Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN RINGKASAN
Pekerjaan : Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar
1.
PENDAHULUAN
INFORMASI PROYEK
Nama Pekerjaan
Lokasi
Kecamatan
Pattalassang
dan
Kecamatan
Polengbangkeng Selatan Kabupaten Takalar
No. Kontrak
KU.08.08/PPK-PP/23/VIII/2011
Tanggal
15 Agustus 2011
Nama Satker
Sumber Dana
APBN
Tahun Anggaran
2011
LAPORAN RINGKASAN
-1
Lingkup Kegiatan
Secara garis besar kegiatan yang akan dilakukan dibagi dalam 10 (sepuluh) bagian
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pemilihan Lokasi
Pengukuran Topografi
Analisa Geologi dan Mekanika Tanah
Analisa dari Sudut Morphologi Sungai
Analisa Hidrologi
Analisa Hidrolika
Analisa Struktur
Analisa Masalah Lingkungan
Analisa Manfaat
Detail Desain (perhitungan dan penggambaran)
1.5.
Keluaran - Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa laporan-laporan
yang secara rinci tercantum pada laporan di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LAPORAN RINGKASAN
=
=
=
=
=
=
10
10
5
10
5
15
rangkap
rangkap
rangkap
rangkap
rangkap
rangkap
=
=
=
=
=
=
2
5
5
5
5
5
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
-2
= 5
Rangkap
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Rangkap
Buah
3.
LAPORAN RINGKASAN
5
10
1
5
5
5
5
5
5
1
-3
2.
KONDISI DAERAH
Topografi
Kondisi topografi pada DAS Pappa hulu merupakan daerah pegunungan, sedangkan
pada bagian hilirnya merupakan daerah dataran. Ketinggian topografi pada daerah
pegunungan antara + 50 m sampai + 1000 m, sedangkan pada daerah dataran antara +
0 sampai + 50 m. Daerah dengan topografi rendah mulai dari percabangan sungai
Dingau dan Sungai Pamukkulu (Jembatan Bonto Sanra) ke arah hilir, dimana daerah ini
juga merupakan daerah yang rawan terhadap banjir.
2.2.2.
Kondisi Hidrologi
LAPORAN RINGKASAN
-4
Kondisi curah hujan bulanan rata-rata dari stasiun yang ada pada daerah studi seperti
disajikan pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Rata-rata DAS Pappa
Wilayah Administrasi
LAPORAN RINGKASAN
Jumlah
Tingkat
Proyeksi
-5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mangarabombang
Mappakasunggu
Sanrobone
Polombangkeng Selatan
Polombangkeng Utara
Galesong Selatan
Galesong
Galesong Utara
Pattalassang
Total
Penduduk
th.2009
35.237
14.562
12.726
25.692
43.629
22.811
35.838
34.302
33.177
257.974
Pertumbuhan
(%)
0,96
0,83
0,84
0,82
2,27
0,77
1,08
1,86
1,74
Jml Penduduk
th.2030
42.003
16.979
14.864
29.923
48.221
50.304
27.730
49.166
46.234
325.424
LAPORAN RINGKASAN
-6
3.
3.1
Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan
LAPORAN RINGKASAN
-7
3.3.3.
No.
Nama
1
2
3
BM.5R
BM.5L
BRG.1L
Koordinat
X (m)
Y (m)
495,153.225
9,398,787.585
495,266.647
9,398,679.471
494,153.350
9,397,831.171
Elevasi
Z (m)
3.41
2.84
6.15
BM Yang Dipasang
Daftar BM yang dipasang pada pekerjaan pengukuran ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Daftar BM yang Dipasang
No.
1
2
3
3.3.4.
