Professional Documents
Culture Documents
Tamponade pericardium adalah kompresi yang dapat bersifat lambat atau cepat pada
jantung yang disebabkan oleh akumulasi cairan perikardial, nanah, darah, bekuan darah, atau
gas, sebagai akibat dari efusi, trauma, atau ruptur jantung, yang dapat mengancam jiwa. 1
Pada tamponade, kelainan utamanya adalah kompresi seluruh ruang jantung oleh
karena meningkatnya tekanan pericardial. Dengan terus berlangsungnya tamponade, ruang
jantung menjadi semakin sempit dan komplians diastolik ruang jantung berkurang. Hasil
konsekuensi dari peningkatan tahanan pengisian jantung ini, diantaranya adalah: 2
1. Tingkat keparahan tamponade yang berhubungan dengan progresifitas perubahan
venous return sistemik. Secara normal pengisian venous return merupakan bimodal
dengan puncaknya selama sistolik ventrikel dan diastolik awal. Efusi menyebabkan
kompresi pada seluruh siklus jantung, volume isi jantung menjadi minimal saat ejeksi.
Maka, dengan semakin parahnya tamponade, venous return berpindah secara
progresif dengan hanya sistolik sebagai puncaknya disertai dengan pengisian saat
diastolik awal yang menghilang. Pada kasus tamponade yang sangat parah, total
venous return jatuh turun, ruang jantung mengecil, cardiac output dan tekanan darah
jatuh turun.
2. Pada saat inspirasi, tekanan intra thorakal yang berkurang disalurkan melalui
pericardium menuju sisi kanan jantung, yang menghasilkan peningkatan venous
return saat inspirasi. Karena pericardium yang kaku mencegah dinding jantung yang
bebas dari ekspansi, maka terjadi distensi ventrikel kiri pada septum
interventrikulernya, menyebabkan benjolan pada ventrikel kiri jantung, mengurangi
komplians dan pengisian ventrikel kiri saat inspirasi.
Tekanan pericardium tidak berbanding lurus dengan volume cairan intrapericardium.
Akumulasi yang akut dari sedikit cairan mungkin sudah cukup menyebabkan tamponade.
Suatu efusi pericardium yang besar dapat terakumulasi tanpa perubahan hemodinamik yang
berarti jika hal tersebut terjadi pada rentang waktu yang cukup lama. Terlampauinya batas
maksimal elastistas pericardium akan meningkatkan tekanan intrapericardial secara cepat. 3
Oleh sebab itu, efusi pericardium merupakan suatu diagnosis anatomik, sedangkan
tamponade merupakan diagnosis fisiologik. 3
ETIOLOGI
Penyebab tamponade meliputi perdarahan akibat trauma yang masuk ke perikardium, tumor,
tuberkulosa, perikarditis purulen, diseksi aorta, infark miokard akut, dll. 2
TIPE TAMPONADE
Tamponade akut
Biasanya oleh karena trauma, ruptur jantung, atau aorta, atau karena komplikasi
intervensi. Onsetnya cepat, gejalanya berupa nyeri dada, takhipneu, dispneu, dan
mengancam nyawa bila tidak segera dilakukan tindakan.
Tamponade regional
Efusi terlokulasi atau hematom terlokalisir dapat menyebabkan tamponade regional,
dimana hanya terjadi penekan pada ruang jantung tertentu. Sering terjadi setelah
2
tindakan pericardiotomi, atau pada infark miokard. Sulit dideteksi, karena tanda
klinis, hemodinamik, ECG, termasuk pulsus paradoksus sering tidak tampak.
TEMUAN FISIK
Gejala seperti dispneu yang meningkat, lemah, dan terasa tekanan pada substernal
mungkin merupakan indikasi adanya akumulasi cairan pericardium. Tanda-tanda tamponade
jantung meliputi peningkatan denyut nadi, dengan tekanan nadi yang melemah, pulsus
paradoksus, dan distensi vena leher. 3
Trias Beck merupakan tanda klinis tamponade jantung, yaitu hipotensi, suara jantung
menjauh, dan bendungan vena di leher. 4
Sinus takhikardi -- terjadi pada hampir seluruh pasien dengan tamponade jantung,
sebagai mekanisme kompensasi parsial yang minimal untuk mempertahankan cardiac output.
Pada pasien efusi pericardium yang disertai hipotiroid, akan lebih cenderung terjadi
bradikardi. 2
Peningkatan tekanan vena jugularis -- hampir selalu terjadi pada tamponade jantung,
dan mungkin berhubungan dengan terjadinya distensi vena di kepala.
