Professional Documents
Culture Documents
METODE ANALISA
3.1 Umum
Beton merupakan bahan komposit dari agregat bebatuan dan semen sebagai bahan pengikat,
yang dapat dianggap sebagai sejenis pasangan batu bata tiruan karena beton memiliki sifat
yang hampir sama dengan bebatuan dan batu bata (berat jenis yang tinggi, kuat tekan yang
sedang, dan kuat tarik yang kecil). Beton dibuat dengan pencampuran bersama semen kering
dan agregrat dalam komposisi yang tepat dan kemudian ditambah dengan air, yang
menyebabkan semen mengalami hidrolisasi dan kemudian seluruh campuran berkumpul dan
mengeras untuk membentuk sebuah bahan dengan sifat seperti bebatuan. Beton mempunyai
satu keuntungan lebih dibandingkan dengan bebatuan, yaitu bahwa beton tersedia dalam
bentuk semi cair selama proses pembangunan dan hal ini mempunyai tiga akibat penting :
1.
2.
42
Universitas Sumatera Utara
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahanikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta
semen. Pada prinsipnya pasta semen mengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu
kerikil, basalt dan sebagainya). Rongga di antara bahan-bahan kasar diisi oleh bahan-bahan
halus. Hal ini memberi gambaran bahwa harus ada perbandingan optimal antara agregat
campuran yang bentuknya berbeda-beda agar pembentukan beton dapat dimanfaatkan oleh
seluruh material. Material penyusun beton secara umum dibedakan atas:
1. Semen
2 Agregat campuran : bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan merupakan bentuk
sebagian besar beton (misalnya: pasir, kerikil, batu-pecah, basalt);
43
Universitas Sumatera Utara
3. Air
4. Bahan tambahan (admixtures) bahan kimia tambahan yang ditambahkan ke dalam spesibeton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan (misalnya; 'accelerator',
'retarder' dan sebagainya.Sedangkan produk campuran tersebut dibedakan atas:
1. Batuan-semen: campuran antara semen dan air (pasta semen) yang mengeras
2. Spesi-mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang belum mengeras;
3. Mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang telah mengeras;
4. Spesi-beton: campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar) dan air
yang belum mengeras;
5. Beton: campuran antara semen, agregat campuran dan air yang telah mengeras.
3.3 Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan. Oleh
karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu
dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan
beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja
beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh)
yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.
44
Universitas Sumatera Utara
regangan tersebut mengakibatkan tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan
tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah penampang. Karena tulangan baja
dipasangan pada bagian tegangan tarik bekerja yaitu pada bagian bawah, maka secara teoritis
balok ini disebut sebagai balok bertulangan tarik saja. Pada bagian tekan atau bagian atas
penampang umumnya tetap dipasang perkuatan tulangan, tetapi bertujuan untuk membentuk
kerangka kokoh yang stabil pada masing-masing sudut komponen. Tulangan pada balok selain
dipengaruhi oleh beban-beban yang
diterimanya, juga dipengaruhi oleh ukuran dan syarat-syarat tumpuan. Tumpuan dianggap
kaku jika tidak terdapat deformasi. Tiga syarat-syarat tumpuan yang dipertimbangkan:
1. Tumpuan bebas, bila tumpuan mengalami perputaran sudut pada perletakannya.
2. Tumpuan terjepit penuh, bila terdapat jepitan penuh sehingga perputaran tidak mungkin
terjadi.
3. Tumpuan terjepit sebagian, bila tumpuan pada keadaan yang memungkinkan terjadi sedikit
perputaran
45
Universitas Sumatera Utara
Balok yang direncanakan sebanding untuk menahan geser, karena kenyataannya bahwa
kegagalan geser seringkali tiba-tiba dan bersifat getas, perencanaan geser harus mempunyai
kekuatan geser sama atau melebihi dari kekuatan lentur pada semua titik pada balok.
Hal dimana kegagalan geser dapat terjadi sangat bervariasi bergantung pada dimensi,
geometri, pembebanan dan sifat dari balok. Untuk alasan ini tidak ada cara yang lain untuk
merencanakan geser, balok tinggi yang pendek seperti braket, korbel, konsol, perpindahan
geser ke tumpuan adalah dominan akibat tegangan tekan daripada akibat tegangan geser.
a. Balok utuh
46
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
Dari diagram free-body pada gambar 3.1c dapat dilihat bahwa dM/dx = V. Jadi gaya geser dan
tegangan geser akan terjadi pada sebagian balok dimana momen berubah dari penampang ke
penampang. Dengan teori konvensional untuk bahan yang homogen, elastis untuk balok utuh,
tegangan geser (v), pada elemen pada potongan balok dapat dihitung menggunakan
persamaan.:
V .Q
I .b
(3.1)
Dimana :
V = Gaya geser pada potongan penampang.
I = Momen inersia dari potongan penampang
Q = Statis momen
b = Lebar dari balok dimana tegangan dihitung
Seharusnya dicatat pula bahwa tegangan geser yang sama terjadi baik pada bidang horizontal
maupun vertikal melalui suatu elemen, seperti ditunjukkan pada gambar 3.2a. Tegangan geser
horizontal adalah penting dalam perencanaan sambungan konstruksi, sambungan badan ke
sayap, atau daerah sekitar lubang pada balok. Untuk balok persegi yang utuh gambar 3.1a
memberikan distribusi tegangan geser seperti pada gambar 3.2b. Elemen-elemen pada gambar
3.2a akibat dikenai kombinasi tegangan normal akibat lentur f dan tegangan geser v. Tegangan
normal terbesar dan terkecil terjadi pada elemen disebut sebagai tegangan utama. Tegangan
utama dan bidang tempat terjadinya diperoleh dengan menggunakan suatu lingkaran tegangan
48
Universitas Sumatera Utara
Mohrs. Arah dari tegangan utama pada elemen seperti pada gambar 3.2a ditunjukkan pada
gambar 3.2c.
49
Universitas Sumatera Utara
Permukaan pada tegangan tarik utama terjadi pada balok yang utuh diplot pada gambar 3.3.