Nama
BM.01
BM.02
BM.03
Koordinat
X (m)
Y (m)
494,578.29
9,398,127.46
495,222.75
9,399,953.56
495,636.78
9,399,780.00
Elevasi
Z (m)
2.247
3.530
3.612
Hasil pekerjaan pengukuran berupa data pengukuran dan gambar pengukuran sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Analisa Butir
Batas Aterberg
Berat Jenis
Natural Moisture Content
Shear Strength Caracteristic
Consolidation
LAPORAN RINGKASAN
6 sampel
6 sampel
6 sampel
6 sampel
6 sampel
6 sampel
-8
Permeability
Triaxial Test
6 sampel
6 sampel
Tabel 3.3. Lokasi Titik Pengeboran Inti
No.
1
2
3
Posisi
As bendung kiri
As bendung kanan
Tengah kolam olak
Total
Titik Bor
BH. 01
BH. 02
BH. 03
Kedalaman
(m)
20
20
20
60
Elevasi
+2.40
+1.75
-0.40
Posisi
Tebing kanan sungai
Tebing kiri sungai
Lokasi gedung kontrol
Titik Test
Pit
TP. 01
TP. 02
TP. 03
Kedalaman
(m)
2-3
2-3
2-3
Elevasi
+2.80
+2.78
+2.96
Bangunan direncanakan bertumpu pada batuan tufa pasiran yang cukup padat.
Pekerjaan penggalian pada lokasi bendung karet perlu menggunakan tenaga mekanis
pada batuan yang dilengkapi dengan pemecah batuan (breaker). Pada lokasi batuan
yang lapuk penggalian dapat dilakukan dengan excavator dengan bucket biasa.
Dari hasil test SPT pada ke tiga titik bor inti menunjukkan bahwa dibawah lapisan tanah
atas (top soil) atau pada kedalaman yang rata dengan elevasi dasar sungai, kondisi
batuan cukup padat dengan bacaan N SPT > 60. Pondasi lantai utama bendung karet
maupun dinding talud di kedua sisi bendung karet bertumpu pada jenis batuan ini.
b.
Kedalaman Pondasi
Lapisan batuan tufa sebagai batuan dasar sebagian telah mengalami pelapukan
diperkirakan setebal 1 - 2,0 m, sehingga untuk mencapai posisi kedudukan pondasi yang
aman terhadap rembesan minimal pada kedalaman 2,0 meter di bawah lapisan aluvium
sungai.
3.4.3. Mekanika Tanah
Hasil uji laboratorium dari sample Tanah pada BH-01, BH-02, TP-01, dan TP-02. Grain
size, kandungan gravel 0%, sand antara 2 11%, silt antara 20 40% dan clay antara 52
78%. Nilai Indeks Plastis antara 20 33%, triaxial test (C) 0,10 0,20 kg/cm2, ()
antara 6.3 11.2, konsolidasi (Cv) antara 3,5x10-3 5,0 x10-3 cm2/sec, (Cc) antara
0,51 0,93 dan kadar air antara 17,21 28,99%.
LAPORAN RINGKASAN
-9
4.
ANALISIS HIDROLOGI
Nama Stasiun
Sts. Hujan
Cakura
Jenemarung
Takalar
Malolo
Bend. Pamukkulu
Palekko
Sts. Duga Muka Air
S.Pappa - Bontocinde
Sts. Klimatologi
Bonto Bili
Kode
Periode
Keterangan
17 H
18 H
19 H
20 H
21 H
77 OP
1990 2010
1990 2010
1990 2010
1990 2010
1990 2010
1990 2010
Lengkap
Lengkap
Kosong th. 2007
Lengkap
Kosong th.2007-2010
Lengkap
65 H
1990 2010
Lengkap
2H
1986 2009
Lengkap
Sub DAS/TitikTinjauan
Sub DAS Pamukkulu
Sub DAS Dingau
Sub DAS Barana
Sub DAS Pappa Hulu
Sub DAS Pappa Hilir
Total DAS Pappa
(ha)
13326
13657
9550
788
1577
38898
(km)
133.26
136.57
95.50
7.88
15.77
388.98
Panjang
Sungai
Utama
(km)
43
33
23
3.8
9.6
Elevasi
H1
(+m)
750
450
350
6
3
H2
(+m)
6
6
3
3
0
LAPORAN RINGKASAN
- 10
LAPORAN RINGKASAN
- 11
Kebutuhan air irigasi dihitung menggunakan data klimatologi stasiun Bonto Bili dan data
hujan rata-rata dari stasiun yang ada, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Daerah irigasi yang akan dilayani dari bendung karet S.Pappa (jika ketersediaan air
mencukupi) adalah daerah persawahan yang ada di hulu bendung karet di sebelah kiri
sungai, dengan luas areal 200 ha. Areal persawahan tersebut sebenarnya merupakan
bagian dari areal irigasi dari D.I. Cakura yang luas total layanannya 2060 ha. Namun
karena ketersedian air dari bendung Cakura tidak mencukupi maka petani menggunakan
pompa air untuk mengambil air dari Sungai Pappa dengan membuat bendung sederhana
untuk menahan intrusi air laut.
