You are on page 1of 12

Anggota FG 5:

David Abdullah
Firda Aishia
Novinta Dewi Utami
Ratna Suryani Gandana
Zarmayana Nur Khairunni
RESUME
Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi dalam Manajemen Nyeri ketika Persalinan
Terapi Farmakologi
Anesthesia adalah salah satu cara untuk mengontrol nyeri selama prosedur dengan
menggunakan obat yang bernama anestesis. Anestesis dapat membuat relax, mencegah
nyeri, mengantuk, dan tidak sadar selama operasi. Analgesia adalah pereda nyeri namun
tidak menghilangkan ketidaknyamanan yang muncul (Admin, 2015). Anesthesia dan
Analgesia terbagi menjadi lokal, regional, dan general. Lokal artinya hanya mengurangi
nyeri di daerah tertentu saja. Regional artinya mengurangi nyeri di daerah yang cukup
luas, tidak hanya di satu organ. General artinya digunakan untuk mengurangi nyeri di
seluruh tubuh (Admin, 2015). Pengelolaan nyeri persalinan secara farmakologi juga dapat
dikelompokkan berdasarkan tahap persalinan dan metode melahirkan seperti yang terdapat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Farmakologi Nyeri Persalinan (Ward & Hisley, 2009)

A. Prinsip farmakologis dari anestesia lokal adalah interupsi sementara dari impuls saraf
yang menghantarkan nyeri, contohnya bupivacaine (marcaine), chloroprocaine
(nesacaine), dan lidocaine (xylocaine) (Perry, 2014).
1. Anestesia infiltrasi perineum lokal: digunakan bagi wanita yang mengalami
episiotomy. Cara pemberiannya adalah dengan menyuntikan 5-15mL dari 1%

lidocaine ke dalam jaringan subkutan. Agar efeknya lebih intensif, biasanya


ditambahkan epinefrin untuk memperkuat efek anestesi dan mencegah perdarahan
dengan melakukan konstriksi pada pembuluh darah. Penyuntikan bisa dilakukan
berkali-kali agar ibu merasa nyaman sampai perbaikan pasca-melahirkan selesai
(Perry, 2014).
2. Pudendal Nerve Block: diberikan pada saat kala dua intranatal. Sangat berguna
bila akan dilakukan episiotomy atau saat penggunaan vacum extractor. Bisa juga
digunakan saat kala tiga apabila episiotomi dan laserasinya harus diperbaiki.
Biasanya disuntikan secara transvaginal karena memberikan efek yang tidak
terlalu menyakitkan dan kemungkinan sukses untuk menghentikan nyeri lebih
tinggi (Perry, 2014).
3. Anestesia Spinal: anaestesia lokal atau dikombinasikan dengan opioid agonist
analgesic disuntikan ke lumbar ke 3,4, dan 5, ke dalam subarachnoid. Biasanya
digunakan untuk operasi caesar, yang memberikan anestesis dari daerah nipple
(T6) sampai ke kaki (Perry, 2014).
4. Anestesia Epidural atau Analgesic: dengan menyuntikan agen anestesia lokal
(contoh: fentanyl), Analgesia opioid, atau keduanya ke dalam epidural, dapat
meredakan nyeri yang diakibatkan oleh kontraksi uterin dan melahirkan. Cara ini
paling efektif dalam meredakan nyeri ketika melahirkan (Perry, 2014).
5. Kombinasi Analgesic Spinal-Epidural: biasa disebut sebagai epidural berjalan.
Karena analgesic ini tidak bersifat melumpuhkan. Sehingga seorang ibu tetap bisa
berjalan seperti biasa. Tetapi biasanya ibu memilih untuk tidak berjalan karena
merasa lelah dan lemah di daerah kaki (Perry, 2014).
6. Opioid Epidural dan Intratrakeal: penggunaan opioid tidak akan menyebabkan
hiptensi maternal atau mempengaruhi tanda-tanda vital janin. Ibu akan merasakan
kontraksi tapi tidak terasa sakit. Kemampuan ibu dalam melahirkan dapat
dipertahankan karena refleks menekannya tidak hilang dan kekuatannya
bertambah. Indikasi umum digunakan ini adalah untuk meredakan nyeri setelah
operasi (Perry, 2014).
B. Nitrous Oxide: gas yang tidak berbentuk, tidak berasa, dan tidak berbau. Nitrous
Oxide dapat digunakan untuk Analgesia ketika kala 1,2, dan 3 saat intranatal, termasuk
saat prosedur setelah melahirkan seperti memperbaiki pendarahan, pengangkatan
plasenta secara manual, dan kuret uterus. Bisa juga digunakan untuk memfasilitasi
inisiasi dari analgesia epidural (Collins, et al, 2012). Nitrous oxide yang dicampur
dengan oksigen dapat dihirup dalam konsentrasi yang rendah untuk memberikan
analgesia pada kala 1 dan 2 melahirkan. Pada dosis yang lebih kecil, hal ini membantu
ibu untuk relaks, mendapat kemampuan mengontrol, dan mengurangi persepsi nyeri

