You are on page 1of 7

PENGARUH STRATEGI KELOMPOK PENGENANGAN INDAH

(REMINISCENCE GROUP STRATEGIES)


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA
LANJUT USIA DI PANTI WREDHA
MOJOPAHIT MOJOKERTO
Faisal Ibnu*, Rina Nur Hidayati*, Eka dian safitri
ABSTRACT
Aging is prosess looses network capability of repairmen his self or changing his self
to defend the structure and function normally. At this step, the individual gets more changing
physically, mentally and physic social. Stress of environment and lost his capability takes
adaptation of environment changing because of elderlys depression. The problem of this
research is whether the effect of Reminiscence group strategy decrease of the level of
elderlys depression in Mojopahit Folks Home Mojokerto.
The design of this research is pra experimwnt one group pretest pretest.
Remeniscence group strategy is independent and dependent variable is depression of elderly.
Sample of this reseacrh is twenty persons that devided by two rollers and giving good servant
together. The lvel of depression is Reminiscence group strategy of the level of elderlys
depression is examined by Wilcoxon signed by Rank Test using SPSS 16. 0 for windos.
The work of this research shows the effect of Reminiscence group strategy of decrease level
depresion in Mojokerto folks home mojokerto that is shown by p = 0,000 (p< 0,05). It can be
caused by raising satisfaction of elderly, until he can dicharges his depression.
The reminiscense Group Strategy should be in Mojopahit Folks Home Mojokerto to
discharge depression feeling of elderly. And it is needed by seeking more good good topic
enjoyable and the writer hopes that Reminiscence Group Strategy is the most useful in
discharging of the level of elderlys depression.
Keyword : elderly, depression, Reminiscence Group Startegy.
PENDAHULUAN

Menua adalah proses hilangnya


secara
perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri untuk mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya (Nurgroho,
2000). Menurut Undang-Undang No.13/th
1998 lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas, sedangkan
lanjut usia menurut Nugroho (2000) adalah
orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Pembangunan
Nasional
Indonesia
dinyatakan telah berhasil. Keberhasilan itu
dapat dilihat dari adanya peningkatan

kesejahteraan rakyat dan kemajuan di


bidang
teknologi.
Peningkatan
kesejahteraan rakyat meliputi peningkatan
status
ekonomi,
pendidikan,
dan
kesehatan. Kemajuan teknologi khususnya
bidang
kedokteran
memungkinkan
ditemukannya peralatan untuk diagnosis
dan terapi, obat-obatan, vaksin, dan
teknologi pengolahan pangan / nutrisi yang
berkualitas. Hal itu mengakibatkan
perubahan pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit degenerasi dan
kardiovaskuler,
penurunan
angka
kematian
*Staf
Pengajar STIKES
Bina Sehat
PPNI
bayi, dan peningkatan umur harapan hidup
(Handywinoto dan Setiabudhi, 2015).
Menurut
Darmojo
(2002),
pertumbuhan jumlah penduduk lansia di
indonesia tercatat sebagai paling pesat di
dunia dalam kurun waktu tahun 19902025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16
juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020 atau sebesar 11,37 persen dari
jumlah penduduk. Akibat meningkatnya
jumlah penduduk lanjut usia, rendahnya
tingkatnya pendidikan dan menurun
derajat kesehatan, maka gaya hidup
penduduk lanjut usia terpaksa harus
berubah. Kehidupan mereka akan lebih
tergantung pada keluarga, masyarakat, dan
negara (Handyiwinoto dan Setiabudhi,
2005). Pada tahap ini individu mengalami
banyak perubahan baik perubahan fisik,
mental, dan psikososial. Perubahan pada
lansia yang banyak mengarah pada
kemunduran mempunyai dampak terhadap
tingkah laku dan perasaan orang yang
memasuki lanjut usia (Nurgroho, 2000).
Stress lingkungan dan menurunnya
kemampuan
beradaptasi
terhadap
perubahan seringkali menyebabkan depresi
pada lansia (Cammen, 1991;dikutip oleh
Darmojo dan Martono, 2002). Nugroho
(2000) berpendapat bahwa depresi
merupakan suatu perasaan sedih dan

