You are on page 1of 19

PATOGENESIS

Perubahan kromosom : perubahan angka, yang


menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan
kembali), delesi, inversi dan insersi mengubah bahan
genetik menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal
dan menjadi ganassel-sel ini menguasai sumsum tulang
dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan
sel-sel darah yang normal.
Leukemia: produksi sel darah putih pada sumsum tulang.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi.
Kanker ini bisa menyusup ke dalam organ lain:hati, limpa,
kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

MANIFESTASI KLINIS

Umumnya: anemia, trombositopenia, neutropenia,


infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme

Leukemia Limfositik Akut

Gejala anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri


dada)
infeksi
perdarahan
anoreksi
nyeri tulang (terutama pada sternum, tibia dan femur) dan
sendi
hipermetabolisme
Leukemia
Mielositik Akut

Leukemia Mielositik Akut

rasa lelah
Perdarahan (biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia)
infeksi.
Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih
dari 100 ribu/mm3)mengalami gangguan kesadaran,
sesak napas, nyeri dada dan priapismus., gangguan

Leukemia Limfositik Kronik


tidak menunjukkan gejala (25%penderita LKK).
Penderita LKK mengalami gejalalimfadenopati
generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan,
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan
latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan
penyakitnya.

Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik


LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi
dan fase krisis blas.
Gejala fase kronik ditemukan hipermetabolisme,
merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama.
Gejala fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang
disertai infeksi.

DIAGNOSIS

Pemeriksa
an Fisik

Penderita LLA ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali,


limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan
perdarahan retina.
Pada penderita LLK ditemukan hepatosplenomegali dan
limfadenopati. Anemia, gejala-gejala hipermetabolisme
(penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan
penyakitnya sudah berlanjut.
Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah
berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi.
Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan splenomegali (90%).
Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan
hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan
retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan
kadang-kadang priapismus.

Pemeriksa
an
Penunjang

Pemeriksaan darah tepi


Penderita LLAleukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%).
Penderita LMApenurunan eritrosit dan
trombosit.
Penderita LMApenurunan eritrosit dan
trombosit.
Penderita LGK/LMKleukositosis lebih dari
50.000/mm3
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pada leukemia akuthiperselular. Hampir
semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba
dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum
tulang.
Pada LLKinfiltrasi merata oleh limfosit kecil
yaitu lebih dari 40% dari total sel yang
berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK
disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Pada LGK/LMKhiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan
aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit
lebih dari 30.000/mm3

PERAWATAN LEUKEMIA

Kemoterapi
Radioterapi
Transplantasi
Sumsum Tulang
Terapi Suportif

Kemoterapi pada Penderita LLA


Tahap 1 (Terapi Induksi)
Tujuan: membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang.
memerlukan perawatan di RS yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia.
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
Tahap
2 (terapi
konsolidasi/
intensifikasi)
vincristin,
prednison
dan asparaginase.
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi.
Tujuan: mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten
terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.

Tahap 3 ( profilaksis SSP)


Tujuan: mencegah kekambuhan pada SSP.
Menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, dosis yang diberikan lebih rendah,
kadang-kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki
otak dan sistem saraf
pusat.
Tahap
4 (pemeliharaan
jangka

panjang)

Tujuan: mempertahankan masa remisi.


Memerlukan waktu 2-3 tahun.

Kemoterapi pada Penderita LMA


Fase Induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi
tidak dapat dideteksi, sel-sel ini berpotensi menyebabkan
kekambuhan di masa yang akan datang.

Fase Konsolidasi
sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi
angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup
lebih dari 5 tahun hanya 10%.

Kemoterapi pada penderita


LLK
sistem penderajatan penyakit LKK ialah klasifikasi Rai:
Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm 3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.

Tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan


gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup.
Pada stadium I atau II, perawatanpengamatan atau kemoterapi.
Pada stadium III atau IV kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata sekitar 6 tahun, 25% pasien
bertahan 10 tahun.
Stadium 0 atau 110 tahun, stadium III atau IVkurang dari 2 tahun.

Kemoterapi pada penderita


LGK/LMK
Fase Kronik
Obat pilihan Busulfan dan hidroksiurea
mampu menghilangkan gejala untuk jangka
waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif
merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi
Fase
Akselerasi
sumsum
tulang.
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi
respons sangat rendah.

Radioterapi
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemiaditujukan
terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia.
Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma.
Terapi ini diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar
getah bening setempat.

Transplantasi Sumsum
Tulang
Tujuan: mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum
tulang yang sehat, sehingga dapat mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker.
Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.
Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan)
dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA)
yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada
penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon
terhadap pengobatan.

Terapi Suportif
Tujuan: mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.

KOMPLIK
ASI
LEUKEMI
A

Gagal sumsum tulang


Infeksi
Pendarahan
Splenomegali
Hepatomegali

You might also like