Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat
: Tn. E.
: 16 tahun
: Laki-laki
: Pelajar
: Islam
: Desa pemanggilan RT/RW 001/002 Natar,
Lampung Selatan
ANAMNESIS
Keluhan utama
:
Gatal dipunggung dan badan
Keluhan tambahan
:
Timbul bercak kemerahan yang tersebar dipunggung dan seluruh
badan
Riwayat penyakit
:
Remaja usia 16 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RS
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada 09 Februari 2016
dengan keluhan gatal dipunggung dan menyebar ke badan sejak 3
saat ini.
Pengobatan yang pernah didapat : 1
IV.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: tidak dilakukan
Kepala
: DBN
Thoraks
: DBN
Abdomen
: DBN
KGB
: -/- DBN
STATUS DERMATOLOGIS
Pada regio thoraks poterior dan anterior ditemukan plak
hipopigmentasi multipel dikelilingi papul eritema
V.
RESUME
Remaja usia 16 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RS
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada 09 Februari 2016 dengan
keluhan gatal dipunggung dan menyebar ke badan sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan disertai bercak kemerahan yang tersebar dipunggung dan badan,
awalnya keluhan bercak kemerahan sedikit dipunggung namun lama
kelamaan menyebar ke badan serta keluhan rasa gatal yang semakin
memberat. Os menceritakan pada awalnya, os sedang mengikuti
perkemahan dan selama disana menggunakan air untuk mandi dengan
kualitas air yg buruk yakni air berwarna kuning kehijauan dan kotor,
setelah menggunakan air tersebut keluhan perlahan muncul seperti saat ini.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan Pada regio thoraks poterior
dan anterior ditemukan plak hipopigmentasi multipel dikelilingi papul
VI.
VII.
VIII.
IX.
eritema.
DIAGNOSIS BANDING
Ptiriasis Rosea
Tinea korporis
Dermatitis numular
DIAGNOSIS KERJA
Ptiriasis Rosea
PENATALAKSANAAN
Loratadin tab 1x1
Metil prednisolon tab 8 mg 1x1
Krim (as.salisilat 3%, desoksimetasone, ketokonazole) 2x1
USULAN PEMERIKSAAN
Darah lengkap
Pemeriksaan Histopatologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan
rosea yang berarti berwarna merah muda4.
Pitiriasis Rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak
berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus ( herald patch ) dan
umumnya asimptomatik.3 Menurut Andrew ( 2006 ), Pitiriasis Rosea adalah
peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula
berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama
collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika lesi digosok
menurut aksis panjangnya, skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan (
hanging curtain sign ).2
EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi
Pitiriasis Rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total
penduduk dunia dengan usia antara 10-34 tahun.1
Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda
dengan rentang usia antara 15-40 tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut
usia.2
ETIOLOGI
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
Gambaran histopatologik dari Pitiriasis Rosea tidak spesifik sehingga
penderita dengan Pitiriasis Rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk
menengakkan diagnosis. Pemeriksaan histopatologi dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan
epidermis ditemukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia, spongiosis fokal,
eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang atau menipisnya lapisan
granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya ekstravasasi eritrosit serta
beberapa monosit.2,4
Akantosis
Spongiosis
Infiltrat limfohistiosit
GAMBARAN KLINIS
Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas bagian proksimal
dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang. 2 Sinar
matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada daerah
yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari
melindungi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal
didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita.1
1. Gejala klasik
Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau
anular dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah
ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang
ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang
juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini dikenal
dengan nama herald patch.1,2,3
Herald Patch
skuama
Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal berupa
malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan
pembengkakan kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu
kemudian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan
ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama
dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil ( diameter 0,5 1,5 cm )
dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan
kosta sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa
paul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan
garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan
tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2
2. Gejala atipikal
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya. Berupa tidak
ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi
lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan
vesikuler.3 Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal,
wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat
diagnosis dari Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan
sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.
Gambar Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal plak sekunder
sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3
DIAGNOSIS BANDING
a. Sifilis sekunder
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan
lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan timbulnya chancre.
Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi kulitnya non
purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi, walaupun umumnya
makulopapular
lebih
sering
muncul
disebut
makula
sifilitika.2
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak dibutuhkan
pemeriksaan penunjang. Namun dalan hal diagnosis susah ditegakkan, kita
membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding
lain.
Dapat dilakukan RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan FTA-Abs( Fluoresent
Treponemal Antibody Absorbed ) untuk skrining sifilis.8
PENATALAKSANAAN
1. Umum
Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh
sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi
yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang :
- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama
- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap
selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2
minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea
-
11
sehari ).2,9
Sistemik
Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa
gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan
kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau
asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.
Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin oral
pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis Rosea yang
diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa
73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral
mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga
mempunyai efek sebagai anti inflamasi5,6. Namun dari penelitian di
Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al menunjukkan tidak
ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan
eritromisin oral dengan pemberian plasebo.7
Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis
yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2 Pemakaian sinar
radiasi ultraviolet B atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa
gatal dan menguranngu lesi.2 Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada
penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B
( UVB ) dapat menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi.2
PROGNOSIS
12
DAFTAR PUSTAKA
1. James, William D., Timothy G.B, Dirk M. Epityriasis Rosea. In: James WD
Berger TG, Eston DM. Andrews diseases of the skin, 10th ed. WB
Saunders Company, Canada.2006; 207-216.
2. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine
Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 362-265.
3. Sterling, J.C. Viral Infections. In : Rooks textbook of dermatology.7th
ed. 2004. 25.79-82.
4. Lichenstein, A. Pityriasis Rosea. Diunduh dari www. Emedicine.com pada
tanggal 15 Agustus 2010.
5. Broccolo F, Drago F, Careddu AM, et al. Additional evidence that
pityriasis rosea is associated with reactivation of human herpesvirus-6
and -7. J Invest Dermatol. 2005; 124:1234-1240.
6. Stulberg,
D. L.,
Jeff W. Pityriasis
Rosea.
Am
Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91.
Diunduh
www.aafp.org/20040101/p47.html pada tanggal 15 Agustus 2010.
Fam
dari
13