4.6. Ketersediaan Air
Debit andalan (Q80 dan Q99) dihitung menggunakan data pencatatan muka air (staf
gauge) stasiun Bonto Cinde pada hulu sungai Pappa, yang terletak di percabangan
sungai Dingau dengan Sungai Pamukkulu. Data pencatatan muka air yang ada
merupakan data harian, yang diolah menjadi data debit harian rata-rata berdasarkan
lengkung debit di lokasi stasiun tersebut. Persamaan lengkung debit dicari berdasarkan
data pengukuran debit tahun 1992 -2010.
Persamaan lengkung debit yang digunakan adalah :
Q = 13.36 H2 + 7.56 H + 1.07 , dengan koefisien korelasi R = 0.97
Dimana :
Q = debit dalam m3/dt
H = tinggi muka air (m)
Dari hasil perhitungan debit harian, selanjutnya dihitung debit harian rata-rata bulanan,
selanjutnya diurutkan dari kecil ke besar untuk mendapatkan Q80 dan Q99. Hasil
perhitungan debit andalan seperti yang tercantum pada Tabel 4.8.
LAPORAN RINGKASAN
- 12
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Q99
14.92
16.43
16.66
12.69
7.85
2.77
0.68
0.6
0.45
Air baku
0.102
0.102
0.102
0.102
0.102
0.102
0.102
0.102
0.102
Irigasi
0.060
0.069
0.090
0.134
0.266
0.259
0.221
0.133
0.041
Total
0.162
0.171
0.192
0.236
0.368
0.361
0.323
0.235
0.143
Balance
14.76
16.26
16.47
12.45
7.48
2.41
0.36
0.36
0.31
Okt
Nop
Des
1.02
3.01
13.03
0.102
0.102
0.102
0.030
0.006
0.036
0.132
0.108
0.138
0.89
2.90
12.89
- 13
4.8.
Barana
53.50
40.00
64.00
119.00
100.50
95.00
110.00
63.00
50.00
108.00
172.50
154.00
54.00
150.00
50.00
52.50
132.50
83.00
66.50
50.00
65.00
Sub DAS
Dingau
Pamukkulu
77.00
85.00
81.50
128.00
89.50
47.00
109.00
130.00
162.50
74.00
125.00
110.00
115.50
81.00
85.00
65.00
101.50
134.00
160.00
165.50
94.00
106.50
160.00
335.50
114.00
133.50
104.50
135.50
75.00
66.50
76.50
122.50
67.50
115.00
89.50
69.00
181.00
76.00
159.50
87.00
75.50
69.50
Pappa Hulu
19800
70.00
108.00
128.00
208.00
109.00
140.00
130.00
145.00
196.00
190.00
310.00
144.00
155.00
103.00
131.00
190.00
0.00
163.00
180.00
117.00
4.8.2.
Curah hujan rancangan dihitung menggunakan distribusi frekuensi Normal dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.11 Curah Hujan Rancangan DAS Pappa (Distribusi Normal)
No.