Trayektori permukaan atau tegangan berada di dekat sebelah bawah balok dan lebih mendatar
dekat bagian atas. Ini berhubungan dengan arah dari elemen seperti pada gambar 3.2c, karena
beton retak ketika tegangan tarik utama melewati kekuatan tegangan tarik dari beton, pola
retak akan mengikuti suatu jaringan garis seperti pada gambar 3.3a
P
a) Trayektori tegangan tekan pada balok yang tidak retak
P
b) Pola retak dari setengah bentang balok beton bertulang
Gambar 3.3 Trayektori tegangan tarik utama dan pola retak
50
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan secara normal pola retak pada balok beton bertulang melalui percobaan seperti
pada gambar 3.3b. Ada dua jenis retak yang terjadi, retak vertikal terjadi pertama kali, akibat
tegangan lentur. Ini mulai dari bawah balok dimana tegangan lentur terbesar. Jenis kedua
adalah retak miring pada ujung dari balok yang mana akibat dari kombinasi pengaruh geser dan
lentur. Pada umumnya terjadi pada retak miring, retak geser, atau retak tarik diagonal. Suatu
retak sedemikian harus nampak sebelum balok dapat menjadi gagal akibat geser. Beberapa dari
retak miring mempunyai perpanjangan sepanjang penulangan menuju ke arah tumpuan,
memperlemah pengangkuran tulangan pada balok. Suatu analisa mekanisme kegagalan dari
balok dengan tumpuan sederhana ditampilkan di sini. Beton dan tulangan dimodelkan secara
material yang benar-benar kaku.
51
Universitas Sumatera Utara
P
P
Gambar. 3.4 Pola retak pada balok akibat beban P (lentur dan geser)
Gambar 3.5 Analogi kerangka untuk balok struktur bertulang menurut Mrsch
Sudut kerangka yang terjepit dianggap memegang peranan penting terhadap dua tipe dari
model kerangka, jepit dan sudut kemiringan yang bervariasi terhadap model penunjang beton
diagonal. Pada suatu sudut kerangka terjepit diambil sebesar 45 derajat dan merupakan
c
pendekatan klasik terhadap model dengan pengaruh geser pada balok beton bertulang.
52
Universitas Sumatera Utara
Ritter pada tahun 1899 dan Mrsch pada tahun 1902 mengembangkan suatu model geser beton
bertulang yang mengabaikan tegangan tarik pada beton yang retak dan mengasumsikan bahwa
o
tegangan tekanan diagonal akan tetap tinggal pada sudut 45 setelah beton retak (gambar 3.6).
53
Universitas Sumatera Utara
secara sama kurang dari 45 . Persamaan keseimbangan adalah sama untuk teori daerah tekan
(Gambar 3.7). Kompatibilitas regangan dan tegangan tarik beton diabaikan. Jika penulangan
atau beton mencapai kekuatan leleh nya, model variasi sudut kerangka adalah sama seperti
batas bawah dari penyelesaian teori plastisitas seperti yang dijelaskan di awal.
pada
Satu dari keuntungan utama menggunakan batang kerangka sekarang adalah untuk menetapkan
tahanan elemen dari suatu batang yang merupakan aliran gaya-gaya dapat lebih mudah dilihat
secara visual oleh perencana. Aliran tegangan tekan diidealisasikan sebagai batang-batang tekan
54
Universitas Sumatera Utara
yang dinamakan penunjang, dan tarik oleh batang-batang tarik seperti gambar 3.8 yang
menunjukkan bagaimana model kerangka yang menggunakan penunjang dan pengikat dapat
mengidealisasikan aliran gaya-gaya dari pada batang dengan variasi perbandingan panjang dan
tinggi. Gambar ini juga menunjukkan penulangan yang dibutuhkan untuk balok langsing, yaitu
suatu balok dengan perbandingan panjang dan tinggi geser atau a/d adalah 2.5, dan suatu aliran
gaya yang tinggi adalah mempengaruhi baik geser dan arah dalam perencanaan. Untuk rasio dari
a/d yang rendah, balok tersebut menjadi daerah yang terganggu atau diskontiniu, dimana
asumsi normal dari regangan datar dan distribusi tegangan yang seragam adalah tidak cocok.
Model penunjang dan pengikat pada umumnya berguna dalam perencanaan di daerah D,
dimana karakteristik oleh aliran yang komplek pada tegangan dalam dari struktur
55
Universitas Sumatera Utara
c. Aksi kerangka
Gambar 3.8 a. Model kerangka dengan sambungan sendi yang sederhana
b. Analogi kerangka ke distribusi dari gaya pada balok tinggi
c.Modeln
kerangka
dari
elemen
beton
bertulang
56
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan penunjang dan pengikat disediakan untuk daerah yang terganggu atau diskontiniu yang
dinamakan daerah D dan ketentuan kerangka digunakan untuk balok atau daerah B, walaupun
masing-masing ketentuan menunjukkan suatu titik sendi yang dibuat, tegangan tarik dan tekan
batang uniaksial. Pada daerah B, perilaku balok diharapkan seperti penampang datar akan tetap
datar dan daerah tekanan yang seragam dapat dijumpai terhadap pembebanan geser. Pada daerah
D, jalur pembebanan yang rumit dari beban terpusat, bertemu ke arah tumpuan, atau aliran sekitar
lubang. Sepanjang geser diperhitungkan, perbedaan perilaku dari dua daerah dapat dinyatakan
secara baik, seperti pada gambar 3.9
57
Universitas Sumatera Utara
Daerah D (D berarti diskontiniu) daerah yang berdekatan akan berubah pada daerah
pembebanan pada beban terpusat dan pada reaksi tumpuan; atau akan berubah pada suatu
perubahan geometri seperti lubang atau perubahan penampang dan daerah diskontiniu
lainnya (lihat gambar 3.10). Pada daerah ini distribusi regangan secara signifikan menjadi
nonlinier.
58
Universitas Sumatera Utara
B
B
B
B
Gambar 3.10 Daerah D (bagian yang diarsir) dengan distribusi non linier akibat
a. Diskontiniu geometrid dan b. statikal diskontiniu
Tegangan dan trayektori tegangan adalah cukup halus pada daerah B dibandingkan pola
gelombang dekat daerah diskontiniu. Intensitas tegangan bertambah secara cepat terhadap
jarak dari konsentrasi tegangan sebenarnya. Perilaku ini merupakan penandaan daerah B dan D
pada struktur. Sepanjang daerah D tidak retak, ini dapat dianalisa dengan metode tegangan
elastis linier, seperti penerapan hukum Hooke, Akan tetapi jika penampang retak, pendekatan
59
Universitas Sumatera Utara
perencanaan yang dapat diterima hanya untuk beberapa kasus seperti tumpuan balok, sudut
portal, korbel dan tarikan pemisah pada angkur beton prategang. Bahkan pendekatan ini
biasanya hanya untuk untuk perencanaan dengan sejumlah penulangan yang dibutuhkan, ini
tidak meliputi suatu kontrol yang jelas terhadap tegangan beton. Akan tetapi sub pembagian
dari struktur ke dalam daerah B dan daerah D adalah nilai yang bisa dianggap untuk memahami
gaya-gaya dalam pada struktur. Itu juga menunjukkan bahwa aturan l/h yang sederhana untuk
mengelompokkan balok, balok tinggi, panjang atau pendek, korbel dan kasus-kasus khusus yang
ditemukan. Untuk klasifikasi yang sebenarnya, baik geometri dan beban harus diikutseratakan.
