Professional Documents
Culture Documents
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di
kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada
demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/
renjatan.
Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai
dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit
kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah.
Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat disertai
tanda tanda kegagalan sirkulasi.
B. Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
C. Etiologi
1. Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotip terbanyak.
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan
melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
D. Patofisiologi
Berdasarkan klasifikasi derajat ringan dan beratnya penyakit DHF dibagi
menjadi empat derajat yaitu : Derajat 1 demam disertai gejala klinis lainnya
pendarahan ringan, uji tourniquet positif, trambositopenia hemokonsentrasi, Derajat
II seperti derajat I disertai pendarahan spontan dikulit dan pendarahan lain, Derajat
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)
III ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (kurang dari 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, dan tekanan darah yang tak dapat diukur.
Penyebab DHF yaitu virus dengue terdiri dari 4 serotipe 1,2,3,4 yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypthy. Infeksi dengan salah satu serotif
akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotip lain.
Virus Dengue dianggap sebagai antigen sehingga akan merangsang tubuh
untuk mengeluarkan antibody humoral dan sekuler. Dalam virus tidak langsung
menimbulkan gejala tetapi mengalami masa inkubasi kurang lebih 2 minggu. Hal ini
tergantung dari banyaknya virus yang masuk, virulensi atau keganasan dan daya
tahan tubuh. Setelah terjadi masa inkubasi maka akan terjadi viremia yaitu adalah
virus dalam darah. Viremia ini berjalan singkat mulai dua hari sebelum panas dan
mencapai puncaknya setelah mencapai 6-7 hari bersamaan dengan timbulnya
antibody yang memiliki aktivitas netralisasi atau aktivitas komplemen akhirnya
banyak virus di hilangkan dan penderita mengalami penyembuhan selanjutnya
terjadilah seumur hidup terhadap serotip virus yang sama, tetapi tidak melindungi
terhadap serotip yang lain (proses infeksi primer).
Infeksi sekunder terjadi jika tubuh mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus dengue yang berbeda dan lebih vurulen. Terdapatnya kompleks virus dalam
sirkulasi
darah
menyebabkan
suatu
aktivitas
sistem
komplemen
yang
pembekuan
intravaskuler
yang
berperan
dalam
pembentukkan
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi
dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan
ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan
plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat
atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan
sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,
sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai
tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
a. Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
1) Uji tourniquet positif
2) Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.
3) Hemetamesis dan atau melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
b. Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)
b. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih (1)
Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah
dengue.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia
(<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi
masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan
masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan
penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah
hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia.
b. Urine
Ditemukan albuminuria ringan
c. Sumsum Tulang
Gangguan maturasi
d. Serologi
1) Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan
antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini
pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
2) Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji
Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig
M.
2. Foto thorax :
a. Foto thorax lateral dekubitus kanan terdapat efusi pleura dan bendungan
pembuluh darah.
b. Darah rutin Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma darah 6 30%).
G. Komplikasi
a. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan
pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini
disebut dengue shock syndrome (DSS). Syok biasa terjadi pada saat atau segera
setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke-7.
Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam
syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi
cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih
tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan
penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi dengan segera, namun bila
terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok
berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat
saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis.
Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadangkadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit.
Tanda prognostik baik apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu
makan. Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis
flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus
yang tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati.
b. Perdarahan luas
c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran
H. Penatalaksanaan
1. Medik
a. Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
1) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan
kurang ) atau kejang-kejang
2) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif
/ negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV
meningkat.
3) Panas disertai perdarahan
4) Panas disertai renjatan.
b. Belum atau tanpa renjatan:
1) Grade I dan II :
a) Oral ad libitum atau
b) Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau
susu secukupnya. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi
disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
c. Dengan Renjatan ;
2) Grade III
a) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika
nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan
lembab.
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil
dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan
batuk, flu, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena, atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang
terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang
perna diderita dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota
keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan
tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.
6. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
7. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat etabo
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
8. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air,
vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air,
botol dan ban bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang
nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah
DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.
10
11
C. Intervensi Keperawatan
6.
7.
Di
8. T
9. Intervensi
u
j
u
a
n
d
a
n
K
r
i
t
e
r
i
a
H
a
s
i
10.
11.
l
15. N
De
12.
De
13.
Ba
a. Kelemahan
b. Haus
c. Penurunan turgor
kulit/lidah
d. Membran mukosa/kulit
kering.
21. NIC
: Fluid
management
l.
m.
e
n.
17. H
o.
y p.
d
r
muncul meburuk
q. Atur kemungkinan tranfusi
r. Persiapan untuk tranfusi
meningkat
i. Temperatur tubuh
meningkat.
j. Hematokrit meninggi
k. Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada
third spacing)
i
o
n
18. N
u
14.
Fa
t
r
i
a. Kehilangan volume
cairan secara aktif.
b. Kegagalan mekanisme
pengaturan.
t
i
o
n
a
l
S
t
a
t
u
s
:
F
o
o
d
a
n
d
F
l
u
i
d
I
n
t
a
k
e
19. K
r
i
t
e
r
i
a
H
a
s
i
l
:
1. Mempertahankan
urine
Elastisitas
kulit
baik,
23.
20.
