You are on page 1of 18

LAPORANPENDAHULUAN

NIFAS FISIOLOGIS
A. DEFINISI
Postpartum atau masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya (periode 6 minggu setelah melahirkan). Masa
nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan,
dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. Periode post partum juga
sering disebut sebagai periode puerperium (Ward&Hisley,2009). Dalam bahasa Latin
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti
masa setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu
6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. periode immediate post partum/kala IV ( dalam 1 jam pertama)
2. Puerperium dini (early post partum) yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan (minggu pertama).
3. Remote puerperium atau periode late post partum ( minggu kedua sampai
keenam), yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
B. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
Tujuan dari asuhan keperawatan masa nifas adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
2.
3.
4.
5.

peredaran darah
Mempertahankan kesehatan psikologis
Mencegah infeksi dan komplikasi
Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal

C. PERAWATAN DIRI IBU NIFAS SELAMA MASA NIFAS


1. Perawatan vulva atau perineum
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan
dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di daerah
perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area
perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan.
Kompres hangat duduk di dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas
1

selama

20

menit,

ketidaknyamanan.

3x

sehari

juga

dapat

digunakan

untuk

meredakan

Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring

miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga membantu
mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah
melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau
vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Setelah ibu
selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum
dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian mengeringkannya dengan
kain pembalut atau handuk dengan cara diteepuk-tepuk tetap dari arah muka ke
belakang.
2. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat
dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk
memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
Mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke
kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk
duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang.
3. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil.
Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan
dasr yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah
dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein,
mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah
lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi
multivitamin dan suplemen zat besi.
Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi ASi
dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya. Penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
4. Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama setelah
melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam
selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak
mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum

bisa menyebabkan rasa kejang pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema
perineum juga bisa mengganggu BAK.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari
tempat

tidur

dan

berjalan

segera

setelah

melahirkan

akan

membantu

mengosongkan kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan,


umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh
yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan
latihan kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali
terhadap aliran air kemih.
5. Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari
setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan

penderita

mengalami

obstipasi

setelah

melahirkan.

Hal

ini

disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang


menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltic usus.
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang dapat merangsang
gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan usus juga akan aktif
dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalanjalan.
6. Perawatan Payudara
Pada hari ke 2-5 payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri)
yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui, namun hal ini dapat diatasi
dengan meningkatkan interval waktu menyusui. Karena dengan sering menyusui
dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya. Selain
itu, bersihkan puting payudara dengan teliti setiap hari selama mandi dan ketika
hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu
dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri ke puting susu
maupun ke mulut bayi.
7. Pemeriksaan setelah persalinan
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul yang
dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan
pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum (suhu badan, selera
makan, dsb). Payudara (ASI, putting susu), dinding perut, perineum, kandung
kemih, rectum, serta secret yang keliar, seperti lokchea, fluor albus dan keadaan
alat-alat kandungan.
D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
3

Kunjunga n masa nifas paling sedikit dilakukan empat kali kunjungan masa nifas,
yang mana dgunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang
terjadi
Kunjungan
I

Waktu
Tujuan
6-8
jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
setelah
dan rujuk jika perdarahan berlanjut
persalinan
3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa
nifas akibat atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam

II

keadaan stabil
hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

setelah
persalinan

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada


perdaraha abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan

III

perawtaan bayi sehari-hari


2 minggu 1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
setelah

IV

persalinan
6 minggu 1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
2. Member konseling keluarga beren
setelah
persalinan

E. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS


Esty Yunitasari juga mengungkapkan beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu post partum, yaitu:
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil

Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan

berate uterus 750 gr.


Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis

dengan berat uterus 500 gr


Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat uterus 350 gr


Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus

50 gr
Proses

involusi

uterus

terjadi

dengan

tahap

sebagai

berikut:

(http://digilib.unimus.ac.id)
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
2. Endometrium: membrane mukosa pada uterus mengalami regenerasi setelah
plasenta di lahirkan yang mana akan terjadi nekrosis pada lapisan superficial
desidua dan regenerasi pada desidua basalis dalam endometrium. Pada proses
ini tempat sisi plasenta mengalami proses ekfoliasi yang mana meyakinkan
bahwa

proses

penyembuhan

tidak

meninggalkan

jaringan

parut

yang

berpengaruh pada kehamilan berikutnya. Dalam proses ini maka di keluarkan


cairan lochia. Lochia adalah discharge bloody dari uterus yang berisi jaringan
nekrosis sebagai tahap penyembuhan dari sisi tempat plasenta. Berikut ini
adalah macam-macam cairan lochia:

3. Ovarium: selama periode postpartum kembalinya proses menstruasi dan ovulasi


berbeda pada setiap orang. Menstruasi biasanya kembali pada 6 sampai 8
minggu setelah bayi lahir pada wanita yang tidak menyusui. Sekitar 75%
menstruasi kembali pada minggu ke-12 postpartum. Pada siklus pertama
menstruasi, darah yang keluar tidak mengeluarkan ovum. Proses menstrausi dan
ovulasi terjadi lebih lama pad wanita yang menyusui. Pada proses pemberian
ASI eksklusif kemungkinan seseorang tidak mengalami menstruasi atau ovulasi
selama tiga bulan atau lebih.
4. Serviks: Setelah kala III dan segmen uterus merupakan strusktus tipis, kolap,
dan lembek. Pada ekstroserviks akan mendapatkan luka kecil dan memar, yang
merupakan kondisi optimal untuk terjadinya infeksi setelah melahirkan, lubang
serviks akan dilatasi hingga 10 cm dan berangsur angsur menutup tetapi ostium
eksternum akan kembali dan akan akan terbentuk seperti mulut ikan.
5. Vulva dan Vagina
Vagina dan vulva akan mengalami perubahan sehubungan dengan proses
kelahiran yang menyebabkan laserasi minor hingga mayor dan episiotomy. Nyeri
yang dialami pada periode postpartum tergantung pada tipe trauma vaginal atau
perineal(Chapman&Durham,2010). Selain itu, setelah melahirkan pada vagina
akan muncul edema atau memar. Meskipun pada proses ini vagina mengalami
penyembuhan, namun dia tidak dapat kembali seperti pada ukuran semula, dan
ukuran berbeda pada wanita nulipara dengan multipara(Cunningham et.al,2005
dalam Ward&Hisley,2009). Rugae vagina mulai kembali dalam 3 minggu( tidak
kembali seperti semula ). Labia mayora dan minora tampak teregang, lebih
menonjol dan tidak licin.
6. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke6

5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun


tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
7. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :

Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon

prolaktin setelah persalinan.


Kolostrum yang mengandung IgA dan IgG sudah ada saat persalinan produksi

Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi yang
diakibatkan oleh peningkatan vascular dan sistem limfatik pada payudara untuk
menginisiasi produksi susu.

8. Sistem Respirasi
Pada sistem ini akan terjadi pengembalian compliance dinding dada untuk
mengurangi tekanan pada diafragma. Sistem respirasi akan kembali pada
keadaan

seperti

sebelum

hamil

pada

akhir

periode

postpartum

(Chapman&Durham,2010). Selain itu, juga akan terjadi kondisi alkalosis


respiratorik dan kompensasi asidosis metabolic selama kelahiran dan mungkin
persistent paad periode postpartum. Pada kebanyakan kasus, setelah plasenta
lahir, maka sistem respirasi akan segera kembali pada keadaan semula (sebelum
hamil).

Dan

akan

menjadi

normal

pada

minggu

ketiga

postpartum(Ward&Hisley,2009).
9. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli atau penurunan sensasi pengosongan
atau urge,

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan

tulang pubis selama persalinan (Chapman&Durham,2009). Urin dalam jumlah


yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen dan oksitosin yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo
6 minggu. Aliran renal plasma, GFR, kreatinin plasma, dan BUN kembali normal
pada bulan kedua hingga ketiga setelah kelahiran. Gukosa urin selama kehamilan
meningkat 100-fold, dan akan kembali normal pada 1 minggu postpartum.
Proteinuria yang meningkat selama kehamilan (1+ pada uji dipstick urine atau
kurang dari 300mg dalam 24 jam) akan kembali normal pada 6 minggu
7