pesimis yang berhubungan dengan


penderitaan. Depresi merupakan gangguan
mental yang banyak terjadi pada lansia.
Mereka dapat mengalami depresi pada saat
mereka
mengkonfrontasi
tugas
perkembangan (Stanley & Beare, 2006).
Depresi adalah gangguan jiwa yang
paling lazim dijumpai di masyarakat.
Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10
persen, perempuan dua kali lebih banyak
daripada pria. Kelompok remaja dan usia
lanjut lebih rentan menderita depresi.
Prediksi WHO (1990) dalam dua dekade
mendatang lebih dari 300juta penduduk
dunia menderita depresi. Pada tahun 2020
depresi
akan
menempati
masalah
kesehatan nomor 2 terbesar (Messwati,
2006). Angka depresi meningkat secara
drastis diantara lansia yang berada di
institusi, dengan sekitar 50% - 75%
penghuni perawatan jangka panjang
memiliki gejala depresi (Blazer,1989;
dikutip oleh Stanley & Beare, 2006).
Menurut hasil dokumentasi yang diperoleh
dari petugas panti Werdha Mojopahit pada
bulan juli 2008, dari 48 dari 28 ( 58%)
lansia yang mangalami depresi dengan
14(50%) lansia depresi ringan; 9 (32%)
lansia depresi sedang ; 5 (18%) lansia
depresi berat menggunakan kriteria BDI
(Back Depresion Infentory).
Meskipun depresi banyak terjadi di
kalangan lansia, depresi ini sering salah
diaknosis atau diabaikan. Sejumlah faktor
yang menyebabkan keadaan ini, mencakup
fakta bahwa pada lansia, depresi dapat
disamarkan atau tersamarkan gangguan
fisik lainnya. Selain itu, isolasi sosial,
sikap orang tua, penyangkalan, pengabaian
terhadap
proses
penuaan
normal
menyebabkan tidak terdeteksi dan tidak
tertanganinya gangguan ini (Love, 1991;
dikutip oleh Stanley & Beare,2006).

Beberapa profesional kesehatan


dan banyak lansia masih salah memandang
depresi sebagai bagoian alami dari
pertumbuhan lansia dan oleh karena itu
gagal membedakan antara perilaku yang
diharapkan dan penyakit yang dapat
diobati ( Billig, 1987; dikutip oleh Stanley
& Beare , 2006). Berbagai macam program
pelayanan lansia yang telah diberikan di
panti dirasa kurang efektif bila tidak
diiringi dengan adanya motivasi dan
kualitaas mental yang sehat dari lansia
untuk bisa menikmati hidup dan mengisi
hari tuanya dengan lebih bermanfaat. Jika
keadaan ini tidak segera diatasi akan dapat
memperpendek harapan hidup dengan
mencetuskan
atau
memperburuk
kemunduran fisik. Dampak terbesarnya
sering terjadi penurunan kepuasan dan
kualitas hidup, terhambatnya pemenuhan
tugas-tugas
perkembangan
lansia.
Akhirnya , angka bunuh diri yang tinggi
menjadi konsekuensi yang serius dari
depresi
yang
tidak
ditangani.
(Buckwalter,1991; dikutip oleh Stanley &
Beare,2006).
Bahkan
penelitian
menyebutkan, 15 % lansia memiliki
kecenderungan bunuh diri karena depresi
(Subrata,2003).
Bukti klinis menunjukkan bahwa
psikoterapi bermanfaat untuk mengatasi
depresi (Bushman, 1995 ; dikutip oleh
Jones,2002). Reminiscence adalah salah
satu strategi yang efektif untuk memproses
informasi, perasaan dan pemikiran, dan
meletakkan pengalaman secara perspektif
dari waktu ke waktu ( Soltys, Reda,
Lekson, 2003). Dengan mengingat kembali
kenangan
yang
menyenangkan,
pengalaman, dan pemenuhan hidup yang
positif dari masa lampau dapat membantu
pembentukan persepsi tentang kehidupan
yang telah dilewati. Hal ini dapat
membantu penerimaan terdapat masa lalu

