You are on page 1of 64

Kejang Demam Simpleks

dan Morbili
Oleh : Muhamad Andanu Yunus Slamet
030.10.185

PEMBIMBING
Dr. Rina Rahardiani, Sp.A

KE PAN ITER AAN KL INIK ILMU KES EHATAN ANAK


RUMAH SA KIT T NI A L DR . MIN TOH ARD JO
FAKULTAS KEDO KTE RA N UNIVER SITAS TR ISAK TI
PER IOD E 28 DES EMB ER 2 015 5 MA RET 2016

IDENTITAS
PASIEN
Nama

: An.DZ

AYAH

IBU

Nama

: Tn.R

Nama

: Ny. R

Suku Bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Umur

Umur
Pendidikan

: 52 tahun
: Tidak Sekolah

Umur
Pendidikan

: 4 tahun

Agama : Islam
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pendidikan

:-

Alamat : Jl.PAM Baru Raya


no:33 Rt15/06

Suku bangsa : Jawa


Pekerjaan
Kebersihan

: Petugas

Alamat
: Jl.PAM Baru
Raya no:33 Rt15/06
Gaji

: Rp. 1.500.000

: 46 tahun
: SD

Suku bangsa : Jawa SundaPekerjaan: Ibu Rumah


Tangga
Alamat
: Jl.PAM Baru
Raya no:33 Rt15/06

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang 1x SMRS
Keluhan Tambahan : Demam,
Batuk Berdahak, Mata Berwarna
kemerahan dan Berair

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


KEJANG

DEMAM

1x SMRS

1 Hari sebelum kejang

Durasi <5 Menit

Demam Mendadak

Kejang Seluruh tubuh

Tinggi

Mata Mendelik Keatas

Terus Menerus

Berhenti Sendiri

Naik Turun

Setelah Kejang pasien


tertidur

Sudah diberikan obat


penurun panas tetapi
tetap demam

BATUK
Batuk Berdahak
Bersamaan dengan
timbulnya demam
MATA MERAH dan
BERAIR
Keluhan ini timbul
bersamaan dengan
demam dan batuk

RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
BERCAK KEMERAHAN

Bercak kemerahan muncul saat hari perawatan ke dua

Muncul pertama pada daerah wajah terutama pipi dan bawah


telinga
Bercak Menjalar ke bagian dada dan ekstremitas pasien

RIWAYAT KEHAMILAN
KEHAMILAN

KELAHIRAN
Tempat Kelahiran

RS
Penolong Persalinan

Dokter
ANC Rutin Di Dokter

Cara Persalinan

SC a/I Preeklamsi
Masa Gestasi
38-39 Minggu

RIWAYAT KELAHIRAN
Berat Badan : 2200 gram
Panjang Badan Lahir : 47 cm
Lingkar kepala : - cm (orang tua tidak
ingat)
Langsung menangis : Ya
APGAR score : Tidak Tahu
Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 10bulan
Berjalan
: 12
bulan
Bicara : 12
bulan
Baca dan tulis : 6
Perkembangan pubertas
: belum ada tanda pubertas
Gangguan Perkembangan : tidak ada gangguan
Kesan Perkembangan: sesuai dan tumbuh kembang baik

IMUNISASI

Imunisasi dasar pada pasien tidak lengkap, Pasien tidak mendapat Imunisasi
Campak

Riwayat Makanan
Umur (Bulan)

ASI/ PASI

02

ASI

24

BUAH/

BUBUR SUSU

NASI TIM

ASI

46

ASI

68

PASI

8 10

PASI

10-12

PASI

BISKUIT

Kesan: Pasien Mendapatkan ASI Ekslusif. Buah, Bubur Susu,


Nasi tim diberikan secara bertahap.

Riwayat Makanan
JENIS MAKANAN

FREKUENSI DAN JUMLAHNYA

Nasi/ pengganti

2-3x/hari

Sayur

1x/hari

Daging

2-3x/ Minggu

Telur

3-4x/ Minggu

Ikan

3-5]4x/minggu

Tahu

4-5x/minggu

Tempe

4-.5x/minggu

Susu (merek/ takaran)

Susu Ultra

Makanan tambahan yang diberikan sangat bervariasi.

Diderita
PENYAKIT

KETERANGAN

PENYAKIT

KETERANGAN

Morbili

Pasien pernah
mengalami diare
Diare

saat berumur 3
Tahun dan sampai
dirawat.