meski mereka mengalami nyeri. Bila opioid digunakan bersama nitrous oxide, maka
akan menyababkan kehilangan kesadaran(Perry, 2014).
C. Sedatives atau obat penenang merupakan farmakologi yang digunakan untuk
mengelola nyeri persalinan yang berperan sebagai agen yang mengurangi kecemasan
(Ward & Hisley, 2009). Sedatives sebaiknya tidak digunakan selama persalinan aktif
karena akan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus (Ward & Hisley,
2009). Beberapa jenis sedatives diantaranya sebagai berikut:
1. Barbiturat
Barbiturat digunakan hanya pada awal persalinan dimana wanita mengalami
ketidaknyamanan dan tidak dapat tidur (Ricci, 2007). Barbiturat diberikan secara
oral atau intramuskular untuk menghasilkan tidur ringan dan menenangkan wanita
yang sangat cemas pada awal persalinan. Barbiturat yang paling umum digunakan
dalam persalinan adalah secobarbital (Ward & Hisley, 2009). Secobarbital termasuk
agen oral fast-acting yang dapat menghasilkan penenang ringan dalam waktu 15
menit setelah pemberian dan akan berefek selama 3-4 jam. Efek yang tidak
diharapkan dari penggunaan barbiturat ini yaitu depresi pernapasan dan vasomotor
pada ibu dan neonatus (Ward & Hisley, 2009). Efek tersebut akan meningkat jika
barbiturate diberikan dengan depresan sistem saraf pusat lainnya seperti analgesik
opioid.
2. Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah agen utama yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan, contohnya diazepam (Valium) dan lorazepam (Ativan) (Ward & Hisley,
2009). Benzodiazepin akan meningkatkan rasa sakit dan mengurangi mual dan
muntah ketika diberikan dengan analgesik opioid. Diazepam diberikan secara
intravena untuk menghentikan kejang karena hipertensi akibat kehamilan, namun
tidak digunakan selama persalinan itu sendiri (Ricci, 2007). Lorazepam digunakan
sebagai penenang, namun dapat meningkatkan pengalaman sedasi.
3. Antagonis Reseptor H1
Antagonis reseptor H1 adalah obat-obat yang berperan dalam memblock aksi
histamine pada reseptor. Obat ini menghasilkan efek sedatives, anti-parkinson, dan
efek antiemetik (Ward & Hisley, 2009). Obat ini menyebabkan kantuk dan sering
digunakan selama persalinan dini untuk mempromosikan tidur dan mengurangi
kecemasan. Menurut Hawkins et al (2002) dalam Ward & Hisley (2009), antagonis
reseptor H1 yang umum digunakan diantaranya promethazine (Phenergan),
hydroxyzine (Vistaril), dan diphenhydramine (Benadryl).