1
2
3
4
5
6
7
Periode
Ulang
2
5
10
20
25
50
100
LAPORAN RINGKASAN
Barana
87.29
120.79
138.34
152.70
155.43
169.05
180.22
Sub DAS
Dingau
Pamukkulu
109.69
111.29
139.14
161.75
154.57
188.18
167.19
209.81
169.59
213.91
181.57
234.44
191.38
251.26
Pappa Hulu
150.14
197.95
222.99
243.47
247.36
266.80
282.74
- 14
4.8.3.
dk
X hitung
X kritis
Hasil akhir
Sub DAS
Dingau
Pamukkulu
1
1
0.05
0.05
1.67
3.19
3.84
3.84
Diterima
Diterima
Pappa Hulu
1
0.05
1.67
3.84
Diterima
4.9.
Periode
Ulang
2
5
10
20
25
50
100
Barana
194.53
268.00
306.48
337.97
343.95
373.83
398.32
Sub DAS
Dingau
Pamukkulu
247.53
224.59
320.99
325.14
368.50
377.81
414.73
420.90
424.69
429.08
474.45
469.98
519.40
503.49
Pappa Hulu
67.63
89.21
98.86
104.47
107.39
111.85
115.17
Lokasi
Bendung karet
561.25
763.54
877.89
976.97
997.80
1092.33
1170.29
Untuk hidrograf banjir di lokasi bendung karet S. Pappa (Lokasi Alternatif-2) dihitung
dengan cara melakukan routing banjir dari hidrograf banjir yang masuk ke sistem sungai,
yaitu dari Sub DAS Pamukkulu, Dingau, Pappa Hulu, dan Barana. Karena tersedia data
pengukuran profil memanjang dan melintang sungai di lokasi ini, maka Routing banjir
dilakukan dengan analisa hidrolika inflow dan outflow di sungai pada kondisi aliran tidak
tunak (unsteady flow) dengan model HEC RAS. Hasil selengkapnya hidrograf banjir pada
lokasi bendung karet disajikan pada Tabel 4.14
4.10. Periode Ulang Banjir
Untuk perencanaan bendung karet, digunakan debit banjir rencana sesuai dengan debit
rencana pengendalian banjir di sungai Pappa. Karena pada saat terjadi banjir posisi
bendung karet dalam keadaan mengempis, sehingga tidak ada efek pembendungan dari
bendung karet. Berdasarkan studi-studi terdahulu dalam pengendalian banjir sungai
Pappa, digunakan debit banjir rencana periode ulang 25 tahun.
LAPORAN RINGKASAN
- 15
LAPORAN RINGKASAN
- 16
5.
Alternatif-2
Posisi 10.2 km dari muara
Luas catchment areanya 306
km2, sehingga ketersediaan
airnya lebih sedikit
Alternatif-3
Posisi 12.6 km dari muara
Luas catchment areanya 269
km2 Ketersediaan air dari
sungai paling kecil.
Lebar bendung 65 m
Dasar pondasi berupa batuan
keras, dan cukup dengan
pondasi dangkal
Pelaksanaan konstruksi lebih
mudah
Lebar bendung 65 m
Dasar pondasi berupa batuan
keras, dan cukup dengan
pondasi dangkal
Pelaksanaan konstruksi lebih
sulit. Pembangunan bendung
karet tergantung pada jadi
tidaknya
dibangun
waduk
tunggu
LAPORAN RINGKASAN
- 17
LAPORAN RINGKASAN
- 18
5.3.
Posisi pada Alternatif ke 2, berada 10.2 km dari muara sungai, sekitar 1.5 km di sebelah
hulu jembatan jalan poros Takalar-Jeneponto. Pada lokasi ini saat ini telah ada bendung
sementara yang dibangun swadaya masyarakat. Lokasi as bendung ditempatkan sejauh
50 m ke hulu dari as bendung swadaya masyarakat yang ada. Mengingat bendung
tersebut saat ini masih difungsikan oleh masyarakat, dan dari hasil pertemuan
konsultasi masyarakat disepakati lokasi tersebut, sehingga tidak akan mengganggu
bangunan pada saat dilaksanakan pengeboran untuk penyelidikan geologi teknik.
