Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah
hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer
dan menjadi kapsul bedah. Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan
kelenjar yang terlihat persis di inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya +
20 gr, di dalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm. Pada bagian anterior difiksasi oleh
ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan
miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat
proksimal dari spingter uretra eksterna. Proses pembesaran prostat terjadi secara
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi
pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal
dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
destrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan
adalah hyperplasia (Long, 2006). Pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar
prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan
hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena
kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretra lah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak).
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul
surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau
adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang
kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai
bedah.
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang
disebabkan oleh penuaan (Soeparman, 2000).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra
Pars Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.
1. Ureter
Uerter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi
oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat
melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke bulibuli.
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi
kontrksi
otot
polos
yang
berlebihan
yang
bertujuan
untuk
pelvis renalis sampai batas atas sakrum, (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas
sakrum sampai masuk ke buli-buli.
2. Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah
merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa
buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa
pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum
buli-buli.
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1)
permukaan superior yaang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua
permukaan inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior
merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.
Buli0-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml: sedangkan kapasitas bulibuli pada anak menurut formula dari koff adalah;
kapasitas buli-buli = { Umur (tahun) +2 } x 30 ml
pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat
penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli
yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra
sehingga terjadilah proses miksi.
Normal pengeluaran urine 1cc/jam.
3. Uretra
Uretra merupakan tabung yg menyalurkan urine keluar dari buli-buli
melalui proses miksi.
Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra
diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan bulibuli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra
anterior dan posterior. Pada saat buli-buli penuh sfingter uretra interna akan
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS) ILMU RADIOLOGI[Type text]
terbuka dengan sendirinya karena dindingnya terdiri atas otot polos yang disarafi
oleh sistem otonomik. Sfingter uretra ekterna terdiri atas otot bergaris yang dapat
diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini
terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan
uretra anterior. Kedua uretra ini dipisahkan oleh sfingter uretra eksterna. Panjang
uretra wanita 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa 23-25 cm. Perbedaan
panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih
sering terjadi pada pria. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars
prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra
pars membranasea.
Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu benjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari veromontanum ini terdapat
krista uretralis. Bagian akhir dari pars deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius
terdapat dipinggir kiri dan kanan verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar
prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa
navikulare dan meatus uretra eksterna.
Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang
berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada di dalam
diafragma urogenitalis bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre yaitu
kelenjar parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis.
2. Kelenjar Postat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak tepat dibawah leher
kandung kemih, di belakang simfisis pubis dan di depan rektum ( Gibson, 2002,
hal. 335 ). Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan
beratnya + 20 gr, kelenjar ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh
duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas deferen.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan gladular yang terbagi
dalam beberapa daerah arau zona, yaitu perifer, sentral, transisional, preprostatik
sfingter dan anterior. ( Purnomo, 2000, hal.7, dikutip dari Mc Neal, 1970)
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS) ILMU RADIOLOGI[Type text]
2.
3.
epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat
mengakibatkan proliferasi sel transit (Hardjowidjoto,2000).
D. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang
kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis
protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal
329; Poernomo, 2000 hal 74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan
urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut,
sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta
otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,
maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal
329; Poernomo, 2000 hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian bulibuli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter
ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi
refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter,
hidronefrosis
bahkan
akhirnya
dapat
terjadi
gagal
ginjal
Sjamsuhidajat (2005)
E.
1.
Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih.
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms
(LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:
(frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
2.
3.
4.
Colok Dubur
Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba.
II
III
IV
> 100 ml
Retensi urine total
Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH,
mempunyai tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
F. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Retensi Urine
Perdarahan
Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi
Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi
Hidroureter
Hidronefrosis
Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.
Hipertensi, Uremia
Prolaps ani/rectum, hemorroid.
Gagal ginjal
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2. USG dan MRI
H. Penatalaksanaan
1. Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS) ILMU RADIOLOGI[Type text]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi
tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi: Retensi urin, Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing, Miksi yang
tidak puas, Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia), Pada
malam hari miksi harus mengejan. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
(disuria), Massa pada abdomen bagian bawah, Hematuria, Urgency (dorongan
yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin), Kesulitan mengawali
dan mengakhiri miksi, Kolik renall, Berat badan turun.
Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali
tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin
selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan
selaputnya merusak ginjal.
DAFTAR PUSTAKA