Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
1. Teori vibrasi.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Parameter-parameter vibrasi.
Sudut Fase, Frekuensi dan Waktu.
Vibrasi bebas.
Vibrasi paksa.
Filter Out dan Filter In.
2. Pengukur vibrasi.
2.1.
2.2.
2.3.
3. Analisa vibrasi.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
4. Analisa Fase.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
TEORI VIBRASI
1. TEORI VIBRASI
Secara visual vibrasi adalah gerakan bolak balik dari suatu mesin, yng dapat dirasa
dengan tangan atau oleh seluruh tubuh kita, yang dikenal sebagai getaran.
Sebagai ilustrasi lihat Gambar 1. Sebuah piringan yang sedang berputar pada
tepinya ditempeli sebuah pemberat hingga unbalance. Maka timbullah gaya
sentripetal oleh pemberat tersebut, yang berusaha menarik piringan itu keluar dari
perputarannya secara radial.
Gambar 1
Pada posisi A dan C, gaya sentripetal menurut arah vertikal adalah nol. Pada posisi
B dan D, gaya sentripetal adalah positif maximum (upper limit) dan negatif
maximum (lower limit).
Lihat Gambar 1. Akibat dari gaya-gaya ini jika kita pandang pada arah vertikal (posisi
B dan D), maka titik putar piringan akan tergeser keatas dan kebawah karena
elastisitasnya, searah dengan gaya yang dideritanya.
Pergeseran ini disebut displacement yang besarnya tergantung dari elastisitas
material dan bobot pemberat. Oleh karena piringan terus berputar, maka pergeseran
ini akan berlangsung terus menerus secara bolak balik yang disebut vibrasi.
Secara matematis
parameter vibrasi.
vibrasi
mempunyai
karakteristik
yang
disebut
Parameter-
TEORI VIBRASI
(Hertz)
(detik) Dalam
(mm/s)
TEORI VIBRASI
(mm/s 2 )
Gambar 2
TEORI VIBRASI
Gambar 3.
Lihat Gambar 3. Suatu poros yang sedang berputar mempunyai sebuah
pemberat pada tepinya, ditentukan fixed point pada titik A. Pada
gambar sebelahnya ditunjukkan posisi pemberat terhadap fixed point
dalam satu kali putaran.
Sudut fase 0 derajat ketika pemberat melewati titik A. Seterusnya 90,
180, 270, dan 360 derajat atau kembali pada titik A.
Displacement terkecil (= 0 ) pada sudut fase 0 dan 180, dan terbesar
(positif max/ min) pada sudut fase 90 dan 270.
TEORI VIBRASI
1.2.2. Frekuensi.
Adalah jumlah gerak bolak balik suatu vibrasi persatuan waktu. Pada
contoh poros sedang berputar yang tepinya diberi pemberat
(unbalance), frekuensi adalah sama dengan putaran poros.
Satuan frekuensi ialah Cycle per minute (cpm) atau Cycle per detik
(Hertz). Hal ini untuk membedakan dengan satuan putaran yaitu
Rotation per minute (rpm).
Pada contoh poros yang berputar ini, frekuensi sama dengan putaran poros
(rpm). Hal ini belum tentu sama jika sumber vibrasi bukan dari berputarnya
poros yang unbalance, misalnya misalignment, loosness dan sebagainya.
1.2.3. W a k t u.
Waktu dalam vibrasi adalah, periode waktu yang diperlukan untuk melakukan
satu gerakan bolak balik. Pada contoh poros berputar, adalah waktu tempuh
yang diperlukan untuk malakukan satu kali putaran.
Gambar 4.
TEORI VIBRASI
diri,
fd
= 30/
981.k /W
cpm.
