You are on page 1of 11

Sistem Havers

Sistem Havers/Haversii yaitu suatu kesatuan sel-sel tulang dan matriks tulang mengelilingi
suatu pembuluh darah dan saraf yang membentuk suatu sistem.
Sistem Havers dibangun oleh saluran Havers yang dikelilingi oleh lamela Havers secara
konsentris. Diantara lamela havers terdapat rongga-rongga kecil yang disebut lakuna, tempat
osteosit. Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang susunannya tidak teratur disebut
lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara lamela intersisial, lamela tulang
sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam.
Di dalam sistem ini terdapat lamella konsentris atau lingkaran-lingkaran yang merupakan
kesatuan pembuluh darah dan sel saraf. Selain itu dalam lamella konsentris terdapat
rongga/cawan tempat sel tulang berada yang disebut lakuna. Jika sel tulang telah mati hanya
akan nampak rongga/lekukannya saja. Antar lakuna dihubungkan dengan saluran kecil
berupa kanal yang disebut dengan kanalikuli yang berfungsi untuk menyalurkan kebutuhan
nutrisi sel tulang dalam pertumbuhannya. Saluran ini tersusun dari pembuluh darah dan sel
saraf.
Bagian-bagian Sistem Havers
1. Lamella : Lempeng tulang yang tersusun konsentris.
2. Lacuna : Ruangan kecil yang terdapat di antara lempenganlempengan yang mengandung sel
tulang.
3. Kanalikuli : Saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan tempat uluran sitoplasma
osteosit. memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon.
4. Osteosit : Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok
terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabangcabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama
tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas.
5. Harvesian canal : Saluran havers
Canal : saluran
Harvesian : havers
6. An Osteon : Sebuah unit silindris berbentuk tabung panjang dalam tulang kompak
dewasa. Ini terdiri dari lapisan konsentris dari lamellae tulang yang mengelilingi kanal sentral
juga dikenal sebagai sistem Haversian. Mereka berorientasi sejajar dengan sumbu panjang
tulang dan kompresi utama tegangan. Struktural sekelompok tabung konsentris menyerupai
cincin batang pohon. Setiap tabung adalah lamellae (piring kecil), sebuah lapisan matriks
tulang yang serat kolagen dan mineral line kristal dan berjalan di arah yang berlawanan. Pola
ini alternatif untuk menahan torsi, memutar dan tekanan dan menghambat penjalaran retak.
Melalui inti dari osteon berjalan saluran Haversian juga dikenal sebagai kanal pusat dan
seperti semua rongga tulang itu dipagari dengan endosteum. Ia memiliki pembuluh darah
sendiri yang mensuplai nutrisi ke sel-sel tulang dan serat osteon sendiri
7. Interstitial lamellae : Salah satu lamellae dari osteon sebagian diserap kembali terjadi antara
lebih baru, osteon lengkap juga disebut tanah lamellae, lamellae menengah.

