You are on page 1of 37

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di
kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada
demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/
renjatan.
Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai
dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit
kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah.
Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat disertai
tanda tanda kegagalan sirkulasi.
B. Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
C. Etiologi
1. Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotip terbanyak.
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan
melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
D. Patofisiologi
Berdasarkan klasifikasi derajat ringan dan beratnya penyakit DHF dibagi
menjadi empat derajat yaitu : Derajat 1 demam disertai gejala klinis lainnya
pendarahan ringan, uji tourniquet positif, trambositopenia hemokonsentrasi, Derajat
II seperti derajat I disertai pendarahan spontan dikulit dan pendarahan lain, Derajat
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)

III ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (kurang dari 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, dan tekanan darah yang tak dapat diukur.
Penyebab DHF yaitu virus dengue terdiri dari 4 serotipe 1,2,3,4 yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypthy. Infeksi dengan salah satu serotif
akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotip lain.
Virus Dengue dianggap sebagai antigen sehingga akan merangsang tubuh
untuk mengeluarkan antibody humoral dan sekuler. Dalam virus tidak langsung
menimbulkan gejala tetapi mengalami masa inkubasi kurang lebih 2 minggu. Hal ini
tergantung dari banyaknya virus yang masuk, virulensi atau keganasan dan daya
tahan tubuh. Setelah terjadi masa inkubasi maka akan terjadi viremia yaitu adalah
virus dalam darah. Viremia ini berjalan singkat mulai dua hari sebelum panas dan
mencapai puncaknya setelah mencapai 6-7 hari bersamaan dengan timbulnya
antibody yang memiliki aktivitas netralisasi atau aktivitas komplemen akhirnya
banyak virus di hilangkan dan penderita mengalami penyembuhan selanjutnya
terjadilah seumur hidup terhadap serotip virus yang sama, tetapi tidak melindungi
terhadap serotip yang lain (proses infeksi primer).
Infeksi sekunder terjadi jika tubuh mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus dengue yang berbeda dan lebih vurulen. Terdapatnya kompleks virus dalam
sirkulasi

darah

menyebabkan

suatu

aktivitas

sistem

komplemen

yang

mengakibatkan dilepaskannya anafilaktosin C3a dan C5a yang berdaya untuk


melepaskan histamin dan serotonin yang berdampak meningginya permeabilitis
pembuluh darah dan pada sistem koagulasi mengakibatkan menghilangnya plasma
melalui dinding endotel pembuluh darah sehingga terjadi perembesan plasma dari
ruang intravaskuler keruang ekstavaskuler, kedua agresi trombosit menurun, apa bila
kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trambosit, sebagai akibat
mobilisasi sel trambosit muda dari sumsum tulang, Pada keadaan agregasi akan
melepaskan amin vaso aktif (histamin dan serotonin) yang bersifat meninggikan
permaebilitis kapiler dan melepaskan trambosit faktor 3 yang merangsang reaksi
intravaskuler. Ketiga terjadinya aktivitas factor hagemen (faktor XII) akibat
terjadinya

pembekuan

intravaskuler

yang

berperan

dalam

pembentukkan

anafilaktosin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.


Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang peran dalam proses

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas


dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi pleura dan renjatan syok.
Terjadinya hipotensi, hipoproteinemia, efusi dan rejatan karena adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan di temukan cairan
dalam rongga peritoneum, pleura dan miokard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma bila tidak segera teratasi akan terjadi segera
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Penyebab lain kematian DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya diakibatkan oleh trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit. Fungsi
agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan karena proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang
terbukti terganggu oleh system koagulasi.
E. Manifestasi Klinik
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7 hari,
naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai
40C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis
pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan
pasien seajan sembuh hati hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian
syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
2. Tanda tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang
menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda
perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai
dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis,
perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3. Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2 4 cm di bawah arcus costa kanan.
Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan
pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Syok