Untuk memperoleh garis pembagian yang berbeda antara daerah B dan daerah D, prosedur
berikut diusulkan, dimana secara grafik dijelaskan oleh empat contoh seperti digambarkan pada
gambar 3.11:
1. Ganti struktur yang sebenarnya (i) dengan struktur khayal (ii) dimana dibebani sedemikian
sehingga memenuhi dengan hipotesa Bernouli dan memenuhi syarat keseimbangan pada
gaya-gaya penampang. Karena (ii) terdiri dari satu atau beberapa daerah B. Itu biasanya
melewati kondisi batas yang sebenarnya.
2. Pilih suatu keadaan keseimbangan tegangan sendiri seperti pada gambar (iii) dimana, jika
beban hidup pada gambar (ii) memenuhi kondisi batas yang benar (i).
3. Gunakan prinsip Saint-Venant dan temukan bahwa tegangan dapat diabaikan pada suatu
jarak dari keseimbangan gaya dimana dengan perkiraan sama dengan jarak maksimum
antara keseimbangan gaya itu sendiri. Jarak ini didefinisikan sebagai rentang dari daerah D.
60
Universitas Sumatera Utara
61
Universitas Sumatera Utara
Di sini dijelaskan bahwa balok beton yang retak mempunyai kekakuan dan arah yang berbeda.
Keadaan ini mungkin mempengaruhi perluasan daerah D tetapi tidak perlu untuk membahas
lebih lanjut karena prinsip dari Saint-Venant itu sendiri tidak mempunyai nilai yang presisi
(tepat) dan membagi garis antara daerah B dan D diusulkan di sini hanya menampilkan suatu
bantuan kualitatif dalam perkembangan model penunjang dan pengikat.
62
Universitas Sumatera Utara
63
Universitas Sumatera Utara
penulangan dalam arah melintang, itu mungkin gagal setelah retak ini terjadi. Jika tulangan
melintang cukup memadai tersedia, penunjang akan gagal oleh hancur. Pada model penunjang
dan pengikat, penunjang tekan ditunjukkan oleh garis putus-putus sepanjang sumbu dari
penunjang. Penunjang tarik ditunjukkan oleh garis garis linier.
64
Universitas Sumatera Utara
Strut
Strut atau batang tekan merupakan batang uniaxial tekan dan tegangannya adalah tegangan
tekan efektif beton pada saat beban mencapai batasnya.Strut tersebut memiliki lebar dan tebal
tertentu yang besarannya tergantung pada gaya batang serta tingkat tegangan yang
diijinkan.Strut beton dalam keadaan tekan dan tie beton dalam keadaan tarik cenderung
menyebar ketitik simpul,Ada tiga jenis dari penyebaran gaya-gaya didalam medan tekan yang
umum digunakan:
1. Jenis paling sederhana adalah jenis prisma dimana mempunyai lebar yang tetap seperti pada
gambar 3.13a
2. Jenis kedua adalah bentuk kipas dimana susunan dari penunjang dengan variasi kemiringan
bertemu pada atau menyebar dari titik tunggal seperti pada gambar 3.13b
3. Jenis ketiga dari penunjang adalah bentuk botol dimana penunjang mengembang atau
membesar sepanjang batangnya seperti pada gambar 3.13c.
a. Bentuk prisma
b. Bentuk kipas
c. Bentuk botol
Gambar 3.13 Tiga jenis dari penunjang (bentuk dasar medan tekan)
65
Universitas Sumatera Utara
Suatu penunjang tekan bentuk kipas adalah suatu rangkaian dari penunjang tekan yang
menyebar keluar dari gaya terpusat yang terjadi ke rangkaian pengikat tarik lokal sedemikian
seperti sengkang pada balok. Suatu contoh diberikan pada gambar 3.14. Kipas- kipas
ditunjukkan di atas reaksi dan di bawah beban. Suatu daerah tekan adalah rangkaian dari
penunjang tekan paralel (sebuah penunjang prisma) dikombinasikan dengan pengikat tarik yang
ada dan batang-batang tekan. Suatu daerah tekan ditunjukkan di antara kipas-kipas tekan
seperti gambar 3.14.
cu
. Ac
.......................................................................
(3.2)
66
Universitas Sumatera Utara
dimana :
Fns
= kekuatan tekan efektif dari beton pada penunjang, diambil sama dengan
cu
f
f
cu
cu
v . fc
= 1 . s
. fc
f = 0.85 . s . fc
cu
. ( 3.3 )
dimana :
v (nu) = faktor efektif beton,
A
STM
Jika f berbeda pada kedua ujung dari penunjang, penunjang diidealisasikan sebagai bentuk
cu
runcing yang seragam. Nilai v diperkenalkan sebagai suatu nilai tengah karena peraturan dan
67
Universitas Sumatera Utara
peneliti yang berbeda memasukkan faktor yang berbeda dalam pendefinisian dari kekuatan
tekan efektif beton.
Penulangan tekan harus digunakan untuk menambah kekuatan daripada strut, tulangan ini
biasanya diangkur,paralel dengan sumbu pusat strut, kasus seperti ini adalah kuat tekan
tulangan longitudinal yang ditulis :
TIE
3.10.2 Analisa Pengikat
3.10.2.1 Sifat pengikat dalam model penunjang dan pengikat
Komponen kedua dari Strut-and-Tie Model (penunjang dan pengikat) adalah tension TIE atau
batang tarik . Pengikat kebanyakan menunjukkan pada baja tulangan (sengkang, tulangan
longitudinal dan beberapa detail tulangan yang khusus), pada struktur beton batang tarik dapat
berupa satu atau kumpulan baja tulangan biasa atau dapat juga berupa satu atau kumpulan
beton prategang yang dijangkar dengan baik. Karena keruntuhan tarik dari baja tulangan lebih
daktail dibandingkan dengan keruntuhan tekan dari strut atau keruntuhan dari nodal
element,maka dalam perencanaan struktur keadaan batasnya lebih ditentukan oleh lelehnya
tulangan batang tarik (tie). Penempatan batang tarik juga harus diperhatikan karena dapat
mengakibatkan perubahan dimensi dari node element yang membahayakan yang dapat
meningkatkan tegangan pada strut tekan dan node element.Karena Strut-and Tie-Model
68
Universitas Sumatera Utara
diberlakukan pada beton struktur dalam keadaan batas , maka pada kondisi layan (serviceability
limit state) lebar retak pada batang tarik perlu diperiksa, yaitu melalui pembatasan lebar retak
atau melalui pembatasan tegangan baja yang lebih rendah.