Pulsus paradoksus -- didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik yang
abnormal (> 10 mmHg) saat inspirasi, suatu temuan yang umum terjadi pada tamponade
derajat sedang sampai berat dan merupakan konsekuensi langsung dari interaksi ventrikel. 1
Terbatasnya ekspansi dinding ventrikel kiri ke luar saat aliran darah masuk selama fase
inspirasi menyebabkan penonjolan di septum interventrikuler, yang akan mengurangi volume
pengisisan pada ventrikel kiri dalam jumlah besar, dan berkontribusi pada penurunan stroke
volume. Beberapa kondisi yang menyebabkan pulsus paradoksus tidak terjadi, diantaranya
pada penyakit yang meningkatkan tekanan diastolik ventrikel kiri (ex: hipertensi kronis pada
pasien dengan gagal ginjal kronis), pada kondisi syok dimana tekanan darah tidak terukur,
pada defek septum atrium, regurgitasi aorta berat, dan pada regional tamponade, dll.
Sementara pada kondisi medis lain, pulsus paradoksus dapat tampak, seperti pada penyakit
asma, pada penyakit paru obstruktif, emboli vaskular paru, dll. 2
Pericardial rub -- dapat terdengar pada pasien tamponade jantung yang disertai
inflamasi perikarditis. 2
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan temuan klinis yang dapat disertai ekhokardiografi, dan
dikonfirmasi dengan respon perbaikan klinis saat dilakukan drainase cairan pericardium. 2
Elektrokardiografi -- menunjukkan sinus takhikardi, low voltage, dan perubahan
kompleks QRS, merupakan temuan yang cukup spesifik pada tamponade jantung.
X-Foto Thorak -- siluet jantung yang membesar dengan lapangan paru yang bersih
biasanya tampak pada tamponade jantung yang terjadi secara lambat. Pada tamponade akut
temuan ini biasanya tidak tampak, karena dibutuhkan akumulasi cairan perikardium sebanyak
200 ml agar pembesaran siluet jantung dapat tampak.
CT scan dan MRI -- tidak perlu jika ekhokardiografi dapat dikerjakan sebelumnya.
Dapat menjadi alternatif pemeriksaan bila ekhokardiografi tidak dapat dikerjakan.
DIAGNOSIS BANDING
Pada tamponade akut, dengan tanda peningkatan tekanan vena jugularis dan hipontesi,
dapat dibedakan dengan akut miokard infark (terutama dengan keterlibatan ventrikel kanan)
dari gambaran perubahan elektrokardiografinya yang berbeda. Sementara pada pasien dengan
diseksi aorta tidak terjadi peningkatan vena jugularis. Disamping itu, pada kedua diagnosis
tersebut tidak terjadi pulsus paradoksus.2
Tamponade yang kronis juga harus dapat dibedakan dengan gagal jantung, dimana
ekhokardiografi sangat penting dalam membedakan keduanya. 2
PENGELOLAAN
Pada tamponade jantung dini dengan perubahan hemodinamik ringan dapat dikelola
konservatif dengan monitoring ketat, ekhokardiografi serial, restriksi volume cairan, dan
terapi pada penyakit/ kelainan yang menyebabkan tamponade jantung.1
Tamponade dengan perubahan hemodinamik yang berat membutuhkan pembuangan
cairan pericardium yang segera, yang akan memperbaiki fungsi jantung dan hemodinamik
sistemik dengan cepat. 2
7
Pada pasien dengan hemoragik tamponade jantung oleh karena ruptur jantung, terdapat
indikasi operasi cito. Terapi medis ditujukan untuk stabilisasi hemodinamik sementara,
seperti pemberian infus, vasopresor, pericardiosintesis, dan counter pulsasi intraaortic-balloon
pump. 2
Ventilasi mekanik tekanan positif merupakan kontra indikasi dalam terapi tamponade
jantung karena akan mengurangi pengisian volume jantung. Terapi lain yang merupakan
kontra indikasi adalah tindakan kompresi jantung eksternal. 2
Pericardiosintesis
Pericardiosintesis merupakan prosedur diagnostik sekaligus terapeutik yang dilakukan
melalui subxyphoid dengan lokal anastesi. 3
Pada pendekatan subxyphoid, daerah antara prosesus xyphoid dan batas costa kiri
dianastesi, kemudian jarum ditusukkan di daerah tersebut dengan arah ke bahu kiri; disertai
aspirasi saat jarum masuk perlahan. Jarum dilekatkan dengan lead elektrokardiografi untuk
membantu identifikasi kontak dengan miokardium. Jika aspirasi didapatkan udara, jarum
ditarik dan dimasukkan kembali dengan arah yang lebih medial. Jika aspirasi didapatkan
darah, 5 ml darah diambil lalu ditumpahkan ke kasa untuk mengamati pembentukan bekuan.
Darah pericardium biasanya tidak membeku karena telah terdefibrinasi. Setelah jarum masuk
ke cavum pericardium, digunakan teknik Seldinger: masukkan wire melalui lubang jarum,
keluarkan jarum dengan tetap mempertahankan wire, lalu masukkan kateter dengan panduan
wire, dan lepaskan wire setelahnya. 3
DAFTAR PUSTAKA
10