Professional Documents
Culture Documents
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No.RM
Tanggal pemeriksaan
Rumah Sakit
Pemeriksa
: Laki-laki
: Islam
: Indonesia
: Pekerja kebun
: Luwuk Timur
: 437811
: 7 Agustus 2010
: Wahidin Sudirohusodo
: dr. R
ANAMNESIS
Keluhan utama
: Penglihatan kabur pada mata kanan
Anamnesis terpimpin:
Dialami sejak 2 hari (57 jam dari waktu kejadian) sebelum masuk
rumah sakit akibat terkena kaca spion pada mata kanan. Mata merah (+),
nyeri (-), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (-) pecahan kaca
yang tertinggal di mata (-), Riwayat nyeri (+) setelah kejadian, riwayat
keluar darah dari mata pada waktu kecelakaan (+), riwayat keluar air
seperti jelli (-). Riwayat memakai kaca mata (+). Riwayat pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas ketika sedang menyetir dan tiba-tiba
kaca spion mobil lain menabrak dengan kaca spion mobil pasien dan
pecahannya terkena ke mata pasien.
III.
PEMERIKSAAN
1) Inspeksi
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
INSPEKSI
OD
OS
Palpebra
Edema (+), minimal
Edema (-)
Apparatus lakrimalis
Lakrimasi (+)
Lakrimasi (-)
1
Silia
Konjungtiva
Normal
Hiperemis (+), injeksio
Normal
Hiperemis (-)
perikornea (+),
subkonjungtival bleeding
inferior temporal(+),
Keruh, Laserasi di limbus
Kornea
Jernih
parasentral
Dangkal
Iris terjepit di bibir luka
Unround
Keruh
Ke segala arah
Normal
Coklat,kripte(+)
Bulat, sentral
Jernih
Ke segala arah
Nyeri (-)
Nyeri (-)
2) Palpasi
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
PALPASI
OD
Tensi okuler
Tn-1
Nyeri tekan
Tidak ada
Massa tumor
Tidak ada
Pembesaran kelenjar preaurikuler
Tidak ada
OS
Tn
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3) Tonometri
Tidak dilakukan
4) Visus
VOD : 1/300
VOS : 6/6
5) Penyinaran oblik
PEMERIKSAAN
PENYINARAN OBLIK
OD
2
OS
Konjungtiva
Kornea
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Keruh (+) Injeksi perikornea (+), Injeksi perikornea (-)
Laserasi dari arah jam 5-10
parasentral
Dangkal
Iris terjepit di bibir luka
Unround,RC sulit dinilai
Keruh
BMD
Kesan normal
Iris
Coklat, kripte (+)
Pupil
Bulat, sentral, RC (+)
Lensa
Jernih
6) Slit lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), subkonjungtival bleeding(+) di daerah
inferior temporal, injeksio perikornea (+), kornea keruh, laserasi di limbus
dari arah jam 5-10 parasentral 4 mm, Seidel test (+), iris terjepit dibibir
luka. BMD kesan dangkal,iris coklat, kripte (+), sebagian iris di inferior
tampak di bibir luka, fibrin di bibir luka (+) pupil unround, RC sulit
dinilai, lensa keruh di kapsula anterior.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksio perikornea (-), kornea jernih,
iris coklat, kripte (+), BMD kesan normal, pupil bulat, sentral, RC(+),
lensa jernih.
7) Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
8) Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
9) Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
10) Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
11) Oftalmoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
12) Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. RESUME
Seorang laki-laki, Tn A., 38 tahun, datang ke UGD Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo dengan keluhan visus menurun pada mata kanan yang dialami sejak
2 hari (57 jam dari waktu kejadian) sebelum masuk rumah sakit akibat
kecelakaan lalu lintas. Mata hiperemis (+), lakrimasi (+), riwayat nyeri (+) setelah
kejadian, riwayat keluar darah dari mata pada waktu kecelakaan (+), riwayat
memakai kaca mata (+).