3.10.2.1 Kekuatan dari pengikat
Besar gaya tarik pada batang tarik (tie) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Fnt=Ast.fy +Aps (fse +fp)(3.4)
Dimana : Fnt=gaya tari k batas terfaktor
Ast =luas baja tulangan biasa
Suatu balok pengikat non pratekan diasumsikan mencapai kapasitasnya ketika gaya pada tapak
mencapai
Tn = As . fy (3.5)
dimana :
fy = tegangan leleh dari tulangan baja
As = luas penampang tulangan
Tn = gaya tarik
Suatu nilai, fp ditambahkan untuk pengikat pratekan, ACI 318-2005 mengasumsikan fp sama
dengan 60 ksi. Perkiraan yang masih dapat diterima terhadap perubahan tegangan pada tulangan
pratekan sebagai balok yang dibebani terhadap kegagalan. Pada umumnya masalah utama dalam
perencanaan pengikat adalah angkur pengikat pada daerah-daerah titik nodal. Prisma beton
konsentik hipotetis pengikat tidak tahan terhadap sembarang gaya pengikat. Pada kontrol daya
69
Universitas Sumatera Utara
layan mengurangi regangan pada pengikat terhadap beton ini mungkin mengurangi perpanjangan
dari pengikat, mengakibatkan pada berkurangnya lendutan dari balok
70
Universitas Sumatera Utara
batang-batang tarik yang harus dijangkar.Penjangkaran batang tarik yang tidak baik akan
mengakibatkan keruntuhan lebih awal.Suatu anggapan untuk membedakan antara nodal dan
daerah nodal adalah sebagai berikut, nodal adalah titik dimana gaya aksial pada penunjang dan
pengikat berpotongan,sedangkan daerah nodal adalah daerah dimana sekeliling titik dimana
batang saling berhubungan. Untuk keseimbangan vertikal dan horizontal pada titik, harus ada
tiga gaya minimal yang terjadi .
tanda C-C-C adalah nodal angkur terjadi pertemuan tiga penunjang (gaya tekan)
tanda C-C-T adalah nodal angkur dengan dua penunjang (batang tekan) dan
satu pengikat (tarik),
tanda C-T-T adalah nodal angkur dengan satu penunjang (batang tekan) dan
dua pengikat (batang tarik),
tanda T-T-T adalah nodal angkur dengan tiga pengikat (batang tarik) .
seperti pada gambar 3.15, C digunakan untuk menunjukkan tekan dan T digunakan
untuk menunjukkan tarik sesuai dengan ACI 318-2005 yang mengasumsikan muka dari
71
Universitas Sumatera Utara
daerah nodal yang dibebani tekan mempunyai lebar yang sama seperti pada ujung dari
penunjang.
3.10.3.2Sifatdaridaerahnodal
Ada dua konsep yang berbeda untuk menentukan daerah nodal yang tepat: Daerah nodal
hidrostatik, Pada umumnya, daerah nodal diasumsikan mempunyai tegangan yang sama pada
semua tepi mendatarnya. Lingkaran Mohr untuk tegangan datar sebelah dalam yang terjadi
pada daerah nodal sedemikian digambarkan sebagai sebuah titik, jenis dari titik ini dikenal
sebagai daerah nodal hidrostatik.
Daerah nodal hidrostatik diperluas menjadi titik C-C-T atau C-T-T dengan asumsi pengikat
dikembangkan melewati daerah nodal untuk diangkur pada sisi jauh oleh kait atau lekatan pada
tulangan pengikat melebihi daerah nodal. Konsep ini ditunjukkan dengan menggunakan pelat
angkur hipotetis dibelakang sambungan. Daerah pelat angkur hipotetis dipilih sehingga tekanan
penumpu pada pelat sama dengan tegangan yang terjadi pada tepi lain dari daerah nodal. Luas
efektif dari pengikat dibagi oleh tegangan tumpu yang diijinkan untuk penunjang yang bertemu
pada titik tersebut.
Secara terpisah dari daerah nodal yang sederhana, suatu perluasan daerah nodal dapat
dikembangkan menggunakan konsep yang sama. Perluasan dari daerah nodal adalah daerah
perpotongan dari : a. Penunjang, b. Reaksi dan c. Lebar asumsi dari pengikat termasuk suatu
prisma beton konsentrik dengan pengikat. Gambar distribusi gaya dapat dilihat pada gambar 3.16
berikut :
59
Universitas Sumatera Utara
Gambar3.16distribusigaya
pada
daerah
nodal
Persamaan dapat diturunkan berhubungan dengan lebar dari penunjang, pengikat dan luas
penumpu jika diasumsikan bahwa tegangan adalah sama pada semua batang yang bertemu
pada daerah nodal C-C-T
w = w cos + lb sin
s
... (3.5)
dimana
w = lebar dari penunjang
s
60
Universitas Sumatera Utara
Hubungan ini berguna untuk mengatur ukuran dari daerah nodal dalam model penunjang dan
pengikat. Lebar penunjang dapat diatur dengan merubah w atau lb, satu kali. Pada saat itu
t
61
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
MODEL DAN APLIKASI
62
Universitas Sumatera Utara
Mutu beton
f c = 25 MPa
Ec = 4730 .
