You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan ataupun
perforasi akibat trauma.
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi
Gawat Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan
kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar
merupakan kasus ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa
kasus mengancam jiwa dapt berujung kepada kematian akibat misdiagnosis,
termasuk diantaranya ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik,
dan infark miokard.
Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk
menegakkan diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari
semua kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara
mendadak pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka,
penyumbatan (obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan
tindakan bedah darurat. Mendefinisikan bahwa akut abdomen adalah suatu
keadaan nyeri perut hebat yang terjadi dalam hitungan jam dan tidak diketahui
diketahui penyebabnya, dimana dianggap sebagai keadaan darurat bedah karena
tanda dan gejala klinisnya.
B. EPIDEMIOLOGI
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG,
Robinson D, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang
ke gawat darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk
kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak
lebih sering disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus
diverticulitis, dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi.
C. ETIOLOGI
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun
penyebabnya gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah
abdomen. Secara garis besar, akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau
inflamasi, oklusi obstruksi, dan perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan
2

misalnya pada kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan oklusi
obstruksi misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus. Sedangkan
keadaan perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal, kehamilan
ektopik terganggu, atau rupture tumor.
Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir
pasien dengan nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%),
obstruksi usus halus (4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%),
colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut (1,5%)
(Scaglione, 2012).
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN
Bagian abdomen sering dibagi menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.

Pembagian berdasarkan 9 regio:


a) Regio hipokondriak kanan
b) Regio epigastrika
c) Regio hipokondriak kiri
d) Regio lumbal kanan
e) Regio umbilicus
f) Regio lumbal kiri
g) Regio iliaka kanan
h) Regio hipogastrika
i) Regio iliaka kiri
Pembagian berdasarkan 4 kuadran:
a) Kuadran kanan atas
b) Kuadran kiri atas
c) Kuadran kanan bawah
d) Kuadran kiri bawah
Perkembangan dari anatomi rongga perut dan organ-organ visera
mempengaruhi manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal
3

peritoneum, dan persarafan sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi acute
abdominal disease (Gray, 1997).
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi
foregut, midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke
midgut (bagian keempat duodenum sampai midtransversal kolon). Foregut
meliputi faring, esofagus, lambung, dan proksimal duodenum, sedangkan hindgut
terdiri dari kolon distal dan rektum. Serabut aferen yang menyertai suplai vaskuler
memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait peritoneum viseral.
Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang serabut
aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau
apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika
superior menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit kolon distal
menginduksi serabut saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior menyebabkan
nyeri suprapubik. Saraf prenikus dan serabut saraf aferen setinggi C3, C4, dan C5
sesuai dermatom bersama-sama dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot
diafragma dan peritoneum sekitar diafragma. Rangsangan pada diafragma
menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu. Peritoneum parietalis, dinding
abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima persarafan somatik sesuai
dengan segmen nerve roots .

Persarafan organ abdominal

Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitif terhadap


rangsangan. Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan
sensasi yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada
viseral mengiritasi pada peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang
5

terlokalisir. Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam diagnosis klinis dari
acute abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut
aferen viseral dan saraf somatik menghasilkan pola nyeri yang khas yang
membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada apendisitis akut nyeri akan
muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir ke
kuadran kanan bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi
pada saraf perifer akan menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisir
dengan baik. Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada acute
abdominal pain menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat nyerinya),
nyeri tidak terlokalisasi dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan durasi
yang lebih lama. Nervus vagus tidak mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem
saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri dari esofagus ke spinal cord. Saraf
aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul
lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal
cord dari T6 sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer,
kantong empedu, pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon, appendik,
dan visera dari pelvis memasuki sistem saraf pusat pada segmen T10 sampai L11.
Kolon sigmoid, rektum, pelvic renalis beserta kapsulnya, ureter dan testis
memasuki

sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung kemih dan kolon

rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Pemotongan, robek,


hancur, atau terbakar biasanya tidak menghasilkan nyeri di visera pada abdomen.
Namun, peregangan atau distensi dari peritoneum akan menghasilkan sensasi
nyeri. Peradangan peritoneum akan menghasilkan nyeri viseral, seperti halnya
iskemia. Kanker dapat menyebabkan intraabdominal pain jika mengenai saraf

