Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Manda Malia Ubra
11 2014 037
Pembimbing : dr. Endang Soekmawati, Sp.KK
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Smf Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Periode 25 Januari 2016 27 Februari 2016
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala cinta kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul Dermatitis Kontak Alergi ini dengan baik. Referat ini
disusun selama menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin pada Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, sebagai salah tugas
dalam menjalankan kepaniteraan.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Endang Soekmawati,
Sp.KK atas bimbingan, bantuan, dan perhatiannya selama penulis
1 | DKA
pihak
sangat
penulis
harapkan
demi
kelengkapan
dan
Kudus,
Februari
2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi
kronis.1
2 | DKA
stratum
korneum
sehingga
mencapai
sel
epidermis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)
yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.3
4 | DKA
IV,
dimediasi
terutama
oleh
limfosit
yang
sebelumnya
etilendiamin
(cat
rambut,
obat-obatan),
korneum.
Status imunologik
Misal orang tersebut sedang menderita sakit, atau terpajan sinar
matahari.
Genetik
Faktor predisposisi genetic berperan kecil, meskipun misalnya
mutasi null pada kompleks gen fillagrin lebih berperan karena
alergi nickel Status higinie dan gizi
Sumber Penularan
Logam, logam pada pakaian, perhiasan,
Neomisin sulfat
agen katalisator
Biasanya terkandung dalam cream, obat
Balsam of Peru
Campuran wewangian
Thimerosal
Sodium gold tiosulfat
Formaldehida
Quaternium-15
Cobalt klorida
salep
Pengobatan topical
Kosmetik, wewangian
Antiseptik
Obat-obatan
Desinfektan, plastic
Desinfektan
Semen, galvanisasi, minyak industri,
Basitrasin
Metildibromoglutaronitril
agen pendingin
Obat salep, bedak
Kosmetik, bahan pengawet
fenoksilatanol
Campuran karba
Etilneurea melamin-formaldehida resin
Thiuram
p-Fenil diamin
Karet, lateks
Tekstil
Karet
Pewarna tekstil yang hitam atau gelap,
tinta printer
Bahan pengawet pada makanan
Bahan pengawet, kosmetik
Anastesi lokal
Obat-obatan
Bahan pelarut, semir sepatu, tinta
Garam merkuri
Krom
printer
Desinfektan, impregnasi
Semen, antioksidan, minyak industri,
6 | DKA
Cinnamic aldehihida
C. Epidemiologi
- Insiden dan Prevalensi Penyakit
Epidemiologi DKA sering terjadi. Penyakit ini terhitung sebesar
7% dari penyakit yang terkait dengan pekerjaan di Amerika Serikat.
Berdasarkan beberapa studi yang dilakukan, insiden dan tingkat
prevalensi DKA dipengaruhi oleh alergen-alergen tertentu. Dalam
data
terakhir,
memiliki
DKA
lebih
banyak
dibandingkan
perempuan
laki-laki
(18,8%)
(11,5%).
ditemukan
Namun,
harus
kontak
alergi
di
Indonesia,
namun
berdasarkan
oleh
karena
wewangian.3
Pola Paparan
Paparan alergen
obat
dan
topikal,
kemungkinan
tanaman,
terjadinya
nikel,
atau
sensitisasi
bervariasi tidak hanya pada usia, tetapi juga dengan faktor sosial,
7 | DKA
yang
lepromatosa,
beragam
dan
seperti
dermatitis
limfoma,
atopik
telah
sarkoidosis,
dikaitkan
kusta
dengan
D. Patogenesis
- Fase Sensitisasi
Bahan kimia yang dapat bersifat sebagai alergen biasanya berat
molekulnya kecil (berat molekul <500 Da), larut dalam lemak dan
ini disebut sebagai hapten. Hapten yang masuk ke dalam epidermis
melewati stratum korneum akan difagosit oleh sel langerhans, dan
diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom atau sitosol dan
kemudian berikatan dengan HLA-DR membentuk antigen lengkap.
Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya
berfungsi
sebagai
makrofag
dengan
sedikit
kemampuan
akan
mengaktifkan
8 | DKA
sel
langerhans
sehingga
mampu
(interleukin-1)
yang
akan
merangsang
sel
untuk
ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitasi.1,8
Fase Elisitasi
Fase elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang dari antigen yang
sama dengan kosentrasi yang sama. Terjadi 24-48 jam, dimana
terjadi proses yang cepat. Antigen yan telah dikenal itu akan
langsung mempengaruhi sel limfosit T yang telah tersensitisasi yang
kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik selsel radang. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan gejala klinis
dermatitis. Sel
Langerhans
akan
mensekresi
IL-1
yang
akan
makrofag
untuk
melepaskan
histamin
sehingga
terjadi
9 | DKA
E. Gejala Klinik
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Dermatitis kontak alergi akut
ditempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema
dan edema. Pada yang kronis terlihat kulit kering berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas. Kelainan ini
sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis, mungkin
penyebabnya juga campuran.1
Dermatitis kontak alergi dapat meluas ke tempat lain, misalnya
dengan cara autosensitisasi. Kulit kepala, telapak tangan dan kaki
relatif resisten terhadap dermatitis kontak alergi.1
10 | D K A
F. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesa
Diagnosis DKA didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan klinis yang teliti. Penderita umumnya mengeluh gatal.1
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala
ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal
dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal
yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan
yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah
dialami, riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun
keluarganya.1 Penelusuran riwayat pada DKA didasarkan pada
beberapa data seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 2 : Penelusuran riwayat pada DKA1,8
Demografi
riwayat pekerjaan
2)
Riwayat
yang
didapat
saat
kerja,
Pe
eri
dalam keluarga
Riwayat
ks
penyakit Alergi
sebelumnya
obat,
diderita,
penyakit
yang
sedang
aa
n
tindakan bedah
Riwayat
yang spesifik
Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi
dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Berbagai lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada
11 | D K A
Kemungkinan Penyebab
Pekerjaan yang basah (Wet Work)
misalnya memasak makanan (getah
sayuran,
pestisida)
dan
mencuci
Lengan
Ketiak
Wajah
alergen
di
udara
(aero-
Bibir
Kelopak mata
buahan.
Maskara, eye shadow, obat tetes
Telinga
kacamata,
dari
obat
nikel,
topikal,
Leher
gagang telepon.
Kalung dari nikel, parfum, alergen di
Badan
Genitalia
pelembut
pakaian.
Antiseptik,
obat
atau
topikal,
pewangi
nilon,
dan
berada
di
tangan,
parfum,
kontrasepsi.
tungkai Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal,
bawah
sepatu/sandal.
diamati
beberapa
kelainan
kulit
antara
lain
edema,
pada
lokasi
kontak
langsung
dengan
nikel
(lesi
13 | D K A
Gambar 3 : Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena
lipstick8
-
14 | D K A
Genitalia.Penyebabnya
data
antiseptik,
obat
topikal,
nilon,
dapat
yang
terjadi
karena
Quaternium-15,
bahan
numularis,
dermatitis
seboroik,
atau
psoriasis.
16 | D K A
tangan
yang
dicurigai
penyebab
alergi,
maka
uji
tempel
17 | D K A
excited
skin
reaksi
positif
palsu,
dapat
juga
memburuk.
Tes dilakukan
pemakaian
sekurang-kurangnya
kortikosteroid
sistemik
satu
minggu
dihentikan
setelah
(walaupun
setelah aplikasi.
Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji
tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik),
karena memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga
dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan
menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji
urticaria
generalisata
type),
karena
bahkan
dapat
reaksi
menimbulkan
anafilaksis.
Pada
2
3
4
5
6
7
8
=
=
=
=
=
=
=
T.R.U.E. Test
(Mekos Laboratories,
Hillerod, Denmark)
patch-test.
infeksi sekunder.
Bila ada infeksi sekunder, sebaiknya diobati lebih dahulu.
Pada penyakit yang mempunyai lesi yg beraneka macam/
jaringan subkutis.
