You are on page 1of 12

Alat Industri Pupuk Urea (Konsentrator dan Prilling Tower)

Pada industri pupuk urea, rangkaian proses akhir setelah bahan baku NH 3 dan CO2 bereaksi
dalam reaktor dan dimurnikan dalam unit purifikasi adalah proses kristalisasi menggunakan
konsentrator (kristalisator) dan proses pengubahan fase urea menjadi padatan berbentuk prill
(seperti keping tablet). Rangkaian proses akhir ini sangatlah penting karena pengaruhnya sangat
besar terhadap jumlah akhir produk yang dihasilkan serta kemurnian produknya.

A. Konsentrator
Konsentrator atau biasa disebut juga sebagai kristalisator adalah alat yang berfungsi
untuk meningkatkan konsentrasi urea dengan cara mengkristalisasi urea sehingga kadar
air yang terkandung di dalamnya berkurang dan konsentrasi urea yang dihasilkan sekitar
99.7%.
Larutan urea yang diperoleh dari proses purifikasi dan recovery memiliki konsentrasi
sekitar 71%. Larutan ini selanjutnya ditransfer menuju kristalisator melalui gas separator
dan pada kristalisator terjadi proses kristalisasi untuk menghasilkan urea dengan
konsentrasi 99.7%. Proses yang terjadi pada kristalisator adalah pemanasan pada tekanan
rendah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan temperaturnya.
Oleh karenanya, digunakan alat vacuum ejector untuk menurunkan tekanan yang terdapat
dalam kristalisator.
Konsentrator (kristalisator/crystallizer) yang terdapat di industri cukup beragam. Secara
garis besar, alat kristalisator dibagi menjadi 2 yakni kristalisator menggunakan circulating
magma dan kristalisator tanpa circulating magma.
1. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma
a. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer
Kristalisator jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk
mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).

Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat exchangers
tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation
yaitu: terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan
kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut sudah lewat
jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut
dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana
pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan
pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah
crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak
semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses
pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil
kristaliasi. Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih
belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat
Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih
pada Heat Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat
jenuh berkisar antara 3 100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang
diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan
beberapa evaporator untuk menaikan titik didih, dimana kosentrasi zat terlarut akan
meningkat juga. Karena mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan
aliran cukup tinggi, sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada
crystallizer tidak tetap atau naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun
dengan diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih.

b. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer


Draft tube baffle (DTB) crystallizers atau plat buang/tabung isap kristalisasi
merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang didasarkan pada
pemisahan debu/uap dari bahan melalui fase lewat - jenuh yang ditingkatkan sehingga
diperoleh kristal kristal yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung junjut fungsi
sekat untuk mengendalikan sirkulasi magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak
(argitator). Gambar dari alat ini :

Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat dibedakan menjadi dua
bagian.Bagian pertama adalah proses kristalisasi dan bagian kedua adalah proses
klarifikasi. Pada bagian kristalisasi, bahan sample dan cairan induk (mother liquid)
dimasukkan kedalam tangki DTB Crystallizers melalui sebuah pipa Superheated
Solution From Hearter and Recirculation Pump, komponen ini akan mendorong bahan
naik ke atas dalam Draft Tube (suatu tabung isap). Didalam tabung isap bahan akan
tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar/pengaduk) yang
berada di dalam tangki bagian bawah, Kedua bahan ini akan membentuk magma
melalui fase lewat-jenuh yang ditingkatkan. Magma yang terbentuk akan mengalami
perubahan density sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan terlepas
kepermukaan magma menuju ke Vapors Separation (pemisahan uap). Magma yang
mengalami perubahan density akan mengalami proses nukleasi (pembentukan inti

kristal), kristal yang terbentuk akibat proses nukleasi akan mengendap ke dasar larutan
dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami
pemisahan antara kristal halus dan kristal kasar pada settling zone (zonapenyelesaian),
dimana sebagian Kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan
umpan bersama cairan induk untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan
partikel-partikel halus yang masih mengendap. Pada bagian klarifikasi akan terjadi
pemisahan pada bentuk kristal, Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan
kristal yang belum sesuai (ukurannya besar/kasar) akan dikembalikan ke zona
kristalisasi untuk proses lebih lanjut.
c. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer
Crystallizer jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan induk, dimana
umpan maupun hasil kristaliasi akan masuk kedalam Sheell and Tube Heat
Exchangers untuk didinginkan. Perbedaan dengan jenis crystallizer lainnya ialah
karena pada saat dibadan crystallizer terbentuk campuran kristal dan cairan induk,
maka akan terjadi tumbukan antara cairan dengan kristal sehingga suhu campuran
akan meningkat, untuk mendinginkannya diperlukan medium pendingin. Crystallizer
ini mneggunakan prinsip pendinginan, karena kristalisasi dapat terjadi melalui
pembekuan (solidification).