1.3.2. Damping
Damping adalah daya redam suatu benda terhadap vibrasi. Seperti
pada contoh bell di atas, vibrasi bebas padanya akan semakin kecil
yang pada akhirnya vibrasi akan berhenti. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya peredaman oleh bell tersebut terhadap vibrasi. Pada Gambar 5,
vibrasi pada bell dapat 'digambarkan berupa sinusoidal yang
amplitudenya mengecil, tetapi pada frekuensi yang tertentu.
Gambar 5
TEORI VIBRASI
berulang secara sama, maka vibrasi bell akan stabil yaitu besar dan frekuensinya tetap
seperti pada Gambar 1.
1.4.1. Resonansi
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap benda yang dapat bervibrasi
mempunyai frekuensi diri atau natural frequency. Penyebab vibrasi juga
mempunyai frekuensi terhadap benda obyek vibrasi. `
Pada contoh bell di atas, jika frekuensi pukulan terhadap bell dalam hal ini
penyebab vibrasi, sama dengan frekuensi diri bell, maka vibrasi yang
ditimbulkannya besar. Hal ini dikarenakan arah gerakan bell searah dengan arah
pukulan, sehingga gaya yang bekerja saling menjumlah.
yang disebut bell bervibrasi dalam keadaan resonansi.
- Inilah
Sama halnya dengan poros yang berputar. Apabila frekuensi diri poros tersebut
sama dengan putarannya, maka vibrasi yang terjadi besar.
Untuk itu putaran operasi suatu mesin tidak diperbolehkan sama dengan
frekuensi diri poros, atau biasa disebut putaran kritis.
Resonansi pada mesin berputar tidak hanya dapat terjadi pada poros, tapi bisa
juga pada unsur - unsur mesin itu sendiri, misalnya terhadap suport/bearing,
pondasi dan lain sebagainya.
menopang
sebuah
disk
berputar
TEORI VIBRASI
Gambar 6.
W = Berat poros (dan disk), kg.
e = Eksentrisitas (jarak titik berat poros/disk dengan titik putarnya),
cm.
y = Defleksi karena gaya sentriperal, cm.
s = Titik berat poros.
= Putaran sudut, rad/sec.
Gaya sentripetal berat poros, = m (y + e) 2 kg.
m = massa poros = W/g kg. (g = gravitasi).
Gaya ini akan ditahan oleh poros dengan besar yang sama,
p = k y kg.
k = kekenyalan poros, kg/cm.
maka,
m (y + e) 2 = p = k y
m 2e
y=
k-mW
TEORI VIBRASI
m 2= 0
Dengan demikian putaran kritis terjadi ketika y mencapai besar yang tidak
terhingga, yaitu :
= k/m
=K
rad/sec.
'
Atau, n K = 30/. K = 30 / 981
k/W
rpm
=0
me
y=
C
TEORI VIBRASI
Gambar 2.7
TEORI VIBRASI
Gambar 8.
Lihat Gambar 8.
Sebuah alat pengukur vibrasi yang sangat sederhana terdiri dari sebuah
pegas, pemberat dan sebuah pinsil. Alat ini diletakkan pada bearing penumpu
poros yang sedang berputar. Dimisalkan poros diberi sebuah pemberat yang
menjadikannya tidak balans. Ketika pemberat tersebut berada pada posisi "a",
maka gaya sentripetal akan mendesak bearing terdorong ke atas. Gerakan ini
diteruskan ke pegas yang akan mendorong pemberat dan pinsil bergerak ke
atas pula.
TEORI VIBRASI
Sebaliknya jika pemberat itu berada pada posisi "b", bearing akan tertekan ke
bawah yang mengakibatkan pemberat dan pinsil juga bergerak ke bawah.
Demikian seterusnya pinsil akan bergerak naik turun selama poros berputar.
Jika gerakan pinsil ini dituliskan pada sebuah kertas yang berjalan dengan
konstan, maka pinsil akan menggambarkan sebuah garis berbentuk sinusoidal
pada kertas. Dalam hal ini akan terukur sebuah vibrasi Filter - Out dari satu
sumber getaran yang kita buat yaitu unbalance.