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi
dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan
ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan
plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat
atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan
sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,
sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai
tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
a. Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
1) Uji tourniquet positif
2) Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.
3) Hemetamesis dan atau melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
b. Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)
b. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih (1)
Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah
dengue.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia
(<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi
masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan
masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan
penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah
hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

b. Urine
Ditemukan albuminuria ringan
c. Sumsum Tulang
Gangguan maturasi
d. Serologi
1) Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan
antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini
pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
2) Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji
Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig
M.
2. Foto thorax :
a. Foto thorax lateral dekubitus kanan terdapat efusi pleura dan bendungan
pembuluh darah.
b. Darah rutin Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma darah 6 30%).
G. Komplikasi
a. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan
pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini
disebut dengue shock syndrome (DSS). Syok biasa terjadi pada saat atau segera
setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke-7.
Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam
syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi
cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih
tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan
penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi dengan segera, namun bila
terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok
berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat
saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis.
Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadangkadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit.
Tanda prognostik baik apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu
makan. Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus
yang tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati.
b. Perdarahan luas
c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran
H. Penatalaksanaan
1. Medik
a. Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
1) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan
kurang ) atau kejang-kejang
2) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif
/ negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV
meningkat.
3) Panas disertai perdarahan
4) Panas disertai renjatan.
b. Belum atau tanpa renjatan:
1) Grade I dan II :
a) Oral ad libitum atau
b) Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau
susu secukupnya. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi
disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
c. Dengan Renjatan ;
2) Grade III
a) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika
nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam


dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam
dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan). Perhitungan
kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/
Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam
kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan
RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg
BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang
80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut
harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau
lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2) Observasi intik output
3) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital
tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter
2 liter per hari, beri kompres.
4) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

2) Catat banyak, warna dari perdarahan


3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
I. Prognosis
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan
DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang
berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang.
Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan
bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu
pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan,
darah, dan organ lain.
Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :
1. Keterlambatan diagnosis
2. Keterlambatan diagnosis shock
3. Keterlambatan penanganan shock
4. Shock yang tidak teratasi
5. Kelebihan cairan
6. Kebocoran yang hebat
7. Kegagalan banyak organ
8. Ensefalopati
9. Sepsis dan kegawatan saat tindakan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah. Biasanya pasien datang dengan keluhan
demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie
pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada
sendi-sendi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan
lembab.
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil
dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan
batuk, flu, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena, atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang
terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang
perna diderita dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota
keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan
tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.
6. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
7. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat etabo
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
8. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air,
vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air,
botol dan ban bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang
nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah
DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

10

9. Riwayat Tumbuh Kembang


10. Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
pengaturan,peningkatan metabolisme.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biolog
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake kurang akibat mual dan muntah, anoreksia,output yang berlebihan akibat
diare.
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

11

C. Intervensi Keperawatan
6.

7.
Di

8. T

9. Intervensi

u
j
u
a
n
d
a
n
K
r
i
t
e
r
i

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
12

a
H
a
s
i
10.

11.

l
15. N

De

12.
De
13.
Ba
a. Kelemahan
b. Haus
c. Penurunan turgor
kulit/lidah
d. Membran mukosa/kulit
kering.

21. NIC

: Fluid

management

C a. Timbang popok/pembalut jika diperlukan


b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
:
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
16. F
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
l
jika diperlukan.
u
d. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
i
cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
d e. Monitor vital sign
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
b
intake kalori harian
a
g. Kolaborasi pemberian cairan IV
l h. Monitor status nutrisi
i. Berikan cairan
a
j. Berikan diuretik sesuai interuksi
n k. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
13

e. Peningkatan denyut nadi,


penurunan tekanan
darah, penurunan
volume/tekanan nadi
f. Pengisian vena menurun
g. Perubahan status mental
h. Konsentrasi urine

l.
m.
e
n.
17. H
o.
y p.
d
r

Dorong masukan oral


Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih

muncul meburuk
q. Atur kemungkinan tranfusi
r. Persiapan untuk tranfusi

meningkat
i. Temperatur tubuh

meningkat.
j. Hematokrit meninggi
k. Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada
third spacing)

i
o
n
18. N
u

14.
Fa

t
r
i

a. Kehilangan volume
cairan secara aktif.
b. Kegagalan mekanisme
pengaturan.

t
i
o
n

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
14

a
l
S
t
a
t
u
s
:
F
o
o
d
a
n
d
F
l
u

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
15

i
d
I
n
t
a
k
e
19. K
r
i
t
e
r
i
a
H
a
s

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
16

i
l
:
1. Mempertahankan

urine

output sesuai dengan usia


dan BB, BJ urine normal,
HT normal.
2. Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi,
turgor

Elastisitas
kulit

baik,

membran mukosa lembab,


tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
22.