Otitis

Parotitis

Radang Paru

Demam Berdarah

Tuberculosis

Demam Tifoid

Cacingan

Alergi

Riwayat Kejang Demam


Kejang

Simpleks saat berumur 2


tahun

Ginjal

DATA KELUARGA
ANAK KE

UMUR

JENIS
KELAMIN

STATUS

1.

30 Tahun

Perempuan

Sehat

2.

26 Tahun

Perempuan

Sehat

3.

15 Tahun

Perempuan

Sehat

4. PASIEN

4 Tahun

Laki-Laki

Sakit

AYAH

IBU

Perkawinan Ke-

Umur Saat Menikah

25

14

Kosanguitas

Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Kedua Kakak Pasien juga mempunyai
riwayat kejang saat Masih kecil
Tidak ada riwayat penyakit kronis maupun
menular seperti Kencing Manis, TB dan HIV pada
keluarga pasien.

Riwayat Lingkungan Perumahan


Kepemilikan rumah

Rumah milik pribadi


Keadaan rumah

Rumah berukuran 3x4m2 1 lantai terdiri dari 2


kamar tidur, kamar mandi dan 1 dapur.
Jendela selalu dibuka setiap pagi, Cahaya
matahari kurang masuk kedalam rumah.
Untuk minum dan memasak menggunakan air
sumur yang dimasak.
Untuk Mandi menggunakan air sumur
Jarak septik tank dan sumur dekat

Lingkungan
Keadaan lingkungan

Aliran got tertutup, kurang lancar


Banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang
di lingkungan rumah
Kesan: Kondisi rumah dan lingkungan tempat tinggal
pasien kurang baik

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital

Tekanan Darah : 90/60mmHG


Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 22x/menit
Suhu
: 38,10C

Data Antopometri
TB : 98cm
BB : 15 Kg

STATUS GIZI
BB/ U
= 15/16 x 100 %
= 93,8%

TB/ U
=98/102 x 100%
= 96,8%
(tinggi normal)

BB/ TB
= 15/15 x 100%
= 1007 %

Dari ketiga parameter yang digunakan di atas didapatkan gizi pasien


normal

Status
Generalisata

Kepala :
Normocephali, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam
Wajah : bercak-bercak kemerahan(+)

Telinga: normotia, serumen +/+,


Liang telinga lapang
Hidung: CN lapang, secret (-)
Faring: hiperemis (-), Sekret (-)
Mulut : Kopklik Sopot (+)
Tonsil: T1-T1, hiperemis (-)

Mata :
Konjungtiva hiperemis (+), sklera putih,
pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Leher :
KGB dan tiroid tidak teraba membesar

Thorax : Bentuk (N), simetris +/+


Cor
: BJ I-II (N), murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : suara napas vesikular,
rhonki -/- wheezing -/-

Abdomen:
bentuk datar, simetris,
tidak tampak pelebaran vena,
bising usus (+) 12x/menit
lemas, tidak teraba massa,
hepar dan lien tidak teraba,
turgor kulit normal, Nyeri Tekan
Epigastrium (-).
Bercak-Bercak Kemerahan (+)

Extremitas :
Akral hangat (+), oedem (-), CRT <2detik
Bercak Kemerahan (+)

Genitalia :
Tidak ada kelainan

STATUS NEUROLOGIS
TANDA RANGSANG
MENINGEAL

Kanan

Kiri

Kaku Kuduk

(-)

Brudzinski 1

(-)

Brudzinski 2

(-)

(-)

Laseque

(-)

(-)

Kernig

(-)

(-)

STATUS NEUROLOGIS
ANGGOTA GERAK ATAS
Refleks
Fisiologis
Biceps
Triceps
Refleks
Patologis
HoffmanTrommer

Kanan

Kiri

(+)
(+)

(+)
(+)

Kanan

Kiri

(-)

(-)

A
N
G
G
O
T
A
G
E
R
A
K

STATUS NEUROLOGIS
ANGGOTA GERAK BAWAH
Refleks

Kanan

Kiri

Patella

(+)

(+)

Achilles

(+)

(+)

Kanan

Kiri

Babinski

(-)

(-)

Chaddock

(-)

(-)

