You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI


ACARA II
TRANSFORMASI DATA CITRA SATELIT DAN DEM
(CROPPING DAN KOMPOSIT WARNA)

DOSEN PENGAMPU:
Syamsul Bachri, S.Si, M.Sc, Ph.D

DISUSUN OLEH:
Nama

: Fatma Roisatin Nadhiroh

NIM

:130722616093

Tanggal

: Senin, 08 Februari 2016

Assisten

: 1. Tri Adhi Nugraha

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016

ACARA II
TRANSFORMASI DATA CITRA SATELIT DAN DEM
(CROPPING DAN KOMPOSIT WARNA)
I.

Latar Belakang
Bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk
permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi di permukaan
bumi. Penyebab perubahan tersebut adalah gaya dari dalam bumi (endogen) dan
gaya dari luar bumi (eksogen). Proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi
di bumi baik yang berasal dari dalam bumi maupun yang berasal dari luar bumi.
Sedangkan bentuklahan merupakan bagian permukaan bumi yang
memiliki bentuk topografi khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Geomorfologi memiliki hubungan dengan kehidupan manusia dengan adanya
pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada di darat maupun di dasar
laut. Adanya keterkaitan dengan kehidupan mendorong manusia untuk melakukan
pengamatan dan mempelajari bentuk-bentu geomorfologi baik yang berpotensi
berbahaya maupun aman, sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk
lahan.
Analisis bentanglahan (landscape) dilakukan pada unit analisis yang lebih
rinci dan sesuai yaitu unit bentuklahan (landform). Oleh karena itu, untuk
menganalisis dan mengklasifikasi bentanglahan selalu mendasarkan pada
kerangka kerja bentuklahan. Bentuklahan dikaji secara kuantitatif maupun
kualitatif (morfometri) dimana tujuannya mendiskripsikan relief bumi, baik yang
sifatnya konstruksional seperti gunung api, patahan, lipatan, dataran, plato, dome
dan pegunungan kompleks maupun bentuk lahan destruksional meliputi bentuk
lahan erosional, residual dan deposisional. Geomorfologi yang berfokus pada
deskripsi/klasifikasi bentukan lahan, proses karakterisasi dan hubungan antara
bentang alam dan prosesnya, sedangkan penginderaan jauh dapat memberikan
informasi tentang lokasi/distribusi bentang alam, permukaan komposisi/bawah
permukaan dan permukaan elevasi (Smith and Pain, 2009).

II.

Maksud
1. Mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang proses transformasi data
citra satelit dan DEM seperti pemotongan citra dan komposit warna.
2

III.

Tujuan
1. Dapat melakukan proses pengolahan citra seperti pemotongan citra sesuai
dengan wilayah kajian.
2. Dapat melakukan komposit band pada citra untuk identifikasi dan interpretasi
unit geomorfologi pada wilayah kajian.

IV.

Alat dan Bahan


Alat:
1. Laptop
2. ArcGIS
Bahan:
1. Data Citra Landsat 8 OLI TIRS
2. Data vektor shapefile wilayah Kabupaten Malang

V.

Dasar Teori
Bentuklahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografi khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis
pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Geomorfologi
memiliki hubungan dengan kehidupan manusia dengan adanya pegununganpegunungan, lembah, bukit, baik yang ada di darat maupun di dasar laut. Adanya
keterkaitan dengan kehidupan mendorong manusia untuk melakukan pengamatan
dan mempelajari bentuk-bentuk geomorfologi baik yang berpotensi berbahaya
maupun aman, sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Selain memiliki potensi tersebut, juga memiliki fungsi dan layanan bentanglahan
(landscape) seperti (a) fungsi produksi (penyedia jasa); (b) fungsi regulasi
(pengatur jasa); (c) fungsi habitat mempertahankan struktur ekologi dan proses
memberikan jasa pendukung (keanekaragaman hayati meningkatkan struktur
landscape); dan fungsi informasi memberikan layanan budaya dan kemudahan
pelayanan (Costanza and others 1997; de Groot and others 2002; MA 2005; Hein
and others 2006;Kienast et al., 2009; Tufaila et al., 2012).
Pemetaan satuan bentuklahan dapat dilakukan dengan cara pendekatan
identifikasi menggunakan data penginderaan jauh. Beberapa pendekatan yang
dapat

digunakan

antara

lain

pendekatan

pola,

pendekatan
3

geomorfologis/fisiografis,

dan

pendekatan

unsur/parameter

bentuklahan.

