You are on page 1of 15

1.

Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian
tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada
metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah
persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak
dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa
nyeri pada tulang dan sendi.
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam
urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam
urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan
(hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang
akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin,
diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol..
3. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam
urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam
urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau
menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal
akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya
merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak
akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena
adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya
satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi
lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama
terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang
gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang
dan dengan interval yang tidak teratur.

Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout. Kebanyakan
pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama.
Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi
kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout
kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada
kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut,
kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tulang sendi
b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d. Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut :

Nyeri hebat
Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
Sakit kepala
Demam.

Gangguan kronis :

Serangan akut
Hiperurisemia yang tidak diobati
Terdapat nyeri dan pegal
Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodium
urat dalam jaringan)

5. Penatalaksanaan Medik

Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang,
dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg
(dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh
netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5
g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
6. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan tampak
kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus dan destruksi
tulang dan perubahan sendi
8. Pencegahan
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun
melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan
berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi
kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya
badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam
urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi,
misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak
sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.

f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal
ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95% penderita gout
adalah pria), dll
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi lain)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif)

Kaji penyebab nyeri

Q (Quality / qualitas)

Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien

R (Region)

Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada pangkal ibu

jari)
S (Saverity)

:` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?

T (Time)

: Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada malam

hari)

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang sama seperti
yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi

: Biasanya klien mengalami peningkatan stress

Sosial

: Cenderung menarik diri dari lingkungan

Spiritual

: Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah

menurut agamanya
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Kebutuhan nutrisi
a) Makan

: Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein)

b) Minum

: Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)

2) Kebutuhan eliminasi
a)

BAK

: kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

b)

BAB

: kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

3) Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri akibat
nyeri dan pembengkakan

2. Pemeriksaan Fisik

a.

Keadaan umum :

1)

Tingkat kesadaran

2)

GCS

3)

TTV

b.

Peningkatan penginderaan

1)

Sistem integument

Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
2)

Sistem penginderaan

Mata

: Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata

Hidung

Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak

Telinga

Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak, biasanya terdapat

tofi pada telinga


3)

Sistem kardiovaskuler

Inspeksi

Apakah ada pembesaran vena jugularis

Palpasi

: Kaji frekuensi nadi (takhikardi)

Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada suara tambahan


4)

Sistem penceranaan

Inspeksi

Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen

Palpasi

: Apakah ada nyeri tekan pada abdomen

Perkusi

Apakah kembung / tidak

Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus

5)

Sistem muskuluskeletal

Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang luar biasa serta
juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi)
6)

Sistem perkemihan

Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal


c.

Pemeriksaan diasnostik.

Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat
osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil
(punch out).
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang rawan
artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
b. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan
kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan
pembentukan panus.
c. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
d. Perubahan pola tidur b.d nyeri
4. Intervensi Keperawatan
a.

Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia,

tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan
Kriteria hasil

: Nyeri berkurang, hilang, teratasi.


:

Klien melaporkan penelusuran nyeri.


menunjukan perilaku yang lebiih rileks.

memperagakan keterampilan reduksi nyeri.


Skala nyeri 0 1 atau teratasi.

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI
Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Nyeri merupakan respon subjektif
Observasi kemajuan nyeri ke daerah yangbdapat

dikaji

dengan

yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 4. menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat cedera.
Bantu klien dalam mengidentifikasi
factor pencetus.

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan


dan peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan

Jelaskan
dengan

dan

bantu

tindakan

klien
pereda

terkait relaksasi
nyeri menunjukan

nonfamakologi dan non invasif.