8. Concellous Bone : Identik dengan tulang trabecular atau tulang spons, salah satu dari dua
jenis jaringan osseous yang membentuk tulang.
lapisan spons interior tulang yang melindungi sumsum tulang. tulang cancellous mungkin
juga disebut tulang spons atau tulang trabecular. Ini struktural menyerupai sarang lebah dan
menyumbang sekitar 20% dari materi tulang dalam tubuh manusia.
Cancellous tulang ini sering juga ditemukan di tepi tulang bulat seperti yang dari lengan dan
kaki. Meskipun tulang ini tidak cukup kuat seperti tulang kompak, agak lebih fleksibel dan
berguna dalam tulang yang disambung. Terutama, bagaimanapun, tulang cancellous
melindungi sumsum tulang, melakukan tugas yang berguna dan diperlukan dalam tubuh.
9. Trabecula : Jaringan elemen dalam bentuk strut, balok kecil atau batang umumnya berfungsi
memiliki fungsi mekanis, tapi tidak selalu padat kolagen jaringannya.
Sebuah trabecula (trabekula jamak. Dari bahasa Latin untuk "balok kecil.") Adalah, kecil
sering mikroskopis, jaringan elemen dalam bentuk strut, balok kecil atau batang, umumnya
memiliki fungsi mekanis, dan biasanya tetapi tidak selalu terdiri dari padat collagenous
jaringan.
Pada bagian histologis, trabecula bisa terlihat seperti septum, tetapi dalam tiga dimensi
mereka topologi berbeda, dengan trabekula yang kira-kira batang atau pilar berbentuk dan
septa menjadi lembaran-suka.
Trabekula biasanya terdiri atas jaringan ikat padat, yaitu terutama dari kolagen, dan dalam
kebanyakan kasus menyediakan mekanik penguatan atau kaku dengan organ padat lembut,
seperti limpa.
Mereka dapat terdiri dari bahan lain, seperti tulang atau otot.
Ketika melintasi ruang berisi cairan, trabekula mungkin memiliki fungsi menahan tegangan
(seperti pada penis) atau menyediakan sel penyaring (seperti dalam mata.)
Beberapa perforasi pada septum mungkin mengurangi ke kumpulan trabekula, seperti yang
terjadi pada dinding dari beberapa alveoli paru pada emfisema.

el-sel pada tulang adalah :


Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast
ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid
atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada
tulang.
Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian
yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast
selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang
kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat
tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
STRUKTUR MAKROSKOPIK
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
Substantia spongiosa (berongga)
Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan tulang
padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh
tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan
rongga sumsum tulang.
JENIS JARINGAN TULANG
Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :
Tulang muda/tulang primer
Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabutserabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.
Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka
tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena
nantinya akan diganti dengan tulang sekunder
Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan
komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven
bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada
pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru
akibat keadaan patologis.
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang
primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X
dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder
(lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa
yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.

Jaringan Tulang Sekunder


Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone
karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam
lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam
lamellae(lapisan) setebal 3-7m yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran
di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh
darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris
ini dinamai Systema Haversi atau osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di
dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral
meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya
arahnya menyilang.
Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan
perekat.
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut :
Tersusun konsentris membentuk osteon.
Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis.
Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis
externa.
Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis
interna.

PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang
mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan
bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke
dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik
karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat
penting dalam proses penyembuhan tulang.

Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.


terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum
tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk
Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan
sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
KOMPONEN JARINGAN TULANG

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsurunsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang
tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek,
dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal.
Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan
aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis
protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya
lisosom.
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa
bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk
ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolantonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa
kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan
melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ionion di antara osteosit yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-100m dengan inti
sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Kllicker dalam tahun
1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang.
Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan
jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas
terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled
border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses
persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari
permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b).
resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan
atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada
pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.
Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas
merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang
terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah

banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang
menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel
tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga
endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel
osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam
dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik
menghasilkan osteoklas.
Sel sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi
khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati
pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh
lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi
osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu,
terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi
menjadi sel osteoklas lebih lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari
70% garam anorganik dan 30% matriks organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar
proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan
mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah dari total
kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir
seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole
zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil
dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic.
Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam
pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam
pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan
antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan beberapa
protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan
fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal kristal tersebut tersusun sepanjang
serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium, dan
potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam
kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.

MEKANISME KALSIFIKASI DAN RESORPSI TULANG


Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun disini akan
dibahas garis besarnya.

Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahanbahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan
dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan jaringan
mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila
terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh dari
pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat diperoleh dari
pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang
mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang agak asam lebih
menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih
mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih
tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat
larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit hipertrofi
disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa organik yang
ada di sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan, sehingga
kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan dapat
tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya yang
dibarengi dengan pengikisan tulang dari permukaan dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup
pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan merupakan kolagen.
Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan :
osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang disusul dengan
depolimerisasi molekul-molekul organic,
osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan glikoprotein sehingga garam
mineral yang melekat menjadi bebas,
sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan garam mineral yaitu
dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam pada permukaan kasarnya.
Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum dapat dijelaskan. Perlu pula
dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.
PERTUMBUHAN TULANG
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu osteogenesis desmalis dan
osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive
diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi
jaringan tulang. Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang
selanjutnya akan mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk
tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang
terjadi pada rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena
fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh
hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.

Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya dalam
membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang
mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi lembaran jaringan pengikat
yang banyak mengandung pembuluh darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui
tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen
halus yang terpendam dalam substansi dasar yang sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu matriks yang
terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan. Oleh karena di daerah yang
akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka matriks yang
terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat
penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang memulai
sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga berbentuk lempenglempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi molekul-molekul
tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh proses pengendapan
garam kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis
matriks osteoid sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam dalam matriks yang
mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut masih terdapat
hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli. Osteoblas yang
telah berubah menjadi osteosit akan diganti kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di
sekitarnya. Dengan berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae
makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada bagian
yang nantinya akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan pengikat yang
masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah.
Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis
untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut
Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengah-tengah
diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel sel khondrosit di daerah
pusat penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak
mejadi sekat sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada
saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan garam garam kalsium yang pada
gilirannya akan membawa kemunduran sel sel kartilago yang terperangkap karena
terganggu nutrisinya. Kemunduran sel sel tersebut akan berakhir dengan kematian.,
sehingga rongga rongga yang saling berhubungan sebagai sisa sisa lacuna. Proses
kerusakan ini akan mengurangi kekuatan kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan
tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat
penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada
hakekatnya pembentukan tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat
berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat
penulangan yang masih berongga rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model

bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan pipa periosteal.
Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh pembuluh darah dari
perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus
masuk kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago yang mengalami
klasifikasi. Darah membawa sel sel yang diletakan pada dinding matriks. Sel sel tersebut
memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel sel yang diletakan pada matriks kartilago
akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan mensekresikan matriks osteoid dan
melapiskan pada matriks kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh
matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran
pula sehingga akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih
mengandung matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat penulangan primer
yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh pusat penulangan sekunder yang berlangsung
di ujung ujung model kerangka kartilago.

PERTUMBUHAN MEMANJANG TULANG PIPA


Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di daerah epiphysis, maka
teradapatlah sisa sisa sel khondrosit diantara epiphysis dan diaphysis. Sel sel tersebut
tersusun bederet deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing masing deretan
sel kartilago dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel sel kartilago dalam
masing masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang memisahkan
epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus
epiphysealis.
Sel sel dalam masing masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan
karena ke arah diaphysis sel sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan
perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan sel sel dalam setiap deret
seirama, maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah daerah
perkembangan.
Daerah daerah perkembangan :
1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel sel gepeng.
2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
3. Zona hypertrophy : sel sel membesar dan bervakuola.
4. Zona kalsifikasi : matriks cartlago mengalami kalsifikasi.
5. Zona degenerasi : sel sel cartlago berdegenerasi diikuti oleh terbukanya lacuna sehingga
terbentuk trabekula.
Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di daerah ke arah
diaphysis diletakan sel sel yang akan berubah menjadi osteoblas yang selanjutnya akan
melanjutkan penulangan.
Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis, sehingga akhirnya
pada orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.