Jaringan yang telah dipotong dimasukan ke dalam larutan
fiksasi, misanya formalin 10% atau formalin buffer, supaya
dan Giemsa.
Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20 X volume
jaringan
Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke jaringan
hendaknya tebal jaringan kira-kira 1/2 cm, kalau terlalu tebal
dibelah dahulu sebelum dimasukkan ke dalam cairan fiksasi
Pada dermatitis kontak, limfosit T yang telah tersensitisasi,
korneum.
Hiperplastik, akantosis yang luas.
Spongiosis, yang kadang vesikuler.
Manifestasi
dini
lapisan spinosus.
Kemudian ada epidermotropism dari limfosit yang muncul
normal.
20 | D K A
Dermis :
- Limfosit perivesikuler
- Eosinofil : bervariasi, muncul awal dan karena sebab alergi
- Edema
hiperkeratosis,
vesikel
parakeratosis
subkorneal,
G. Diagnosis Banding
Tabel 3 : Perbandingan Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis
Kontak Alergi.8
Gambaran klinis
Patogenesis
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak
iritan
Efek sitotoksik
alergi
Reaksi T cell
langsung
Setiap orang
Onset sedang
mediated immune
Golongan minoritas
(chemical burns)
Onset
Setelah terpapar
bahan iritan lemah
yang berulang
21 | D K A
Gejala
Konsentrasi
kontaktan
Pemeriksaan
kronik dengan
deskuamasi dan
fisura.
Nyeri dan sensasi
terbakar
Tinggi
Rendah
Tidak ada
F. Penatalaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak
alergi adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan
alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Pengobatan secara topical
Untuk lesi yang akut dan basah diberi kompres NaCl 0,9%, jika
kering gunakan krim kortikosteroid,hidrokortison 1%, atau diflukoltoron
valerat 0,1% atau betametasone valerat 0,005%-0,1%.
Kompres ini dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel,
kompres ini diganti setiap 2-3 jam.1
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari
debris dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu
22 | D K A
terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir
pengobatan
ialah
keadaan
yang
membasah
menjadi
kering,
(anak)
Dexametasone
mg/kgBB/hari (anak)
Triamsinolon 4-8 mg/dosis,2-3kali/24 jam (dewasa), 1 mg/kgBB/hari
0,5-1mg/dosis,
2-3kali/24jam(dewasa),
0,1
(anak)
Antihistamin
Pencegahan
Pencegahan DKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :9
-
23 | D K A
pakaian lain
Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergen
Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas
yang berisiko terhadap paparan allergen
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh
bakteri terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus
misalnya herpes simpleks. Rasa gatal yang berkepanjangan serta
perilaku menggaruk dapat dapat mendorong kelembaban pada lesi
kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi bakteri atau
jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet)
dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut
neurodermatitis (lichen simplex chronicus).
H. Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh
faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularis atau psoriasia).
Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan
alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan
pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)
yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering
berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da,
yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
24 | D K A
bahan
Penatalaksanaan
yang
dari
dicurigai
DKA
dapat
dan
didapatkan
secara
hasil
medikamentosa
positif.
serta
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372,
http://emedicine.medscape.com/article/1049216-followup,
Kontak
Alerg.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter
%20II.pdf, diakses pada tanggal 7 Februari 2016.
11. Spiewak R. Patch Testing For Contact Allergy And Allergic Contact
Dermatitis. Jagieollonian University Medical College, Krakow Poland.
The Open Allergy Journal, 2008: P. 42-51
12. Gawkrodger DJ. Eruptions. In Dermatology 3rd Edition. Philadelphia.
Elsevier Inc 2003: Ch 26 P. 30-36.
13. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu EM Dermatitis Dalam Penyakit Kulit Yang Umum Di
Indonesia. Pt Medical Multimedia Indonesia. 2008 : P 14-30
14. Wolff K, Lowell A, Stephen I, Gillchrest BA, Paller SA, Leffel DJ et al.
Allergic Contact Dermatitis In Fitzpatricks, Dermatology In Clinical
Medicine. New York. McGraw Hill Medical. 2008: Ch 120 P 1301 15
26 | D K A