23.

20.
29. N

Ny

35. NIC
Management

C a.
24.

: Pain

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
17

De
25.
Se

:
kualitas dan faktor presipitasi
30. P b.
Observasi
reaksi
nonverbal
a
i

c.

ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien


d.
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
L e.
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampa
f.
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
e
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
v
lampau
e
g.
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
l,
menemukan dukungan
31. P
h.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
a
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
i
kebisingan
n i.
Kurangi faktor presipitasi nyeri
j.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
c
(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
o
k.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
n
intervensi
t l.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
r
n.
Evaluasi keefektifan kontrol nyer
o o.
Tingkatkan istirahat
n

26.
Ba
a. Laporan secara verbal
atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk
d.
e.
f.
g.

menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,

menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit

dari

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
18

(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan).
j. Tingkah laku distraksi,

l, p.
32. C

dan tindakan nyeri tidak berhasil


o q.
Monitor penerimaan tentang manajemen nyeri
36. Analgesic Administration
m
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
f
nyeri sebelum pemberian obat
o b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain

dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil).
l. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi

dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu


e e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
v
e

beratnya nyeri.
f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan

dosis optimal
l
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
33. K
pengobatan nyeri secara teratur.
r
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
i
analgesik pertama kali
t i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
e
r
i

hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
19

(contoh : gelisah,

merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)
n. Perubahan dalam nafsu

s
i

makan dan minum

l
27.
Fa
28.
Ag

:
a. Mampu mengontrol nyeri
(tahu

penyebab

mampu
tehnik

nyeri,

menggunakan
nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,


mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang

dengan

menggunakan manajemen
nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri).
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)
20

d. Menyatakan rasa nyaman


setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang
normal
37.

38.
Hi
39.
De
40.
Ba

a. Kenaikan

suhu

tubuh

diatas rentang normal


b. Serangan atau konvulsi
c.
d.
e.
f.

(kejang)
Kulit kemerahan
Pertambahan RR
Takikardi
Saat disentuh

tangan

34.
43. N
O a.
b.
C
c.
: d.
e.
T
f.
h g.
h.
e
i.
r
m j.
k.
o
l.
r m.
n.
e
o.
g

46. NIC :Fever treatment


Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya

menggigil
u 47.
Temperature regulation
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
l

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
21

terasa hangat
41.
Fa
a.
b.
c.
d.

Penyakit/ trauma
Peningkatan metabolisme
Aktivitas yang berlebih
Pengaruh

medikasi/anastesi
e. Ketidakmampuan/penuru

a b.
c.
t
d.
i e.
f.
o
g.
n
44. K
h.
r
i
t

nan kemampuan untuk

berkeringat
f. Terpapar
dilingkungan

panas
g. Dehidrasi
h. Pakaian yang tidak tepat
42.

Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu


Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan

akibat panas
i. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
j. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan

yang diperlukan
a l. Berikan anti piretik jika perlu
H

48. Vital sign Monitoring

a a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah\
s
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
i
berdiri
l d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
:
setelah aktivitas

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
22

a. Suhu tubuh dalam rentang


normal
b. Nadi dan RR dalam
rentang normal
c. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada

50.

45.
54. N

Ke

O
C

51.
De
52.

Ba

t
r
i

lebih di bawah ideal


b. Dilaporkan adanya intake

yang

kurang

60. NIC :
61. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.


: c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
55. N d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

a. Berat badan 20 % atau

makanan

Monitor kualitas dari nadi


Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)


m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

pusing
49.