DIAGNOSIS
OD Trauma Oculi Perforans
PENGOBATAN
a) Eksplorasi + bersihkan fibrin + reposisi iris + jahit kornea +
b)
c)
d)
e)
VII.
Ekstraksi lensa OD
Cendo Polygran ED 6 x 1 gtt OD
Metilprednisolon 4 mg 3 x 1
Ciprofloxacin 500 mg 2 x 1
Injeksi TT
DISKUSI
Pasien ini didiagnosa dengan OD Trauma Okulus Perforans berdasarkan
PENDAHULUAN
Trauma mata merupakan kejadian yang lazim saat ini dan cenderung
meningkat pada masyarakat umum. Trauma mata sering merupakan penyebab
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami
sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan
kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan
di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalu
lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma
mata.1
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata
dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.2
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Secara
garis besar trauma ocular dibagi dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam
dan trauma kimia. Peralatan baru, penggunaan mikroskop dalam operasi, teknik
bedah minor telah mengubah secara dramatis pendekatan kita terhadap penaganan
kebanyakan trauma. Pengertian kita terhadap patofisiologi dari trauma telah
bertambah dengan penggunaan hewan coba. Sebagai hasil, prognosis umum
terhadap kebanyakan trauma mata menjadi jauh lebih baik.1,2
Perforasi bola mata merupakan keaadaan yang gawat untuk bola mata
karena pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat
mengakibatkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler.
Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca, prolaps iris,
maupun prolaps badan siliar.1,2
6
3,4
1. sklera/kornea,
2. Koroid/badan siliaris/iris, dan
3. Retina.
4. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di
sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata.
5. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata.
6. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan
mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina.
7. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas
lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di
dalam.
8. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang
mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke
retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan
gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang
akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada
sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.1,3
dan sebuah jendela yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. Transparansi
kornea dimungkinkan oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang
uniform dan sifat deturgescence-nya. Transparansi stroma dibentuk oleh
pengaturan fisis spesial dari komponen-konponen fibril. Walaupun indeks refraksi
dari masing-masing fibril-fibril kolagen berbeda dari substansi infibrillar,
diameter yang kecil (300 ) dari fibril dan jarak yang kecil di antara mereka (300
) mengakibatkan pemisahan dan regularitas yang menyebabkan sedikit
pembiasan cahaya dibandingkan dengan inhomogenitas optikalnya. Sifat
deturgescence dijaga dengan pompa bikarbonat aktif dari endotel dan fungsi
barrier dari epitel dan endotel. Kornea dijaga agar tetap berada pada keadaan
basah, dengan kadar air sebanyak 78%.1,2
Peran kornea dalam proses refraksi cahaya bagi penglihatan seseorang
sangatlah penting. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 43,25
dioptri dari total 58,6 kekuatan dioptri mata normal manusia, atau sekitar 74%
dari seluruh kekuatan dioptri mata normal. Hal ini mengkibatkan gangguan pada
kornea dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam fungsi visus
seseorang.3
Kornea adalah merupakan struktur vital dari mata dan oleh karenanya kornea
sangatlah sensitif. Saraf-saraf kornea masuk dari struma kornea melalui
membrana Bowmann dan berakhir secara bebas di antara sel-sel epitelial serta
tidak memiliki selubung myelin lagi sekitar 2-3 mm dari limbus ke sentral kornea,
sehingga menyebabkan sensitivitas yang tinggi pada kornea.1,3
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigemus.
Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.
