga,tangan dan persendian
area perineal,dsb
b. Penentuan Luas LB
1) Rule of Nine
2) Diagram Bagan Lund and Browder yang spesifik dengan usia
3) Telapak tangan = 1%
c. Kedalaman LB
1) LB derajat I
- Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
- Kulit kering,hiperemik berupa eritema
- Tidak dijumpai bullae
- Nyeri
- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari
2) LB derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis, sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
- Ada bullae
- Nyeri
- Dasar luka berwarna merah/pucat, lebih tinggi diatas kulit
normal
DIBEDAKAN MENJADI 2
a) LB derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan meliputi bagian superficial dari dermis
- Organ kulit seperti folikel rambut,kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea masih utuh
- Penyembuhan secara spontan dalam waktu 10-14 hari
b) LB derajat II dalam (deep)
- Kerusakan hampir seluruh bagian dermis
- Organ kulit seperti folikel rambut,kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea masih utuh
- Penyembuhan lebih lama,tergantung biji epitel yang tersisa
Waktu lebih dari 1 bulan

3) LB derajat III
- Kerusakan pada seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih
dalam
- Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea rusak
- Tidak dijumpai bullae
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu ,pucat karena kering,
letaknya lebih rendah dari kulit sekitar
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis
(ESKAR)
- Tidak nyeri, hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan
- Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka
d. Khusus untuk LB listrik ditentukan luka masuk arus listrik dan luka
keluar arus listrik.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, AGD, GDS, Kortisol, Asam Laktat,
Serum Transaminase, SGOT/SGPT, Billirubin, Ureum dan Kreatinin
b. Urine : BJ, pH dan sediment
c. Mikrobiologi : kultur dan resistensi dengan bahan dari luka, tempat masuk
jalur IV dan kateter urine
d. Radiologi : Foto Toraks AP posisi tegak atau setengah duduk untuk evalua
Si
gambaran paru (deteksi adanya Acut Respiratory Distress
Syndrom/ARDS dan edema paru (sesudah hari ke 5) serta cek ujung kanul
CVP)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas,peningkatan
Tekanan hidrostatik kapiler,penurunan tekanan osmotic koloid kapiler, peningkatan
Kehilangan evaporatif. Peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan kapiler dan
Perpindahan banyak cairan di intra vascular ke intersisiel
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan CO dan atau cedera inhala
si atau obstruksi saluran nafas atas, inhalasi asap
3. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema tracheal, pelepasan epider
mal jalan nafas, depresi siliaris pulmonal akibat cedera inhalasi, efek inhalasi asap
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan LB sirkumferensial yang me
nyebabkan konstriksi
5. Hipotermi berhubungan dengan kerusakan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara

sekitarnya (mikrosirkulasi kulit, luka yang terbuka)


6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolic (hipermetabolisme) untuk penyembuhan luka
7. Nyeri berhubungan dengan trauma LB, kerusakan jaringan, pemajanan ujung
saraf,pengobatan
8. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, respons kerusak
an imun, prosedur invasif, immobilitas
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema, nyeri dan kontraktur
10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan LB
11. Risiko inefektif koping individu/keluarga berhubungan dengan nyeri, ketakutan, ansietas, perubahan citra tubuh, kemungkinan perubahan gaya hidup
12. Risiko gangguan body image berhubungan dengan akibat cedera LB (cacat,
kontraktur)
13. Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan dampak emosional dari LB
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
A. PENATALAKSANAAN AWAL
Prinsip secara umum :
1. Hentikan proses kombusio
Tindakan pertama dan utama adalah menghentikan kontak dengan
sumber panas untuk mencegah kerusakan lebih parah.
a. Api : hentikan dengan air atau bahan yang tidak mudah terbakar
(basah, bahan karung basah, dan handuk basah atau menyiram
dengan air
b. Pakaian (khususnya bahan mudah terbakar seperti nilon,
tetoron,dsb) segera dilepaskan.
c. Bila penyebabnya listrik, segera putuskan aliran listrik.
2. Upaya mencegah terjadinya kerusakan bertambah parah, apapun
penyebabnya segera netralisir dengan upaya menurunkan suhu dengan
cara mendinginkannya menggunakan kompres air dingin atau air mengalir
10 15 menit.
Margarin,minyak, kopi, dll akan menimbulkan reaksi dengan jaringan
yang menambah berat kerusakan jaringan termasuk terjadi infeksi.
Bila penyebabnya zat kimia (asam kuat) jangan diatasi dengan pemberian
zat kimia yang bersifat basa karena dapat menyebabkan reaksi dan
memperberat kerusakan, netralisir dengan air.

