Professional Documents
Culture Documents
dan Morbili
Oleh : Muhamad Andanu Yunus Slamet
030.10.185
PEMBIMBING
Dr. Rina Rahardiani, Sp.A
IDENTITAS
PASIEN
Nama
: An.DZ
AYAH
IBU
Nama
: Tn.R
Nama
: Ny. R
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Umur
Umur
Pendidikan
: 52 tahun
: Tidak Sekolah
Umur
Pendidikan
: 4 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pendidikan
:-
: Petugas
Alamat
: Jl.PAM Baru
Raya no:33 Rt15/06
Gaji
: Rp. 1.500.000
: 46 tahun
: SD
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang 1x SMRS
Keluhan Tambahan : Demam,
Batuk Berdahak, Mata Berwarna
kemerahan dan Berair
DEMAM
1x SMRS
Demam Mendadak
Tinggi
Terus Menerus
Berhenti Sendiri
Naik Turun
BATUK
Batuk Berdahak
Bersamaan dengan
timbulnya demam
MATA MERAH dan
BERAIR
Keluhan ini timbul
bersamaan dengan
demam dan batuk
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
BERCAK KEMERAHAN
RIWAYAT KEHAMILAN
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Tempat Kelahiran
RS
Penolong Persalinan
Dokter
ANC Rutin Di Dokter
Cara Persalinan
SC a/I Preeklamsi
Masa Gestasi
38-39 Minggu
RIWAYAT KELAHIRAN
Berat Badan : 2200 gram
Panjang Badan Lahir : 47 cm
Lingkar kepala : - cm (orang tua tidak
ingat)
Langsung menangis : Ya
APGAR score : Tidak Tahu
Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 10bulan
Berjalan
: 12
bulan
Bicara : 12
bulan
Baca dan tulis : 6
Perkembangan pubertas
: belum ada tanda pubertas
Gangguan Perkembangan : tidak ada gangguan
Kesan Perkembangan: sesuai dan tumbuh kembang baik
IMUNISASI
Imunisasi dasar pada pasien tidak lengkap, Pasien tidak mendapat Imunisasi
Campak
Riwayat Makanan
Umur (Bulan)
ASI/ PASI
02
ASI
24
BUAH/
BUBUR SUSU
NASI TIM
ASI
46
ASI
68
PASI
8 10
PASI
10-12
PASI
BISKUIT
Riwayat Makanan
JENIS MAKANAN
Nasi/ pengganti
2-3x/hari
Sayur
1x/hari
Daging
2-3x/ Minggu
Telur
3-4x/ Minggu
Ikan
3-5]4x/minggu
Tahu
4-5x/minggu
Tempe
4-.5x/minggu
Susu Ultra
Diderita
PENYAKIT
KETERANGAN
PENYAKIT
KETERANGAN
Morbili
Pasien pernah
mengalami diare
Diare
saat berumur 3
Tahun dan sampai
dirawat.
Otitis
Parotitis
Radang Paru
Demam Berdarah
Tuberculosis
Demam Tifoid
Cacingan
Alergi
Ginjal
DATA KELUARGA
ANAK KE
UMUR
JENIS
KELAMIN
STATUS
1.
30 Tahun
Perempuan
Sehat
2.
26 Tahun
Perempuan
Sehat
3.
15 Tahun
Perempuan
Sehat
4. PASIEN
4 Tahun
Laki-Laki
Sakit
AYAH
IBU
Perkawinan Ke-
25
14
Kosanguitas
Penyakit
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Kedua Kakak Pasien juga mempunyai
riwayat kejang saat Masih kecil
Tidak ada riwayat penyakit kronis maupun
menular seperti Kencing Manis, TB dan HIV pada
keluarga pasien.
Lingkungan
Keadaan lingkungan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Data Antopometri
TB : 98cm
BB : 15 Kg
STATUS GIZI
BB/ U
= 15/16 x 100 %
= 93,8%
TB/ U
=98/102 x 100%
= 96,8%
(tinggi normal)
BB/ TB
= 15/15 x 100%
= 1007 %
Status
Generalisata
Kepala :
Normocephali, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam
Wajah : bercak-bercak kemerahan(+)
Mata :
Konjungtiva hiperemis (+), sklera putih,
pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Leher :
KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Abdomen:
bentuk datar, simetris,
tidak tampak pelebaran vena,
bising usus (+) 12x/menit
lemas, tidak teraba massa,
hepar dan lien tidak teraba,
turgor kulit normal, Nyeri Tekan
Epigastrium (-).