Fisiologis

Refleks
Patologis

A
N
G
G
O
T
A
G
E
R
A
K

Pemeriksaan Lab
PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI RUJUKAN

Lekosit

5.000 L

5.000 10.000 /L

Eritrosit

4,5 juta/L

4.2 5.4 juta/ L

Hemoglobin

11,8 gr/dL

10.8 15.6 g/dL

Hematrokit

36%

33-45 %

194.000/L

150 450 ribu/L

62

<10

HASIL

NILAI RUJUKAN

Basofil

0 -1

Eosinofil

0-5

Netrofil Batang

2 -4

Netrofil Segmen

67

50 -70

Limfosit

25

20 -40

Monosit

2- 8

Darah Lengkap

Trombosit
LED

PEMERIKSAAN
HItung Jenis

RESUME
Anamnesis

Kejang 1x SMRS
Demam sejak 1 hari SMRS,Mendadak tinggi, terus menerus, naik turun
Batuk Berdahak

Pemeriksaan Fisik
Hiperemis Pada kedua mata (+)
Mata Berair (+)
Koplik Spot (+)
Bercak Kemerahan ( eksantem +)

Laboratorium
Peningkatan LED 62

DIAGNOSIS KERJA

1. KEJANG DEMAM SIMPLEKS


2. MORBILI

Anjuran Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Lab Darah

Tatalaksana
Medikamentosa
IVFD RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxone 1x1gr

Paracetamol + Diazepam 3x1 Pulv


Terbutalin Camp 3x1
Zinkid 1x1
Jika Kejang Valium injeksi 4mg

Non Medikamentosa
Rawat Inap Ruang ISOLASI

Observasi Demam dan Kejang


Makan Makanan Bergizi
Jaga Kebersihan

Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam

: ad bonam

FOLLOW UP
S

A
P

Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Kejang (-)

KU : Compos mentis, tampak sakit ringan


TV : 100/70mmHG
HR : 116 x/menit, regular, isi kuat, ekual
RR : 28 x/menit, simetris
Suhu : 37,3oC
Status Generalis
Kepala : normosefali, rambut hitam merata
Mata : Hiperemis +/+, konjungtiva pucat - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung
dan tidak langsung + / +
Thorax : pergerakan dada simetris, suara nafas vesikular, ronkhi ( - ), wheezing ( - ), BJ I II normal,
regular, spilit ( - ), murmur ( - ), gallop ( - )
Abdomen : datar, supel, bising usus ( + ) frekuensi 12x/menit,NTE(+)
Ekstremitas : simetris, edema (-), akral hangat (+) , CRT <2 detik
Kejang Demam Simpleks

IVFD RL 10 tpm

Inj. Ceftriaxone 1x1gr

Paracetamol Syr 3x1/2 Cth

Jika Kejang Valium Injeksi 4mg I.V

Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Muncul bercak-bercak kemerahan pada muka dan sedikit pada ekstremitas
Kejang (-)

KU : Compos mentis, tampak sakit ringan


TV : 90/60mmHG
HR : 120 x/menit, regular, isi kuat, ekual
RR : 28 x/menit, simetris
Suhu : 40oC
Status Generalis
Kepala : normosefali, rambut hitam merata
Mata : Hiperemis +/+, konjungtiva pucat - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung + / +
Mulut : Kopliks Spot (+)
Thorax : pergerakan dada simetris, suara nafas vesikular, ronkhi ( - ), wheezing ( - ), BJ I II normal, regular, spilit ( - ), murmur ( - ),
gallop ( - )
Abdomen : datar, supel, bising usus ( + ) frekuensi 12x/menit,NTE(+)
Ekstremitas : Eksantem (+), simetris, edema (-), akral hangat (+) , CRT <2 detik

A
P

1.

Kejang Demam Simpleks


Suspek Morbili
IVFD RL 10 tpm

2.

Inj. Ceftriaxone 1x1gr

3.

Terbutalin Camp 3x1

4.

Diazepam + PCT Pulv 3x1

5.

Pindah Ke Ruang ISOLASI

6.

