Professional Documents
Culture Documents
NO. 511/MENKES/SK/V/2002
351.077 03
Ind
i
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 511/MENKES/SK/V/2002
TENTANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS)
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
Mengingat
KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN
NASIONAL (SIKNAS).
Kedua
ii
Ketiga
Keempat
Kelima
Keenam
Ditetapan di : Jakarta
Pada tanggal : 24 Mei 2002
Menteri Kesehatan
iii
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II
5
5
9
10
12
13
21
21
22
23
25
26
26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
OTONOMI DAERAH DAN REFORMASI KESEHATAN
BAB III
ANALISIS SITUASI
Kesehatan) pada umumnya telah memiliki prasarana dan sarana yang cukup baik.
Rumah sakit telah terdapat sampai di hampir setiap Kabupaten/Kota. Sejumlah
unit pelaksana teknis (UPT) baru telah pula bermunculan dalam dasawarsa
terakhir ini.
2. Telah berkembang berbagai sistem informasi kesehatan
Betapa pun, telah berkembangnya berbagai Sistem Informasi Kesehatan
selama ini merupakan kondisi positif bagi berkembangnya SIKNAS di masa
mendatang. Dengan telah lama berlangsungnya berbagai sistem informasi
tersebut, jajaran kesehatan sebenarnya sudah cukup terbiasa (familiar) dengan
urusan data dan informasi. Data dan informasi juga bukan sama sekali tidak
dimanfaatkan. Walaupun untuk keperluan-keperluan yang kurang strategis, data
dan informasi kesehatan dimanfaatkan juga di Daerah. Hampir semua Provinsi
dan Kabupaten bahkan telah memiliki publikasi yang berupa Profil Kesehatan.
Sistem Surveilans Terpadu, Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, serta Sistem
Pelaporan Obat dan Napza telah sangat dirasakan manfaatnya dalam
pengendalian penyakit dan kejadian-kejadian luar biasa.
Telah berkembangnya berbagai Sistem Informasi Kesehatan itu juga
telah membawa dampak berupa sudah tersedianya sejumlah komputer dan
bahkan dengan fasilitas jaringannya, di beberapa tempat.
3. Muncul beberapa inisiatif di berbagai tempat
Tidak semua pihak mengabaikan Sistem Informasi Kesehatan. Sejumlah
Rumah Sakit, baik milik Pusat maupun Daerah, telah mengambil inisiatif
mengembangkan Sistem Informasinya sendiri. Khususnya dalam rangka
administrasi keuangan dan penagihan pasien serta pengolahan data rekam medik.
Beberapa bahkan telah mulai menjalin kerjasama dalam bentuk jaringan dan
memanfaatkan teknologi telematika yang ada (intranet dan internet). Sejumlah
Puskesmas telah pula mengambil inisiatif mengembangkan Sistem Informasinya,
walau tanpa dukungan dana khusus.
4. Telematika telah berkembang dengan pesat
11
13
14
BAB IV
VISI, MISI DAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL
meliputi
pengumpulan,
15
A. KEBIJAKAN
Penyelenggaraan Misi dalam rangka mencapai Visi tersebut di atas perlu
memperhatikan rambu-rambu dalam koridor Kebijakan sebagai berikut:
1. SIKNAS dikembangkan dalam kerangka desentralisasi untuk mewujudkan
Otonomi Daerah di bidang kesehatan guna mencapai Indonesia Sehat 2010.
Oleh karena itu, pengembangan Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota diarahkan untuk menciptakan kemampuan
menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam mencapai Indonesia
Sehat, Provinsi Sehat, dan Kabupaten/Kota Sehat.
2. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Informasi Kesehatan
di tingkat Pusat merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, di
tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Provinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
3. SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi
Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi dibangun dari
himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota.
Di setiap tingkat, Sistem Informasi Kesehatan juga merupakan jaringan yang
memiliki Pusat Jaringan dan Anggota-anggota Jaringan.