Gambar 9
Apabila sekarang sumber vibrasinya kita tambahkan dengan membuatnya
misalignment pada poros, maka pinsil akan menggambarkan sebuah grafik
yang tidak sinusoidal murni, melainkan kemungkinannya akan seperti pada
Gambar 9. Pada gambar ini pinsil hanya dapat menggambarkan penjumlahan
dari kedua sumber vibrasi yang mempunyai displacement dan frekuensi yang
berbeda yaitu unbalance (kurva 1) dan misalignment (kurva 2). Sekali lagi
akan terukur vibrasi Filter - Out yang merupakan total dari sumber-sumber
vibrasi yang ada.
Apabila kedua sumber vibrasi di atas kita uraikan masing-masing - menurut
amplitude dan frekuensinya, maka dapat digambarkan dalam tiga dimensi
hubungan antara Displacement - Frekuensi - Waktu. Lihat Gambar 10.
TEORI VIBRASI
Gambar 10
Pada gambar ini, kurva 1 adalah unbalance mempunyai frekuensi 1 x rpm;
kurva 2 adalah misalignment mempunyai frekuensi 2 x rpm.
Dengan alat pengukur analisa vitirasi, sumber-sumber penyebab vibrasi ini
dapat diuraikan masing-masing menurut frekuensinya,. dimana pengukuran ini
disebut secara Filter - In. Vibrasi yang ditampilkan oleh alat pengukur. ini
adalah hubungan antara Amplitude dengan Frekuensi, seperti yang terlihat
pada Gambar 11.
Gambar 11
Pada gambar ini ditunjukkan sesuai pada contoh kita, yaitu sumber vibrasinya
ada dua buah yaitu unbalance (kurva 1) dan misalignment (kurva 2). Tinggi
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan13
TEORI VIBRASI
PENGUKURAN VIBRASI
2. PENGUKURAN VIBRASI
Vibrasi diukur dengan menggunakan peralatan yang bekerja secara elektronik,
dengan kecanggihan tergantung dari display yang dapat ditunjukkan, serta
kecepatan dan kemudahan pengoperasiannya.
Di bawah ini akan dikemukakan peralatan-peralatan yang umum digunakan dalam
pengukuran vibrasi, serta metode-metode pengukurannya.
Vibration Meter.
Vibration Monitor.
Vibration Analyzer.
PENGUKURAN VIBRASI
2.1.2. Transducer
Transducer adalah salah satu unsur peralatan pengukur vibrasi. Alat ini
diletakkan pada mesin yang hendak diukur vibrasinya, dan
dihubungkan langsung atau dengan menggunakan kabel ke Instrumen
Pengukur Vibrasi. Jadi, Transducer merupakan sensor penerima
vibrasi.
Sesuai dengan parameter-parameter vibrasi : Displacement, Velocity
dan Acceleration, maka Transducer juga ada tiga jenis sesuai dengan
parameter-parameter tersebut yaitu :
-
Proximity transducer
Velocity transducer
Acceleration transducer
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 12
Pengukurannya dilakukan langsung ke poros dengan menempatkan
bagian ujung alat tersebut pada jarak yang sangat dekat dengan
permukaan poros yang sedang berputar. Medan listrik yang dikeluarkan
pada ujung alat ini akan terpengaruh tegangannya terhadap
perubahan-perubahan jarak tadi, dimana efek ini digunakan untuk
menyatakan displacement poros.
Proximity transducer dipasang pada sisi muka atau sisi belakang rumah
bearing, atau dengan cara melubangi rumah bearing hingga tembus ke
poros agar transducer ini bisa mendekati permukaan poros. Hasil
displacement yang didapat adalah relatip terhadap rumah bearing.