D. Analgesia sistemik adalah analgesia yang dapat menembus barrier darah-otak


sehingga dapat memberikan efek analgesik pusat, dan menembus barrier plasenta
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996). Analgesia sistemik mencakup penggunaan 1
atau lebih obat secara oral, intramuskular, atau intravena yang didistribusikan ke tubuh
melalui sistem sirkulasi (Ricci, 2007). Agen analgesia sistemik yang dapat digunakan
untuk mengelola nyeri persalinan diantaranya:
1. Opioid Agonis
Opioid agonis seperti hydromorphone hidroklorida (Dilaudid), meperidine
hidroklorida (Demerol), fentanyl sitrat (Sublimaze), dan sufentanil sitrat (Sufenta),
bekerja dengan merangsang reseptor opioid utama mu dan kappa (Ward & Hisley,
2009). Opioid agonis memberikan perasaan euphoria dan efek amnesia. Analgesik
opioid agonis harus diberikan kurang dari 1 jam atau lebih dari 4 jam sebelum
melahirkan untuk meminimalisasi depresi neonatus. Efek samping umum yang
terjadi yaitu mual dan muntah karena opioid agonis menunda waktu pengosongan
lambung (Ward & Hisley, 2009). Selain itu, eliminasi urin dan fekal juga dapat
berkurang. Opioid agonis juga dapat menyebabkan bradikardi/takikardi, hipotensi,
dan depresi pernapasan. Perawat perlu membantu ambulasi dan mengamati efek
samping, karena pasien kemungkinan akan mengalami sedasi dan pusing (Ward &
Hisley, 2009).
2. Opioid Agonis-Antagonis
Opioid agonis-antagonis, seperti butorfanol (Stadol) dan nalbufin (Nubain),
akan memberi efek analgesia tanpa menyebabkan depresi pernapasan pada ibu atau
neonatus (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996). Opioid agonis-antagonis
merupakan agonis pada reseptor opioid kappa dan antagonis atau agonis lemah pada
reseptor opioid mu (Ward & Hisley, 2009). Pemberian agens ini dapat dilakukan
secara intramuskular maupun intravena.
3. Opioid Antagonis
Opioid antagonis, seperti Nalokson (Narcan) dan naltrekson (Trexan), akan
membalik kerja opioid dengan segera (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996).
Opioid antagonis dapat diberikan melalui infus atau injeksi intramuscular di otot
gluteus. Pemberian opioid antagonis akan membuat nyeri terasa kembali. Antagonis
ini bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan
sebelumnya (Ward & Hisley, 2009).

E. Anestesi umum yang digunakan jika ada kontraindikasi terhadap analgesi/anestesi


nerve block atau jika ada indikasi janin harus dilahirkan (pervaginam atau per
abdomen) dengan cepat (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996). Anestesi umum akan
membuat ibu tidak sadar dan berefek pada depresi pernapasan dan muntah yang
diikuti dengan aspirasi. Obat yang umum digunakan untuk anestesia umum yaitu
natrium thiopental. Natrium thiopental diberikan secara intravena dengan dosis 4
mg/kgBB dan akan menghasilkan induksi anestesi yang cepat serta dosisnya tidak
menekan janin (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996). Perawat mempuasakan ibu dan
memasang infuse, melakukan pramedikasi dengan memberikan antasid oral contohnya
natrium sitrat sebanyak 30 ml untuk meningkatkan pH lambung agar kandungan asam
di dalam lambung dapat dinetralkan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996). Beberapa
hal yang perlu dilakukan sebelum anestesia yaitu meletakkan ganjalan pada bagian
bawah panggul kanan ibu agar rahim dapat miring ke kiri dan mencegah kompresi
aorta yang akan mengganggu perfusi plasenta. Selain itu dapat juga dilakukan tekanan
krikoid yang bertujuan untuk menutup esofagus agar mencegah aspirasi paru-paru
terhadap isi lambung selama induksi anestesi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1996).

Gambar 2. Tekanan Krikoid (Ward & Hisley, 2009)

Terapi Nonfarmakologi
A. Maternal Movements and Positional Changes (Ricci, 2009; Ward & Hisley, 2009)
1. Berdiri, berjalan: gaya gravitasi membantu dalam menurunkan janin ke jalan lahir,
mengurangi rasa nyeri dari kontraksi

