You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anestesi


Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver
Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3
syarat (Trias Anestesi) yaitu1 :
a.
b.
c.

Hipnotik, hilang kesadaran


Analgetik, hilang perasaan sakit
Relaksan, relaksasi otot-otot

2.2 Anestesi Umum


Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan dimana
hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat
pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat
diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular1.

Indikasi Anestesi umum1 :

Pada bayi dan anak-anak


Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh ahli

bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal


Operasi besar
Pasien dengan gangguan mental
Pembedahan yang lama
Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan
Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.
Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :

1. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesia umum yang
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke dalam
pembuluh darah vena.
2. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang berupa gas dan atau
cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran,
Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan kategori menggunakan sungkup muka,
Endotrakeal Tube nafas spontan, Endotrakeal tube nafas terkontrol
3. Anestesi imbang merupakan teknik anestesia dengan mempergunakan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anestesia inhalasi atau
kombinasi teknik anestesia umum dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesia secara optimal dan berimbang
Sebelum dilakukan tindakan anestesia, sebaiknya dilakukan persiapan preanestesia. Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum
pasien menjalani suatu tindakan operasi. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
a.

Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah
penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,

b.

misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas2.


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat
penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua sistem organ tubuh
pasien2.

c.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan
penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan laboratorium rutin yang sebaiknya
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb, leukosit, masa perdarahan dan
masa pembekuan) dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di atas 50 tahun sebaiknya

d.

dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG2.


Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang
berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) 2:
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin

terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas

rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat


ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan

kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam.


Klasifikasi ASA juga dipakai pada

pembedahan

darurat

dengan

mencantumkan tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau


IIE

Penilaian MallaMpati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi.
Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada
visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut
terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi
4 grade2 :

Grade I
Grade II

:
:

Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas


Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring

tidak terlihat
Grade III
Grade IV

:
:

Hanya palatum mole yang terlihat


Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat

Stadium anestesi umum1 :


1.

2.

Stadium I (Stadium Analgesia/ Stadium Disorientasi)


Dimulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran
Ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata
Stadium II (Stadium Excitement/ Stadium Delirium)
Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan bernafas teratur
Ditandai dengan hilangnya refleks kelopak mata
Pada stadium ini bisa terjadi batuk, nafas panjang, melawan/ berontak dan

3.

muntah
Stadium III (Stadium Surgical Anestesia)
Dimulai dari pernafasan yang teratur sampai henti nafas (respiratory arrest).
Stadium ini terdiri atas :
Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan bola mata
Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan dari paralise
otot interkostal

Plane 3 : dari permulaan hingga komplit paralise dari otot-otot interkostal


Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise diafragma
Stadium IV (Stadium Overdosis)
Dimulai dari permulaan paralise diafragma hingga henti jantung (cardiac

4.

arrest)
Stadium ini sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena overdosis obatobatan anestesi

2.3. Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
premedikasi2 :

Meredakan kecemasan dan ketakutan


Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Mengurangi refleks yang tidak diharapkan
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi rasa sakit
Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi
Menurunkan basal metabolisme tubuh

Obat-obat premedikasi yang sering digunakan :


1.

Sulfas atropin
Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg
Merupakan golongan parasimpatolitik dengan cara kerja berkompetisi dengan
asetilkolin pada ujung-ujung saraf yang mempersyarafi organ-organ post
ganglion kolinergik

Keuntungan : mengurangi sekresi ludah dan menekan refleks vagal


Kerugian : menaikan temperatur, mengentalkan lendir dan membesarkan
pupil1

2.

Valium
Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB
Memberikan efek sedativa, amnesia, tranquilizer, relaksasi otot, hipnotik kuat,

3.

analgesi kurang1
Pethidine
Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB
Efek farmakologi yakni sebagai analgetik, bersifat sedativa, mendepresi pusat
pernafasan, menaikkan tekanan CSF, menimbulkan vasodilatasi, pupil
mengecil dan mulut kering1

2.4 Induksi Anestesi


Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Sebelum
memulai induksi anestesia, selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih
cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata
STATICS2 :
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau
daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed)
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan

C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

2.5.Obat-Obat Anestesi Umum


Obat-obat yang sering digunakan dalam anestesi umum adalah:

Gas Anestesi
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik

iala N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran. Mekanisme kerja obat
anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih mnjadi misteri dalam farmakologi modern2.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:
1. Ambilan oleh paru
2. Difusi gas dari paru ke darah
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:
N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak
terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O harus disertai oksigen minimal 25%. Gas ini
bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesia setelah N 2O dihentikan,
maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran oksigen dan
terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen
100% selama 5-10 menit2.
Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka sering
digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan merupakan anestetik
kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan
mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Pada napas spontan

rumatan anestesia sekitar 1-2 vol% dan pada napas kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya
disesuaikan dengan klinis pasien2.