Velocity transducer :
Alat ini mengukur kecepatan vibrasi yang bekerja secara elektromekanik. Ia
dapat digunakan untuk mengukur velocity overall (filter out) dan velocity pada
masingmasing frekuensi sumber vibrasi (Filter In), dengan hasil yang didapat
adalah bersifat absolut. Selain velocity ia juga bisa digunakan untuk mengukur
displacement. Pemasangannya diletakkan pada rumah bearing dengan
menggunakan magnet, atau sekrup, atau tang jepit, atau dipegang dengan
tangan.
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 13
Gerak bolak balik (getaran) rumah bearing diteruskan ke Pickup Case yang
didalam ada Mass yang tidak terpengaruh oleh gerakan tersebut. Tegangan
medan magnet antara Pickup Case dengan Mass akan berubah proporsional
dengan kecepatan gerakan. Maka dengan memanfaatkan perubahan
tegangan ini, kecepatan Pickup Case yang juga adalah kecepatan gerak bolak
balik rumah bearing, akan dapat dideteksi.
Acceleration transducer.
Alat ini mengukur percepatan vibrasi yang bekerja secara elektromekanik. Ia
dapat digunakan untuk mengukur tingkat besarnya percepatan overall (filter
out) dan acceleration pada masing-masing frekuensi sumber vibrasi ( Filter In
), dengan hasil yang didapat adalah bersifat absolut. Pemasangannya
diletakkan pada rumah bearing dengan menggunakan magnet, atau sekrup,
atau tang jepit, atau dipegang dengan tangan.
Lihat Gambar 14.
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 14
Alat ini menggunakan bahan utama Piezoelectric yang dapat mengeluarkan
aliran listrik jika mendapat tekanan. Gerak bolak balik (getaran) rumah bearing
diteruskan ke Frame, yang akan menekan Piezoelectric Disks. Dengan
demikian bahan ini akan mengeluarkan aliran listrik, yang akan menyatakan
percepatan vibrasi dalam kelipatan gravitasi "g".
Pada masa kini pabrik pembuat alat pengukur vibrasi lebih cenderung
menggunakan bahan Piezoelectric pada satu transducer untuk sluruh
pengukuran (displacement, velocity dan acceleration). Hal ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi yang memungkinkan transducer ini
dapat bekerja pada daerah frekuensi yang lebih luas, tidak hanya pada
frekuensi tinggi saja dapat menjangkau ke frekuensi rendah.
Selain daripada itu kesalahan pengukuran yang ditimbulkannya kecil
karena tidak ada komponen yang bergerak seperti pegas dan
sebagainya
pada
velocity/displacement
transducer,
melainkan
menggunakan Piezoelectric dari bahan kristal.
PENGUKURAN VIBRASI
PENGUKURAN VIBRASI
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 15
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan22
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 16
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 17
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan24
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 18
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan25
PENGUKURAN VIBRASI
Gambar 19
ANALISA VIBRASI
3. ANALISA VIBRASI
Analisa vibrasi bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab - penyebab vibrasi yang
bekerja pada suatu mesin.
Pada buku ini pembahasan analisa vibrasi terbatas pada :
-
Frekuensi Domain
Analisa Fase
Analisa bentuk mode
Frekuensi Domain adalah salah satu metode mencari penyebab vibrasi berdasarkan
frekuensi yang ditimbulkannya. Metode Analisa Fase dan Bentuk Mode akan
dibicarakan pada topik selanjutnya.
Untuk metode-metode analisa vibrasi lainnya, akan dibicarakan pada buku lain
yang merupakan kelanjutan daripada buku ini yaitu pada tingkatan "advance"
(Tingkat Engineer) meliputi :
-
Time Domain
Time Domain vs Frekuensi Domain (Amplitude-Frekuensi- Time)
Time Waveform
Lissajous Patterns (orbit)
Amplitude dan Sudut Fase vs Putaran
Sudut Fase vs Waktu
ANALISA VIBRASI
Gambar 20.