Namun karena bendung ini dari pasangan batu kali, dan hanya disediakan beberapa
lubang untuk pengaliran pada saat banjir, sehingga mercu yang ada akan menambah
ketinggian muka air banjir di lokasi ini pada saat terjadi banjir. Maka direkomendasikan
bendung swadaya ini untuk dibongkar pada saat pembangunan bendung karet nantinya.
5.4.
Uraian
Panjang bentang bersih bendung
pada mercu atas, L
Dimensi
66.00 m
2.
3.
4.
5.
6.
-0.50 m
7.
8.
1.20 m
10.00 m
9.
+2.00 m
10.
11.
+4.50
+2.00
2x25.00 m
2.50 m
0.60 m
71.00
1.00
1.65 1.65
35.00
28.35
5.00
3.10
1.00 m
35.00
28.35
+2.60
+2.60
+2.00
2.50
0.80
2 x 28.35 m
2 bh
Keterangan
Diambil sama dengan lebar rata-rata sungai di
sekitar lokasi bendung (1 km ke hulu dan 1 km
ke hilir)
-0.50
0.80
5.00
+4.50
3.10
-0.50
61.00
LAPORAN RINGKASAN
- 19
5.5.
= Cw L h13/2
dengan :
Qw = debit limpasan pada pembendungan maksimum (m3/s),
Cw = koefisien limpasan (m1/2/s),
L
= panjang bentang bendung (m),
h1 = tinggi pembendungan maksimum (m).
Besarnya Cw bisa didekati dengan rumus:
Cw = 1.77 (h1/H) + 1.05 (untuk 0 < h1/H < 0,3)
Direncanakan tinggi pembendungan maksimum h1 = 0.24 H = 0.24 * 2.5 = 0.60 m
Cw = 1.77 (0.60/2.50) + 1.05 = 1.475
L
= 2 x (B+m1(H+1/2.h)+m2(H+1/2.h))
Dimana :
LAPORAN RINGKASAN
- 20
B
m
sehingga :
L
= 2 x (28.35 + 0.5*(2.50 + 0.30) + 1.0*(2.5+0.30)) = 65.10 m
Qw = 1.475 * 65.10 * 0.603/2 = 44.63 m3/dt 45 m3/dt
5.5.6. Debit spesifik pada V-Notch
Debit pada V-notch dihitung dengan asumsi karet pada pusat V-notch mengempis total,
sedangkan di bagian lain masih mengembang sempurna. Sementara itu, muka air hulu
sama dengan muka air pada pembendungan maksimum.
Besarnya debit dihitung dengan rumus:
qv
dengan:
qv
Cv
H
h1
qv
= Cv (H+h1)3/2
=
=
=
=
1.55
Asumsi mercu
2.50
5.00
3.10
28.35
LAPORAN RINGKASAN
- 21
Dari analisa profil muka air sungai pada kondisi setelah ada bendung karet dengan
dimensi bendung sebagaimana diuraikan diatas, diketahui bahwa tinggi muka air ratarata hampir sama dengan kondisi sebelum ada bendung, dimana hanya ada
peningkatan sekitar 0.05 sampai 0.08 m ke arah hulu, pada debit banjir rencana periode
ulang 25 tahun. Tinggi muka air banjir pada lokasi as + 4.41.
As Bendung
Karet
As Bendung
Karet
Gambar 5.5. Profil Muka Air Sungai Pappa Kondisi Ada Bendung Karet (kondisi
mengempis)
LAPORAN RINGKASAN
- 22
Dari perhitungan hidrolis kolam peredam energi bendung karet Sungai Pappa diperoleh
dimensi hidrolis sebagai berikut :
Digunakan kolam olak datar dengan terjunan dan ambang ujung hilir.