sensorik. Abdominal pain dapat berupa viseral pain, parietal pain, atau reffered
pain. Visceral pain bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya
di epigastrium, regio periumbilikalis atau regio suprapubik. Pasien dengan nyeri
viseral mungkin juga mengalami gejala berkeringat, gelisah, dan mual. Nyeri
parietal atau nyeri somatik yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan
menyebabkan nyeri yang lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred pain
merupakan sensasi nyeri dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang
sebenarnya. Misalnya, iritasi pada diafragma dapat menghasilkan rasa sakit di
bahu. Penyakit saluran empedu atau kantong empedu dapat menghasilkan nyeri
bahu.
Distensi dari small bowel dapat menghasilkan rasa sakit ke bagian
punggung bawah. Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang
diluar rongga peritoneal, menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami
rotasi 180 berlawanan dengan arah jarum jam. Selama proses ini, usus tetap
berada di luar rongga peritoneal sampai kira-kira minggu 10, rotasi embryologik
menempatkan organ-oragan visera pada posisi anatomis dewasa, dan pengetahuan
tentang proses rotasi semasa embriologis penting secara klinis untuk evaluasi
pasien dengan acute abdominal pain karena variasi dalam posisi (misalnya, pelvic
atau retrocecal appendix).
E. PATOFISIOLOGI
Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur
dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
7

menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan
pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan
penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada
appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral
biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia
menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri.
Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan
embrional organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati
atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus
usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di
sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu
pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan
nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum
nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak.
Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi
saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk

dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat
berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang
peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan
inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan
penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga
akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah
pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri
dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atau trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat
menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya
dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis
pada pria.
Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf
sensoris akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.
9

Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding
perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas.
Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada
peradangan pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering
ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum
parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum
lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri
yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri
kolik.
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini

10

timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul.
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam
serangan, penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari
serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap,
dan tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
i. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu
permulaan nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya dan
faktor yang mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.
Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus
tinggi, muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi didapatkan
pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan
pada iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum setempat ditemukan tanda
rangsang peritoneum yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai
defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain seperti keadaan sebelum serangan akut
abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Letak nyeri perut


11

Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal
organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya
dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan
penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah sulit ditentukan letaknya karena
mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya. Anak
yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyeri.
Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan
nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke
arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri
pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma.
Permulaan nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan
sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat,
tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ
berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat
dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang
sehat dapat pula tiba-tiba langsung merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan
oleh adanya sumbatan, perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya
disebabkan oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.
Posisi pasien

12

Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada


pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi
sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati biasanya berjalan sedikit
membungkuk

dengan

menekan

daerah

perut

bagian

atas

seakan-akan

menggendong absesnya. Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong


penderitanya untuk berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sehingga
melemaskan otot psoas yang teriritasi. Akut abdomen yang menyebabkan
diafragma teritasi akan menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah
duduk yang memudahkan bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun
umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa
bergerak karena nyerinya.
ii. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut
nadi, pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.

Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak
rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darmsteifung). Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen. Keadaan nutrisi
penderita. Cullens sign (daerah kebiruan pada periumbilical) dan grey turners
sign (daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda pancreatitis

13

Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps


omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar
ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh
dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada
pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya
14

letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus
(Darm-steifung).
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/
defense musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi
sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan
timbul rasa nyeri di daerah peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen.
defense musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis
diffusa dan rangsangan palpasi bertambah sehingga terjadi defense musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan
nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di
perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat)
untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di
daerah kiri bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan
bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hampir seluruh bagian perut pada
kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut abdomen memberikan rangsangan
peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba
lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah
epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pancreas.
Perkusi

15

Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri
oleh ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi
letak rendah. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya
perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati).
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran
pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan
kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk
menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit
mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput
medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena umbilical
dengan aliran balik dari vena porta.

Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau
keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.

16

Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus
karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi
kemungkinan kelainan di organ ginekologis.
iii. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan


terjadinya perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit.

Pemeriksaan leukosit yang melebihi

20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya


perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura
lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

2) Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai


hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.

17

2. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak
untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma
atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia
diafragmatika.

2) Plain abdomen foto tegak

Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,


udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum,
perubahan gambaran usus.

3) IVP (Intravenous Pyelogram)


Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.

4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan

Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang


belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.

18

Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut


abdomen (Cartwright, 2008).