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan28
ANALISA VIBRASI
3.1.2. FourierTransformer.
Umumnya vibrasi yang kita rasakan pada suatu mesin sudah
merupakan penjumlahan dari satu atau beberapa sumber vibrasi yang
ada pada mesin tersebut. Demikian pula halnya pada Gambar 8 pada
topik sebelumnya, hanyalah menggambarkan satu bentuk sinusoidal
yang merupakan penjumlahan dari beberapa vibrasi yang ada.
Bagaimana cara menguraikan suatu penjumlahan vibrasi itu agar
menjadi komponen-komponen yang membentuknya, hal ini dilakukan
dengan menggunakan Fourier Transformer.
Fourier Transformer adalah suatu cara perhitungan matematik yang
mentransformasikan vibrasi dari Time Domain ke Frekuensi Domain.
Pada Gambar 20 dapat kita lihat bagaimana hubungan antara time
domain dengan frekuensi domain.
Teori Fourier menyatakan bahwa :
Setiap fungsi periodik dapat diuraikan menjadi beberapa fungsi
harmonik sinusoidal, yang mana frekuensi dari setiap fungsi sinusoidal
itu mempunyai perkalian bilangan bulat 1, 2, 3.... dan seterusnya.
21a
21b
Gambar 21
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Data kerusakan.
Data operasi tentang kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh mesin
tersebut, berupa data gangguan/ kerusakan atau perbaikan yang disertai
dengan perubahan atau penambahan pada bagian-bagian tertentu, yang
diperkirakan dapat mempengaruhi vibrasi mesin.
ANALISA VIBRASI
Gambar 22
Setelah data-data di atas terkumpul, langkah selanjutnya adalah Interpretasi
data. Memasuki langkah berikut ini diperlukan penalaran dan juga pengalaman
kita sebagai pelengkap dalam menganalisa vibrasi suatu mesin.
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan32
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Gambar 23
Jika jarum penunjuk (digital display) amplitude pada instrument vibrasi
bergoyang (maju-mundur), catatlah angka terendah dan tertinggi dan
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan34
ANALISA VIBRASI
Adakah vibrasi arah axial besarnya lebih dari 50% terhadap arah
horizontal maupun vertikal pada suatu bearing ?
Jika ada, kemungkinan penyebab vibrasi ialah misalignment atau
poros bengkok.
Adakah vibrasi arah vertikal 2 kali atau beberapa kali lebih besar
terhadap arah horizontal pada suatu bearing ?
Jika ada, kemungkinannya adalah clearance bearing terlalu besar,
atau terjadi gesekan langsung antara poros dengan bearing, atau
ada looseness (kerenggangan) pada bagian-bagian di daerah
sekitar bearing/support.
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Dari data yang diberi lingkaran ini, kita cocokkan frekuensinya pada
gambar 4.1 untuk mencari kemungkinan-kemungkinan apa vibrasi itu
disebabkan.
Tabel 4.1
ANALISA VIBRASI
Tabel 4.2
Pengukuran Filter In dapat pula dilakukan dengan alat X-Y Recorder secara
semi otomatis seperti terlihat pada Gambar 24.
Dengan menggunakan alat ini, amplitude yang ada pada setiap frekuensi akan
digambarkan secara spektrum tidak perlu dicatat pada Data Sheet.
ANALISA VIBRASI
Gambar 24
Ada rongga atau kerapatan yang tidak merata pada bahan poros/
rotor.
Pemasangan pasak pada poros.
ANALISA VIBRASI
Amplitude vibrasi pada putaran kritis lebih tinggi dari pada biasanya,
sedangkan penurunan vibrasi setelah melewati putaran kritis tidak
seberapa besar.
Sebagai contoh karakteristik ketidak balans yang digambarkan secara
spektrum, lihat Gambar 24.
Pada frekuensi 1x rpm (2200 cpm) amplitude arah horizontal (radial)
lebih tinggi dari arah axial. Hal ini berarti unbalance terjadi pada Fan.