Isofluran
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien
menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit,
di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi. Tanda untuk
mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi
napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak
terhadap oksigen, tetapi meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial2.
Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan
tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk
desfluran. Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau bedah rawat jalan.
Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas, sehingga
tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat kali lebih poten dibanding agen anestetik
inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O2.
Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan
kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi
yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran
dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit. Baunya tidak
menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesia
inhalasi disamping halotan. Setelah pemberian dihentikan, sevofluran cepat dieliminasi dari
tubuh2.

Obat-obat Anestesia Intravena

Yang dimaksud dengan intravenous anestesia adalah anestesi yang diberikan dengan cara
suntikan zat (obat) anestesia melalui vena2.
1. hipnosis
Golongan barbiturat (pentotal)
Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat
(30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya
habis, seperti zat anestesi inhalasi, barbiturat ini menyebabkan kehilangan
kesadaran dengan jalan memblok kontrol brainstem
Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai induksi
diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20 detik
(untuk orang dewasa)2
Benzodiazepin
Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat,
potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak
menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan
sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada
pasien dalam monitorng anestesi. Efek farmakologi benzodiazepine merupakan
akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat

di

otak.

Benzodiazepine

tidak

mengaktifkan

reseptor

GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap


neurotransmitter penghambat. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 0,6 mg/kg IV,
Midazolam : induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV2.
Ketamin
Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat.
Efek anestesinya ditimbulkan oleh penghambatan efek membran dan neurotransmitter
eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat. Sifat analgesiknya sangat
kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Ketamin tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
Anestesia dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik
pertama, kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai anestesia disosiatif.
Disosiasi ini sering disertai keadaan kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi,
lakrimasi, gerakan-gerakan tungkai spontan, peningkatan tonus otot. Kesadaran segera

pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan amnesia
berlangsung sampai 1-2 jam2.
2. Analgetik
Morfin
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak
begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi),
penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah
pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang
rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat
mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima
oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu
tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/
kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai
yamg diperlukan2.
Fentanil
Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik dari
kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanyl banyak
digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih
singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan
relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular2.
Meridipin
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan
klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada
morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan
sebagai obat preanestetik, untuk menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan
dengan morfin, meperidin kurang karena menyebabkan depresi nafas pada janin.
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50
mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg
BB2

3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)


Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien
secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari
otot-otot rangka dan memudahkan dilakukannya operasi2.
a. Pelumpuh otot depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah saraf otot
tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga cukup lama berada di celah sipnatik,
sehingga terjadilah depolarisasi ditandai oleh fasikulasi yang disusul relaksasi
otot lurik. Yang termasuk golongan ini adalah suksinilkolin, dengan dosis 1-2
mg/kgBB IV2.
b. Pelumpuh otot non-depolarisasi
Pelumpuh otot non-depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinikkolinergik, tetapi tak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi
asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat bekerja2.

LoLong Acting
1.
D-tubokurarin
2.
Pankuronium
3.
Metakurin
4.
Pipekuronium
5.
Doksakurium
6.
Alkurium
In Intermediate Acting
1.
Gallamin
2.
Atrakurium
3.
Vekuronium
4.
Rokuronium
5.
Cistacuronium
ShShort Acting
1.
Mivakurium
2.
Ropacuronium

Dosis (mg/kgBB)

Durasi (menit)

0,4-0,6
0,08-0,12
0,2-0,4
0,05-0,12
0,02-0,08
0,15-0,3

30-60
30-60
40-60
40-60
45-60
40-60

4-6
0,5-0,6
0,1-0,2
0,6-1,2
0,15-0,2

30-60
20-45
25-45
30-60
30-45

0,2-0,25
1,5-2

10-15
15-30

2.6 Pemulihan Pasca Anestesi


Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi terutama yang
menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian terlebih dahulu untuk
menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di
observasi di ruang Recovery room (RR).
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnoea atau obstruksi, 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
2.7 Intubasi Endotrakeal
Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa
pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan
penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.

Indikasi
intubasi

endotrakeal2 :
1.
2.
3.
4.
5.

Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun


Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan
Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tak ada

6.
7.
8.

ketegangan
Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol
Untuk mencegah kontaminasi trakea
Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan pengisian
cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster
Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme
Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord2

9.
10.

Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu1 :

Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang cukup
Posisi kepala dan leher yang tepat
Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut1

Alat-alat yang digunakan dalam intubasi endotrakeal :


a.

Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam milimeter.

Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda, penampang
melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat sedangkan
dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa cuff dan
untuk anak besar dan dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Pipa endotrakea dapat
dimasukkan melalui mulut atau melalui hidung.2

Cara

memilih

pipa

endotrakea untuk
bayi dan anak kecil :
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + umur (thn)
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)2

b.

Laring
oskop

Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat yang
digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa
trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :2
Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)

Kesulitan dalam teknik intubasi:

Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap


Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)
Kesulitan membuka mulut
Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)
Abnormalitas pada daerah servikal
Kontraktur jaringan leher 1

Komplikasi pada intubasi endotrakeal 2:


Memar & oedem laring
Strech injury
Non specific granuloma larynx
Stenosis trakea
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi dan laring
Aspirasi
Spasme bronkus

You might also like