postpartum (Cunningham et.al,2005 dalam Ward&Hisley,2009). Sementara cairan


tubuh dan keseimbangan elektrolit akan kembali pada minggu ketiga postpartum.
10. Sistem Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke
belakang. Penurunan motilitas lambung terjadi selama kehamilan, dan semakin
menurun pada beberapa hari postpartum. Rasa tidak nyaman pada dindinng
abdomen karena distensi gas yang berhubungan dengan penurunan motilitas dan
relaksasi otot serta penurunan makan yang berakibat konstipasi.
11. Sistem Hematologi dan Kardiovaskuler
Pada kehamilan jantung berpindah tempat sedikit keatas dan kembali
normal setelah ada proses involusi uteri (Ward&Hisley,2009). Wanita yang
melahirkan kemungkinan kehilangan darah sekitar 400-500mL, dan 1000mL pada
wanita yang meahirkan dengan SC. Pada beberapa jam (1-2jam) postpartum,
maka cardiac output akan mengalami peningkatan yang berhubungan dengan
pengembalian aliran darah uretroplacenta ke sistem maternal. Level cardiac
output akan menurun pada waktu 48 jam atau 2-4 minggu postpartum, dan
kembali normal pada minggu ke enam sampai ke-12. Jumlah WBC mungkin
meningkat sampai 25.000/mm pada beberapa jam setelah kelahiran, dan akan
kembali normal pada

hari hari ke-7. Sementara, pada wanita yang berisiko

thrombosis sirkulasi faktor clotting selama kehamilan akan meningkat, dan


menurun setelah kelahiran plasenta serta kembali normal pada minggu kedua
postpartum(Chapman&Durham,2010).
Kadar hematokrit juga akan kembali normal pada minggu ke 4postpartum, sementara level fibrinogen plasma akan meningkat pada beberapa
minggu postpartum untuk mencegah hemoragi. Namun, hal tersebut dapat
meningkatkan resiko pembentukan thrombus. Secara keseluruhan pada sistem
hematologi akan kembali pada keadaan normal setelah minggu ke-3 hingga ke-4
potpartum(Ward&Hisley,2009).

Dari

perubahan

sistem

kardiovaskular

dan

hematologi ini, dapat menyebabkan peningkatan resiko ibu untuk mengalami


hipotensi ortostatik, yang mana terjadi penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
ketika berdiri. Hal ini karena terjadi resistensi vascular pada pelvis. Pada beberapa
jam postpartum ibu juga daapt mengalami kedinginan yang disebut fenomena
8

Postpar-Tum

Chills

yang

berhubungan

dengan

instabilitas

vascular(Chapman&Durham,2010).
Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak
hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.

12. Sistem Endokrin


Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Perubahan tiba-tiba terjadi setelah
plasenta lahir, level esterogen, progesterone, dan prolaktin mengalami penurunan
dan naik lagi setelah minggu pertama postpartum. Selain itu hormone-hormon lain
juga mengalami penurunan diantaranya laktogen plasenta, insulin, hormone
pertumbuhan dan kortisol. Pada ibu yang tidak menyusui level prolactin menurun
hingga minggu ketiga postpartum. Menstruasi dimulai pada minggu ke enam
sampai sepuluh. Ovulasi biasanya muncul pada silklus menstruasi keempat.
Sementara pada ibu menyusui hormone prolaktin meningkat yang dirangsang oleh
hisapan bayi. Laktasi dapat menekan menstruasi dan dapat kembali setelah tidak
menyusui. Proses ovulasi lebih lama pada wanita yang menyusui. Diaphoresis
tejadi pada beberapa minggu postpartum untuk menurunkan level esterogen.
Keringat berlebih ini sering terjadi pada malam hari, karena tubuh meningkatkan
gekskresi cairan(Chapman&Roberta,2010).
13. Sistem Musculosceletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. Pada
beberapa wanita dapat terjadi Diastasis Recti Abdominis yaitu peragangan pada
otot rectus abdominis. Hal ini karena ketika hamil otot pada dinding abdomen
menyiapkan tempat jainin, sehingga ibu harus berhati-hati dalam beraktifitas
sampai minggu ke-12 postpartum. Setelah beberapa hari postpartum ibu dapat
mengalami kelelahan otot dan nyeri pada semua tubuh karena eksersi bayi.
14. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
9