Amplitude pada frekuensi lainnya (2x, 3x, 4x rpm) tidak menjadikan
masalah, selama besarnya tidak melebihi 50 % dari amplitude 1x rpm.
Jika melebihi, kemungkinannya adalah looseness, clearance bearing
terlalu besar, pondasi retak. Dengan demikian balansing hasilnya sulit
dicapai sebelum kerusakan tersebut diatasi.
Pada overhung rotor, ketidak balans terjadi pada frekuensi 1x rpm,
tetapi amplitude arah axial tinggi bahkan dapat melebihi arah amplitude
arah radial. Overhung rotor adalah rotor yang letaknya tidak berada
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan40
ANALISA VIBRASI
3.4.2. Misalignment
Jenis-jenis misalignment adalah sebagai berikut :
- Misalignment kopling (Sudut, Ketidak Sejajaran atau kombinasi
keduanya).
- Torque Lock.
- Misalignment bearing.
Misalignment kopling.
Karakteristik misalignment bearing adalah sebagai berikut :
- Lihat tabel 4.2.
- Amplitude pada arah radial dan axial tinggi, tapi arah axial besarnya
lebih dari 50% arah radial.
- Frekuensi 1x rpm, jika cukup besar, 2x atau 3x rpm.
- Jika amplitude pada frekuensi 2x atau 3x rpm besarnya 30% s.d. 75%
dari amplitude pada frekuensi 1x rpm, maka mesin masih boleh
dijalankan. Jika amplitudenya antara 75% s.d. 150%, maka mesin
harus diamati dengan cermat selama beroperasi, dan diadakan
perbaikan hingga ada kesempatan untuk stop. Jika amplitude
tersebut lebih dari 150%, maka kerusakan telah terjadi dan mesin
harus segera distop untuk diperbaiki.
- Terjadi kenaikan temperatur dan tekanan minyak pelumas di bearing.
Hal ini merupakan pengaruh; tidak langsung dari misalignment
terhadap minyak pelumas.
Adakalanya gaya misalignment yang bekerja pada kopling dapat diredam
karena kekarnya kopling tersebut. Tetapi reaksi daripada gaya ini akan
timbul pada bagian poros diluar kedua bearing penumpu, dan dapat
merusak peralatan yang ada disana.
Poros bengkok mempunyai karakter yang sama dengan misalignment
kopling. Jika kebengkokan itu tidak terlalu parah cukup diatasi dengan
membalans. Membedakan masalah misalignment dengan poros bengkok
dibahas pada Bab 5 Analisa Fase.
ANALISA VIBRASI
Torque Lock.
Misalignment dapat terjadi pada roda gigi yang mengkopel mesin
penggerak dengan mesin yang digerakkan, misalnya reduction gear
pada PLTG. Misalignment ini terjadi akibat gaya torsi yang bekerja pada
poros, sehingga salah satu poros roda gigi akan terangkat ke atas dan
yang lainnya tertekan ke bawah (Apabila kedudukan kedua poros
tersebut sejajar horizontal).
Hal ini terjadi apabila poros roda gigi terlalu panjang atau material poros
kurang kuat, sehingga poros mudah melengkung akibat momen yang
dideritanya, atau pelumasan pada bearing-bearing tidak baik, sehingga
clearance padanya tidak terisi minyak melainkan terisi oleh poros.
Kejadian ini dapat diidentifikasi dengan cara mengukur amplitude vibrasi
dan sudut fase pada arah axial dibearing penumpu roda gigi. Setelah itu
mesin dimatikan hingga putaran berhenti. Kemudian mesin dihidupkan
lagi hingga mencapai pada kondisi sebelum dimatikan tadi (putaran,
temperatur, beban dan sebagainya), lalu pengukuran vibrasi seperti
sebelumnya diulang kembali. Apabila amplitude vibrasi dan sudut fase
tidak sama dengan pengukuran pada saat sebelumnya, maka berarti
terjadi "Torque Lock".
