You are on page 1of 8

Kemanjuran Injeksi Intralesi Triamcinolone Acetonide dalam

Pengobatan Chalazion
Abstrak :
Tujuan : untuk melihat keamanan dan kemanjuran injeksi intralesi triamcinolone
acetonide dalam pengobatan Chalazion.
Desain Penelitian : penelitian intervensi secara prospektif.
Material dan Metode : 96 pasien dengan Chalazion, dengan kriteria inklusi umur
mulai 12 tahun ke atas, diobati di Department Mata, BSMMU, Dhaka, mulai Juli
2008 Juni 2009. Pupolasi penelitian dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok A
(kelompok penelitian) terdiri dari 54 pasien chalazion yang dilakukan injeksi
triamcinolone acetonide dan kelompok B (kelompok control) terdiri dari 42 pasien
chalazion yang dilakukan tindakan insisi dan curetase. Pengumpulan data : ukuran
lesi, regresi atau kekambuhan lesi, dan pemeriksaan mata lengkap pada saat
dilakukan injeksi triamcinolone acetonide dan pada saat follow up. Dikatakan
sukses jika ukuran diameter lesi kurang dari 1 mm atau keluhan berkurang setelah
1 bulan pengobatan.
Hasil : Angka kesuksesan pada kelompok A 88% dan kelompok B 92,5%. Tidak
ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok.
Kesimpulan : Injeksi Triamcinolone cukup efektif dalam pengobatan Chalazion
berupa keberhasilan dalam regresi lesi. Banyak kasus sembuh dalam sekali
injeksi. Injeksi Triamcinolone dapat dipertimbangkan dalam pilihan utama
pengobatan ketika diagnosis telah ditetapkan. Pengobatan ini aman dan biaya
terjangkau.
Kata kunci : Chalazion, Triamcinolone Acetonide.

Pendahuluan
Chalazion berasal dari bahasa Yunani yang artinya batu hujan. Chalazion
adalah peradangan kronik infiltrasi granulomatosa pada kelenjar meibom yang
disebabkan karena sumbatan muara kelenjar meibom dan stagnasi sekresi sebasea.
Sel granulomatosa yang mengalami inflamasi terdiri dari epiteloid dan giant sel,
neutrophil, eosinophil, dan limfosit. Kondisi ini mengenai hampir semua orang di
seluruh usia. Chalazion ditandai adanya massa di kelopak mata yang
menyebabkan gangguan kosmetik dan ketidaknyamanan. Chalazion berukuran
besar dapat menyebabkan ptosis dan gangguan refraktif. Secara kosmetik,
chalazion dapat tidak terlihat dan jarang menjadi conjungtivitis atau selulitis.
Pasien biasanya disarankan melakukan kompres hangat agar chalazion keluar
secara spontan. Penelitian sebelumnya menemukan 20 25% angka kesembuhan
dengan terapi konservatif. Lesi yang terus menerus (tidak hilang) diterapi dengan
pilihan terapi yang berbeda yaitu insisi dan kuretase, injeksi intralesi
triamcinolone acetonide 0,2 ml (40 mg/ml), diinjeksi lewat conjungtiva. Pada
akhir tahun 1970an, terapi dengan injeksi steroid local adalah pilihan utama. Sejak
itu, muncul beberapa penelitian intervensi prospektif untuk menilai kemanjuran,
kemudahan, dan keamanan dari intralesi triamcinolone acetonide (TA) pada
penyembuhan chalazion dan beberapa penelitian membandingkan injeksi intralesi
kortikosteroid dan tindakan operasi pada chalazion. Tapi tidak ada penelitian yang
membandingkan hasil terapi injeksi intralesi triamcinolone acetonide pada primer
dan rekuren chalazion. Depigmentasi kulit di tempat suntikan telah dilaporkan
pada injeksi transcutaneous tapi efek samping minimal pada injeksi trans
conjungtiva. Chalazion adalah penyakit tersering pada kelopak mata. Insisi dan
kuretase adalah terapi tradisional yang bersifat invasive, nyeri dan cukup mahal,
serta membutuhkan perban selama beberapa jam. Di sisi lain, intralesi
triamcinolone acetonide merupakan tindakan yang tidak invasive, cukup mudah
dan murah serta tidak membutuhkan perban. Oleh karena itu, tindakan ini tidak
menganggu jam kerja pasien.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa injeksi intralesi triamcinolone
acetonide bisa menyembuhkan chalazion. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian
yang mengamati kemanjuran dari injeksi intralesi triamcinolone acatonide
2

dibandingkan metode tradisional berupa insisi dan kuretase pada penanganan


chalazion.