Pendekatan pemetaan satuan bentuklahan yang akan digunakan dalam penelitian


ini adalah pendekatan unsur/parameter bentuklahan (Pratiwi, 2012).
Pemotongan

citra

merupakan

proses

pemotongan

citra

dalam

preprocessing citra sebelum diolah sesuai dengan daerah penelitian yang


dibutuhkan. Pemotongan citra bertujuan untuk memfokuskan liputan citra pada
daerah penelitian saja, sehingga proses pengolahan data, interpretasi visual, dan
analisis data menjadi lebih sederhana atau fokus pada daerah penelitian saja
(Pratiwi, 2012).
Transformasi citra banyak digunakan untuk pengolahan citra satelit,
misalnya transformasi tasseled cap yang memanfaatkan feature space tiga saluran
yang menghasilkan sumbu kecerahan (brightness), kehijauan (greenness),
kelayuan (yellowness), dan ketidaktentuan (noneesuch) (Raharjo, 2010).

VI.

Langkah Kerja
1. Buka aplikasi ArcMap 10.1
2. Add Data Citra Landsat 8 band 1-9.

3. Klik menu Windows > Images Analysis

4. Pilih semua citra band 1-9 > Klik ikon Composite Bands

5. Add Data > Kab. Malang.shp > Add

6. Buka ArcToolbox > Spatial Analysis Tools > Extraction > Extract by Mask

7. Setelah itu lakukan komposit sesuai dengan kebutuhan.

VII.

Hasil
1. Tabel hasil interpretasi dan analisis komposit band pada citra Kabupaten
Malang. (Terlampir)

VIII. Pembahasan
Analisis bentuklahan asal penting dilakukan dalam bidang Geomorfologi,
hal ini berguna untuk mengetahui karakteristik wilayah , kesesuaian penggunaan
atau bahkan pengambilan keputusan dalam negelolaan tata ruang maupun wilayah.
Sebab, kondisi fisik suatu wilayah akan mempengaruhi berbagai aktivitas manusia
yang bermukim di sekitarnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis bentuklahan yaitu dengan komposit Citra Landsat 8. Citra ini
terdiri dari 11 saluran yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Namun,
dalam praktikum ini, saluran yang digunakan hanya saluran 1-9, sebab saluran 10
dan 11 merupakan spektrum termal dan memiliki resolusi spasial 100m yang
berbeda dengan kesembilan saluran lainnya, sehingga kurang sesuai apabila
digunakan untuk analisis bentuklahan namun sesuai untuk analisis suhu
permukaan bumi.
Berdasarkan hasil komposit dan interpretasi citra dppat diketahui bahwa di
wilayah kajian (Kabupaten Malang) terdapat beberapa bentuklahan, yaitu fluvial,
vulkanik, karst dan marin. Adanya berbagai macam bentuklakah ini dipengaruhi
oleh proses yang berbeda antara satu dengan lainnya. Demikian pula komposit
yang

digunakan

pun

berbeda,

sebab

kepekaan

terhadap

gelombang

elektromagnetik pada setiap saluran berbeda dalam perekaman objek. Seperti


halnya vegetasi lebih sesuai dengan komposit citra infra merah, sedangakan
perairan atau lahan lebih sesuai dengan menggunakan komposit citra 5-6-4.
Marine
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut,
dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas
marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses
abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari
kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir

lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air
laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah
terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan
memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain
dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai
juga dipengaruhi oleh: Struktur, tekstur, dan komposisi batuan; Keadaan
bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut; Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang
disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es,
gelombang, dan arus laut; Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang
mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai,
misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya;
Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan
organisme yang ada di laut.

Vulkanik
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan
magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi
berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau
vulkanik. Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak
tektonik. Gunung-gunung api biasanya dijumpai di depan zona penunjaman
(subduction zone).
Faktor-faktor

yang

menyebabkan

pembentukan

Bentang

alam

vulkanik, yaitu: Kegiatan vulkanisme, seperti pembentukan kaldera, dimana


kegiatan

tesebut

akan

mengganggu

pekembangan

suatu

gunungapi;

Berpindahnya pusat kegiatan gunungapi (pipa kepundan), dimana berkaitan


erat dengan keaktifan tektonik daerah setempat; Tekanan arus dari aliran lava
yang naik ke atas, yang lama-kelamaan akan merusak dan menghancurkan
dinding kepundan; Adanya kerucut spater (spatter cone), yaitu suatu kerucut
yang bersisi curam yang tersusun dari batuan bahan lepas yang terendapkan di
atas celah atau pipa kepundan, dan umumnya berkomposisi basalan; atau

hornito yang juga merupakan kerucut spater di sekitar ujung aliran lava;
Adanya gua-gua pada aliran lava (lava tube).

Fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai
yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi)
membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran
aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus.
Pada bentuk lahan fluvial, proses proses yang berlangsung di
pengaruhi beberapa faktor antara lain : gradient sungai , volume ( debit ) air ,
jenis muatan , wilayah jatuhan air hujan , dan cuaca . Gradien ini sangat
mempengaruhi proses fluvial karena tingkat kemiringan suatu aliran akan
menentukan kecepatan aliran . Semakin besar gradient yang di hasilkan , maka
semakin cepat aliran yang mengalir dari lereng menuju dataran yang lebih
landai . Hal ini dapat mempengaruhi kekuatan aliran dalam mengerosi daratan
yang di lalui aliran . Sedangkan apabila gradiennya semakin kecil maka aliran
yang di hasilkan akan semakin tenang dan kemampuan dalam mengerosi
daratan akan semakin berkurang .Faktor berikutnya adalah stadium sungai
yang terdiri menjadi 3 dengan asumsi 1.) sungai muda , sungai yang
mempunyai tenaga yang kuat yang terjadi di gradient tinggi dan mempunyasi
sifat mengerosi . Aliran muda ini akan menerebos apa yang akan di laluinya
dengan adanya kekuatan dan material sebagai pengikisnya . 2.) sungai dewasa ,
sungai ini sudah mengalami penurunan tenaga sehingga kemampuan
menerobos rintangan sudah hilang .Pada sungai ini biasanya terjadi kelokan
kelokan atau meander . Hal ini di sebabkan karena adanya tenaga erosi ke
bawah permukaan berasal dari sedimen yang di angkut sedangkan aliran air
hanya mampu mengikis kesamping ( lateral ). 3.) sungai tua , sungai ini sudah
menjadi depositor aktif karena aliran sungai ini tidak mampu mengangkut
material yang berasal dari hulu sehingga hanya mampu menendapkannya di
aliran yang di laluinya. Faktor selanjutnya adalah jenis material yang diangkut.
Material yang terangkut akan mempengaruhi bentuklahan fluvial yang
dihasilkan dan proses yang sedang berlangsung. Jenis muatan dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu: suspended load, bed load, dan dissolved load.
8

Muatan dasar (bed load) terdiri dari batuanbatuan kecil dan sedang serta kulit
batuan yang baru terkelupas hasil dari proses pelapukan. Material-material
tersebut mempunyai ukuran dan massa yang besar sehingga hanya
menggelinding atau melompat-lompat di dasar sungai. Gerakan dari muatan
dasar dengan kecepatan aliran yang tinggi mampu mengikis dasar aliran
sungai dan membuat sungai semakin dalam. Sedangkan, apabila tenaga
pengangkut mulai melemah, maka kekuatan muatan dasar untuk mengikis
dasar aliran menjadi berkurang dan muatan tersebut mulai terendapkan.
Endapan dari material dasar akan diterobos oleh aliran permukaan yang masih
kuat dan membentuk pola aliran teranyam atau (braided stream). Muatan
selanjutnya adalah muatan tersuspensi(suspended load). Dari asal katanya,
suspend berarti menunda, menunda untuk diendapkan. Muatan yang terangkut
akan ditunda pengendapannya dan hanya melayang-layang dan digerakan oleh
turbulensi arus di dalam aliran. Muatan tersuspensi terdiri dari partikel debu,
pasir, dan lempung yang memiliki bentuk yang kecil dan massanya ringan.
Akumulasi muatan tersuspensi yang banyak akan menyebabkan kecepatan
aliran berkurang dan tenaga untuk mengerosi juga berkurang. Oleh karena itu,
muatan tersuspensi hanya mampu mengikis secara lateral (menyamping).
Akibat erosi lateral tersebut, maka akan membentuk aliran yang berkelokkelok atau meander stream.Jenis muatan yang ketiga adalah materila terlarut
(dissolved load).

Karst
Daerah karst dicirikan oleh morfologi permukaan berupa bukit-bukit
kerucut (conical hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan
banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi
oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint) karena umumnya karst
terbentuk pada daerah berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau gypsum)
(Palloan, 2009). Kawasan karst di Kabupaten malang dapat dilihat dari hasil
interpretasi dapat terlihat karst menara dan dolin yang merupakan satu
kesatuan karena bukit karst merupakan bentukan positif (membulat cekung
keluar) sedangkan dolin merupakan bentukan negatif (membuat cekungan ke
dalam). Adanya efek bayangan membantu dalam interpretasi tower karst.
Dolin yang terisi air mudah dikenali karena air akan memberikan efek warna
9