Misalignment bearing.
Misalignment bukan saja dapat terjadi dikopling tapi bisa juga pada
posisi bearing penumpu poros. Lihat Gambar 25a dan 25b.
Gambar 25a
Gambar 25b
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Hal ini disebabkan kemungkinan kerusakan lebih dari satu elemen yang
terjadi secara bersamaan. Lihat Gambar 26.
Gambar 26
Secara pendekatan, frekeunsi vibrasi dapat dihitung dengan rumus
seperti yang tampak pada Gambar 27. Hal ini untuk lebih meyakinkan
apakah frekuensi yang ditunjukkan pada X-Y Recorder adalah benar
disebabkan oleh kerusakan bearing. Apabila ukuran elemen-elemen
bearing tidak diketahui, maka rumus untuk kerusakan pada Inner Race
(alur dalam) dan Outer Race (alur luar) dapat dihitung dengan
mengalikan faktor 0,6 dan 0,4.
ANALISA VIBRASI
Gambar 27
-
Adakalanya kerusakan bearing disertai dengan resonansi. ' Jika hal ini
terjadi, frekuensi besarnya sangat tinggi dan bukan merupakan fungsi
dari putaran.
Dengan demikian frekuensi tidak dapat dirumuskan, karena resonansi
terjadi terhadap komponenkomponen mesin seperti : rumah bearing,
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan45
ANALISA VIBRASI
poros, ball/ roll, alur dalam, alur luar, sangkar dan lain-lain, yang mana
masing-masing mempunyai frekuensi pribadi berbeda-beda.
Sleeve bearing.
Kerusakan pada sleeve bearing umumnya adalah clearance terlalu
besar, beban yang ditumpu terlalu besar dan pelumasan yang tidak
baik. Karakteristik kerusakan sleeve bearing adalah sebagai berikut :
-
ANALISA VIBRASI
Gambar 28
Hal ini terjadi jika kerusakan karena keausan gigi, sentuhan dan bentuk
gigi yang tidak tepat atau pelumasan yang tidak baik. Apabila keausan
gigi yang terjadi mengakibatkan kerenggangan yang cukup besar,
maka frekuensi dapat terjadi pada 2x atau 3x frekuensi gear mesh
bahkan bisa lebih daripada itu.
-
ANALISA VIBRASI
Jika kerusakan gigi karena patah atau retak sebanyak satu atau
beberapa buah, maka frekuensi yang terjadi adalah perkalian
antara jumlah gigi yang rusak tersebut dengan rpm.
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
KAVITASI.
Terjadi pada :
-
ALIRAN BALIK.
Terjadi pada pompa ketika beroperasi pada kapasitas rendah.
ANALISA VIBRASI
TURBULENSI.
Terjadi pada belokan tajam pada pipa, gesekan dengan pipa atau
adanya hambatan aliran fluida.
Gambar 29
ANALISA VIBRASI
dengan putaran mesin, maka vibrasi akan meninggi atau disebut terjadi
Resonansi.
Untuk mengetahui apakah terjadi resonansi pada suatu mesin, dapat
dilakukan pengukuran amplitude vibrasi secara Filter Out dan sudut fase
secara berasamaan. Pengukuran ini dilaksanakan selama mesin dalam
keadaan rolling ketika start up, mulai dari'putaran nol hingga putaran
kerjanya. Atau dalam kondisi rolling ketika mesin dimatikan dari putaran
nominal hingga stop.
Apabila pada suatu putaran tertentu dalam keadaan rolling amplitude
naik dan sudut fase berubah 180 derajat, maka pada komponen mesin
yang kita pasang transducer itu terjadi resonansi. Lihat Gambar 30.
Gambar 30
Kejadian ini bisa terjadi beberapa kali selama rolling, tergantung dari
berapa banyak komponen yang mempunyai frekuensi diri di bawah
putaran nominal mesin; termasuk putaran kritis.