Lokasi nyeri
Kuadran kanan atas
Kuadran kiri atas
Kuadran kanan bawah
Kuadran kiri bawah
Suprapubis

Pencitraan
Ultrasonografi
CT
CT dengan media kontras IV
CT dengan media kontras IV dan oral
Ultrasonografi

3. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung


sumber penyebabnya.
3) Rektosigmoidoskopi

Bila

dijumpai

perdarahan

dan

anus

perlu

dilakukan

rektosigmoidoskopi.
4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen.

19

Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan
analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalahmasalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian
dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkahlangkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
G. DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada
anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan
mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau
menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus abdominalis), sedangkan panas
tinggi yang disertai menggigil lazim ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut
toraks seperti pleuritis. Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda
rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan
saluran kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau
gumpalan darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.

Kwandran kanan atas:


Kwandran kiri atas:
1. Cholecystitis acute
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
2. Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
4. Hepatitis acute
5. Perforasi colon
5. Acute congestive
(tumor/corpus alineum)
hepatomegaly
6. Pneumonia + pleuritis
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
7. Pyelonefritis acute
Kwandran kanan bawah:
Kwandran
kiri bawah:
8. Infark miokard
akut
8. Abses hepar
1. Appendicitis
1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
2. Salpingitis acute
Paraumbilical:
1.
Ileus
obstruksi
3. Graviditas axtra uterine yang
3. Graviditas axtra uterine yang
2. Appendicitis
pecah
pecah
4. Torsi ovarium tumor 3. Pancreatitis acute 4. Torsi ovarium tumor
4. Trombosis A/V
20
5. Hernia Inguinalis
5. Hernia Inguinalis
incarcerata,strangulata mesentrial
incarcerata,strangulata
5. Hernia Inguinalis
6. Diverticulitis Meckel
6. Perforasi colon descenden
strangulata
(tumor, corpus alineum)
7. Ileus regionalis
6. Aneurisma aorta yang
7. Psoas abses
8. Psoas abses
pecah

Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di


setiap regio cenderung memberikan nyeri perut maksimal di regio tersebut.
Right hypocondriac

Epigastric

Right lower lobe

Left hypocondriac
Left lower lobe

Pancreatitis
pneumonia/embolism

pneumonia/embolism

Cholecystitis

Gastritis

Biliary colic

Pepti colic

Large bowel obstruction

Myocardial
Hepatitis
infarction

Right lumbar

Umbilical

Left lumbar

Small bowel
Renal colic

Renal colic
obstruction

Appendicitis

Intestinal ischaemia Large bowel obstruction


Aortic aneurysm
Gastroenteritis
Crohns disease

Right iliac

Hypogastric

Left Iliac

Appendicitis

Cystitis

Sigmoid diverticulitis

Crohns disease

Urinary Retention

Left tubo-ovarian pathology

Right tubo-ovarian pathology Dysmenorrhea


Endometriosis

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita

21

2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat


pencemaan penderita.

Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :


1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.
Bila sistim vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

2)Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :


a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
o Menghilangkan sumber kontaminasi.
o Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan
membersihkan rongga peritoneum.
o Mengembalikan kontinuitaspassage

usus

dan

menyelamatkan

sebanyak mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat


fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka
rongga abdomen yang dinamakan laparotomi.

Laparotomi eksplorasi darurat


a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus
stabil. Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat

22

besar, dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber


perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral

pads

penderita

dengan

persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.


thorax-drain pads penderita dengan fraktur

5) Pemasangan

iga,

haemothoraks atau pneumothoraks.


b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median
panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan
berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon
abdomen untuk sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan
dengan penggunaan klem vaskuler. Perdarahan dari vena besar
dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan
kesempatan pads anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang
perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl
fisiologik.
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis
dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri
bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan
bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan
subkutis serta kutis dibiarkan terbuka.

23

BAB III
PENUTUP

Istilah akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan


penyakit intra abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak
penyakit yang menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak
memerlukan terapi pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen
harus dilakukan dengan cermat.
Berbagai penyebab pada keadaan akut abdomen dapat berasal dari intra
dan ekstra abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan
penanganan yang sangat tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Diperlukan pengetahuan yang luas, mencakup anatomi,
fisiologi, pemeriksaan fisik dasar, dan pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu
juga perlu teliti, waspada, dan peka terhadap perkembangan dari waktu ke waktu,
serta mampu menggunakan rasio setepat mungkin .
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol
adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah
jelas seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun

24

kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah


pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium
serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat.

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.
Jakarta.
2. Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua.
Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
3. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent edition.
Mc-Graw Hilla
4. David C. Sabiston, Jr., MD. 1995. Buku Ajar Bedah. Bagian 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

25

You might also like