Jika Kejang Valium Injeksi 4mg I.V

A
P

Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Bercak Kemerahan Semakin Meluas
BAB Cair 2x ampas (-) ,darah (-) ,lendir (-)
Kejang (-)

KU : Compos mentis, tampak sakit ringan


TV : 90/60mmHG
HR : 100 x/menit, regular, isi kuat, ekual
RR : 30 x/menit, simetris
Suhu : 38,3 oC
Status Generalis
Kepala : normosefali, rambut hitam merata
Mata : Hiperemis +/+, konjungtiva pucat - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung + / +
Thorax : pergerakan dada simetris, suara nafas vesikular, ronkhi ( - ), wheezing ( - ), BJ I II normal, regular, spilit ( - ), murmur ( - ),
gallop ( - )
Abdomen : Eksantem (+), datar, supel, bising usus ( + ) frekuensi 12x/menit,NTE(+)
Ekstremitas : Eksantem (+), simetris, edema (-), akral hangat (+) , CRT <2 detik
Kejang Demam Simpleks
Morbili
1.

IVFD RL 10 tpm

2.

Inj. Ceftriaxone 1x1gr

3.

Terbutalin Camp 3x1

4.

Diazepan + PCT Pulv 3x1

5.

Probiokid 1x1

6.

Zinkid 1x1

7.

Jika Kejang Valium Injeksi 4mg I.V

Demam (+) Berkurang


Batuk Berdahak (+)
BAB Cair 2x ampas (+) ,darah (-) ,lendir (-)
Bercak Kemerahan hampir diseluruh tubuh
Kejang (-)

KU : Compos mentis, tampak sakit ringan


TV : 90/60mmHG
HR : 100 x/menit, regular, isi kuat, ekual
RR : 30 x/menit, simetris
Suhu : 36,8 oC
Status Generalis
Kepala : normosefali, rambut hitam merata
Mata : Hiperemis +/+, konjungtiva pucat - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung
+/+
Thorax : pergerakan dada simetris, suara nafas vesikular, ronkhi ( - ), wheezing ( - ), BJ I II normal, regular, spilit ( - ), murmur (
- ), gallop ( - )
Abdomen : Eksantem (+), datar, supel, bising usus ( + ) frekuensi 12x/menit,NTE(+)
Ekstremitas : edema (-), akral hangat (+) , CRT <2 detik
Kejang Demam Simpleks
Morbili

1.

IVFD RL 20 tpm

2.

Inj. Ceftriaxone 1x1gr

3.

Terbutalin Camp 3x1

4.

Diazepan + PCT Pulv 3x1

5.

Probiokid 1x1

6.

Zinkid 1x1

7.

Jika Kejang Valium Injeksi 4mg I.V

Demam (-) Berkurang


Batuk Berdahak (-)
Bercak merah pada muka,badan dan ekstremitas
BAB Cair (-)
Kejang (-)

KU : Compos mentis, tampak sakit ringan


TV : 90/60mmHG
HR : 100 x/menit, regular, isi kuat, ekual
RR : 30 x/menit, simetris
Suhu : 36,4 oC
Status Generalis
Kepala : normosefali, rambut hitam merata
Mata : Hiperemis +/+, konjungtiva pucat - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung dan
tidak langsung + / +
Thorax : pergerakan dada simetris, suara nafas vesikular, ronkhi ( - ), wheezing ( - ), BJ I II normal, regular,
spilit ( - ), murmur ( - ), gallop ( - )
Abdomen : Eksantem (+), datar, supel, bising usus ( + ) frekuensi 12x/menit,NTE(+), Eksantem (+)
Ekstremitas : Eksantem (+), edema (-), akral hangat (+) , CRT <2 detik, Eksantem (+)

Kejang Demam Simpleks


Morbili

1.

IVFD RL 20 tpm

2.

Inj. Ceftriaxone 1x1gr

3.

Diazepan + PCT Pulv 3x1

4.

Probiokid 1x1

5.

Zinkid 1x1

6.

Jika Kejang Valium Injeksi 4mg I.V

7.