2. Berdiri dan condong ke tempat tidur atau birth ball: mengurangi rasa sakit,
mempermudah untuk melakukan massage punggung
3. Slow Dancing: berfungsi untuk membantu meredakan sakit punggung dan bersantai
serta memberikan rasa nyaman
4. Sitting upright: duduk dengan posisi punggung 90 derajat di kursi, bertujuan untuk
meningkatkan rasa nyaman memiliki gaya gravitasi yang lebih besar dibandingkan
pada posisi berbaring
5. Side lying: merupakan posisi yang sangat baik untuk beristirahat karena memberikan
rasa nyaman, menurunkan tekanan darah tinggi, dan memfasilitasi relaksasi ketika
kontraksi
6. Jongkok: dapat dilakukan dengan menggunakan squatting bar atau dengan
melakukan posisi jongkok di tempat tidur. Tujuan dari posisi tersebut yaitu untuk
membuka jalan keluar pada panggul sehingga mambantu ketika janin keluar (Ricci,
2009; Ward & Hisley, 2009).
Peran perawat dalam melakukan pergerakan dan perubahan posisi wanita hamil yaitu
membantu dan memastikan posisi yang diberikan sesuai dan tidak menyebabkan cidera pada
wanita hamil dan dapat mengganggu proses kelahiran.
B. Aromatherapy
Merupakan penggunaan minyak esensial yang berasal dari bunga atau tumbuhan
lain yang aromanya memiliki efek terapi dalam mengobati penyakit dan meningkatkan
kesehatan. Contoh dari aromaterapi seperti aroma mawar, lavender, dan minyak bergamot
yang diyakini dapat meningkatkan kenyamanan, relaksasi, dan mengurangi rasa sakit.
Penggunaan aromaterapi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa tetes ke bak
mandi hangat, kompres tubuh, lotion pijat, atau di kamar untuk menambahkan aroma di
lingkungan kamar (Ward & Hisley, 2009). Dapat pula digunakan jenis aromaterapi yang
berbeda sesuai dengan tingkat dari kelahiran, contohnya seperti pada kala I dapat
digunakan aroma yang menenangkan dan pada kala II dapat digunakan aroma peppermint
yang dapat meningkatkan kekuatan dari wanita hamil untuk dapat melakukan proses
kelahiran (Datta, 2006).
C. Acupressure and Acupuncture
Acupressure merupakan pengaplikasian tekanan, panas, atau dingin pada titik-titik
akupuntur untuk mengurangi sensasi rasa nyeri. Proses acupressure dapat mengurangi
rasa nyeri berkaitan dengan peningkatan pelepasan hormon endorfin yang berfungsi untuk
menekan rasa sakit. Titik-titik yang digunakan ketika proses kelahiran disebut titik Hegu
yang terletak diantara tulang metacarpal pertama dan kedua, terletak di antara inner
anklebone dan tendon Achilles (Ward & Hisley, 2009). Sama halnya dengan acupressure,

prinsip kerja dari acupuncture juga menyebabkan peningkatan pelepasan hormone


endorfin untuk menekan rasa sakit ketika proses melahirkan. Namun, acupuncture
dilakukan dengan menusukan jarum halus yang steril di titik-titik akupuntur sehingga
pelaksanaan akupuntur harus dilakukan oleh profesional agar tidak menyebabkan
terjadinya kesalahan ataupun infeksi di area penusukan (Datta, 2006). Peran perawat
dalam penggunaan acupressure dan acupuncture dalam mengurangi nyeri selama
kelahiran yaitu memberikan informasi kepada klien terkait proses dari acupressure dan
acupuncture, serta berkolaborasi dengan profesional sehingga dapat tercapai tujuan yang
diharapkan.
D. Touch and Massage
- Effleurage: diambil dari kata Perancis yang berarti sentuhan ringan yang
merupakan teknik sentuhan dengan memberikan belaian lembut seirama dengan
kontraksi yang terjadi pada wanita hamil. Klien, perawat, atau pendamping klien dapat
melakukan pijat perut dengan gerakan melingkar yang ringan, selain itu juga dapat
dilakukan pijat tangan, kaki, dan punggung. Hal tersebut dapat mengalihkan klien dari
kontraksi yang dirasakannya, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan kenyamanan
-

klien (Ward & Hisley, 2009).


Counter Pressure: merupakan teknik membantu wanita hamil dalam mengurangi
ketidaknyamanan dari tekanan internal atau ketika kepala janin berada dalam posisi
posterior pada area punggung bawah. Dilakukan dengan melakukan tekanan di area
sakrum. Kontraindikasi dari counter pressure yaitu area sakrum mengalami ruam

kulit, varises, memar atau infeksi (Ricci, 2009).


