Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Bola Mata Potongan Lateral
(Graff dan Rhees, 1993)
A. Fungsi Mata
Menerima rangsangan berkas cahaya pada retina dengan perantara serabut
nervus optokus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak
untuk ditafsirkan.
Struktur sferis bola mata yang normal berdiameter 25 mm. Mata terdiri dari
pada tiga lapisan tunika, suatu lensa dan dua jenis cairan kavitas. Bagian sisimata
dikawal oleh enam jenis otot yang membantu pergerakan bola mata (Graff dan
Rhees, 1993).
sel retina kedua dan ketiga terdiri dari sel antara yang
proyeksi itu tidak menduduki tempat yang bersifat setangkap maka akan terlihat
gambaran penglihatan yang kembar (diplopia).
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui framen optikum. Di
depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan tergabung
menjadi satu berkas untuk kemudian terpisah lagi dan melanjutkan perjalanan ke
korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior. Tempat kedua nervi bergabung
menjadi satu berkas dinamakan kiasma. Di serabut-serabut nervus optikus
menghantarkan invus visual dari belahan nasal dari retina menyilang garis tengah.
Sedangkan serabut-serabut nervus optikus yang mengantarkan impuls dari
belahan temporal dari retina tetap pada sisi yang sama. Setelah mengadakan
pergabungan tersebut nervus optikus melanjutkan perjalannanya menjadi traktus
optikus.
Serabut-serabut optik yang bersinaps dikorpus genikulatum lateral
merupakan jaras visual, sedangkan yang berakhir di kolikulus superior
menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks optosomatik. Setelah
bersinaps di korpus genikulatum lateral penghantaran impuls visual selanjutnya
dilaksanankan oleh serabut genikolokalkarina, yaitu juluran neuron korpus
genikulatum lateral yang menuju ke korteks periseptif visual primer (area 17).
Setibanya impuls visual disitu terwujud suatu perasaan (sensasi visual sederhana).
Dengan perantaraan korteks area 18 dan 19 perasaan visual itu mendapat bentuk
dan arti, yakni suatu penglihatan.
Setelah samapi di korpus genikulatun lateral, serabut saraf yang membawa
impuls penglihatan akan berlanjut melalui raditatio optika (optika radiation) atau
traktus genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina.
Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a.kalkarian yang
mberupakan cabang dari a.serebri posterior.serabut yang berasal dari bagian
besar. Bagisn lobus oksipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan
sebaliknya lobus oksipital kiri akan menerima rangsang dari mata kanan. Di
dalam
lobus
oksipital
ini
rangsang
akan
diolah
kemudian
akan
diinterpretasikan.
Pembiasaan cahaya dari satu benda akan membentuk bayangan benda jika
cahaya tersebut jatuh dibagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang
jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang
meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga
terjadi kesan melihat. Sebaliknya bayangan suatu benda akan tidak nampak,
jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta
pada retina.
2. Jaras
Cahaya yang sampai di retina mengakibatkan hiperpolarisasi dari reseptor
pada retina. Hiperpolarisasi mengakibatkan timbulnya potensial aksi pada sel-sel
ganglion yang aksonnya membentuk nervus optikus. Kedua nervus optikus akna
bertemu pada kiasma optikum, di mana dari serat nervus optikus dari separuh
bagian nasal retina menyilang ke sisi yang berlawanan, membentuk suatu traktus
optikus. Serat dari masing-masing traktus optikus bersinaps pada korpus
genikulatum lateralis dan thalamus. Kemuduian dilanjutkan sebagai radiasi
optikum ke korteks visual primer pada visura carcarina pada lobus oksipital
medial.
2.3 Definisi
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang
individu.Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan
pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang
dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan
yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja (Graff dan Rhees, 1993).
Gambar 2.3
Lapangan Pandang Mata
(Fox, 2003)
kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan
menjadi lebih konveks (Graff dan Rhees, 1993).
Gambar 2.4
Lintasan Visual
(Dejong, 1992)
yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang
(David, 1966).
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari
penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi
padasatu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat
melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian
perifer retina (David, 1966).
Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak
sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90100derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke
bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang
yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen
(David, 1966).