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih

sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)


h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
23

dari RDA (Recomended


Daily Allowance)
c. Membran mukosa
konjungtiva pucat
d. Kelemahan otot
digunakan

dan
yang
untuk

menelan/mengunyah
e. Luka, inflamasi pada
rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
g. Dilaporkan
adanya

atau

fakta

kekurangan

makanan
h. Dilaporkan

adanya

perubahan sensasi rasa


i. Perasaan
ketidakmampuan

untuk

mengunyah makanan
j. Miskonsepsi
k. Kehilangan BB dengan

o i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori


j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
n
k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
a
yang dibutuhkan
l
62.
Nutrition Monitoring
S
a. BB pasien dalam batas normal
t b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
a
dilakukan
t
d. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
u
makan
s e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
:
jam makan
f
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
o h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
o
patah
d
j. Monitor mual dan muntah
a k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
n

kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
d
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
F n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
24

l.
m.
n.
o.

makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan

atau tanpa patologi


p. Kurang berminat terhadap
makanan
q. Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
r. Diare dan atau steatorrhea
s. Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
t. Suara usus hiperaktif
u. Kurangnya
informasi,
misinformasi

jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
u
p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
i
lidah dan cavitas oral.
d q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
I

63.

n
t
a
k
e
56. N
u
t

53.

Fa

i
t

a. Ketidakmampuan
pemasukan

i
atau

mencerna makanan atau

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
25

mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan

dengan

faktor biologis, psikologis

atau ekonomi.

t
a
t
u
s
:
n
u
t
r
i
e
n
t
I
n

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
26

t
a
k
e
57. W
e
i
g
h
t
c
o
n
t
r
o
l
58. K
r
i
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Sofiati, S.Kep (70900115014)
27

t
e
r
i
a
H
a
s
i
l
:
a. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
c. Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
28

fungsi pengecapan dari


menelan
f. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
64.

65.
Ris

59.
66. N 70.
NIC :
a. Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
O
b. Catat tingkat hemoglobin/hemtokrit sebelum dan
C
sesudah kehilangan darah, seperti yang
67. S
e
t
e
l
a
h
d
i
l
a

ditunjukan.
c. Mamantau tanda-tanda dan gejala perdarahan.
d. Mamantau koagulasi, termasuk prothombin (PT),
tromboplastin parsial, dan jumlah trmbosit
jikadiperlukan.
e. Menilai tingkat kenyamanan atau nyeri
f. Tutunkan ekstremitas untuk
meningkatkansirkulasi arteri yang sesuai.
g. Tinggikan anggota badan yang terkena 20 derajat
atau lebih besar atas tingkat jantung untuk
meningkatkan aliran balik vena yang sesuai.
h. Memberi obat anti plateet atau antikoagulan, yang
sesuai.
i. Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam yang

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
29

k
u
k
a
n
t
i
n
d
a

sesuai.
j. Mendorong berbagai latihan gerak pasif dan aktif
selama istirahat di tempat tidur, yang sesuai.
k. Dorong pasien untuk latihan yang dapat
ditoleransi.
l. Anjurkan pasien untuk pentingnya pencegahan
statis vena
m. Anjurkan pasien pada perawatan kaki yang tepat.
n. Mempertahankan hidrasi yang adekuat uk
mecegah viskositas darah meningkat.
o. Memantau status cairan termasuk intake dan
output.

k
a
n
a
s
u
h
a
n

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
30

k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
p
a
d
a
p
a
s
i

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
31

e
n
s
e
l
a
m
a
1
x
2
4
j
a
m
d
i
h

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
32

a
r
a
p
k
a
n
p
e
r
d
a
r
a
h
a
n
t
i

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
33

d
a
k
t
e
r
j
a
d
i
68. k
r
i
t
e
r
i
a
h

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
34

a
s
i
l
:
a. Tanda tanda infeksi
tidak ada
b. Tidak ada lecet atau
kemerahan pada kulit
c. Jumlah trombosit normal
69.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)
35

71.
72.

PENYIMPANGAN KDM

73.
74.
75.
76.

RISIKO
PERDARAHAN

77.
78.
79.
80.
81.
82.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

36

83.
84.

85.
86.
87.
88. DAFTAR PUSTAKA
89.

Doenges Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Jakarta:
EGC, 2000.

90.

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta :
Media Aesculapius.

91.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Bagian II. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta

92.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC:


Jakarta.

93.

Suriadi, Yuliana R. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I,


Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

94.

Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC, 2011.
95.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Sofiati, S.Kep (70900115014)

37

You might also like