Therapeutic touch: didasarkan pada penggunaan prana atau medan energi tubuh
yang diyakini berkurang pada individu yang sedang mengalami nyeri. Dilakukan
dengan memposisikan tangan telungkup dari pemberi prana di area yang mengalami
rasa sakit sehingga harus dilakukan oleh orang yang sudah terlatih (Ricci, 2009).

E. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

TENS tidak efektif pada fase aktif saat kontraksi makin kuat, sering dan lama.Cara
kerja: elektroda ditempelkan di punggung dan dihubungkan dengan kabel stimulator
bertenaga baterai kecil. TENS bekerja merangsangtubuh
untuk memproduksi endorphin dan mengurangi jumlah
sinyal rasa nyeri yang dikirim oleh saraf tulang belakang ke
otak (Laksana, 2011). Selain itu TENS bekerja mengalihkan
rasa nyeri, karena TENS merangsang reseptor getar dan
suhu, meningkatkan nilai ambang potensial elektrik saraf
penghantar nyeri. TENS juga dapat merelaksasi otot punggung, sehingga juga mengurangi
nyeri saat persalinan akibat spasme otot (Gondo, 2011).
F. Application of Heat and Cold
Penggunaan air panas dan dingin berguna untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu
yang akan menjalani proses bersalin. Selimut hangat, kompres hangat, dan mandi air
hangat dapat meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa sakit selama persalinan. Efek
panas

dapat

mengurangi

iskemia

otot

dan

meningkatkan aliran darah ke area nyeri. Aplikasi


panas sangat efektif untuk mengatasi nyeri
punggung yang disebabkan karena kelelahan.
Selain itu penggunaan air dingin juga efektif dalam
meningkatkan kenyamanan pada wanita selama
masa persalinan. Penggunaan kain yang diberikan
air dingin dapat diterapkan pada punggung, dada, atau wajah. Efek dari rasa dingin
tersebut dapat mengurangi rasa sakit dengan mengurangi suhu otot dan menghilangkan
kejang otot (Creehan, 2008 dalam Ward, 2009). Penggunaan air panas dan dingin dapat
digunakan secara bergantian agar efek yang diberikan bisa lebih besar.
G. Intradermal Water Block
Intradermal water block melibatkan injeksi dengan air yang steril (misalnya, 0,050,1 mL) dan menggunakan jarum suntik berukuran 25 G. Cara kerjanya yaitu dengan
membagi menjadi empat lokasi di punggung bagian bawah untuk meringankan rasa nyeri
yang dialami. Ini adalah prosedur sederhana yang dapat dilakukan dan terdapat bukti
bahwa terapi ini cukup efektif. IWB melibatkan mekanisme gate-control (Ward, 2009).
Penjelasan lain mengenai efektivitas terapi IWB adalah adanya mekanisme iritasi counter
(mengurangi rasa sakit lokal di satu daerah dan terjadi iritasi kulit di daerah terdekat) atau
peningkatan tingkat opioid endogen (endorfin) yang dihasilkan oleh suntikan. Sensasi
menyengat akan terjadi sekitar 20 sampai 30 detik setelah dilakukannya injeksi, dan rasa
nyeri punggung akan hilang dalam rentang waktu 45 menit sampai 2 jam. Walaupun

sensasi yang dirasakan membuat ibu hamil tidak nyaman akan tetapi terapi ini dapat
dilakukan kembali jika memang rasa nyeri karena persalinan sangat mengganggu
(Creehan, 2008 dalam Ward, 2009).
H. Water Therapy (Hydrotherapy)
Hydroterapi jet atau mandi whirpool bertujuan untuk memberikan rasa nyaman
dan rileks kepada ibu saat persalian. Perasaan rilkes akan didapat saat mandi dengan air
hangat baik memakai pompa jet atau tidak. Selama melakukan metode ini, tanda tanda
vital ibu harus berada pada batas normal. Apabila suhu tubuh, atau denyut jantungnya
meningkat maka air harus dibuat lebih dingin atau meminta ibu untuk keluar dari bak
mandi. Air dalam bak harus dipertahankan pada suhu 35,6o C sampai 36,7
I.