PEMBESARAN DIAMETER TULANG PIPA


Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus epiphysealis juga mengalami
pertambahan diameter dengan cara pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh
periosteum lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari permukaan
dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter tulang bertambah
namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa pengikisan,berat
tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.
PERUBAHAN STRUKTUR JARINGAN TULANG
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam sistem harvers yang
tidak teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif. Untuk membentuk sistem
Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers primitif mengalami perubahan sehingga
terjadilah tulang sekunder. Perubahan dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar
dalam bentuk rongga rongga yang disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga
rongga tersebut meluas sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh masuknya
pembuluh darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga rongga tersebut. Apabila
rongga sudah cukup besar, erosi akan berhenti dalm mulailah pembentukn tulang oleh
osteoblas yang diletakan oleh darah pada dinding rongga. Pembentukan tulang berlangsung
sebagai lembaran lembaran yang dimulai dari dinding rongga yang makin lama makin
mengecilkan rongga sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh lembaran
lembaran tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem harvers dengan pembuluh darah di
tengahnya. Pada perbatasan luar setiap sistem harvers terdapat substansi perekat yang
merupakan sisa matriks tulang.
Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas, namun akan terjadi pula erosi
lagi yang diikuti pembentukan sistem harvers baru seperti semula. Proses tersebut terjadi
berulang-ulang sehingga pada potongan melintang tulang pipa akan dapat dibedakan
beberapa struktur :
1. Sistem Havers yang lama
2. Sistem Havers yang sedang dibentuk
3. Ruang-ruang karena erosi
4. Sisa sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.
PERBAIKAN PATAH TULANG
Jika terjadi patah tulang, maka kerusakan akan menyebabkan perdarahan yang biasanya akan
diikuti oleh pembekuan. Kerusakan juga menyebabkan kerusakan matriks dan sel sel tulang
di dekatgaris patah.
Awal dari proses perbaikan tulang dimulai dengan pembersihan dari bekuan darah, sisa sisa
sel dan matriks yang rusak. Periosteum dan endosteum disekitar tulang yang patah
menanggapi dengan meningkatnya proliferasi fibroblast sehingga terbentuklah jaringan
seluler disekitar garis patah dan di antara ujung ujung tulang yang terpisah.
Pembentukan tulang baru berlangsung melalui penulangan enkhondral dan desmal secara

simultan. Untuk penulangan enkhondral didahului dengan terbentuknya kartilago hialin yang
berasal dari perubahan jaringan granulasi sebagai hasil proliferasi fibroblast. Celah fragmen
tulang sekarang diisi oleh jaringan kartilago yang merupakan kalus. Jaringan tulang baru
mengisi celah diantara fragmen tulang membentuk kalus tulang dan menggantikan kalus
kartilago. Sel sel osteoprogenitor dari periosteum dan endosteum akan menjadi osteoblas
sehingga di daerah tersebut terjadi penulangan desmal. Penulangan enkhondral berlangsung
sebagai trabekula dalam jaringan kartilago yang merupakan jaringan penopang sementara
dalam perbaikan patah tulang. Tekanan pada tulang selama proses penyembuhan
menyebabkan perbaikan bentuk tulang ke bentuk asalnya sehingga benjolan kalus akhirnya
akan lenyap melalui resorpsi.
PERSENDIAN DAN MEMBRANA SYNOVIALIS
Tulang tulang dihubungkan satu ama lain melalui persendian. Berdasarkan strukturnya
terdapat berbagai bentuk sendi yang juga menentukan keluasan gerakan bagian bagian
tulang yang terlibat.
Berdasarkan keluasan gerakannya dibedakan :
1. Synathrosis : gerakan terbatas.
2. Diathrosis : gerakan luas.
Karena luasnya gerakan dari diarthrosis maka diantara ujung ujung tulang berdekatan
terdapat rongga yang dinamakan Cavum artikularis. Rongga ini berdinding jaringan ikat
padat.
Kapsel pada sendi tersebut terdiri atas dua lapisan, yaitu :
1. Lapisan fibrosa (di sebelah luar)
2. Lapisan sinovial (disebelah dalam)
Cairan yang berada di dalam cavum synoviale dihasilkan oleh sel sel sinovial. Permukaan
dalam dari lapisan sinovial biasanya dibatasi oleh sel sel berbentuk gepeng atau kuboid. Di
bawah lapisan ini terdapat jaringan pengikat longgar atau padat dan jaringan lemak. Sel sel
membran sinovial berasal dari jaringan mesenkhim yang dipisahkan oleh substansi dasar.

You might also like