Bercak-Bercak Kemerahan (+)
Extremitas :
Akral hangat (+), oedem (-), CRT <2detik
Bercak Kemerahan (+)
Genitalia :
Tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIS
TANDA RANGSANG
MENINGEAL
Kanan
Kiri
Kaku Kuduk
(-)
Brudzinski 1
(-)
Brudzinski 2
(-)
(-)
Laseque
(-)
(-)
Kernig
(-)
(-)
STATUS NEUROLOGIS
ANGGOTA GERAK ATAS
Refleks
Fisiologis
Biceps
Triceps
Refleks
Patologis
HoffmanTrommer
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
Kanan
Kiri
(-)
(-)
A
N
G
G
O
T
A
G
E
R
A
K
STATUS NEUROLOGIS
ANGGOTA GERAK BAWAH
Refleks
Kanan
Kiri
Patella
(+)
(+)
Achilles
(+)
(+)
Kanan
Kiri
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Fisiologis
Refleks
Patologis
A
N
G
G
O
T
A
G
E
R
A
K
Pemeriksaan Lab
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJUKAN
Lekosit
5.000 L
5.000 10.000 /L
Eritrosit
4,5 juta/L
Hemoglobin
11,8 gr/dL
Hematrokit
36%
33-45 %
194.000/L
62
<10
HASIL
NILAI RUJUKAN
Basofil
0 -1
Eosinofil
0-5
Netrofil Batang
2 -4
Netrofil Segmen
67
50 -70
Limfosit
25
20 -40
Monosit
2- 8
Darah Lengkap
Trombosit
LED
PEMERIKSAAN
HItung Jenis
RESUME
Anamnesis
Kejang 1x SMRS
Demam sejak 1 hari SMRS,Mendadak tinggi, terus menerus, naik turun
Batuk Berdahak
Pemeriksaan Fisik
Hiperemis Pada kedua mata (+)
Mata Berair (+)
Koplik Spot (+)
Bercak Kemerahan ( eksantem +)
Laboratorium
Peningkatan LED 62
DIAGNOSIS KERJA
Tatalaksana
Medikamentosa
IVFD RL 10 tpm
Inj. Ceftriaxone 1x1gr
Non Medikamentosa
Rawat Inap Ruang ISOLASI
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
: ad bonam
FOLLOW UP
S
A
P
Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Kejang (-)
IVFD RL 10 tpm
Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Muncul bercak-bercak kemerahan pada muka dan sedikit pada ekstremitas
Kejang (-)
A
P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A
P
Demam (+)
Batuk Berdahak (+)
Bercak Kemerahan Semakin Meluas
BAB Cair 2x ampas (-) ,darah (-) ,lendir (-)
Kejang (-)
IVFD RL 10 tpm
2.
3.
4.
5.
Probiokid 1x1
6.
Zinkid 1x1
7.
1.
IVFD RL 20 tpm
2.
3.
4.
5.
Probiokid 1x1
6.
Zinkid 1x1
7.
1.
IVFD RL 20 tpm
2.
3.
4.
Probiokid 1x1
5.
Zinkid 1x1
6.
7.
Rawat Jalan
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
ANALISA KASUS
Anak Laki-Laki Berusia 4 tahun didiagnosa dengan Kejang Demam Simpleks Dan
Morbili setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang dengan hasil :
1. Kejang 1x SMRS
2. Durasi Kejang < 5menit
3. Kejang Seluruh tubuh
4. Mata Melihat keatas
5. Kejang berhenti Sendiri
6. Kejang tidak berulang dalam 24jam
7. Demam 1 hari Sebelum Kejang
8. Demam tinggi
9. Koplik Spot (+)
10.Muncul bercak kemerahan pada hampir seluruh tubuh pasien
11.Pasien tidak mendapatkan imunisasi Campak
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (1). Kejang demam ini terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6
bulan 5 tahun.
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 % - 4 % di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira kira 20
% kasus merupakan kejang demam kompleks.
Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih
Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih.
Faktor Resiko
1. Demam
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari timbulnya kejang ialah karena ketidakseimbangan potensial
membran.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan(
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure):
Kejang demam yang berlangsung singkat
kurang dari 15 menit
umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidakberulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam. Suhu
yang tinggi merupakan keharusan pada kejang demam sederhana,
kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi
akibat infeksi di tempat lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan
sebagainya.
Gejala Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dengan cepat yang disebabkan
oleh infeksi susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media kut,
bronkitis, furunkulosis.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri
golongan, yaitu:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.
Pemeriksaan Laboratorium
B. Pungsi Lumbal
pungsi lumbal dianjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
2. Bayi antara 12 18 bulan dianjurkan.
3. Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya,tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak
usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
d. Pencitraan
hanya atas indikasi seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya :
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Saat Kejang :
Biasanya kejang demam berhenti sendiri tanpa perlu adanya pemberian
obat.
Tetapi apabila tidak berhenti bisa diberikan diazepam secara
- Intravena. Dosisnya adalah 0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan
kecepatan 1 2 mg/menit atau dalam waktu 3 5 menit,dengan dosis
maksimal 20 mg.
- Rectal. Dosisnya
adalah 0,5 0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
denganberat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resikoberulangnya kejang pada 30 % - 60 % kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o
C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkanataksia, iritabel dan sedasi
yang cukup berat pada 25 % - 39 % kasus.
Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI
Defisinisi
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu:
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala
(2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan
batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik)
(3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang
didahului dengan meningkatnya suhu badan.
Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus.
Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan
Mumps.
Patologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus,
saluran pencernaan, dan konjungtiva.
Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa
berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel.
Dari sel raksasa yang muncul adalah :
(1)sel Warthin-Findkeley (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus)
(2)sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Patofisiologi
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring
1. Penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional menyebabkan terjadinya
viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak
yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh.
2. Selama 5-7 hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan menyebabkan
terjadinya infeksi campak secara umum.
3. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula.
4. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ
lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2
hingga 3 hari.
Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel,
monosit, dan makrofag
Hari
Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2
2-3
Viremia primer
3-5
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7
Viremia sekunder
7-11
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
11-14
15-17
GEJALA KLINIS
1. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi
viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
2. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung
selama 2 hingga 4 hari. gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam.
Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik.
3. Stadium erupsi
Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar
ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki,
yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan
menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.
DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan
berdasarkan gejala klinis.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum
2. Rubella
3. Alergi obat
4. Demam Skarlatina
PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis
1. Istirahat/tirah baring
2. pemberian cairan yang cukup
3. suplemen nutrisi
4. antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder
5. anti konvulsi apabila terjadi kejang
6. antipiretik bila demam
7. vitamin A
PENCEGAHAN
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak.
Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang
wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan
saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program
pengembangan imunisasi (PPI).
Bisa juga dengan imunisasi MMR
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai
dengan penyulit maka prognosisnya baik.
TERIMA KASIH