10

B. PERAWATAN LUKA BAKAR RINGAN


1. Mengatasi nyeri
.
a.Kompres air dingin selama beberapa saat. Suhu yang rendah memberi
efek anestesi (vasokonstriksi). Pemberian preparat mengandung
vehikulum jel (bioplacenton) memberikan rasa nyaman dan zat aktif
ekstrak placenta memacu proses epitelisasi dam proses penyembuhan
b.Pemberian analgetika ( oral, injeksi atau suppositoria)
2. Perawatan luka
.
a. LB derajat I diolesi vaselin atau krim pelembab tanpa antibiotika. Luka
boleh kena air.
b. LB derajat II superficial
@ Bila bulla relative kecil, biarkan, penyembuhan spontan. Tetapi bila
mengganggu, aspirasi tanpa membuang lapisan epidermis yang menutupi.
@
Bila bulla cukup luas/besar, lakukan insisi atau atau aspirasi dengan
spuit tanpa membuang lapisan epidermis. Kadang diolesi antibiotika topical
(krim ), tutup dengan tule dan kasa adsorben/hidrofil. Balutan tidak diganti
dan tidak kena air selama 5 7 hari, epitel yang lepas sudah melekat
kembali. Biological dressing memfasilitasi proses epitelisasi jaringan di
bawahnya.
Bagian tubuh yang terkena lakukan imobilisasi dalam tenggang waktu
tertentu untuk mempercepat proses penyembuhan
@ Diet TKTP dan pemberian vitamin ( A,D,E,K )dan mineral zenk (Zn).
C. PERAWATAN LB SEDANG DAN BERAT
@. Indikasi dirawat
. @. Ditangani oleh ahli bedah plastic atau ahli bedah terlatih
@. Prinsip penatalaksanaan mengacu pada pola penanganan traumatologi (ABC)
1 .Penatalaksanaan awal di klinik atau pusat pelayanan kesehatan
TRIAGE
Lakukan pengamatan pada Airway (A), Breathing Mechanism (B), and Circulation (C)
AIRWAY (A)
Monitor : sumbatan jalan nafas oleh benda asing,gumpalan darah dan sisa pembakaran.
Tindakan :

11

a. Lakukan pembersihan jalan nafas


b. Segera beri O2 8 10 liter/menit, gunakan sungkup dan posisi setengah
duduk
c. Sumbatan jalan nafas dilakukan krikotirotomi/trakheostomi ke dalam
saluran pernafasan. Pemberian O2 melalaui ETT
BREATHING ( B)
Monitor : Frekuensi nafas, adanya eskar yang melingkar di dinding dada, ada cedera
toraks lainnnya.
Tindakan :
a. Bila ada eskar melingkar pada dinding dada dilakukan eskarotomi
b. Bila ada tanda-tanda pneumotoraks atau hematotoraks dilakukan WSD
CIRCULATION (C)
Monitor : gejala-gejala dan tanda-tanda syok,gelisah (kesadaran menurun),kesadaran
Menurun, suhu akral dingin, nadi cepat dan pulsasi tidak teraba.
Tindakan :
RESUSITASI CAIRAN : Ringer Laktat
1.Jumlah cairan 3 X jumlah cairan yang diperkirakan hilang
2. Patokan bila syok terjadi, minimum 25% cairan hilang
Contoh :
Pasien dengan BB 70 kg ( Volume cairan tubuh 70% = kl 5 liter, maka cairan yang
Diberikan : 3 X 1,25 liter = 3,75 lite
3.Bila tidak ada gejala dan tanda syok gunakan FORMULA BAXTER/PARKLAND
DEWASA :
4 CC RL X % LB X KG BB
Cara pemberian :
a. Pada 8 jam I : 1/2 dari kebutuhan cairan
b. Pada 16 jam berikutnya : 1/2 dari kebutuhan cairan
( 8 jam II : kebutuhan cairan dan 8 jam III : sisanya)
FORMULA EVANS (1952)
Jumlah cairan yang diperlukan :
% LB X KG BB X 1,5 CC elektrolit + % LB X KG BB X 1 CC Koloid
+ 2000 CC Glukosa 10%
FORMULA BROOKE (1953)