Mutu baja
fy = 400 Mpa
fys = 240 Mpa
Es = 210000 Mpa
b = 24 kN/m3
Banyak lantai
nl = 6
t1 = 12 cm
t2 = 12 cm
t3 = 12 cm
63
Universitas Sumatera Utara
64
Universitas Sumatera Utara
Kolom persegi lantai 1 bk1 =600 mm hk1=600 mm , tinggi kolom lt 1 lk1 = 400cm
Kolom persegi lantai 2 bk2 = 600 mm hk2=600 mm , tinggi kolom lt 2 lk2 = 400cm
Kolom persegi lantai 3 bk3= 600 mm hk3=600 mm , tinggi kolom lt 3 lk3 = 400cm
Kolom persegi lantai 4 bk4 = 600 mm hk4=600 mm ,tinggi kolom lt 4 lk4 = 400cm
Kolom persegi lantai 5 bk5 = 600 mm hk5=600 mm ,tinggi kolom lt 5 lk5 = 400cm
Kolom persegi lantai 6 bk6 = 600 mm hk6=600 mm ,tinggi kolom lt 6 lk6 = 400cm
bm1 = 300 mm
hm1 = 500 mm
bm2 = 300 mm
hm2 = 500 mm
bm3 = 300 mm
hm3 = 500 mm
bm4 = 300 mm
hm4 = 500 mm
bm5 = 300 mm
hm5 = 500 mm
bl1 = 300 mm
hl1 = 500 mm
bl2 = 300 mm
hl2 = 500 mm
bl3 = 300 mm
hl3 = 500 mm
bl4 = 300 mm
hl4 = 500 mm
bl5 = 300 mm
hl5 = 500 mm
bl6 = 300 mm
hl6 = 500 mm
ny =10
65
Universitas Sumatera Utara
qkeramik
tk = 2 cm
qspesi
spesi
= 0.021 kN/m2
qac
Ducting AC
qplafon
= 0.020 kN/m2
= 0.018 kN/m2
Beban tambahan (total) finishing lantai 1 qf1 = qkeramik + q spesi + qac+ qplafon
= 0.42 + 0.021 + 0.02 + 0.018
=0.479kN/m2
66
Universitas Sumatera Utara
] b
] b = 871.2 kN
] b = 871.2 kN
] b = 871.2 kN
] b = 871.2 kN
67
Universitas Sumatera Utara
68
Universitas Sumatera Utara
ld = 6000 mm = 6 m
Lantai dasar
Lantai 1
Lantai 2
=103.68 kN
Lantai 3
=103.68 kN
Lantai 4
=103.68 kN
Lantai 5
=103.68 kN
Lantai 6
=51.84 kN
69
Universitas Sumatera Utara
Berat total tiap lantai akibat berat sendiri (akibat beban mati) (wbs)
Lantai dasar wbso = wko + wdo= 518.4 + 51.84 = 570.24 kN
Lantai dasar 1 wbs1 = wp1 + wb1 + wk1 + wd1
=1460.16 + 871.2+ 1036.8 + 103.68 = 3471.84. kN
Lantai dasar 2 wbs2 = wp2 + wb2 + wk2 + wd2
= 3471.84. kN
= 3471.84. kN
= 3471.84. kN
= 3471.84. kN
= 2901.6 kN
Total seluruh akibat beban mati wbs =wbso+wbs1+wbs2 +wbs3 + wbs4 +wbs5+wbs6
= 570.24 + 3471.84+3471.84+3471.84+3471.84+3471.84+2901.6
= 20831.04 kN
4.3b Beban Hidup
Beban hidup untuk perkantoran
lantai 1
lantai 2
lantai 3
lantai 4
lantai 5
lantai 6
70
Universitas Sumatera Utara
4.3c Berat bangunan per lantai akibat beban mati dan beban hidup
( dead load + live load )
W0 = wdl0 + WII1 = 570.24 +
= 570.24 kN
lantai 1
lantai 2
lantai 3
lantai 4
lantai 5
lantai 6
kN
71
Universitas Sumatera Utara
: perkantoran
Wilayah gempa : 4
Jenis tanah
: lunak
Data material
Berat jenis beton
= 24 KN/m3
Mutu beton ( fc )
= 25 MPa
= 400 MPa
Data gempa
Wilayah gempa 4, jenis tanah lunak sesuai dengan SNI 1726 2002
Faktor keutamaan ( I ) (untuk perkantoran)
=1
= 6.5
R
R
= 6.5
72
Universitas Sumatera Utara
Data struktur
Jumlah bentang
Arah B-T
=9
bentang
Arah U-S
=2
bentang
Arah B-T
=6
Arah U-S
=4
Arah B-T
= 10
portal
Arah U-S
=3
portal
Jumlah portal
Jumlah tingkat = 6
tingkat
=4
= 24
m
Dimensi
Tingkat
6
5
4
3
2
1
Balok
pjg arah U-S
cm
400
400
400
400
400
400
lebar
cm
30
30
30
30
30
30
tinggi
cm
50
50
50
50
50
50
panjang
cm
400
400
400
400
400
400
Kolom
lebar
cm
60
60
60
60
60
60
= 27
= 20
= 30
73
Universitas Sumatera Utara
tinggi
cm
60
60
60
60
60
60
Pelat lantai
Tebal lantai
= 12 cm
Luas total
= 54 x 8 = 432 m2
Beban
Beban mati
Beban mati tambahan pada plat lantai
= 0.5 KN/m2
= 18 cm
Beban hidup
= 2.5 KN/m2
Lantai
Tingkat
Balok
Kolom
6
5
4
3
2
1
KN
871.200
871.200
871.200
871.200
871.200
871.200
KN
518.4
1036.8
1036.8
1036.8
1036.8
1036.8
5227.200
Beban Mati
pelat + beban
mati
tambahan
KN
1460.16
1460.16
1460.16
1460.16
1460.16
1460.16
6220.8
Beban Hidup
Dinding geser
(reduksi
30%)
Jumlah
KN
51.84
103.68
103.68
103.68
103.68
103.68
KN
324.000
324.000
324.000
324.000
324.000
324.000
KN
3225.600
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
8760.96
622.08
22204.800
= 24.00 m
Ct
= 0,0488
= Ct*(hn)^3/4
= 0.0488.(24)^3/4 = 0.53 detik
74
Universitas Sumatera Utara
= 24.00 m
Ct
= 0,0731
= Ct*(hn)^3/4
= 0.0731 . (24)^3/4 = 0.793 detik
= 0.17 untuk WG 4
=6
= 0.17 x 6 = 1.02
:4
Jenis tanah
: lunak
Kita coba
Diperolah
T : 0.53 detik
C1
= 0.85
=1
= 6.5
(sistem ganda)
. 4.1
dimana:
C1 : nilai faktor respons gempa yang diperoleh dari spektrum respons gempa rencana
untuk waktu getar alami fundamental T1.
I
75
Universitas Sumatera Utara
Tingkat
6
5
4
3
2
1
Panjang
kolom
m
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
Tinggi
tingkat (H)
m
24.00
20.00
16.00
12.00
8.00
4.00
S=
Tabel 4.3
W*H
KN
3225.600
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
22204.800
KNm
77414.400
75916.800
60733.440
45550.080
30366.720
15183.360
305164.800
(W*H)
S(W*H)
0.254
0.249
0.199
0.149
0.100
0.050
1
Fgempa
KN
2903.70
2903.70
2903.70
2903.70
2903.70
2903.70
KN
736.61
722.36
577.89
433.42
288.95
144.47
Di puncak gedung tidak ada beban horizontal gempa terpusat karena rasio:
Tingkat
6
5
4
3
2
1
Tabel 4.4
Panjang
kolom
m
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
Tinggi
tingkat (H)
m
24.00
20.00
16.00
12.00
8.00
4.00
Fgempa
KN
3225.600
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
3795.840
KN
736.61
722.36
577.89
433.42
288.95
144.47
di
(SAP2000)
mm
18.5881
15.3148
11.6919
7.9683
4.4518
1.5686
S=
W*di2
F*di
1114501.124
890288.0771
518893.3231
241012.3244
75227.94326
9339.686943
2849262.479
13692.25
11062.86
6756.643
3453.606
1286.327
226.6199
36478.3
4.2
76
Universitas Sumatera Utara
Dimana
: g
= 9810 mm/s
T ijin
T ijin
Dimana
maka nilai T empiris sudah memenuhi ketentuan sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan
77
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil program ETABS yang kita dapat , maka akan dapat reaksi total pada lantai base shear
untuk dinding geser ,dapat dilihat pada tabel 4.5 , dan akan ditemukan juga gaya gaya ( D , N )
yang terjadi pada dinding geser pada seluruh bangunan (dapat dilihat pada tabel 4.6 ) , dan
gaya gaya ( M ,D ,N ) yang terjadi pada dinding geser (dapat dilihat pada tabel 4.7 ).Gambar
gaya M , D , N yang terjadi pada dinding geser.