C dan bak

mandi harus dijaga supaya tetap bersih


Citra dan visualisasi
Salah satu teknik yang menstimulasi
sensorik.

Teknik

ini

dilakukan

dengan

membayangkan hal-hal yang menyejukkan


seperti berjalan melalui taman yang tenang,
menarik napas yang penuh ketenangan, energi
, dan kemudian membuang udara napas yang penuh akan kegelisahan dan ketegangan.
Citra dan visualisasi dapat digunakan untuk menghasilkan rasa kesejahteraan selama
kehamilan, membantu pelebaran serviks, dan mengurangi pengalaman rasa sakit dan
ketegangan selama persalinan(Cashion, 2014).
J. Teknik relaksasi
Teknik untuk menurunkan tegangan tubuh (Gondo, 2011). Teknik relaksasi
merupakan salah satu jenis teknik yang menstimulasi sistem sensori. Relaksasi membantu
sang Ibu untuk menurunkan tegangan tubuhnya. Peran perawat dalam teknik ini ialah
perawat dapat menyediakan lingkungan yang tenang, santai, menawarkan hal-hal yang
dibutuhkan, dan mengenali tanda-tanda ketegangan. Penyediaan lingkungan yang tenang
untuk melahirkan dapat dibuat dengan mengontrol rangsangan sensorik seperti cahaya,
kebisingan, hingga suhu kamar. Pada saat melakukan ini, perawat harus tetap tenang dan
tidak tergesa-gesa. Teknik relaksasi dapat dikombinasikan dengan aktivitas lain seperti
berjalan, berdansa pelan, dan perubahan posisisi yang
dapat membantu bayi untuk memutar di panggul.
Kombinasi gerakan ritmik ini dapat merangsang
mekanoreseptor di otak untuk menurunkan persepsi
K.

nyeri (Cashion, 2014).


Teknik Pernapasan
Memberikan distraksi yang menurunkan persepsi
nyei sehingga membantu sang Ibu untuk mengontrol

kontraksi (Gondo, 2011). Pada tahap pertama persalinan, teknik pernapasan dapat
memberikan relaksasi otot-otot perut dan meningkatkan ukuran rongga perut. Pada kala II,
teknik ini membantu meningkatkan tekanan perut, dan demikian membantu mengelurakan
janin (Cashion, 2014). Terdapat beberapa jenis teknik pernapasan. Namun, semua pola
dimulai dengan napas yang dalam, santai, bersih untuk "menyambut kontraksi" dan
diakhiri dengan nafas dalam yang yang
dihembuskan dengan lembut "untuk
meniup kontraksi hingga pergi". Teknik
ini menghasilkan oksigen yang cukup
bagi ibu dan bayi dan menjadi sinyal
bahwa sebuah kontraksi mulai atau
berakhir.
nafas,

otot

Selama
volunter

menghembuskan
dan

respirasi

berelaksasi(Ward & Hisley, 2009).


Selama persalinan dini, ketika
seorang wanita tidak lagi bisa berjalan
atau berbicara melalui kontraksi, ia
mungkin ingin mulai menggunakan
slow-paced breathing. Dengan pola ini,
diikuti dengan cleansing breath, sang
ibu

mulai

perlahan-lahan

bernapas

dalam dan keluar melalui mulut sementara pelatih perlahan menghitung keras. Tingkat
pernapasan ialah sekitar 6-8 x/menit (Ward & Hisley, 2009).Selama persalinan
berlangsung, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat. Pada tahap ini dapat digunakan
modified breathing. Teknik pernapasan ini dangkal dan sekitar dua kali tingkat normal
wanita yaitu 32-40 x/menit (Ward & Hisley, 2009). Setelah napas pembersihan mendalam,
wanita itu menghirup perlahan, tapi mengembuskan napas pada kecepatan yang lebih
cepat. Semua kontraksi harus berakhir dengan deep cleansing breath. Kemudian, selama
fase transisi, ketika kontraksi paling intens, klien dapat kesulitan untuk berkonsenntrasi
pada teknik pernapasan. Pada saat ini dapat digunakan teknik patternpaced breathing
untuk meningkatkan konsetrasi (Ward & Hisley, 2009)
L. Hipnosis
Bentuk relaksasi yang mendalam dan mirip dengan meditasi. Selama dalam terapi
hipnosis, seorang perempuan berada dalam konsentrasi terfokus dan pikiran alam bawah
sadarnya lebih mudah diakses. Teknik hipnosis digunakan untuk persalinan dan kelahiran
untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa takut, kecemasan, serta persepsi nyeri.