hitam (air jernih) atau warna biru )air yang mengandung sedimen), selain dari
bentuknya yang membulat, lonjong atau elips.
Bentuk lahan ini berhubungan dengan batuan karbonat yang mudah larut.
Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat penting artinya.
Bentuklahan karst biasanya berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan
cukup. Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai
jenuh akan karbonat. Air yang mengandung CO2 akan lebih mudah melarutkan
batu gamping.
Kenampakan topografi karst ini sangat spesifik, baik yang ada di
permukaan maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Karst merupakan
kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama
disebabkan oleh pelarutan batuan yang tinggi oleh air. Batuan yang membentuk
karst terdapat di dekat atau batuan permukaan bumi yang meliputi daerah yang
luas dan tebal (ratusan meter). Jenis batuan ini bersifat mudah larut di dalam air.
Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar (fault) dan kekar (joint) menjadi
faktor yang amat penting. Kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan
regangan mekanik, sehingga memudahkan gerakan air melalui batuan it. Adanya
kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan.

IX.

Kesimpulan
1. Saluran Citra Landsat 8 yang digunakan dalam analisis bentuklahan hanya
band 1-9.
2. Bentuklahan yang ada di wilayah Kabupaten Malang yaitu, marin, vulkanik,
fluvial dan karst.

10

Daftar Rujukan
Palloan, P., Zylshal.2009.Identifikasi Morfologi dan Struktur Geologi Kawasan Karst di
Kabupaten Maros dengan Menggunakan Citra Landsat -7 ETM+. JSPF 9: 68-77.
Pratiwi, Kartika dan Sigit Heru Murti.2012.Aplikasi Pengolahan Digital Citra Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Lahan Kritis Kasus di
Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.
Raharjo, Puguh Dwi.2010.Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk
Identifikasi Potensi Kekeringan.MAKARA, TEKNOLOGI 14 (2):97-105.
Smith, M.J. and C.F. Pain. 2009. Applications of remote sensing in geomorphology. Progress
in Physical Geography 33(4):568582.
Tufaila, M., et al.2012.Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
untuk Pemetaan Bentuklahan di DAS Moramo.Jurnal AGROTEKNOS 2 (1): 9-20.

11

Tabel Hasil Interpretasi dan Analisis Komposit Band pada Citra Kabupaten Malang
No.
1.

2.

Citra Bentuk Lahan

Komposit
5-4-3

6-5-4

Bentuk Lahan
Deskripsi
Marine
Bentuk lahan marine terjadi akibat proses aktivitas air
laut. Hal ini dapat dibuktikan dengan rona gelap pada
salah satu badan air yang merupakan sungai estuari yang
berasosiasi dengan daerah marin, selain itu adanya
sebuah cekungan dengan rona yang cukup terang pada
hampir sepanjang cekungan tersebut mengindikasikan
adanya material yang tidak tertutupi oleh vegetasi,
adanya daratan yang menjorok ke laut diindikasikan
headland.

Vulkanik

Bentuk lahan vulkanik terjadi akibat proses aktivitas


gunungapi atau proses gerakan magma dari dalam bumi
menuju ke permukaan. Hal ini ditunukkan adanya warna
abu-abu dan berupa bagian dari kerucut gunungapi,
namun materialnya berupa pasir, sehingga tidak
ditumbuhi oleh vegetasi. Sedangkan objek di sekitarnya
berupa lereng gunungapi yang ditunjukkan dengan
adanya igir dengan situs yang berupa bayangan
menunjukkan bahwa objek tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan objek di sekitarnya.

12

3.

4-5-2

Fluvial

Bentuk lahan fluvial terjadi akibat proses aliran air, baik


yang terkonsentrasi berupa aliran sungai maupun tidak
terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan.Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan warna pada
citra untuk perairan berwarna gelap dan di sekelilingnya
berupa vegertasi yang ditandai dengan warna
hijau.Selain itu, warna sedikit gelap di sekitar perairan
menunjukkan lahan basah.

4.

5-6-7

Karst

Bentuk lahan karst terjadi akibat proses pelarutan batuan


karbonat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
perbedaan warna pada citra, dengan tekstur yang kasar.
Adanya perbedaan warna yang jelas tersebut
menunjukkan bahwa terdapat bukit-bukit kecil yang
saling berdekatan, sedangkan perbedaan warna
menunjukkan adanya perbedaan kerapatan vegetasi dan
warna yang memiliki rona lebih cerah menunjukkan
adanya lahan kering dengan vegetasi yang menunjukkan
wilayah tersebut lebih kering dengan sedikit vegetasi.

13

You might also like