Story
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
Point
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Load
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
FX
(KN)
-12.89
-7.97
-12.89
-25.56
-26.31
-25.56
-25.3
-25.92
-25.3
-25.56
-27.96
-25.56
FY
(KN)
3.88
0
-3.88
7.15
0
-7.15
7.14
0
-7.14
6.91
0
-6.91
FZ( KN)
524.65
771.98
524.65
951.92
1407.36
951.92
951.79
1408.78
951.79
936.81
1336.18
936.81
MX(KNm)
-5.003
0
5.003
-9.228
0
9.228
-9.217
0
9.217
-8.91
0
8.91
MY(KNm)
-66.25
-59.907
-66.25
-82.602
-83.566
-82.602
-82.262
-83.057
-82.262
-82.594
-85.697
-82.594
MZ(KNm)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
78
Universitas Sumatera Utara
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
BASE
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
-25.53
-963.76
-25.53
-24.78
-1253.7
-24.78
-25.48
-27.21
-25.48
-25.32
-25.95
-25.32
-25.33
-25.9
-25.33
-27.28
-32.97
-27.28
-2903.7
1.95
0
-1.95
9.77
0
-9.77
7.29
0
-7.29
7.14
0
-7.14
7.14
0
-7.14
4.11
0
-4.11
729.29
-2434.8
729.29
1043.2
6295.41
1043.2
959.05
1445.66
959.05
950.82
1405.96
950.82
945.95
1400.32
945.95
731.48
990.46
731.48
-2.515
0
2.515
-12.61
0
12.61
-9.4
0
9.4
-9.212
0
9.212
-9.208
0
9.208
-5.301
0
5.301
0
-82.56
-581.611
-82.56
-81.588
-549.27
-81.588
-82.49
-84.726
-82.49
-82.284
-83.097
-82.284
-82.301
-83.039
-82.301
-84.81
-92.156
-84.81
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tabel , 4.5 (support reaction ),reaksi perlawanan pada base shear bangunan
Story
STORY6
STORY6
STORY5
STORY5
STORY4
STORY4
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
Load
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
Loc
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
P (KN )
3877.63
5246.21
9123.84
10492.42
14370.05
15738.62
19616.26
20984.83
24862.46
26231.04
30108.67
31477.25
VX ( KN )
-736.61
-736.61
-1458.97
-1458.97
-2036.86
-2036.86
-2470.28
-2470.28
-2759.23
-2759.23
-2903.7
-2903.7
VY (KN )
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 4.6 gaya lintang (V) dan gaya normal (P) yang terjadi pada bangunan
79
Universitas Sumatera Utara
Story
STORY6
STORY6
STORY5
STORY5
STORY4
STORY4
STORY3
STORY3
STORY2
STORY2
STORY1
STORY1
Pier
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
Load
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
Loc
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
Top
Bottom
P ( KN )
-273.84
-398.26
-667.6
-792.01
-1061.2
-1185.61
-1452.81
-1577.23
-1841.77
-1966.18
-2228.61
-2353.03
V2 (KN )
-126.71
-126.71
708.64
708.64
1207.99
1207.99
1656.37
1656.37
2050.29
2050.29
2162.47
2162.47
M3 (KNm)
-83.144
-589.994
-1617.12
1217.434
-1562.83
3269.137
-749.499
5875.997
741.298
9086.469
3426.702
12076.59
Tabel 4.7 momen ( M ) , gaya lintang (V2), dan gaya normal (P) yang terjadi pada
dinding
geser
Sesuai SNI 1728 2002 , Pada Sistim Ganda (SG) ; beban lateral bumi ( beban gempa ) dipikul
bersama oleh dinding geser (DS) dan rangka secara proporsional.Dimana dinding geser (DS)
tersebut memikul maximum 75 % dari gaya lateral yang terjadi.Dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut :
Story
STORY6
STORY5
STORY4
STORY3
STORY2
STORY1
Load
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
COMB3
Loc
Bottom
Bottom
Bottom
Bottom
Bottom
Bottom
V ( KN )
Pada dinding geser
126.71
708.64
1207.99
1656.37
2050.29
2162.47
V2 (KN )
Seluruh bangunan
736.61
1458.97
2036.86
2470.28
2759.23
2903.7
%
(V/V2)
17.20
48.57
59.31
67.05
74.31
74.47
Tabel 4.8 perbandingan beban lateral yang dipikul oleh DS dengan seluruh bangunan
Dari hasil ini maka dapat dilihat bahwa DS ini memenuhi pada Sistim Ganda , dimana gaya
lateral yang dipikul oleh dinding geser sebesar 74.47 %.
80
Universitas Sumatera Utara
Lantai 5
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
4g .gaya lintang
4h.momen
Dari hasil momen, gaya lintang , dan gaya normal yang kita dapat pada dinding geser ( pada
gambar 4f , 4g ,4h,di atas). Maka akan kita peroleh gaya gaya yang terjadi pada tiap tingkat
bangunan( dapat dilihat pada gambar 4i dibawah ini ).Dan untuk memperoleh gaya gaya
batang maka dikerjakan dengan program SAP,hasil gaya batang yang terjadi dapat dilihat pada
gambar 4j.