Setiap
kerusakan
keratokonjungtivitis
pada
kornea
ultraviolet)
(erosi,
penetrasi
mengekspose
ujung
benda
saraf
asing
atau
sensorik
dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata involunter
(blepharospasme), refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan
kepada kemungkinan adanya cedera kornea. 1
10
Seperti halnya lensa, sklera, dan badan vitreous, kornea merupakan struktur
jaringan
yang
braditrofik,
metabolismenya
lambat
dimana
ini
berarti
ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan terjadinya trauma okuli
antara lain : kecelakaan penerbangan, kekerasan dalam tindak kejahatan, ledakan,
cedera olahraga, dan juga kecelakaan kendaraan bermotor. Selain itu beberapa
keadaan yang juga bisa menyebabkan cedera mata antara lain :1,7
Benda
PATOFISIOLOGI
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu
coup, countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan
yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang
getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur
orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung
mengambang dan merupai arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata
akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang
diharapkan.5,8
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan
luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun
demikian kabanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan
pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea
yang mana hal ini dapat menjadi serius. Trauma tembus bola mata dapat dengan
atau tanpa masuknya benda asing intraocular. Trauma tembus dapat berbentuk
perforasi sclera dengan prolaps badan kaca disertai dengan perdarahan badan
kaca. Dapat juga perforasi sclera ini disertai dengan prolaps badan siliar,
begitupula perforasi kornea disertai dengan prolaps iris.5,7
KLASIFIKASI
Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology System (BETTS), trauma okuli
dibagi atas 2 yaitu:9
Trauma
Laserasi
lamellar
Trauma
Laserasi
o Penetrasi
o Intraocular foreign body (IOFB)
13
o Perforasi
Saat melakukan pemeriksaan pada pasien dengan trauma okuli, adalah
penting untuk menentukan klasifikasi dari trauma karena dengan ini
penanganan yang cepat dapat dilakukan.4
MANIFESTASI KLINIS
Trauma okuli perforans termasuk luka akibat benda tajam/penetrasi yang dapat
mengakibatkan : 3,8,10
1. Luka pada palpebra
Kalau pinggiran palpebra luka dan tak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan
koloboma palpebra akuisita. Bila besar dapat mengakibatkan kerusakan kornea
oleh karena mata tak dapat menutup dengan sempurna.
2. Luka pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf
optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul
paralise dari otot dan diplopia. Mudah terkena infeksi, menimbulkan selulitis
orbita (orbital phlegmon), karena adanya benda asing atau adanya hubungan
terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.
3. Luka mengenai bola mata
Harus dihentikan :
- luka dengan atau tanpa perforas
- luka dengan atau tanpa benda asing
Kalau ada perforasi di bagian depan (kornea) : bilik mata depan dangkal,
kadang-kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea, tensi
intra okuler merendah, tes fistel positif. Bila perforasinya mengenai bagian
posterior (sklera) : bilik mata depan dalam, perdarahan di dalam sklera, koroid,
retina, mungkin ada ablasi retina, tensi intra okuler rendah.
a. Luka mengenai konjungtiva
Bila kecil dapat sembuh dengan spontan, bila besar perlu dijahit, disamping
pemberian antibiotik lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.
b. Luka di kornea
14
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes
fluoresin (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga dapat timbul ulkus
serpens
akut
atau
herpes
kornea,
dengan
pemberian
antibiotika
atau
c. Luka di sklera
Luka yang mengenai sklera berbahaya karena dapat mengakibatkan
perdarahan badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagian dalam bola
15
mata, ablasi retina. Luka kecil, tanpa infeksi sekunder pada waktu terkena trauma,
dibersihkan, tutup dengan konjungtiva, beri antibiotik lokal dan sistemik, mata
ditutup. Luka dapat sembuh. Luka yang besar, sering disertai dengan perdarahan
badan kaca, prolaps badan kaca, koroid atau badan siliar, mungkin terdapat di
dalam luka tersebut. Bila masih ada kemungkinan, bahwa mata itu masih dapat
melihat, maka luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong, luka sklera dijahit,
konjungtiva dijahit, beri atropin, kedua mata ditutup. Sekitar luka didiatermi. Bila
luka cukup besar dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat melihat, maka
sebaiknya di enukleasi, untuk menghindarkan timbulnya optalmia simpatika pada
mata yang sehat.