12

% LB X KG BB X 1,5 CC Elektrolit + % LB X KG BB X 0,5 CC Koloid


+ 2000 CC Glukosa 10%
Pada ANAK- ANAK ;
2 CC RL X % LB X KG BB + Dosis Maintenance
Dosis Maintenance :
a. BB < 10 kg : 4 CC X KG BB X 24 Jam
b. BB 10 20 kg : 2 CC X KG BB X 24 Jam
c. BB > 20 kg : 1 CC X KG BB X 24
PEMANTAUAN (MENILAI SIRKULASI)
1.Menurut Yefta Moenajat (2001 )
a. Bila produksi urin < 0,5 ml/kg/jam maka jumlah cairan ditingkatkan 50% dari
jumlah cairan yang diberikan pada jam sebelumnya
c. Bila produksi urine > 1 ml/kg/jam maka jumlah cairan yang diberikan dikurangi
25% dari jumlah cairan yang diberikan sebelumnya.
2.Menurut Buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FK UI
a. Bila diurese < 1 CC /kg BB 2 jam berturut-turut, tetesan dipercepat 50%
b. Bila diurese > 2 CC/kg BB 2jam berturut-turut, tetesan diperlambat 50%
3. Monitor pula :
a. Tensi, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler
b Kesadaran
c Diurese
d. CVP
e

Hb, Ht, tiap jam,

4. Bila sirkulasi sudah stabil pasien boleh dirujuk


5. Selama fase syok tidak dibenarkan melakukan perawatan luka .

13

PERAWATAN LUKA
Penatalaksanaan penyembuhan luka mmerlukan :
1. Hidroterapi setiap hari dan tehnik-tehnik debridement
2. Mempertahankan nutrisi yang adekuat
3 Mencegah hipotermi
4. Mengendalikan nyeri
5. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi
6. Pengkajian dan pemantauan yang tajam terhadap luka
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
1. Analgetika, sedative, dan narkotik
2. Antibiotika ( profilaksis, terapeutik, topical dalm bentuk krim seperti Silver
Nitrate 0,5%, Mafenide Acetate 10%, Silver Sulfadiazine 1%, Gentamycin Sulfat).
3. Toxoid ATS
4. Antasida
5. Roboransia
KEBUTUHAN NUTRISI
Kebutuhan nutrisi untuk sehari :
Kebutuhan dewasa normal : 30 kal/kg BB/hari
Kebutuhan LB

: 35 kal/ % LB
_________________

Kebutuhan Total

: . . . . . . . . . . . . .kal

1. masuk 60% dari perhitungan.


NUTRITIONAL RESEARCH COUNCIL ON THERAPIUTIK NUTRITION
merekomendasikan Asupan kalori perhari berkisar :
35 kal/kg BB dengan 2 4 gram Protein/kg BB perhari

14

CURERI
DEWASA
Kebutuhan kalori 25/ kg BB ditambah 40 kal/ % LB
ANAK - ANAK
60 Kalori /kg BB dteritambah 35 kalosi/ % LB
Dengan formula ini sering terjadi kelebihan energi pada LB luas dan usila.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1 Bila terjadi distress pernafasan : AGD
I : Pertamakali pasien ditolong (resusitasi)
II : 8 jam I
III : 24 jam pasca trauma
2. Pemeriksaan Hb, Ht tiap 2 jam pada 2 hari I, tiap 2 hari pada 10 hari selanjutnya.
3. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
4. Pemeriksaan elektrolit setiap hari pada minggu I
5. GDS
6. Kultur jaringan pada hari I, III,VIII
RADIOLOGI
Foto thoraks/paru : 24 jam pasca trauma (bila permasalahan pada pernafasan telah
teratasi.
REHABILITASI
FISIK
a. Fisioterapi sedini mungkin : latihan pernafasan, pergerakan otot dan sendi
b. Posisi yang benar sesuai keadaan/lokasi LB yang dialami
a. Kegawatan psikologis kurang lebih 2 8 minggu pasca trauma LB
b. Pasien sulit menerima perubahan.