15. Sistem Saraf


Kelemahan dan ketidaknyamanan merupakan keluhan umum yang dapat hilang
setelah melahirkan. Anastesi dan analgesic dapat menyebabkan perubahan
neurologis maternal seperti pusing atau kaku di kaki. Pada pasien yang diberikan
epidural atau spinal anestesi dapat mengeluh sakit kepala ketika berdiri. Selain itu,
sakit kepala mungkin disebabkan oleh bocornya cairan serebrospinal ke rongga
ekstradural., stress, hipertensi kehamilan.
16. Sistem Imunologi
Pada wanita yang suspect rubella selama kehamilan maka seharusnya diberikan
vaksin MMR (Measles,Mumps,Rubella) sebelum meninggalkan rumah sakit. Hal ini
karena, pada wanita yang terpapar rubella pada trimester pertama kehamilan
maka

akan

berisiko

90%

menularkan

virus

tersebut

pada

janin(Chapman&Roberta,2010). Isoimunisasi Rh terjadi ketika terjadi pembentukan


Ab Rh+ dari Rh- yang di dapat dari transfuse darah atau janin yang mempunyai
Rh+.

F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Masa transisi menjadi orang tua adalah proses perkembangan yang dinamis
yang diawali dengan pengetahuan kehamilan dan berlanjut pada periode postpartum
yang berakhir untuk menjadi ibu dan ayah(Cahpman&Durham,2010). Periode
postpartum dapat menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan jika terjadi perubahan fisik yang hebat. Sehingga proses transisi
dipengaruhi oleh beberapa fkator yaitu: pengalaman kehidupan sebelumnya, lama
dan kuatnya hubungan antara pasangan, kondisi financial, tingkat pendidikan, sistem
dukungan, usia orang tua, dan keinginan menjadi orang tua. Hari pertama atau dua
hari postpartum ibu cenderung pasif, ia hanya menuruti nasihat, ragu-ragu dalam
membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dan
masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode-periode adaptasi
psikologis postpartum ini terdapat 3 fase menurut Huliana, (2003), Rubin (1963,1967)
dalam (Chapman&Durham,2010). Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut ():
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri dan perubahan fisik, ibu bergantung pada orang lain untuk
dirinya dan bayinya, penurunan kecakapan dalam mengambil keputusan,
konsentrasi pada proses penyembuhan fisik diri sendiri.. Pengalaman secara
persalinan sering berulang-ulang diceritakan. Pada fase ini perlu pemberian
10

suasana tenang ketika tidur untuk mencegah resiko gangguan tidur dan
meningkatkan nutrisi karena biasanya nafsu makan meningkat. Jika nafsu makan
berkurang, maka menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung
normal.
2. Fase Taking-Hold: periode ini terjadi pada hari ke-2 sampai ke-4 postpartum. Pada
fase ini terjadi perubahan tingkah laku untuk bergantung atau tidak bergantung.
Focus berubah dari diri sendiri ke bayi, ibu mulai tidak bergantung, meningkatkan
kecakapan untuk membuat keputusan. Ibu berusaha keras untuk menguasai
keterampilan merawat bayi, misalnya menggendong atau menyusui. Ibu
cenderung dapat menerima nasihat dari orang lain karena belum merasa mahir
dalam merawat bayi. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang
tua sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.
3. Letting-Go: periode ini terjadi setelah ibu pulang ke rumah, sehingga perlu waktu
dan perhatian yang diberikan keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab untuk
perawatan bayi dan biasanya terjadi depresi post partum. Selain itu, ibu harus
beradaptasi pada kebutuhan bayi yang sangat bergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan social.
Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National
Mental Health Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan
beberapa tanda gejala dalam ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
Babyblues
Simtom fisik

Kurang tidur
Hilang tenaga
Hilang nafsu makan
atau sangat bernafsu
untuk makan
Merasa lelah setelah
bangun tidur

Simtom
emosional

Cemas dan khawatir


berlebihan
Bingung
Mencemaskan kondisi
fisik secara berlebihan
Tidak percaya diri
Sedih
Perasaan diabaikan

Simtom
perilaku

Sering menangis
Hiperaktif atau senang

Postpartum
Depression
Cepat lelah
Gangguan tidur
Selera makan menurun
Sakit kepala
Sakit dada
Jantung berdebar-debar
Sesak nafas
Mual muntah
Mudah tersinggung
Perasaan sedih
Hilang harapan
Merasa tidak berdaya
Mood swings
Perasaan tidak adekuat
sebagai ibu
Hilang minat
Pemikiran bunuh diri
Ingin menyakiti orang
lain (termasuk bayi, diri
sendiri, dan suami)
Perasaan bersalah
Panik
Kurang
mamapu