d. Luka pada corpus siliar
Luka disini mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan besar
dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang dapat berakhir dengan ptisis
bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul
oftalmia simpatika. Karena itu bila lukanya besar, disertai prolaps dari isi bola
mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya di enukleasi bulbi,
supaya mata yang sehat tetap baik.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola
mata , maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :1,2
- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi
- Tajam penglihatan yang menurun akibat tedapatnya kekeruhan media
refrakta secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebut
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata
- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea
- Bentuk dan letak pupil berubah.
- Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera
- Adanya hifema pada bilik mata depan
- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris lensa, badan kaca
atau retina
DIAGNOSIS
16
17
lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.1,11
Pemeriksaan CT-scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.
Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi
pada retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan
pemeriksa.1,5
Bila dalam inspeksi terlihat rupture bola mata atau adanya kecenderungan
rupture bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi
dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke se spesialis mata.
Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada semua kasus
trauma eksternal.1,3,5
PENATALAKSANAAN
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan
harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya
seperti: 1,2
- Infeksi
- Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika
Pada setiap timdakan bertujuan untuk :
- Mempertahan bola mata
- Mempertahankan penglihatan
Pada setiap keadaan, harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola
mata bila masih terdapat kempuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan.
Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan
banda asing tersebut.
Preoperasi
Penatalaksanaan yang berhubungan dengan pembedahan, diperlukan
pemilihan waktu operasi.. Perbaikan dapat memperkecil banyaknya komplikasi :
3,4,7
Nyeri
18
Perdarahan Suprachoroidal
Kontaminasi mikroba
Inflamasi intraocular
Efek yang mengganggu penundaan kecil dari perbaikan berikut dapat diambil
ukuran yang sangat baik dari preoperative sebagai berikut :4,7
luka
tembus
yang
sangat
minimal
secara
spontan
nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris
yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke
dalam bola mata dengan viskoelastik atau dengan memasukkan suatu spatula
siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari luka.
Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apbaila jaringan telah terpajan lebih dari 24
jam, atau apabila jaringaa tersebut mengalmi iskemia dan kerusakan berat, maka
jaringan yang prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang
dipotong harus dikirim ke laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan
pembiakan untuk memeriksa kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa
lensa dan darah dikeluarkan dengan sspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi
atau peralatan vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan perbaikan
dapat dicapai dengan cairan intraokular fisiologik, udara, atau viskolastik.1
Bedah
Penatalaksanaan laserasi tipe corneoscleral dengan prolaps uveal biasanya
memerlukan perawatan. Tujuan pertama dari perbaikan awal yang berhubungan
dengan pembedahan suatu laserasi corneoscleral adalah memugar kembali
integritas bola mata. Tujuan kedua, yang mungkin terpenuhi ketika perbaikan
utama atau selama prosedur yang berikut adalah untuk memugar kembali
perbaikan visus melalui keduanya melalui kerusakan eksternal dan internal pada
mata . 3,7
Jika prognosis visus dari mata yang terluka adalah sia-sia dan pasien
berisiko menderita sympathetic ophthalmic, Enukleasi harus dipertimbangkan.
Enukleasi primer hanya dapat dilakukan pada luka yang tidak dapat dilakukan
perbaikan dari segi anatomi, Maka dari itu pasien dianjurkan untuk memilih
prosedur lain. Pada kebanyakan kasus, keuntungan menunda enukleasi untuk
beberapa hari jauh lebih berat dibanding keuntungan enukleasi primer.Penundaan
ini (yang mestinya tidak lebih dari 14 hari meskipun demikian mata yang terluka
menimbulkan sympathetic ophthalmia), mempertimbangkan penilaian fungsi
penglihatan post operasi. Vitreoretina atau konsultasi plastic optalmik dan
stabilisasi kondisi medis pasien. Yang terpenting, menunda enukleasi yang gagal
mengikuti perbaikan dan hilangnya persepsi cahaya pada saat pasien
20
iris
Ekstraksi
katarak
Mekanik
Vitrectomy
21
Penyisipan
a. Katarak Traumatik
Katarak traumatik yang terjadi karena trauma tumpul atau trauma okular
perforans sehingga disebut katarak sekunder.