dan tercapainya kepuasan hidup dimasa


lampau atau masa sekarang (Sivis, 2005).
Kelompok pengenangan telah digunakan
dalam berbgai aspek untuk menigkatkan
kesejahteraan lansia, seperti meringankan
depresi; menentukan pengaturan hidup ;
penyesuaina ; berbagi dengan janda-janda;
mengatasi dka cita dan kehilangan;
menentukan tujuan hidup; meningkatkan
self esteem;Self-efficacy (Sivis, 2005).
Terapi kelompok sering berhasil digunakan
diantara lansia karena bersama orang lain
merupakan hal yang penting dalam proses
asuhan dan rehabilitasi depresi yang
berkelanjutan ( Buckwalter, 1991 ; dikutip
oleh Stanley, 2006).
Sejalan dengan bertambahnya usia,
manusia terus mengkonfrontasi tugastugas perkembangan yang membutuhkan
kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan. Perawat
idealnya untuk membantu lansia bekerja
dengan perubahan-perubahan ini, dengan
menggunakan strategi-strategi interaktif
seperti mengungkap kenangan dan tinjauan
hidup yang ditekankan pada peristiwaperistiwa yang menyenangkan serta
kontribusi dan penyampaian yang positif
(Stanley & Beare, 2006).
Menurut
Erikson
(1968)yang
dikutip oleh Sivis (2005), manusia
melewati
langkah
perkembangan
sepanjang hidup mereka, dan menghadapi
tugas perkembangan pada setiap tahapnya.
Untuk mencapai peralihan hidup yang
penting, diperlukan satu keputusan untuk
melewati tugas perkembangan yang sulit.
Individu yang mampu menyelesaikan
tugas perkembangan tugas pada tahapnya
akan siap untuk menghadapi tantangan di
masa depan. Sebaliknya, gagal dalam
menyelesaikan tugas perkembangan akan
menyebabkan
keputusasaan
dan
menyebabkan
depresi.
Erikson

berpendapat bahwa tugas perkembangan


utama dari semua kelompok usia adalah
ego versus keputusasaan (Stanley &
Beare,2006) peristiwa yang penting dari
tahap ini adalah menerima secara
keseluruhan hidup dan dicerminkan dalam
hidup selanjutnya. Jika individu telah
sukses dan kemudian mereka menoleh
kembali
masa
lalunya
sehingga
meningkatkan integritas ego dan kepuasan
dalam hidup. Oleh karena itu, lansia perlu
memberi arti pada hidup mereka yang
lampau untuk mencapai kepuasan hidup
(Sivis, 2005). Dengan meningkatnya
integritas ego dan kepuasan hidup,
diharapkan dapat menurunkan depresi
pada lansia.
Reminiscence
membantu lansia
untuk mengingat kembali masa lalu yang
menyenangkan, sehingga menghadirkan
perasaan berarti sebagai individu dan
pernah menjadi individu yang berarti bagi
orang lain (Sheidan, 1991 ; dikutip oleh
Sivis, 2005). Reminiscence
Group
Strategies
bertujuan
memberikan
kesempatan pada lansia untuk membangun
hubungan yang baru di dalam kelompok
dan melibatkan diri dalam diskusi tentang
saat-saat menyenangkan di masa lalu
untuk mengatasi perasaan tertekan yang
sering dialami oleh lansia (Marceau,
2004).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sistem
penelitian one group pretest-post test
design yang merupakan salah satu bentuk
rancangan pra ekperimental, dimana
desain ini berusaha untuk mengungkapkan
hubungan sebab akibat dari variabel
indipenden yaitu startegi kelompok
pengenangan indah (Reminiscence Group
Strategies) dan variabel dependen yaitu
depresi dalam lansia. Pada penelitian ini,