Rawat Jalan

FOTO KLINIS

FOTO KLINIS

FOTO KLINIS

ANALISA KASUS
Anak Laki-Laki Berusia 4 tahun didiagnosa dengan Kejang Demam Simpleks Dan
Morbili setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang dengan hasil :
1. Kejang 1x SMRS
2. Durasi Kejang < 5menit
3. Kejang Seluruh tubuh
4. Mata Melihat keatas
5. Kejang berhenti Sendiri
6. Kejang tidak berulang dalam 24jam
7. Demam 1 hari Sebelum Kejang
8. Demam tinggi
9. Koplik Spot (+)
10.Muncul bercak kemerahan pada hampir seluruh tubuh pasien
11.Pasien tidak mendapatkan imunisasi Campak

TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (1). Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6
bulan 5 tahun.
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira kira 20
% kasus merupakan kejang demam kompleks.
Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih

Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih.
Faktor Resiko

1. Demam

2. Riwayat kejang demam keluarga yang kuat


pada saudara kandung dan orang tua (genetik)

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari timbulnya kejang ialah karena ketidakseimbangan potensial
membran.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan(

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10% - 15 % dan kebutuhan oksigen
akan meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65
% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15 %.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure):
Kejang demam yang berlangsung singkat
kurang dari 15 menit
umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidakberulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam. Suhu
yang tinggi merupakan keharusan pada kejang demam sederhana,
kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi
akibat infeksi di tempat lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan
sebagainya.

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)


Kejang dengan salah satu ciri berikut :
Kejang lama lebih dari 15 menit.
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam(7).
Kejang berulang terjadi pada 16 % diantara anak yang mengalami kejang
demam.

Gejala Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang disebabkan
oleh infeksi susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media kut,
bronkitis, furunkulosis.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri

Livingston (1954, 1963)

membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2

golongan, yaitu:

1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)


2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever).
Modifikasi kriteria Livingston:
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
Kejang bersifat umum.
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan.
Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi
Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.

Pemeriksaan Laboratorium

B. Pungsi Lumbal
pungsi lumbal dianjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
2. Bayi antara 12 18 bulan dianjurkan.
3. Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya,tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak
usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

d. Pencitraan
hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema

DIAGNOSIS BANDING
Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya :
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Saat Kejang :
Biasanya kejang demam berhenti sendiri tanpa perlu adanya pemberian
obat.
Tetapi apabila tidak berhenti bisa diberikan diazepam secara
- Intravena. Dosisnya adalah 0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan
kecepatan 1 2 mg/menit atau dalam waktu 3 5 menit,dengan dosis
maksimal 20 mg.
- Rectal. Dosisnya
adalah 0,5 0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
denganberat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resikoberulangnya kejang pada 30 % - 60 % kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o
C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkanataksia, iritabel dan sedasi
yang cukup berat pada 25 % - 39 % kasus.
Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.

Pemberian Obat Rumat


a. Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salahsatu) :
1. Kejang lama > 15 menit.
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis,paresis todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat


fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
resikoberulangnya kejang.
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap
kasus selektif dandalam jangka pendek.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajarpada 40 % - 50 % kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsihati.
Dosis asam valproat 15 40 mg/kgBB/hari dalam 2 3 dosis, dan fenobarbital 3
4mg/kgBB/hari dalam 1 2 dosis.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam

: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI
Defisinisi
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu:
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala
(2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan
batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik)
(3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang
didahului dengan meningkatnya suhu badan.

Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus.
Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan
Mumps.
Patologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus,
saluran pencernaan, dan konjungtiva.
Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa
berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel.
Dari sel raksasa yang muncul adalah :
(1)sel Warthin-Findkeley (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus)
(2)sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.

Patofisiologi
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring
1. Penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional menyebabkan terjadinya
viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak
yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh.
2. Selama 5-7 hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan menyebabkan
terjadinya infeksi campak secara umum.
3. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula.
4. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ
lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2
hingga 3 hari.

Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel,
monosit, dan makrofag

Hari

Manifestasi

Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2

Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3

Viremia primer

3-5

Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7

Viremia sekunder

7-11

Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas

11-14

Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17

Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

GEJALA KLINIS
1. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi
viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

2. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung
selama 2 hingga 4 hari. gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam.
Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik.
3. Stadium erupsi
Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar
ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki,
yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan
menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.

DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan
berdasarkan gejala klinis.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum
2. Rubella
3. Alergi obat
4. Demam Skarlatina

PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis
1. Istirahat/tirah baring
2. pemberian cairan yang cukup
3. suplemen nutrisi
4. antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder
5. anti konvulsi apabila terjadi kejang
6. antipiretik bila demam
7. vitamin A

PENCEGAHAN
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak.
Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang
wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan
saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program
pengembangan imunisasi (PPI).
Bisa juga dengan imunisasi MMR

Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai
dengan penyulit maka prognosisnya baik.

TERIMA KASIH

You might also like