29. N
Ny
35. NIC
Management
C a.
24.
: Pain
De
25.
Se
:
kualitas dan faktor presipitasi
30. P b.
Observasi
reaksi
nonverbal
a
i
c.
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
26.
Ba
a. Laporan secara verbal
atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk
d.
e.
f.
g.
menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit
dari
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan).
j. Tingkah laku distraksi,
l, p.
32. C
contoh : jalan-jalan,
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil).
l. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
beratnya nyeri.
f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
l
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
33. K
pengobatan nyeri secara teratur.
r
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
i
analgesik pertama kali
t i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
e
r
i
hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
panjang/berkeluh kesah)
n. Perubahan dalam nafsu
s
i
l
27.
Fa
28.
Ag
:
a. Mampu mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
mampu
tehnik
nyeri,
menggunakan
nonfarmakologi
dengan
menggunakan manajemen
nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri).
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)
20
38.
Hi
39.
De
40.
Ba
a. Kenaikan
suhu
tubuh
(kejang)
Kulit kemerahan
Pertambahan RR
Takikardi
Saat disentuh
tangan
34.
43. N
O a.
b.
C
c.
: d.
e.
T
f.
h g.
h.
e
i.
r
m j.
k.
o
l.
r m.
n.
e
o.
g
menggigil
u 47.
Temperature regulation
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
l
terasa hangat
41.
Fa
a.
b.
c.
d.
Penyakit/ trauma
Peningkatan metabolisme
Aktivitas yang berlebih
Pengaruh
medikasi/anastesi
e. Ketidakmampuan/penuru
a b.
c.
t
d.
i e.
f.
o
g.
n
44. K
h.
r
i
t
berkeringat
f. Terpapar
dilingkungan
panas
g. Dehidrasi
h. Pakaian yang tidak tepat
42.
akibat panas
i. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
j. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
a l. Berikan anti piretik jika perlu
H
50.
45.
54. N
Ke
O
C
51.
De
52.
Ba
t
r
i
yang
kurang
60. NIC :
61. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
makanan
pusing
49.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih
sudah
dan
yang
untuk
menelan/mengunyah
e. Luka, inflamasi pada
rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
g. Dilaporkan
adanya
atau
fakta
kekurangan
makanan
h. Dilaporkan
adanya
untuk
mengunyah makanan
j. Miskonsepsi
k. Kehilangan BB dengan
kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
d
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
F n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
l.
m.
n.
o.
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan
jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
u
p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
i
lidah dan cavitas oral.
d q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
I
63.
n
t
a
k
e
56. N
u
t
53.
Fa
i
t
a. Ketidakmampuan
pemasukan
i
atau
berhubungan
dengan
atau ekonomi.
t
a
t
u
s
:
n
u
t
r
i
e
n
t
I
n
t
a
k
e
57. W
e
i
g
h
t
c
o
n
t
r
o
l
58. K
r
i
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)
27
t
e
r
i
a
H
a
s
i
l
:
a. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
c. Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan
65.
Ris
59.
66. N 70.
NIC :
a. Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
O
b. Catat tingkat hemoglobin/hemtokrit sebelum dan
C
sesudah kehilangan darah, seperti yang
67. S
e
t
e
l
a
h
d
i
l
a
ditunjukan.
c. Mamantau tanda-tanda dan gejala perdarahan.
d. Mamantau koagulasi, termasuk prothombin (PT),
tromboplastin parsial, dan jumlah trmbosit
jikadiperlukan.
e. Menilai tingkat kenyamanan atau nyeri
f. Tutunkan ekstremitas untuk
meningkatkansirkulasi arteri yang sesuai.
g. Tinggikan anggota badan yang terkena 20 derajat
atau lebih besar atas tingkat jantung untuk
meningkatkan aliran balik vena yang sesuai.
h. Memberi obat anti plateet atau antikoagulan, yang
sesuai.
i. Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam yang
k
u
k
a
n
t
i
n
d
a
sesuai.
j. Mendorong berbagai latihan gerak pasif dan aktif
selama istirahat di tempat tidur, yang sesuai.
k. Dorong pasien untuk latihan yang dapat
ditoleransi.
l. Anjurkan pasien untuk pentingnya pencegahan
statis vena
m. Anjurkan pasien pada perawatan kaki yang tepat.
n. Mempertahankan hidrasi yang adekuat uk
mecegah viskositas darah meningkat.
o. Memantau status cairan termasuk intake dan
output.
k
a
n
a
s
u
h
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
p
a
d
a
p
a
s
i
e
n
s
e
l
a
m
a
1
x
2
4
j
a
m
d
i
h
a
r
a
p
k
a
n
p
e
r
d
a
r
a
h
a
n
t
i
d
a
k
t
e
r
j
a
d
i
68. k
r
i
t
e
r
i
a
h
a
s
i
l
:
a. Tanda tanda infeksi
tidak ada
b. Tidak ada lecet atau
kemerahan pada kulit
c. Jumlah trombosit normal
69.
71.
72.
PENYIMPANGAN KDM
73.
74.
75.
76.
RISIKO
PERDARAHAN
77.
78.
79.
80.
81.
82.
36
83.
84.
85.
86.
87.
88. DAFTAR PUSTAKA
89.
90.
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
91.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Bagian II. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
92.
93.
94.
37