peneliti memberikan perlakuan tertentu


pada satu kelompok subyek yang
diobsevasi sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia di panti wredha
Mojopahit Mojokerto, yangberjumlah 47
orang. Pada penelitian ini menggunakan
teknik Purposive Sampling.
Pengolahan data dalam penelitian
ini dilakukan setelah diperoleh data umum,
hasil pretest dan postest menggunakan
GDS. Pengolahan data deskriptif dengan
distribusi frekuensi, mean, dan standart
deviasi. Untuk menganalisis pengaruh
Strategi Kelompok Pengenangan Indah
(Reminiscence Group Strategies) terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia diuji
dengan Wilcoxon Signed Rank dengan
tingkat kemaknaan P < 0,05 yang berarti
H0 ditolak atau ada pengaruh Strategi
Kelompok
Pengenangan
Indah
(Reminiscence Group Strategies) terhadap
tingkat depresi pada lansia menggunakan
SPSS 16,0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
pengaruh
Strategi
Kelompok
Pengenangan Indah (Reminiscence Group
Strategies) terhadap penurunan tingkat
depresi lansia di Panti Wredha Mojopahit
Mojokerto.
Tabel 1 Perbandingan tingkat
Depresi Sebelum dan sesudah diberi
intervensi di Panti Wredha Mojopahit
Mojokerto, September 2008.
Tingkat Depresi
Prestest
Tidak Depresi
4 (10%)
Depresi Ringan
10 (25%)
Depresi Sedang
6 (15%)
Jumlah
20 (50%)
Berdasarkan
tabel
1
dapat
disimpulkan bahwa terjadi penurunan

Postes
6 (15%
9 (22,5
5 (12,5

20 (50%

tingkat depresi pada lansia setelah


diberikan intervensi. Hasil analisis
menunjukkan ada pengaruh Strategi
Kelompok
Pengenangan
Indah
(Reminiscence Group Strategies) terhadap
penurunan tingkat depresi lansia di panti
Wredha Mojopahit Mojokerto yang
ditunjukkan dengan P = 0,000 (P< 0,05)
melalui SPSS 16,0 for Windows
menggunakan Wilcoxon Signed Rank.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji Wilcoxon-Signed
Ranke menggunakan software SPSS 16
diperoleh P = 0,000 (P< 0,05) yang berarti
H0, ditolak atau ada pengaruh terhadap
tingkat depresi lansia di Panti Wredha
Mojopahit Mojokerto setelah dilakukan
strategi Kelompok Indah (Reminiscence
Group Strategies). Pada penelitian ini
didapatkan penurunan tingkat depresi pada
lansia sesudah dilakukan intervensi hal ini
sesuai dengan Reminiscence
yang
merupakan suatu startegi yang efektif
untuk memproses informasi, perasaan dan
pemikiran, dan meletakkan pengalaman
secara perspektif dari waktu ke waktu
( Soltys, Reda letson, 2003) dengan
mengingat kembali pengalaman dan
pemenuhan hidup yang positif dari masa
lampau dapat membantu pembentukan
persepsi tentang kehidupan yang telah
dilewati. Hal ini membantu penerimaan
terhadap masa lalu dan tercapainya
kepuasan hidup di masa lampau atau
sekarang (Sivis, 2005).
Kelompok Pengenangan telah
digunakan dalam berbagai aspek untuk
meningkatkan kesejahteraan lansia antara
lain meringankan depresi ; menentukan
pengaturan hidup ; penyesuaian ; berbagi
dengan janda-janda ; mengatasi duka cita
dan kehilangan ; menemukan tujuan
hidup ; meningkatkan self-esteem ; dan