11

Postpartum
Psychosis
Menolak makan
Tidak
mampu
menghentikan
aktifitas
Kebingungan akan
kelebihan energi
Sangat bingung
Hilang ingatan
Tidak koheren
Halusinasi

Curiga
Tidak rasional

berlebihan
Terlalu sensitive
Perasaan
mudah
tersinggung
Tidak peduli terhadap
bayi

merawat diri sendiri


Enggan
melakukan
aktivitas menyenangkan
Motivasi menurun
Enggan bersosialisasi
Tidak peduli pada bayi
Terlalu peduli terhadap
perkembangan bayi
Sulit
mengendalikan
perasaan
Sulit
mengambil
keputusan

Preokupasi
terhadap
hal-hal
kecil

G. PENGKAJIAN
1. Data umum klien: (Biodata klien berisi tentang : Nama,Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku,Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur,
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.)


Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Pengalaman menyusui
Riwayat kehamilan saat ini
Riwayat persalinan
Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau

gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.


8. Data umum kesehatan saat ini
a. POLA AKTIFITAS SEHARI HARI:
a.Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d.Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
12

B. KONSEP DIRI: Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu


menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan
selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.
C. POLA SEXUAL: Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan
meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual.
Pengetahuan

pasangan

kapan

dimulai

hubungan

intercourse

pasca

partum(dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti,


biasanya pada akhir minggu ke 3).
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy,

suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)


Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;

pendengaran, dan leher


Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan,nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah

bening diketiak.
Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy),lokasi, kontraksi

uterus, nyeri, perabaan

distensi blas.
Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom,nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10

hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.


Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, teksturkulit, nyeri bila dipalpasi,

kekuatan otot.
Aktivitas/istirahat :Insomnia mungkin teramati
Sirkulasi :Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
Integritas ego: Peka rangsang, takut/menangis ( postpartum blues sering

terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan.


EliminasI : Diuresis diantara hari kedua dan kelima
Makanan/cairan :kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari

ketiga
Nyeri/ketidaknyamanan

diantara hari 3 sampai ke-5 pascapartum.


Seksualitas:

:nyeri

tekan

13

payudara/pembesaran

dapat

terjadi

Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira


1 lebar jari setiap harinya.
Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 3 , berlanjut menjadi lokhea serosa
dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas ( mis, menyusui ).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur,
biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui
dimulai.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan menjadi orangtua
4. Resiko infeksi
I.

INTERVENSI
Nyeri akut
Tujuan

: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien

tidak mengalami nyeri


Kriteria hasil
:
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Kontrol tekanan darah klien

Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin
Tingkatkan istirahat

14

RASIONAL
Memudahkan menentukan inetrvensi
selanjutnya
Mengidentifikasi adanya nyeri pada
klien
Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Mengurangi faktor pencetus nyeri

Apabila faktor pencetus berkurang


maka intensitas nyeri akan berkurang
Dukungan
dari
keluarga
dapat
membantu klien mengatasi nyeri
Teknik non farmakologi yang benar
akan membuat klien rileks dan nyaman
sehingga dapat mengurangi nyeri
Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman,
sehingga
nyeri
dapat

Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri,
seperti

berkurang
Penggunaan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri

Perubahan Menjadi Orangtua


Tujuan
:
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan

perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan bayi


Kriteria Hasil
:
Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
Berbicara pada bayi
Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI
Pantau reaksi orangtua baru terhadap
bayi, observasi untuk perasaan jijik, takut
atau kecewa dalam masalah jenis kelamin
Tentukan pengetahuan orangtua terhadap
kebutuhan perawatan dasar bayi/anak dan
berikan informasi perawatan anak yang
tepat, sesuai indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi yang
dilahirkan dan diisolasi
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera
setelah kelahiran
Berikan kesempatan kepada ayah untuk
memegang anak di area pelahiran
Berikan penghilang nyeri untuk ibu

Berikan privasi keluarga selama melakukan


interaksi dengan bayi baru lahir
Dukung orangtua untuk menyentuh dan
bicara kepada bayi baru lahir