Elevasi rencana kolam olak :
El.2 = El. M.a hilir Y2 = 0.82 2.61 = - 1.79
Tinggi ambang ujung hilir :
n
= Y1 = * 1.16 = 0.58 m 0.60 m
Panjang kolam olak :
Lj
= 5 (n+Y2) = 5(0.60+2.78) = 16.90 m, direncanakan Lj = 17.00 m
+4.50
mab. +2.60
man. +2.00
+0.82
-0.50
-1.00
-2.00
5.00
10.00
10.00
17.00
1.50
Kekerasan
tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran 1000
kali tidak melampaui 0,8 m3/mil
Kuat tarik
kuat tarik pada suhu normal 150 kg/cm2
kuat tarik pada suhu 100o 120 kg/cm2
Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan kekuatan tarik
untuk menahan gaya sebesar 58960 N/m. Ketebalan karet yang digunakan 11.8 mm.
5.6.2.Kekuatan
Kekuatan lembaran karet harus mampu menahan gaya tekanan air dikombinasikan
dengan gaya tekanan udara dari dalam tubuh bendung.
Gaya tarik pada selubung tabung karet :
T
= 0,5 H pb = 0.5 * 2.50 * 2000 = 2500 N/m
Dimana tekanan udara di dalam tabung karet direncanakan 2000 Pa.
Gaya tekanan air dari hulu bendung :
Fw = 0,5 w [Y2 (h1+v2/2g)2] = 0.5 * 9810 [2.752 (0.75+1.562/2*9.81)2]
= 9741 N/m
Gaya pada angker hilir :
Ti
= T + 0,5 Fw = 2500 + 0.5 * 9741 = 7370 N/m
LAPORAN RINGKASAN
- 23
0.5
1
2.50
28.524
3.231
0.269
4.443
8.886
4.443
4.070
0.198
28.35
35.825
- 24
- 25
sepanjang pipa baja dalam tabung karet. Dalam tabung karet juga perlu dilengkapi
lubang drainase yang diperlukan untuk menguras akumulasi air yang terjadi akibat
pengembunan udara yang dimampatkan.
5.8.2. Pompa dan saluran udara
Pompa udara disediakan untuk mengembangkan tabung karet. Pemompaan udara ke
dalam tabung karet dilengkapi dengan instrumen pengontrol tekanan udara
(manometer).
Sehingga kapasitas pompa yang dibutuhkan :
Kp = ( 0.2 * 160 ) / 15 = 2.13 m 3/menit, digunakan pompa udara dengan
kapasitas 2.20 m3/menit, untuk setiap panel. Sehingga digunakan 2 buah pompa
dan motor dengan kapasitas masing-masing 2.20 m3/menit.
Diameter pipa saluran udara ditentukan berdasarkan waktu pengempisan, dimana
diperoleh hasil diameter pipa udara 3 inci dengan waktu pengempisan 19.5 menit.
Tekanan udara dalam tabung 2000 Pa. Kecepatan udara keluar 29.92 m/dt.
5.8.3. Sistem otomatisasi
Prinsip kerja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu bendung sudah
mencapai muka air pengempisan yang direncanakan, akan terjadi aliran masuk ke
dalam sistem, yang diatur untuk menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari
tabung karet.
Sistem penggerak tuas yang akan digunakan adalah sistem ember, aliran air ditampung
dalam suatu ember yang diikatkan pada kotak otomatisasi. Dengan makin besar berat
ember, posisi ember akan turun hingga memutar tuas pembuka tutup saluran udara.
LAPORAN RINGKASAN
- 26
Keterangan :
A. Tubuh bendung
B. Lubang ventilasi
C. Ember penampung air
D. Tuas pembuka katup pembuang
E. Sistem transmisi pembuka katup
F. Pipa pembuang udara
G. Manometer
H. Pompa udara
I. Motor
J. Saringan udara masuk
K. Pipa pengisian/pembuang
L. Lubang masukan air
M. Pipa masukan air
N. Pipa drainase
LAPORAN RINGKASAN
- 27
6.