Terapi hipnotis dilakukan oleh tenaga ahli terlatih, dan tidak boleh diberikan pada ibu
dengan riwayat psikosis dan epilepsy (Gondo, 2011).
M. Musik
Dapat memberikan sebuah distraksi, yang meicu relaksasi dan semangat selama
proses melahirkan dengan menurunkan level stress, ansietas, dan persepsi nyeri (Cashion,
2014). Musik dapat digunakan pada proses kelahiran diawal. Musik dapat menciptakan
kondisi yang lebih santai di ruang melahirkan. Hal yang harus diperhatikan ialah jenis
musik yang disukai sang Ibu dan membawa peralatan musik. Sang Ibu diharapkan
memilih jenis musik yang berhubungan dengan memori indah, yang dapat memicu citra
dan visualisasi(Cashion, 2014). Musik disediakan di samping tempat tidur dengan
dukungan orang dapat membantu dalam transmisi energi yang mengurangi ketegangan
dan meningkatkan suasana hati (Ward & Hisley, 2009). Mengubah tempo musik
bertepatan dengan tingkat dan irama setiap teknik pernapasan dapat memfasilitasi pacu
yang tepat.
N. Biofeedback
Menggunakan prinsip bahwa apabila seseorang mengenali sinyal fisik, maka
peristiwa fisiologis internal tertentu dapat diubah (Cashion, 2014). Prosedur teknik ini
ialah selama periode prenatal, ibu hamil harus diajarkan untuk mengenali tentang sinyalsinyal tubuh dan cara bersantai. Selain itu, ibu hamil harus belajar bagaimana
menggunakan pemikiran dan kekuatan mental. Biofeedback dapat dilakukan bersama
dengan pasangan. Jika seorang wanita merespon rasa sakit selama kontraksi dengan
penegangan otot, mengerutkan kening, mengerang, dan menahan napas, pasangannya
menggunakan verbal dan sentuhan atau umpan balik untuk membantunya rileks.

Daftar Pustaka:
-

Admin. (2015). Anesthesia Topic Overview. Available from:


http://www.webmd.com/pain-management/tc/anesthesia-topic-overview , 10
November 2015, 21.50 WIB

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.G. (1996). Maternity Nursing 4th Edition.
Mosby-Year Book, Inc. Alih bahasa oleh Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah.
(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.
-

Cashion, K. (2014). Ch. 14 Pain Management. In S. Perry, M. Hockenberry, D.


Lowdermilk, & D. WIlson, Maternal Child Nursing Care (pp. 356-381). USA:
Mosby.Collins, Michelle R., Starr,
Datta, S. (2006). Obstetric Anesthesia Handbook 4th Ed. Boston: Springer.
Gondo, H. K. (2011). Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat
Persalinan. Cermin Dunia Kedokteran, 38(4), 299-303. Retrieved from
http://www.kalbemed.com/Portals/6/25_185Opinipendekatanfarmakologis.pdf

Perry, Shanon E. (2014). Evolve Resources for Maternal Child Nursing Care, 5th Ed.
Philadelphia: Elsevier
Ricci, S. (2009). Essential of Maternity, Newborn, and Women's Health Nursing 2nd Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Sarah A., Bishop, Judith T., & Baysinger, Curtis L. (2012).
Nitrous Oxide for Labor Analgesia: Expanding Analgesic Options for Woman in the
United States. Rev Obstet Gynecol. 2012; 5(3-4): e126e131

Ward, S.L., & Hisley, S.M. (2009). Maternal-Child Nursing Care: Optimizing
Outcomesfor Mothers, Children, and Families. Philadelphia: F.A Davis Company.

You might also like