Ajarkan

relaksasi:

teknik

dan

farmakologilain

keefektifan

dalam

mengurangi nyeri.
terkait Akan melancarkan peredaran darah

ketegangan otot rangka yang dapat sehingga kebutuhan oksigen pada


mengurangi intensitas nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut.

jaringan terpenuhi dan mengurangi


nyeri.
Mengalikan
terhadap

perhatian

nyeri

ke

klien

hal

yang

menyenangkan.
Tingkatkan

pengetahuaan tentang

penyebab nyeri dan hubungan dengan


berapa lama nyeri akan berlangsung.

pegetahuan

tersebut

mengurangi

nyeri

menbatumeningkatkan

membatu
dan

dapat

kepatuhan

Hindarkan klien meminum alcohol, klien terhadap rencana terapeutik

kafein, dan obat diuretik.

pemakaian alkohol, kafein, dan


obat-obatan diuretik akan menambah

KOLABORASI

peningkatan kadar asam urat dalam

Kolaborasi dengan tim medis untuk serum.


pemberian alopurinol
Alopurinol menghambat biosentesis
asam urat sehingga menurunkan
kadar asam urat serum.

b.

Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada

gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia,
dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil

Klien ikut dalam program latihan


Tidak mengalami kontraktur sendi
Kekuatan otot bertambah
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan
koordinasi optimal.

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI
Kaji

mobilitas

observasi
kerusakan.

yang

adanya

ada

dan Mengetahui

tingkat

kemampuan

peningkatan klien dalam melakukan aktifitas.

Ajarkan klien melakukan latihan


gerak aktif pada ekstermitas yang
tidak sakit.

Gerakan aktif memberi masa tonus,


dan kekuatan otot, serta memperbaiki

Bantu klien melakukan latihan ROM fungsi jantung dan pernafasan.


dan perawatan diri sesuai toleransi.

Untuk mempertahankan fleksibilitas

Pantau kemajuan dan perkembangan sendi sesuai kemampauan.


kemamapuan klien dalam melakukan
aktifitas

Untuk

mendeteksi

perkembangan

klien.

KOLABORASI

Kemampuan mobilisasi ekstermitas

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dapat ditingkatkan dengan latihan fisik


untuk latihan fisik klien.

dari tim fisioterapi.

c. Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan

: Citra diri klien meningkat

Kriteria hasil

Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang

situasi dan perubahan yang terjadi


Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara yang akurat
tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI
- Kaji perubhan perspsi dan - Menetukan bantuan individual dalm menyusun rencana
hubungannya dengan

derajat perawatan atau pemilihan intervensi

kletidak mampuan.
- Ingantkan

kembali

- Membantu klien melihat bahwa peraat menerima kedua


realitas

bahwa

masih

dapat bagian dari seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.

menggunakan sisi yang sakit dan


belajar mengontrol sisi yang
sehat.
- Bantu dan ajurkan perawatan
yang

baik

dan

memperbaiki

- Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol


lebih dari satu area kehidupan.
- Menghidupkan kembali perasaan mandiri dn membatu
perkemabangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
- Dukungan perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa

kebiasaan.
- Anjurkan orang terdekat untuk

percaya diri klien.

mengizinkan klien melakukan - Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memahami
sebanyak mungkin hal untuk peran individu dimasa mendatang.
dirinya.

- Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk

- Bersama

mencari perkembangan perasaan.

klien

alternatif koping yang positif.


- Dukung prilaku atau usaha
peningkata minat atau partisipasi
dalam aktifitas rehabilitasi.
KOLABORASI
Kolaborasi

denagn

neuropsikologi

dan

ahli

konseling

bila da indikasi .
d. DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
INTERVENSI

RASIONAL

Tentukan kebiasaan tidurnya dan Mengkaji


perubahan saat tidur.
Buat

rutinitas

tidur

pola

tidurnya

dan

mengidentifikasi

intervensi yang tepat.


baru

yang Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak

dimasukkan dalam pola lama dan kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan
lingkungan baru.
Tingkatkan

dapat berkurang

regimen

kenyamanan

waktu tidur, misalnya mandi hangat


dan massage.

Membantu menginduksi tidur

Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran


dan tinggi tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar

Gunakan pagar tempat tidur sesuai tempat untuk membantu mengubah posisi.
indikasi ; rendahkan tempat tidur jika
memungkinkan.

Tidur tanpa gangguan lebih menim-bulkan rasa segar,


dan pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke

Kolaborasi dalam pemberian obat tempat tidur bila terbangun.


sedative,
indikasi.

hipnotik

sesuai

dengan

Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II.
Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta :
EGC.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1. Jakarta :
EGC.

You might also like