4. Pusat Jaringan dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan Anggota-anggota Jaringannya
adalah: (1) Puskesmas-puskesmas, (2) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten/Kota, (3) Institusi-institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan, (4)
Gudang Perbekalan Farmasi, (5) Unit-unit Lintas Sektor terkait (BKKBN
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota,
Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota, Dinas Sosial, dan lain-lain),
(6) Rumah Sakit Swasta, (7) Sarana Kesehatan Swasta lain, (7) Organisasi
Profesi Kesehatan, (8) Lembaga Swadaya Masyarakat, dan (9) Lain-lain.
5. Dinas Kesehatan Provinsi merupakan Pusat Jaringan untuk Sistem Informasi
Kesehatan Provinsi. Adapun Anggota Jaringannya adalah: (1) Dinas
16
17
9. Dalam rangka SIKNAS perlu dikembangkan dan dibina aliran data rutin dari
Kabupaten/Kota ke Provinsi dan dari Provinsi ke Pusat. Tidak semua data
yang ada di Kabupaten/Kota mengalir ke Provinsi dan tidak semua data yang
ada di Provinsi mengalir ke Pusat. Dengan demikian maka aliran data ini
akan membentuk pola kerucut (makin ke atas makin sedikit). Untuk itu perlu
ditetapkan himpunan data minimal (minimal data set) yang harus mengalir
dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan seterusnya sampai ke Pusat, dan
sistem/mekanisme pencatatan dan pemanfaatan bersama (sharing) data dan
informasi yang sesuai.
10. Dalam rangka SIKNAS perlu dikembangkan pengamatan (surveilans)
terhadap penyakit-penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan serta
keadaan-keadaan tertentu, seperti misalnya status gizi, kondisi lingkungan,
dan persediaan obat. Pengamatan ini dapat dilakukan melalui daerah-daerah
tertentu yang ditetapkan sebagai daerah sentinel. Pengembangan ini harus
dilakukan dengan koordinasi Pusat Jaringan.
11. Dalam rangka SIKNAS, bilamana perlu dapat dikembangkan pencatatan dan
pelaporan program-program kesehatan khusus seperti pemberantasan
malaria, pemberantasan tuberkulosis, pengembangan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain. Pengembangan ini harus dilakukan
dengan koordinasi Pusat Jaringan.
12. Dalam rangka SIKNAS perlu dikembangkan pencatatan dan pelaporan
sumber daya dan administrasi kesehatan yang meliputi keuangan, tenaga,
peralatan/perbekalan, dan sarana. Pengembangan ini harus dilakukan dengan
koordinasi Pusat Jaringan.
13. Dalam rangka SIKNAS perlu dilaksanakan berbagai cara lain untuk
pengumpulan data, yaitu melalui sensus, survei, dan lain-lain, untuk
melengkapi data yang terkumpul secara rutin. Sensus, survei, dan lain-lain
tersebut terutama diselenggarakan di tingkat Pusat, tanpa menutup
kemungkinan penyelenggaraannya di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pelaksanaannya dilakukan dengan koordinasi Pusat Jaringan.
14. Dalam rangka SIKNAS perlu dikembangkan kerjasama lintas sektor untuk
mengupayakan terselenggaranya Registrasi Vital di seluruh wilayah
18
19
20
BAB V
STRATEGI PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL
21
duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang
berbeda-beda mengenai suatu hal. Sedangkan mekanisme saling-hubung,
khususnya dengan Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan akan
menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan analisis data secara komprehensif.
Ini berarti bahwa akan dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang pencapaian
Visi Indonesia Sehat 2010 dari tahun ke tahun.
Strategi ini dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan serangkaian
pertemuan antara Pusat Data dan Informasi dengan para penanggung jawab
sistem-sistem informasi kesehatan yang ada. Dalam pertemuan-pertemuan
tersebut akan dibahas dan dirumuskan pembagian tugas, tanggung jawab dan
otoritas-otoritas serta mekanisme saling-hubung antar sesama sistem informasi
dan antara masing-masing sistem informasi dengan Pusat Data dan Informasi.
23
25
26
BAB VI
PENUTUP
27