Pada gambar diatas, umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama masuk kedalam
medium pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang untuk pertukaran panas
pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat di perhitungkan, sebab
jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada proses
pendinginan tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi
sangat dikontrol dengan baik, karena pompa itulah yang menciptakan laju alir
disamping bukaan valve. Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir
secara turbulen baik didalam HE maupun didalam badan Crystalizer, maka akan

terjadi sering tumbukan untuk menghasilkan kristal, dimana terdapat sekat antara
saluran Head HE dengan ujung keluaran cairan induk. Bila kristal sudah terbentuk
pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan turun karena adanya gaya
gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dariCrystallizer jenis ini berukuran besar
antara 30 100 mesh.
d.OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai
terbentuk padachamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang bertujuan
untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.

Terlihat pada gambar, dimana umpan masuk pada G, karena dipompa umpan akan
bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan
tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang
panas akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan
tersebut harus dikontrol antara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan
perubahan panas campuran tersebut. Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara
keadaan supersaturasi dengan kedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak
garam, sehingga akan mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali
diberikan bibit kristal pada bibit kristal untuk mempercepat pembentukan kristalkristal yang kita harapkan.

e. OSLO Surface Cooled Crystallizer


Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan induk
didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam crystallizer. Lainnya sama
dengan jeniscrystallizer OSLO EC.

f. Crystal Vacum Crystallizer


Prinsip kerja dari Crytallizer jenis ini adalah : Feed dicampur dengan cairan yang
direcycle dipompa keruang penguap untuk diuapkan secara adiabatic sehingga
terjadilarutan lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa ketangki kristalisasi
sehingga terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan
melalui dischargenya dancairannya direcycle.Dengan alat ini ukuran kristal yang
diinginkan dapat diatur dengan mengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau
sirkulasinyalambat maka kristal yang kecil-kecil pun akan larut mengendap.

2. Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma


a. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer
Crystallizer jenis ini berbentuk balok yang panjang, dimana didalamnya terdapat piringan
yang berlekuk-lekuk yang dapat berputar karena adanya poros pada ujungnya. Alat ini
mumnya dibuat dari dengan pipa dalam 6 12 inchi sebagai diameter dan panjangnya
sekitar 20 40 feet, yang disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah atau
lebih. Piringan yang berlekuk tersebut dinamakan dengan Scraper Blades yang berputar
dengan kecepatan 15 sampai 30 rpm. Suhu operasi yang dapat dijalankan sekitar -75
sampai 1000F dan dapat juga digunakan pada cairan yang memiliki viskositas lebih dari
10000 cp.

Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian atas samping
kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal didalam pipa tersebut dan kristal akan
mengendap dibawah dan menempel didinding pipa, yang nantinya scaper blades akan
mengambil kristal-kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam,
umumnya besar-besar.
b. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil
Crystallizer jenis ini dapat divariasikan terutama pada bagian badan crystallizer yang
dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk. Umumnya bila dilengkapi dengan
pengaduk waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kristal akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan tanpa pengaduk. Koefisien perpidaan panas yang terjadi sebesar 50
-200 Btu/hr ft2 0F, namun perbedaan temperature yang diperbolehkan untuk
mendapatkan keadaan lewat jenuh ialah sebesar 5 100F.

Jenis crystallizer ini termasuk jenis yang batch, artinya tidak ada aliran yang keluar setiap
waktunya. Tangki crystallizer diisi, lalu diambil hasilnya pada waktu tertentu. Jenis ini
dapat digunakan untuk proses yang continous dengan dilengkapi pengaduk. Umumnya
jenis ini memiliki tutup yang berbentuk torispherical, dimana umpan atau cairan induk
masuk dari atas dan masuk kedalam tangki untuk didinginkan. Medium pendingin
digunakan koil yang berada didalam tangki crystallizer tersebut, sehingga efisiensi
perpindahan panas cukup tinggi. Karena kontak antar cairan dengan medium pendingin
cukup luas. Disamping itu, bila digunakan pengaduk pembentuk kristal terutama pada
secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk.

c. Direct Contact Refrigeration Crystallizer


Umunya bila kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau cukup dingin pada
sebuah HE agak sulit karena perbedaan temperaturnya harus sangat kecil (dibawah 30F),
sehingga HE didesain dengan sebaik-baiknya terutama luas permukaannya yang dapat
memindahkan sejumlah panas yang kita inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental,
agak sulit untuk mencipatkan perbedaan suhu yang sangat kecil tersebut. Untuk
mengatasinya dapat digunakan bahan pendingin yaitu zat refrigerant seperti pada
beberapa aplikasi pendinginan air laut menjadi es pada suhu yang rendah yang
menggunakan refrigerant.

Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendinginan dari refrigerant
yang digunakan. Dimana umpan berupa cairan induk dimasukkan ke

badan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu yang refrigerant (suhu
cair refrigerant minus). Karena titik didih dari refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah
suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant,
dimana akan mengakibatkan suhu refrigerant akan naik dan menguap untuk
mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada keadaan lewat jenuhnya.
Penggunaan refrigerant ini medium pendingin sangatlah efektif, karena apabila
digunakan HE dengan media refrigerant sebagai pendingin, perbedaan suhu yang
dihasilkan akan sangat kecil.
d. Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang didalamnya terdapat dua
pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium
pemanas dimana yang salah satunya berkerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya
bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi
pada crystallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan
keseragaan ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat dua
pengaduk dalam satu tangki tersebut.

Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis crystallizer yang
beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki crystallizer (pada gambar
diatas). Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan
pengaduk, cairan induk bersikulasi dan juga disebabkan karena adanya sekat antara kedua
pengaduk tersebut. Bila kita melihat jenis alirannya, sudah pasti cukup turbulen, sebab
cairan bersikulasi cukup panjang didalam crystallizer tersebut. Semakin cepat gerakan
pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin cepat dan
baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian
bawah crystallizer, karena kristal akan jatuh atau mengendap dibawah
adanyagaya gravitasi dan perbedaan massa jenis.

5.

APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer

Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran atau kristal
yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0.5 mm.
Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan masuk dengan
pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang didalamnya terdapat HE. Pada saat cairan
induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristalkristal halus, kristal tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat
jenuh dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal dikelurkan produk. Contohnya pada
pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, Citric Acid.
Proses yang terjadi selama kristalisasi harus dijaga dari perubahan suhu drastis
lingkungannya. Oleh sebab itu, digunakan heating jacket untuk melindungi pipa dan
vessel dari pembekuan urea. Pada umumnya, proses heating pada jaket menggunakan
aliran air panas yang disirkulasikan.
Selanjutnya, kristal yang diperoleh ditransfer menuju alat prethickener dan akhirnya
masuk ke dalam centrifuge. Tahapan berikutnya adalah memanaskan kristal urea dalam
fluidizing dryer hingga kandungan airnya sekitar 0.1 0.3 %. Temperatur yang
digunakan pada proses drying sekitar 120 - 130C untuk menjaga kristal tidak meleleh
(titik leleh urea 132.7C). Hasil kristal dengan konsentrasi minimal 99.7% kemudian
ditransfer menuju prilling tower dengan menggunakan pneumatic conveyor .

B. Prilling Tower
Prilling tower memiliki fungsi untuk mengubah wujud urea menjadi bentuk akhir padatan
(prill). Prill adalah bahan padatan yang diperoleh dari proses solidifikasi bahan yang telah
dilelehkan. Adapun bentuk feed yang diperoleh prilling tower adalah urea dalam bentuk
melted (meleleh). Kristal yang dikirimkan pneumatic conveyor menuju prilling tower
dilewatkan terlebih dahulu pada sebuah melter (alat untuk melelehkan kristal) dengan
suhu sekitar 132.7C.

Kristal urea yang telah meleleh disemprotkan (spray system) oleh distributor dalam
prilling tower dan didinginkan oleh udara yang mengalir dari bawah dalam prilling tower.
Udara yang masuk dalam prilling tower terlebih dahulu dipanaskan dan dikompres untuk
mengurangi tingkat kelembaban udaranya.

Prilling tower dilengkapi dengan suatu sistem untuk mengurangi pencemaran yang
disebabkan oleh debu urea, dimana debu urea yang terlepas ke udara bebas dan
lingkungan sangat kecil. Pada sistem ini, terdapat dust chamber, filter dust chamber,
spray nozzle, dan air untuk spray.
Hasil output dari prilling tower selanjutnya dikirimkan ke bulk storage dengan
menggunakan belt conveyor. Selanjutnya prill urea tersebut dikemas dan siap untuk
didistribusikan. Berikut adalah alur umum proses secara keseluruhan dari industri pupuk
urea.

You might also like