Material dan Metode :


Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bersifat intervensi
prospektif yang telah dilaksanakan di Department Mata, Fakultas Kedokteran
Universitas Bangabandhu Sheikh Mujib, Dhaka selama 1 tahun mulai dari Juli
2008 sampai Juni 2009. Kriteria inklusi pada penelitian ini terdiri dari 96 pasien
laki laki dan perempuan, berumur 12 tahun ke atas, serta primer dan rekuren
chalazion. 6 pasien dicoret selama follow up. Kriteria esklusi pada penelitian ini
adalah chalazion yang nyeri, suspect keganasan pada chalazion, dan chalazion
yang bersama dengan penyakit mata lainnya, serta berumur di bawah 12 tahun.
Dilakukan inform consent pada pasien dan dilakukan pengumpulan data mulai
dari ukuran lesi, lamanya lesi, onset penyakit, apakah lesi primer atau rekuren dan
pemeriksaan mata lengkap. Pasien dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok A (injeksi
triamcinolone acetonide) merupakan kelompok penelitian dan kelompok B
(operasi insisi dan kuretase) merupakan kelompok control. Kelompok A terdiri
dari 54 pasien (4 pasien dikeluarkan) dan kelompok B terdiri dari 42 pasien (2
pasien dikeluarkan). Pasien dibagi dalam sub kelompok meliputi ukuran lesi dan
kronisitas lesi.
Hasil dari penelitian ini adalah pengukuran dari penurunan ukuran lesi
yang dinilai setelah 2 minggu. Ukuran lesi diukur berdasarkan axis terpanjang
dalam mm. Jika lesi berkurang setengah dari ukuran awal dalam 2 minggu, maka
pasien dilakukan follow up lebih jauh sampai 1 bulan setelah terapi. Jika pada saat
1 bulan setelah terapi ukuran chalazion berkurang sampai diameter 1mm maka
pasien diperbolehkan pulang. Prosedur terapi diulang jika ukuran chalazion tidak
berkurang setengah dari ukuran aslinya. Dikatakan berhasil jika lesi menghilang
atau berkurang sampai diameternya 1 mm setelah 1 bulan dilakukan terapi. Jika
lesi kambuh atau berkurang minimal (<50%), dilakukan injeksi lebih lanjut.
Pasien yang tidak berespons dengan 2 injeksi dalam 1 bulan dikirim untuk
dilakukan prosedur operasi (insisi dan kuretase).

Teknik injeksi intralesi triamcinolone acetonide :


Injeksi triamcinolone acetonide 40 mg/ml dilarutkan dengan 3 ml 2%
injeksi lignocaine membentuk 10 mg/ml konsentrasi. Kemudian 1 ml
triamcinolone diambil menggunakan 1 ml insulin syringe dengan jarum ukuran
no. 27. Dilakukan anastesi tetes pada conjungtiva dengan 0,4% oxybuprocaine.
Kulit dari kelopak mata dibersihkan dengan 5% povidone iodine dan disapu
menggunakan cottonbath dengan teliti. Kelopak mata di eversi tanpa
menggunakan klem dan dilakukan suntikan melewati transconjungtiva ke dalam
chalazion. Jarum ukuran no. 27 dalam 1 ml insulin syringe dimasukkan sekitar
0,01 ml sampai 0,2 ml dari 10 mg/ml triamcinolone acetonide secara
transconjungtiva ke dalam chalazion. Jumlah yang diinjeksikan tergantung dari
ukuran lesi dan resistensi yang dirasakan dalam syringe plunger (Gambar 1).
Dalam prossedur ini, total 54 pasien dengan chalazion dilakukan injeksi
triamcinolone acetonide. Perawatan dilakukan jika dinding chalazion tidak
rupture. Jika dinding chalazion rupture maka termasuk dalam kriteria esklusi.
Setelah prosedur injeksi, kemudian diberikan salep mata chloramphenicol 3 kali
selama 5 hari dan dilakukan masssse digital diatas chalazion selama 5 menit
setelah pemberian salep mata.