Total biaya yang diperlukan untuk pembangunan bendung karet Sungai Pappa adalah
sebesar Rp. 34,788,100,000,- (Terbilang : Tuga puluh empat milyar tujuh ratus delapan
puluh delapan juta seratus ribu rupiah), dengan rincian sebagaimana tercantum pada
Tabel Rekapitulasi Daftar Kuantitas dan Harga.
LAPORAN RINGKASAN
- 28
7.
PENUTUP
7.1. SIMPULAN
Dari pembahasan-pembahasan dalam laporan akhir dapat diambil beberapa kesimpulan
pokok sebagai berikut :
1. Sungai Pappa di Kabupaten Takalar memiliki potensi debit aliran tahunan yang
sangat besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dimana pada musim
kemarau ketersediaan air sangat kecil, namun pada musim hujan selalu
menimbulkan banjir besar. Disatu sisi kebutuhan air baku untuk PDAM Kota
Takalar semakin meningkat, namun sumber air yang tersedia semakin terbatas.
Disamping itu pengaruh intrusi air laut yang masuk ke sungai Pappa cukup jauh
ke dalam. Dalam rangka penyediaan air baku dan upaya untuk menahan intrusi
masuk ke daratan, serta tidak menimbulkan banjir yang semakin besar, maka
salah satu alternatif bangunan yang cocok untuk dibangun pada Sungai Pappa
adalah Bendung Karet.
2. Terdapat 3 (tiga) alternatif lokasi yang potensial untuk dibangun bendung karet
pada sungai Pappa, yaitu : (1). Alternatif-1 : lokasi di hilir, posisi 1.70 km dari
muara; (2). Lokasi tengah, posisi 10.20 km dari muara; (3). Lokasi hulu, posisi
12.60 km dari muara.
3. Berdasarkan perbandingan teknis, selanjutnya ditetapkan lokasi Alternatif-2 yang
dipilih, dengan pertimbangan : bendung tidak terlalu lebar (66 m), lokasi berada
tanah pondasi batuan yang lebih stabil (batuan tufa kepasiran), lokasi lebih dekat
dengan daerah layanan air baku, pelaksanaan konstruksi nantinya lebih mudah,
biaya konstruksi yang ekonomis dibanding 2 alternatif lain. Sedangkan
tampungan air di palung yang hanya 0.7 juta m3 diperkirakan sudah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan air baku (102 l/dt).
4. Untuk kebutuhan perencanaan, dilakukan pengukuran topografi sungai sejauh 1
km ke hulu dan 1 km ke hilir dari as bendung, sedangkan untuk kebutuhan
analisa hidrolika profil muka air sungai digunakan data pengukuran profil sungai
sepanjang 13 km dari muara, dari studi pengendalian banjir sungai Pappa tahun
2008.
5. Penyelidikan geologi teknik di lokasi as bendung dilaksanakan dengan bor inti
sebanyak 3 titik, masing-masing dengan kedalaman 20 m. Dari hasil pengeboran
menunjukkan bahwa dasar sungai di lokasi bendung merupakan batuan tufa
berpasir, dengan tingkat kepadatan sedang, dan daya dukung batuan cukup
bagus sehingga cukup menggunakan pondasi langsung, namun masih
diperlukan kolam olak mengingat batuan kurang tahan terhadap gerusan.
6. Bendung karet Sungai Pappa direncanakan untuk penyediaan sumber air baku
untuk PDAM Kota Takalar, yang akan digunakan untuk melayani penduduk
kecamatan Mangarabombang dan Polombangkeng Selatan untuk proyeksi
sampai tahun 2030, dengan total jumlah penduduk 81,310 jiwa, dengan total
kebutuhan air 102 l/dt. Dan apabila tampungan air tersedia, akan dimanfaatkan
untuk irigasi pompa areal di hulu sebelah kiri sungai seluas 200 ha.