Kampimeter adalah papan hitam yang diletakkan di depan penderita pada
jarak 1 atau 2 meter, dan sebagai benda penguji (test object) digunakan bundaran
kecil berdiameter 1 sampai 3 mm. Mata pasien difiksasi di tengah dan benda
penguji digerakkan dari perifer ke tengah dari segala jurusan. Kita catat tempat
pasien mulia melihat benda penguji. Dengan demikian diperoleh gambaran
kampus penglihatan (Lumbantobing, 2010).
Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya
pada bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan
sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter (Lumbantobing, 2010).
tangan
ini
dilakukan
dari
semua
arah
(atas,
bawah,
nasal,
Gambar 2.6
Lintasan Impuls Visual dan Gangguan Medan Penglihatan Akibat Berbagai Lesi di
Lintasan Visual
(Budiono, 2009)
retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax (Budiono,
2009 dan Lumbantobing, 2010).
Lesi pada bagian lateral khiasma optikum akan menyebabkan
hemianopsia binasal (no.2), sedangkan lesi pada bagian medial kiasma akan
menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal
(no.3). Kelainan seperti ini banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti tumor
dan kista intrasellar, erosi dari processus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor
atau aneurisma dorsal dari sella tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella
tursika seperti yang terjadi dengan kista dan aneurisma kraniofaringioma, dan
juga pada meningioma suprasellar. Juga dapat disebabkan oleh trauma dan tumor
pada regio khiasma. Hemianopsia bitemporal bisa didapatkan pada kista
suprasellar. Bisa juga ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi bersifat
predominan parasentral. Pada adenoma pituitari juga bisa terkadi kebutaan atau
anopsia pada salah satu mata dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya.
Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsa homonim kontralateral
(no.4).Serabut-serabut dari retina pada bagian temporal akan rusak, bersamaan
dengan serabut dari bagian nasal retina mata yang lain yang bersilangan. Lesi
padaradiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior
homonim kontralateral (no.7), sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan
menyebabkan
quadroanopsia
superior
homonim
kontralateral
(no.6).
Quadroanopsia atau kuadranopia biasanya terjadi pada lesi yang terdapat pada
bagian temporo-parietal. Lesi pada bagian posterior radiasio optika akan
mengakibatkan hemianopsia homonim yang sama dan sebangun dengan
dengan
penurunan
ketajaman
penglihatan
dan
merupakan
karakteristik penyakit nervus optikus dan penyakit makula retina. Perluasan bintik
buta fisiologis, yang terlihat dengan pembengkakan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial, dan umumnya terjadi dengan ketajaman
penglihatan yang masih baik. Penglihatan seperti terowongan(tunnel vision)
merupakan hilangnya lapang pandang perifer dengan dipertahankannya daerah
sentral yang disebabkan oleh beberapa penyebab, antaralain penyakit oftalmologi,
yaitu glaukoma kronik sederhana, retinitis pigmentosa,dan penyakit korteks, yaitu
hemianopia homonim bilateral dengan makula yangmasih baik (macular sparing )
(Budiono, 2009).
Retina mendapat darah dari arteri retina sentralis, yang merupakan
endateri, yaitu arteri yang tidak mempunyai kolateral. Karena itu, lesi pada retina
akibat penyumbatan arteri retina sentralis tidak akan diperbaiki lagi oleh
perdarahan kolateral. Arteri retina sentralis adalah cabang dari arteri
oftalmika.Pada thrombosis arteri karotis, pangkal arteri oftalmika dapat ikut
tersumbat juga.Gambaran klinik thrombosis tersebut terdiri dari hemiparesis
kontralateral dan buta ipsilateral (Sidharta, 2010).
Lesi pada nervus optikus sering disebabakan oleh infeksi dan intoksikasi.
Di samping itu, sebab mekanik, seperti jiratan karena araknoiditis atau
penyempitan foramen optikum (osteitis jenis Paget) atau penekanan karena tumor
hipofisis, kraniofaringioma, meningioma, aneurisme arteri oftalmika dapat
mengakibatkan kerusakan pada nervus optikus, baik sesisi maupun bilateral.
Gangguan pada nervus optikus, baik yang bersifat radang, maupun demielinisasi
atau degenerasi atau semuanya dinamakan neuritis optika (Sidharta, 2010).
DAFTAR PUSTAKA