Gambar 1. Prosedur injeksi

Hasil :
Tabel I
Angka Kesuksesan Injeksi Triamcinolone Acetonide (Kelompok A)
berdasarkan ukuran lesi

Tabel II
Angka Kesuksesan Insisi & Kuretase (Kelompok B)
berdasarkan ukuran lesi

Tabel III
Respons injeksi triamcinolone acetonide (Kelompok A) berdasarkan
kronisitas lesi

Tabel IV
Respons injeksi triamcinolone acetonide (Kelompok B) berdasarkan
kronisitas lesi

Tabel V
Hasil kelompok injeksi triamcinolone (Kelompok A) setelah injeksi pertama
dan kedua (n=50)

Tabel VI
Hasil kelompok insisi & kuretase (Kelompok B) setelah operasi pertama dan
kedua (n=40)

Tabel VII
Perbandingan angka kesuksesan antara Kelompok A dan Kelompok B

Tabel VIII
Komplikasi injeksi triamcinolone acetonide versus insisi & kuretase
setelah 1 bulan follow up

Diskusi :
Chalazion merupakan masalah mata tersering di Bangladesh yang
sebagian besar terdiri histiocytes sensitive corticosteroid, giant sel multinukleasi,
lymphocytes, plasma sel, polimorfonuclear leukocytes, dan eosinophils. Injeksi
kortikosteroid local mempunyai efek yang menekan sel sel inflamasi tambahan,
fibrosis kronik, dan pembentukan jaringan parut, yang secara khas terlihat kecil,
tegas, keras setelah penyembuhan chalazion akut.
Pada penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan signifikan yang terlihat
antara injeksi triamcinolone acetonide (kelompok A) dan insisi & kuretase
(kelompok B) mengenai angka kesuksesan dalam perbedaan ukuran lesi.
Penemuan ini kemudian dibandingkan dengan penelitian dari HO dan Lai,
Rahman.
Respons injeksi triamcinolone acetonide dan insisi & kuretase menurut
lamanya lesi tidak signifikan (p>0,05). Ini serupa dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh HO dan Lai, Rahman.
Dalam kelompok injeksi, 66% lesi populasi penelitian berespons dengan
injeksi pertama dan 20% lesi berespons dengan injeksi kedua sedangkan 89,18%
lesi berespons dengan prosedur pertama dan hanya 10,81% berespons dengan
prosedur kedua pada kelompok insisis & kuretase. Hasil penelitian ini serupa
dengan penelitian Watson & Austin.
Angka kesuksesan kelompok injeksi triamcinolone acetonide 86% dan
kelompok insisi

kuretase 92%. Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua

kelompok terapi. Penelitian ini berhubungan dengan penelitian Goawalla dan Lee.
Hasil follow up selama 1 bulan menunjukkan depigmentasi kulit kelopak
mata yang berwarna putih kekuningan ditemukan pada 2 pasien kelompok injeksi.
7

Ini disebabkan karena bentuk suspensi injeksi dan sebagian efek samping local
dari steroid. Pada kelompok insisi & kuretase tidak ditemukan komplikasi selama
1 bulan follow up. Penelitian ini berhubungan dengan penelitian Rahman.
Hasil evaluasi analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa injeksi
intralesi triamcinolone acetonide efektif dalam mengobati chalazion sebagaimana
insisi & kuretase berdasarkan umur, jenis kelamin, ukuran atau kekronisitasan
chalazion, meskipun 20% pasien membutuhkan injeksi kedua dan 10,81% pasien
insisi & kuretase membutuhkan prosedur pembedahan kedua.
Keuntungan dari prosedur ini dibandingkan pembedahan konvensional
(insisi & curetase) adalah sederhana, murah, perdarahan minimal, mengeliminasi
risiko kerusakan struktur kelopak mata, dan tidak membutuhkan instrument
khusus. Multiple chalazion pada kedua kelopak mata bisa ditangani dengan
injeksi. Tipe penanganan ini secara khusus sesuai pada chalazion yang dekat
dengan medial canthus untuk mencegah kerusakan dari kanalikulus lakrimalis.
Kerugian prosedur ini adalah 20% kasus membutuhkan injeksi kedua dan
14% kasus membutuhkan prosedur pembedahan. Injeksi chalazion dengan
triamcinolone acetonide cepat, aman, murah, dan nyaman, serta merupakan
alternative yang efektif.
Kesimpulan :
Tidak ada terapi yang benar benar cocok untuk semua kasus chalazion.
Bagaimanapun, operasi membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan
ruang operasi, instrument yang steril, dan lain lain. Injeksi steroid dapat
dilakukan pada chalazion anak anak, multiple chalazion yang tindakan
operasinya tidak mudah, dan pasien yang takut menjalani operasi. Injeksi
merupakan tindakan yang murah dan nyaman untuk dokter dan pasien. Injeksi
intralesi triamcinolone acetonide merupakan alternative pengobatan untuk
chalazion.

You might also like