self-efficacy (Sivis, 2005). Sesuai dengan


penelitian yang telah dilakukan dapat
dibuktikan bahwa Reminiscence Group
Stragies merupakan salah satu fasilitas
untuk bersosialisasi dan berbagi yang
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
dalam diri lansia itu sendiri, sehingga
menurunkan depresi yang dialami lansia.
Keberhasilan pelaksanaan Strategi
Kelompok Pengenangan didukung dengan
adanya penggunaan alat-alat untuk
membantu proses Reminiscence Group
Strategies seperti foto di masa lalu, alat
permaian, dan tempat yang nyaman
(Marceau, 2004). Penggunaan alat dapat
membantu lansia untuk mengingat dan
menceritakan kembali masa lalunya.
Selain itu peran perawat seperti
menciptakan suasana yang nyaman dan
memberi kesempatan lansia untuk
mengeluh
menunjang
keberhasilan
pelaksanaan Reminiscence
Group
Strategies.
Pada penelitian ini ditemukan
lansia mayoritas depresi ringan sebanyak
10 orang (50%) dengan karakteristik
antara lain 2 berjenis kelamin perempuan 9
orang (90%) ; sebagian besar tinggal di
panti lebih dari 3 tahun sebanyak 6 orang
(30%) ; masuk panti tidak atas keinginan
sendiri sebanyak 8 orang (80%),
mempunyai pekerjaan sebelum masuk
panti sebanyak 6 orang (60%) ; dan tidak
pernah dikunjungi oleh keluarganya
sebanyak 7 orang (70%).
Fakta diatas
sesuai dengan
Messwati (2006) bahwa Prevalensi depresi
pada perempuan dua kali lebih banyak dari
pria, sebab perempuan mempunyai
perasaan yang lebih halus dan lemah.
Syarifah A. (2002) berpendapat bahwa
sulit bagi lansia meninggalkan rumah
lamanya selama ini ditempati bersama
orang-orang yang dicintainya. Yang tentu

saja mempunyai kenangan manis. Selain


itu sikap konservatif lansia menambah
sulit untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan baru. Kondisi ini dapat
menyebabkan
perasaan
tertekan,
kesedihan, dan keputusasaan. Sehingga
lansia mudah mengalami depresi. Lama
tinggal di panti menyebabkan lansia jenuh
dengan kegiatan yang setiap hari yang
berulang
di panti. Apalagi ditunjang
dengan menurunnya
kondisi fisik,
kesehatan, dan ketidakmampuan aktifitas
sehari-hari serta kurangnya dukungan
sosial baik dari keluarga petugas di panti.
Motivasi masuk panti bagi lansia
untuk menentukan tujuan hidup dan apa
yang ingin dicapainya dalam kehidupan di
panti. Adanya keinginan yang muncul dari
dalam individu lansia untuk tinggal di
panti akan membuatnya bersemangat
meningkatkan toleransi dan merasa
berguna. Kondisi ini akan menimbulkan
efek yang baik buat kehidupan lansia
(Syarifah A, 2002). Lansia yang masuk
panti dengan alasan yang positif akan
cenderung lebih beradaptasi dengan
lingkungan barunya sehingga dapat
melanjutkan hidupnya dengan baik di
panti.
Syarifah
A,
(2002)
juga
berpendapat bahwa nilai seseorang sering
diukur
dengan
produktivitas
dan
identitasnya. Kondisi ini sering dikaitkan
dengan peranan dan pekerjaannya,
kehilangan peran dalam pekerjaannya akan
menurunkan atau menghilangkan kepuasan
lansia. Lansia yang dulunya aktif
kemudian berhenti bekerja, mengalami
kesulitan dalam penyesuaian pribadi
bahkan tidak jarang menimbulkan
kehilangan gairah hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa lansia yang sudah
tidak produktif dan kehilangan fungsi
sosialnya akan mengalami penurunan