RASIONAL
Kekecewaan yang muncul dapat
mengurangi rasa tanggung jawab
orangtua dalam memelohara bayi
Pengetahuan yang dimiliki orangtua
kan menentukan perawatan yang
diberikan orangtua kepada anak
Orangtua baru biasanya masih memiliki
rasa takut dan khawatir ketika akan
menyentuh bayinya
Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
meningkatkan kelekatan antara ibu dan
bayi
Meningkatkan pelekatan antara ayah
dan bayi
Nyeri yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses pelekatan antara
ibu dan bayi
Privasi yang diberikan dapat membuat
keluarga merasa nyaman berinteraksi
dengan BBL
Pemberian
stimulasi
berupa
rangsangan dan sentuhan akan
membuat
bayi
tumbuh
dan
berkembang dengan baik

Resiko Infeksi
Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak
menjadi aktual
Kriteria hasil

:
15

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI
Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu
tubuh, denyut jantung, pembuangan,
penampilan luka, sekresi, penampilan urin,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise)
Kaji faktor yg meningkatkan serangan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung
granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda,
protein serum, dan albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yg
benar
Ajarkan kepada pasien dan keluarganya
tanda/gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan

RASIONAL
Mengetahui tanda infeksi secara dini
memungkinkan pencegahan terhadap
infeksi dan mengurangi keparahan
infeksi yg mungkin sudah terjadi
Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi berkembang leboh cepat
Perubahan
hasil
laboratorium
mengidentifikasikan adanya infeksi
Cuci tangan dengan benar
mencegah transmisi organism
Perubahan hasil laboratorium
mengindikasikan adanya infeksi

dapat
dapat

Mencegah infeksi

RISIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN


Tujuan

:Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam klien dapat

meningkatkan volume cairan


Kriteria hasil :
Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal (N= 60-100 x/menit)
Masukan cairan dan haluaran urin seimabng
Hb,Ht dalam kadar normal Hb(12-16gr/dl), Ht(0.37-0.47 I)
INTERVENSI
1.monitor kehilangan cairan pada
waktu kelahiran, tinjau ulang riwayat
intranatal
2.Monitor kontraktilitas fundus uteri,
jumlah lochea, vagina, dan kondisi
perineum setelah 2 jam pada 8 jam
pertama
3.Dengan perlahan masage fundus
bila uterus menonjol
4.Monitor masukan cairan dan
keluaran urin
5.Monitor suhu, nadi dan tekanan
darah

RASIONAL
1.potensial hemoragi atau kehilangan darah
berlebihan pada waktu kelahiran berlanjut
pada periode post partum dapat diakibatkan
dari persalinan yang lama
2.uterus yang relaks atau menonjol dengan
peningkatan aliran lochea dapat diakibatkan
dari persalinan yang lama
3.Merangsang kontraksi uterus yang dapat
mengontrol perdarahan
4.membantu dalam analisa keseimbangan
cairan dan derajat kekurangan cairan
5.Indikator
dalam
membantu
untuk
mengevaluasi tingkat hidrasi

16

DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Uku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC
Chapman,Linda & Durham,Roberta.2010. Maternal-Newborn Nursing The Critical
Components Of Nursing Care. Davis Company:Philadelpia
Cunningham, dkk. Williams Obstetrics, 21st edition. USA: McGraw-Hill. 2001.
Manuaba Gde Ida Bagus 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC
Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
Mochtar R.1998.Sinopsis Obsteri Jilid 2 Edisi II .Jakarta : EGC
NANDA 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta. EGC.
Ward,Susan & Hisley,Shelton.2009. Maternal-Child Nursing Care Optimizing Outcomes
for Mothers, Children, and Families.Davis Company:Philadelpia
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.
Yunitasari,
Esty.
Asuhan
Keperawatan
Postpartum.
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%-20KEPERAWATAN%20POST
%20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.46 WIB.
Zahra, Roswiyani P. 2010. Depresi Pasca Melahirkan (Postpartum Depression).
http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/39postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf. Diakses tanggal 8 Desember
2010. Pukul 8.44 WIB.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-perbedaanp-5102-3-bab2.pdf

LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS FISIOLOGIS
Untuk Memenuhi Laporan Profesi Departemen Maternitas
Periode 09 November 05 Desember 2015
Di R.Kamar Bersalin Puskesmas Gondanglegi-Malang
17

di Susun Oleh
Nama
Nim

: Dwi Nila Anggraeni


: 105070207131006

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015

18

You might also like