Katarak
akibat
trauma
tembus
dapat
dalam
bentuk
:8,10
a. Laserisasi yaitu robekan pada kapsul lensa. Bila kapsul robek dan isi lensa
bercampur dengan cairan aqueous dapat timbul katarak total.
b. Katarak Sekunder
Gejala Subyektif :Katarak sekunder dapat menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan.
Gejala Obyektif : Tampak sebagai suatu masa tebal yang dapat terdiri atas
kapsul anterior, kapsula posterior, masa lensa, cincin soemmering dan elschnig
pearl. Cincin soemmering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan
beretraksi kearah pinggir dan melekat pada kapsula posterior meninggalkan
daerah yang jernih ditengah, membentuk gambaran cincin. Pada pinggir cincin
ini tertimbun serabut lensa dan epitel yang berproliferasi.
b. Oftalmia Simpatetik
Simpatetik oftalmia
granulomatosa uveitis yang biasa terjadi tanpa diketahui setelah trauma atau
pembedahan terbuka. Oftalmia simpatetik adalah penyakit inflamasi yang bisa
terjadi pada mata yang tidak mengalami trauma beberapa bulan setelah trauma.
Penyakit ini diduga suatu suatu respon imun terhadap jaringan uvea yang terpapar
dengan trauma. Gejala seperti nyeri, penurunan visus dan fotofobia bisa berkurang
apabila dilakukan enukleasi pada mata yang mengalami trauma. Tanda awal
adalah
uveitis bilateral dengan sell/flare pada BMD, Injeksi siliar, iris yang
menebal, sinekia, vitritis, edema retina dan lainnya. Patofisologi pada keaadan ini
belum diketahui, tetapi dipercaya merupakan sebuah autoimmune delayed-type
hypersensitivity pada antigen infeksi atau jaringan uvea/RPE/retina, atau
kombinasi keduanya.8
c. Endoftalmitis
Endophthalmitis merupakan kejadian yang tidak biasa, tetapi merupakan
konsekuensi dari trauma luka terbuka. Endoftalmitis trauma lebih sulit untuk
didiagnosis dan ditindak lanjuti dibanding penyebab lain. Tanda dan gejala mirip
dengan penyebab enoftalmitis lain, tetapi didiagnosis sering telambat karena
24
trauma yang berat. Tanda awalnya berupa fotobia, nyeri yang tidak berhubungan
dengan gejala klinis, penurunan yang visus yang semakin buruk, hipopion, vitritis
dan periplebitis retina. Penanganan pada endoftalmits berupa vitrektomi,
antibiotik, dan kortikosteroid.8
PROGNOSIS
Prognosisnya mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor dan
jarang terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang.
Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan
berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Dalam jangka panjang,
dapat timbul glaukoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal
jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita juga dapat
menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor. Prognosis trauma okuli
perforans bergantung pada banyak faktor, seperti :1,2,8
- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik
- Tempat luka pada bola mata
- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing
- Dalamnya luka tembus, apakah tumpul atau luka ganda
- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus
DAFTAR PUSTAKA
25
http://www.useironline.org/pdf/bett.pdf
10. Rappon JM. Ocular trauma management for primary care provider.
Available from http://www.opt.pacificu.edu/ce/catalog/
11. Guex, Yan. Ophtalmic Emergencies. Avilable from 5 http://www.congressinfo.ch/sgim2010/content/30/handouts/21.05.2010_Hongkong_14.45_Gue
x-Crosier%20Yan.pdf
LAMPIRAN REFERENSI
26