kepuasan dalam hidupnya yang dapat


menyebabkan depresi. Berkurangnya
interaksi sosial dan dukungan sosial yang
kurang
baik
dapat
mengakibatkan
penyesuaian diri yang negatif pada lansia.
Menurunnya
kapasitas
hubungan
keakraban dengan keluarga, berkurangnya
interaksi dengan keluarga yang dicintai
dapat menimbulkan perasaan tidak
berguna,
merasa
disingkirkan
dan
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat
berperan
dalam terjadinya
depresi
(Syarifah A, (2002). Kunjungan keluarga
merupakan salah satu bentuk interaksi dan
dukungan sosial yang sangat dibutuhkan
lansia untuk menghadapi masa tuanya di
panti.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat ada pengaruh terhadap
tingkat depresi lansia di Panti Wredha
Mojopahit Mojokerto setelah dilakukan
Strategi
Kelompok
Pengenangan
(Reminiscence Group Strategies).
Saran
Perlu
meningkatkan
Strategi
Kelompok
Pengenangan
Indah
(Reminiscence Group Strategies). Sebagai
alternatif untuk menangani masalah
depresi pada lansia di Panti Wredha
Mojopahit Mojokerto dikembangkan lebih
lanjut.
KEPUSTAAKAAN
Anderson A.J.PhD.2002. Treatment of
Depression in Older Adult,
International
Journal
of
Psychosocial
Rehabilitation.
http://www.psycosocial.com.
29
Mei 2008.
Andra. 2007. Kenali Depresi, Tuntaskan
Terapi.
http;//www.majalah-

farmacia.com/rubrik/one-news.asp?
IDNews=233. 29 Mei 2008
Arikunto S. 2006. Prsedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
Revisi VI.Jakarta: Rineka Cipta
Azwar S. (2007. Metode Penelitian.
Jakarta: EGC
Burns, Lawlor, Craig. 1999 Assesment
Scales in Old Age Psychiatry.
London: Martin Dunitz Ltd.
Cappeliez
P.
2004.
CognitiveReminiscence
Therapy for
Depressed older adults. Senior
Psychosocial
Interest
Group.
http;//www.seniorsmentalhealth.ca/
cognitive%20Reminiscence .pdf.29
Mei 2008.
CollinsC.J. 2006. Life Review and
Reminiscence
Group Therapy
Among
Senior
Adults.
http;//www.seniorsmentalhealth.life
review.pdf.29 Mei 2008.
Darmojo, Martono.1999. Buku Ajar
Geriatri. Jakarta; Yudistira.2002.
Pertambahan
Jumlah
Lansia
Indonesia Terpesat di Dunia.
http://google.prtambahan-lansiacom 16 Agusus 2008

Ebersole, Hess. 2001. Geriatric Nursing


and Healthy Aging. S.Louis :
Mosby year book
Erwin. 2006. Depresi yang Kerap
Kerbaikan.
http://64.203.71.11/kesehatan/news
/0605/04/112252.htm.2008
Evy. 2008. Waspadai Depresi pada Lansia.
http://pranaindonesia.wordpress.co
m/artikel/waspadai-depresi-padalansia. 26 Juni 2008
Gill A. 2000. Writing the Story of Your
Life, a Reminiscence
Writing
Workshop.
http://hull.ac.uk/php/cetag/3amemo
ry.htm. 29 Mei 2008
Hardywinoto, Setianudhi. 2005. Panduan
Gerontologi,
Tinjauan
dari
Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama
Jones E.D , ND, RN. 2003. Reminiscence
Therapy for Older Women with
Depression, Effect of
Nursing
Intervention
Classification
in
Assisted-Living Long-Term Care.
Journal of Gerontological Nursing
29. http://www.fau.edu.com. 29
Mei 2008

You might also like