15

# Support
# Mengurangi nyeri
# Psikoterapi untuk mengatasi krisis orientasi
B..PENATALAKSANAAN RUJUKAN
Syarat
1. Aspek pasien : tidak distress pernafasan dan sirkulasi stabil
2. Prosedur rujukan :
a. Diagnosis dan masalah yang ada
b. Tindakan awal yang sudah diberikan
c. Obat-obat yang sudah diberikan
d, Alasan rujukan
3. Aspek transportasi : pasien dirujuk/diantar petugas
C. PENATALAKSANAAN DI RS RUJUKAN
1. Penatalaksanaan ABC traumatologi (Triage)
2. Penatalaksanaan di ruangan
PERMASALAHAN
1

JENIS CAIRAN
Evan Brooke : Pemberian koloid (darah) mengatasi penurunan Hb dan menarik
cairan yang mengalami pasasi ekstravaskular.
Baxter : Syok yang terjadi merupakan jenis hipovolemik yang hanya membutuhkan
pergantian cairan. Penurunan Hb terjadi akibat perlekatan eritrosit,trombosit dan
lekosit serta komponen sel lainnya pada dinding pembuluh darah (kapiler) yang
konstriksi menyebabkan anemia. Sementara dijumpai gangguan permeabilitas kapiler
dan kebocoran plasma menyebabkan koloid tidak efektif (masih ada konstriksi perifer dan permeabilitas kapiler) sehingga menambah beban jantung, paru dan ginjal, untuk itu dierikan Ringer Laktat (RL). Koloid diberikan setelah sirkulasi pulih
( > 24 36 jam ).

16

2. JUMLAH CAIRAN YANG DIBERIKAN


Patokan pemberian cairan terbaik adalah kondisi klinis yang memberikan perubahan
atau perbaikan sebagai reaksi terapi yang diberikan, bersifat sangat dinamis dari
waktu ke waktu.
Patokan klinis :
a. Produksi urin perjam

menggambarkan baik tidaknya sirkulasi perifer dan


cukup tidaknya cairan yang diberikan

b. Frekuensi pernafasan

menggambarkan fungsi paru secara langsung dan sir


kulasi secara tidak langsung. Bila terjadi edema paru
(pemberian cairan yang berlebihan atau penarikan
cairan ekstravaskuler ke intravaskuler tanpa penurun
an fungsi ginjal akan menyebabkan peningkatan frekuensi pernafasan

c. Kadar Hb dan Ht.

Vasokonstriksi dan hipovolemi memberikan gambar


an hemokonsentrasi Pemberian cairan yang adekuat
menyebabkan perbaikan kadar Hb dan rasionya terdap Ht.

d. Central Venous Pressure (CVP) memberikan informasi cairan yang ada dalam sirkulasi sistemik. Penurunan CVP

hipovolemi dan peningkatan

hiper

volemi.
3. Penentuan luas LB
a. Perhitungan luas LB pada saat luka belum dibersihkan.
b. Perhitungan luas LB pada dewasa berbeda dengan pada bayi dan anak-anak
c. Patokan luas telapak tangan pasien, bukan pemeriksa
d. Pemeriksa mengandalkan perhitungan dengan mata
4. Berat badan
Tidak melakukan penimbangan BB melainkan hanya mengandalkan perkiraan.
5. Medikasi
Pemberian obat-obatan seperti vasodilator dan bronchodilator. Sementara antibiotika
Indikasi dan efektifitasnya diragukan.

17

6.

Infeksi
Infeksi seringkali menjadi kambing hitam dari kesalahan penatalaksanaan yang
berakhir dengan kematian

DAFTAR PUSTAKA
. 2002. Kedaruratan Non Bedah dan Bedah, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Volume 3,
Jakarta, EGC
Christantie Effendi.1999. Perawatan Pasien Luka Bakar,Jakarta, EGC
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis, Edisi VI, Volume II, Jakarta : EGC
Yefta Moenajat. 2001. Luka Bakar, Edisi kedua, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

18

You might also like