7. Berdasarkan analisis ketersediaan air, dengan menggunakan data AWLR
Stasiun Bonto Cinde yang terletak di S.Pappa bagian hulu (lokasi percabangan
S.Dingau dan S.Pamukkulu), bahwa ketersediaan air pada musim kemarau
(Agustus-Nopember) sangat terbatas (untuk Q99 nilainya 0 m3/dt selama 4
bulan tersebut). Hal ini diakibatkan di hulu posisi AWLR terdapat bendung
Pamukkulu yang melayani areal irigasi teknis seluas 2090 ha, sehingga apabila
debit sungai terbatas, maka air yang ada dimanfaatkan semua untuk melayani
areal irigasi, dengan demikian tidak ada limpasan di hilir bendung. Disamping itu
LAPORAN RINGKASAN
- 29
karena kondisi lapisan tanah penutup batuan di daerah ini relatif dangkal,
sehingga kemampuan untuk menyimpan airnya kurang.
8. Karena dalam kondisi banjir bendung karet mengempis, sehingga tidak ada efek
pembendungan, maka bendung karet direncanakan dengan debit banjir rencana
sesuai dengan debit banjir rencana sungai, yaitu debit rencana tanggul
pengendalian banjir sungai Pappa, dengan periode ulang 25 tahun.
9.
Tipe bendung karet yang digunakan adalah bendung karet isi udara.
10. Dimensi utama bendung karet Sungai Pappa adalah : elevasi mercu bendung
kondisi mengembang +2.00 m, elevasi lantai utama -0.50 m, tinggi bendung
kondisi mengembang 2.50 m, elevasi pembendungan maksimum + 2.60 m,
panjang mercu bagian atas 2x 33.1 m, panjang mercu bawah 2x 28.35 m,
bendung karet tidak dilengkapi dengan pintu penguras, panjang kolam olak
17.50 m, panjang lantai utama 10 m, panjang lantai muka 15 m, elevasi dasar
kolam olak -2.00m. Pondasi lantai bendung bertumpu pada batuan tuffa
kepasiran, dengan nilai N SPT > 60, dengan kedalaman galian pondasi rata-rata
1.50 m yang merupakan lapisan batuan keras.
11. Total biaya pembangunan bendung karet Sungai Pappa sebesar Rp. 31.696
Milyar, yang terdiri dari : pekerjaan persiapan Rp. 641 juta, pekerjaan tanggul
sementara, pengelak dan pengeringan Rp. 5.14 Milyar, pekerjaan bendung
utama Rp. 10.04 milyar, pekerjaan karet bendung, mekanik dan instalasi Rp.
8.26 milyar, pekerjaan gedung kontrol Rp. 1.00 Milyar, pekerjaan pintu Rp. 74
juta, biaya contingency 2.6 milyar, biaya konsultan supervisi 1 milyar, dan PPN
(10%) 2.88 Milyar.
7.2. SARAN-SARAN
1. Perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat setempat sebelum dilakukan
pembangunan dan pembebasan lahan, agar tidak terjadi permasalahan sosial
dalam pelaksanaan pembangunan nantinya.
2. Karena penyelidikan geologi dengan pengeboran hanya dilakukan sebanyak 3
titik di lokasi bendung, maka dalam tahap pelaksanaan nantinya kondisi geologi
teknik masih harus diselidiki lebih mendetail antara lain pada saat penggalian
pondasi bendung karet maupun basement dari gedung kontrol, dimana bisa
diamati kekerasan batuan dan ketebalan lapisan batuan.
3. Prioritas pertama dari pemanfaatan air yang tersedia dari bendung karet adalah
untuk penyediaan air baku, baru selanjutnya adalah untuk kebutuhan air irigasi
pompa. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi mengenai pengaturan penggunaan
air nantinya, agar tidak terjadi konflik kepentingan yang bisa menimbulkan
permasalahan sosial.
4. Perlu dilakukan studi lingkungan seperti UKL, dan UPL sebelum dilakukan
pembangunan bendung karet sungai Pappa ini.
5. Masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan yang
berkaitan dengan rencana pembangunan bendung karet, mulai dari
perencanaan, persiapan konstruksi, konstruksi dan pada saat bendung karet
sudah dioperasikan.
LAPORAN RINGKASAN
- 30