Dibawah ini kita akan jelaskan asumsi gaya-gaya batang dan pemodelan dinding geser dengan
metode strut and tie :
81
Universitas Sumatera Utara
akibat gaya gaya pada dinding geser , yang kita gambarkan sebagai berikut :
82
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil momen, gaya lintang , dan gaya normal yang kita dapat pada dinding geser . Maka
akan kita asumsikan gaya gaya yang bekerja pada dinidng geser sebagai berikut :
Lantai 6 :
= 0
Av (6 ) 273.84 ( 3 ) 83.144
= 0
6 Av = 904.664
Av
= 150.778 kN ( )
dan
Bv = 123.063 kN ( )
Lantai 5 :
= 0
Av (6 ) 269.34 ( 3 ) + 1027.126 = 0
Av = 36.52 kN ( )
dan
Bv = 305.86 kN ( )
Lantai 4 :
= 0
Av (6 ) 269.19 ( 3 ) + 2780.262 = 0
Av = 328.78 kN ( )
Bv = 597.966 kN ( )
Lantai 3 :
= 0
Av (6 ) 267.20 ( 3 )+ 4018.636 = 0
Av = 536.17 kN ( )
Bv = 803.37 kN ( )
Lantai 2 :
= 0
Av (6 ) 264.54 ( 3 ) + 5134.699 = 0
83
Universitas Sumatera Utara
Av = 723.51 kN ( )
Bv = 988.153 kN ( )
Lantai 1 :
= 0
Av (6 ) 262.43 ( 3 ) + 5659.767 = 0
Av = 812.08 kN ( )
Bv = 1074.51 kN ( )
Setelah dapat gaya gaya ini, maka kita gambarkan gaya-gaya yang terjadi pada dinding
geser pada pemodelan strut and tie seperti gambar berikut:
84
Universitas Sumatera Utara
Setelah kita dapat gaya gaya pada dinding geser, untuk mendapatkan gaya- gaya batang
untuk pemodelan yang dibutuhkan pada strut and tie model .Maka dengan menggunakan
program SAP 2000, akan kita peroleh besar gaya setiap batang pada gambar berikut :
85
Universitas Sumatera Utara
Dari program SAP yang kita peroleh maka akan diperoleh gaya-gaya batang yang terjadi :
S1 = 2977.70 kN
(tarik)
S13 =
S2 = 2351.04 kN
(tarik)
S3 = 1701.37 kN
(tarik)
S4 =1144.99 kN
kN
(tarik)
S5 = 671.14 kN
(tarik)
S6 = 235.26 kN
(tarik)
S7 = 67.35 kN
(tarik)
S8 = 357.08 kN
(tarik)
S19 =
kN
S20 = -2593.31 kN
(tekan)
S9 = 470.61 kN
(tarik)
S21 = -2458.87 kN
S10 = 469.92 kN
(tarik)
S12 = 123.06 kN
S24 = -851.52 kN
(tarik)
S 25 = -152.30kN
(tekan)
(tekan)
(tekan)
= 0.75
Fy = 400 MPa
fc = 25 MPa
b = 500 mm
n = 1
At =
S1
2977.70(1000)
=
= 9725.667 mm2
Fy.
0.75(400)
s1
s13
Pakai = 25 mm
dipakai 20 25 (As = 9818 mm2)
86
Universitas Sumatera Utara
At =
S 2 2351.04(1000)
=
= 6239.03 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 20 mm
s14
s1
s20
At =
S 3 1710.37(1000)
=
= 4803.43 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 20 mm
dipakai 16
20 (As =5027
s3
s15
mm2)
s2
s21
At =
S 4 1144.99(1000)
=
= 3216.63 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 16 mm
dipakai 16
16 (As= 3217mm2)
s4
s16
s3
s22
87
Universitas Sumatera Utara
At =
S 5 671.14(1000)
=
= 1239.33 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai = 10 mm
Dipakai 16
S
17
S4
S23
At =
S 6 235.26(1000)
=
= 785.23 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 8 mm
s6
s18
s5
s24
Ah =
S14 2045.59(1000 )
=
= 6818.63 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 20 mm
s2
s14
s1
s20
Ah =
S15 1651.99(1000)
=
= 5506.63 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 19 mm
s15
88
Universitas Sumatera Utara
Ah =
S16 1203.68(1000)
=
=4012.27 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 16 mm
s16
Ah =
S17 708.44(1000 )
=
= 944.59 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 10 mm
s17
Ah =
S18 126.66(1000)
=
= 422.20 mm2
Fy.
0.75(400)
Pakai
= 10 mm
s18
89
Universitas Sumatera Utara
I 20 =
S 20
2593.31(1000 )
=
= 433.66 mm ,
Fcu. .b 15.94(500)
Ambil 440 mm
I 21 =
S 21
2458.87(1000 )
=
= 411.18 mm,
Fcu. .b
15.94(500)
Ambil 420 mm
I 22 =
1985.50(1000 )
S 22
=
= 332.02 mm,
15.94(500)
Fcu. .b
Ambil 330 mm
I 23 =
1446.74(1000 )
S 23
=
= 241.93 mm,
15.94(500)
Fcu. .b
Ambil 250 mm
I 24 =
S 24
851.20(1000 )
=
= 142.34 mm,
Fcu. .b 15.94(500)
Ambil150 mm
I 25 =
S 25
152.30(1000 )
=
= 25.46 mm,
Fcu. .b 15.94(500)
Ambil 30 mm
90
Universitas Sumatera Utara
Penulangan vertikal
Av 0.0015 bw.sv
Av 0.0015 x180x 300
Av = 81 mm2, pakai 2 10- 300 mm
Gambar penulangan dinding geser secara strut and tie dapat dilihat pada lampiran halaman
121-128.
91
Universitas Sumatera Utara
Data struktur :
Mutu beton fc = 25 MPa
Ec = 4730 .
400 cm
400 cm
400 cm
400 cm
400 cm
400 cm
600cm 600cm
600cm 600cm
600cm
600cm
92
Universitas Sumatera Utara
tinggi lantai hw = 4 m
PU
VU
660 cm
400 cm
MU
Baja tulangan dua layar apabila gaya geser terfaktor yang terjadi melebihi Vu ada.
60 cm
60 cm
Dimana ; Mu = 12076.589 kN
Vu = 2162.470 kN
Pu = 2353.029 kN
93
Universitas Sumatera Utara
Baja tulangan dua layar apabila gaya geser terfaktor yang terjadi melebihi Vu ada.
Acv = lw . tw = 600 . 18 = 10800 cm2 = 1.08 m2
Vu ada =
(1.08) .
. Acv.
Vu = 2162.47 kN
= 900 kN
. Acv.
Karena digunakan dua layar , maka jumlah tulangan yang diperlukan adalah :
Ntul =
S=
= 1.12 2 pasang
= 500 mm ( tidak memenuhi syarat batas maksimum,spasi harus diperkecil dan
tidak boleh melebihi 45 cm )
94
Universitas Sumatera Utara
+ n fy )
= 4 >3
c = 1/6 untuk
n =
16.
< 1.5
= 0.0056
OK , n > n min
Vn = Acv . (c.
+ n fy )
= (180.6000).(0.1667
= 3320 kN
Ok , Vu = 2162.4 kN < Vn = 3320 kN ( shearwall cukup kuat menahan geser )
Untuk itu , kita bisa menggunakan dua layar
16 300 mm
13
Karateristik inti
penampang ;
Hc = dimensi inti (jarak yang diukur dari centroid kecentroid hoops)
Hc = lw (2. 40mm + 2
)= 507 mm
95
Universitas Sumatera Utara
= 104 mm
= 356.48 mm2
Kolom menggunakan 12 25 , sehingga kita hanya dapat mengaitkan 4 hoops dan cross ties
dimasing masing sisi.
As = 4.(1/4). .dtul2 = 630.9 mm2 > 356.48 mm2 .. (oke )
(4 hoops 13 -100 mm dapat digunakan).
d tul = 13 mm
hc = tw - (2 40mm) dtul = 87 mm
Spasi ,S 100 +
= 197mm
Ash =
13 -100 mm
= 61.17 mm2
>
96
Universitas Sumatera Utara
Lantai 2 ( potongan 2 -2 )
Pada lantai 2 terjadi, Mu = 9086.469 kNm
Vu = 2050.290 kN
Pu = 2228.610 kN
Acv = lw . tw = 1.08 m2
Vu ada =
. Acv.
Vu = 2050.290 kN
900 kN
> Vu ada = 900 kN ( memerlukan dua layar tulangan )
. Acv.
Karena digunakan dua layar , maka jumlah tulangan yang diperlukan adalah :
Ntul =
S=
= 1.46 = 2 pasang
= 500 mm ( tidak memenuhi syarat batas maksimum,spasi harus diperkecil dan
tidak boleh melebihi 45 cm )
97
Universitas Sumatera Utara
Dimana ,
c = 1/6 untuk
n =
+ n fy )
< 1.5
= 0.0043
OK , n > n min
Vn = Acv . (c.
+ n fy )
= (180.6000).(0.1667
= 2757.78 kN
Ok , Vu = 2050 kN < Vn = 2757.78 kN ( shearwall cukup kuat menahan geser )
Untuk itu , kita bisa menggunakan dua layar 14 - 300 mm
13
Karateristik inti
penampang ;
Hc = dimensi inti (jarak yang diukur dari centroid kecentroid hoops)
Hc = lw (2. 40mm + 2
)= 507 mm
98
Universitas Sumatera Utara
= 104 mm
Ash =
= 356.48 mm2
Kolom menggunakan 12 25 , sehingga kita hanya dapat mengaitkan 4 hoops dan cross ties
dimasing masing sisi.
As = 4.(1/4). .dtul2 = 630.9 mm2 > 356.48 mm2 .. (oke ).
( 4 hoops 13 - 100 mm dapat digunakan).
Lantai 3 ( potongan 3 -3 )
Pada lantai 2 terjadi, Mu = 5875.997 kNm
Vu = 1656.37 kN
Pu = 1577.23 kN
Acv = lw . tw = 1.08 m2
Vu ada =
. Acv.
Vu = 1656.37 kN
900 kN
> Vu ada = 900 kN ( memerlukan dua layar tulangan )
. Acv.
99
Universitas Sumatera Utara
Atul = 2 .
Karena digunakan dua layar , maka jumlah tulangan yang diperlukan adalah :
= 1.46 = 2 pasang
Ntul =
S=
Dimana ,
c = 1/6 untuk
n =
+ n fy )
< 1.5
= 0.0043
OK , n > n min
Vn = Acv . (c.
+ n fy )
= (180.6000).(0.1667
= 2757.78 kN
100
Universitas Sumatera Utara
13
Karateristik inti
penampang ;
Hc = dimensi inti (jarak yang diukur dari centroid kecentroid hoops)
Hc = lw (2. 40mm + 2
)= 507 mm
= 104 mm
= 356.48 mm2
Kolom menggunakan 12 25 , sehingga kita hanya dapat mengaitkan 4 hoops dan cross ties
dimasing masing sisi.
As = 4.(1/4). .dtul2 = 630.9 mm2 > 356.48 mm2 .. (oke ).
(4 hoops 13 - 100 mm dapat digunakan.)
Lantai 4 ( potongan 4 -4 )
Pada lantai 2 terjadi, Mu = 3269.137 kNm
Vu = 1207.99 kN
Pu = 1185.61 kN
101
Universitas Sumatera Utara
Acv = lw . tw = 1.08 m2
Vu ada =
. Acv.
Vu = 1207.99 kN
900 kN
> Vu ada = 900 kN ( memerlukan dua layar tulangan )
. Acv.
Karena digunakan dua layar , maka jumlah tulangan yang diperlukan adalah :
Ntul =
S=
= 1.46 = 2 pasang
= 500 mm ( tidak memenuhi syarat batas maksimum,spasi harus diperkecil dan
tidak boleh melebihi 45 cm )
+ n fy )
=4>3
102
Universitas Sumatera Utara
c = 1/6 untuk
n =
< 1.5
= 0.0043
OK , n > n min
Vn = Acv . (c.
+ n fy )
= (180.6000).(0.1667
= 2757.78 kN
Ok , Vu = 1656 kN < Vn = 2757.78 kN ( shearwall cukup kuat menahan geser )
Untuk itu , kita bisa menggunakan dua layar 14 - 300 mm.
Dan begitu juga selanjutnya pada tingkat 5 dan 6, mempunyai tulangan horizontal dan vertikal
2 14 - 300 mm.Dimana kolomnya memiliki tulangan 12 25 .
Gambar penulangan dinding geser secara konvensional dapat dilihat pada lampiran halaman
129 133.
103
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Didalam perencanaan tulangan, metode ini merupakan paling praktis untuk digunakan
dibandingkan dengan cara konvensional.
2. Metode ini semua gaya gaya yang bekerja dianalisis secara bersama sama ,
sedangkan dengan cara konvensional tulangan lentur , geser , dan torsi direncanakan
secara terpisah.
3. Dari data perbandingan volume penulangan yang dapat dilihat pada lampiran ( tabel
5.1 ), maka didapat :
Volume tulangan secara konvensional adalah 732177.660 cm3
Volume tulangan secara strut and tie adalah 626244.200 cm3
Maka dapat disimpulkan, bahwa dengan menggunakan strut and tie lebih ekonomis
dibandingkan dengan cara manual.
4. Metode ini dapat digunakan dalam perencanaan bagian struktur yang tidak umum atau
tidak tercakup didalam pedoman untuk perencanaan.
5.2 SARAN
1. Didalam perencanaan strut and tie model diharapkan akan menguasai truss
analogi
perilaku
104
Universitas Sumatera Utara