Karakteristik vibrasi resonansi :
-
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Apabila baik putaran mesin maupun frekuensi diri suli-t dirubah, maka
bisa dipasang "Dynamic Absorber" pada komponen yang beresonansi
tersebut. Dynamic Absorber adalah sebuah batang besi yang di
ujungnya mempunyai pemberat, yang disekrup (dilas) pada
komponen yang beresonansi, dimana arah getaran padanya akan
berlawanan dengan arah getaran komponen yang beresonansi itu.
Hal ini berarti gaya gerak antara Dynamic Absorber dengan komponen
akan saling tarik menarik, sehingga dapat mengurangi (menghilangkan)
vibrasi resonansi.
Lihat Gambar 31.
Gambar 31
Apabila resonansi terjadi pada frekuensi sedikit di bawah putaran mesin,
maka penambahan stifness akan mengakibatkan kenaikan frekuensi diri
yang dapat memungkinkan frekuensi tersebut menjadi sama dengan
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan54
ANALISA VIBRASI
ANALISA VIBRASI
Lihat Gambar 32. Pada gambar atas adalah bentuk spektrum vibrasi
sudu. Sedangkan gambar bawah setelah perbaikan atau penggantian
sudu.
Gambar 32
3 .4.9. Vibrasi karena putaran minyak pelumas (Oil Whirl)
Vibrasi ini terjadi pada journal bearing, yang hanya terjadi pada mesinmesin dengan sistem pelumasan minyak bertekanan, serta mesin
putaran tinggi (di atas putaran kritis pertama).
Lihat Gambar 33.
Gambar 33
Selama berputar, poros di dalam bearing akan bergerak-gerak
cenderung terangkat ke atas pada satu sisi rongga bearing.
ANALISA VIBRASI
Makin besar clearance yang terjadi antara poros dan bearing makin jauh
gerakannya. Karena keterangkatannya itu, minyak akan mengisi
clearance antara poros dengan linning bearing bagian bawah.
Minyak ini mendapat tekanan dari poros karena beratnya, sehingga ada
lapisan minyak yang menempel pada poros dan ikut berputar. Oleh
karena minyak ini juga melapisi linning yang tidak berputar, maka
putarannya adalah putaran rata-rata poros dan linning yaitu 50% putaran
poros. Tetapi karena adanya faktor gesekan, maka putarannya akan
kurang sedikit daripada itu. Gaya putaran minyak pelumas ini akan
menimbulkan vibrasi dengan frekuensi antara 43% s.d. 48% rpm poros.
Oil Whirl dapat disebabkan oleh :
-
Desain bearing tidak sesuai dengan beban statik poros yang terlalu
kecil.
Kerenggangan (clearance) antara poros dengan bearing terlalu besar
disebabkan keausan bearing.
Bertambahnya tekanan minyak pelumas.
Bertambahnya viskositas minyak pelumas.
Adakalanya indikasi. vibrasi oil whirl (frekuensi 45% rpm) pada bearing
terjadi bukan karena penyebab itu sesungguhnya, tapi disebabkan oleh
vibrasi "background" sekitar mesin, yang kebetulan frekuensinya sama
dengan ciri yang dimiliki oleh oil whirl. Misalnya ada mesin di sekitar
yang putarannya setengah daripada putaran mesin yang diamati.
Selain daripada itu, bisa juga terjadi resonansi pada pipa atau pondasi
mesin yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran fluida.
Hal mana secara kebetulan frekuensinya sama dengan frekuensi oil
whirl. Jadi sebelum memutuskan vibrasi karena Oil Whirl, perlu
dilakukan pemeriksaan vibrasi lain di sekitarnya
3.4.10. Vibrasi karena gesekan (rubbing).
Gesekan antara bagian yang berputar dengan bagian yang tetap
disebut rubbing. Gesekan ini bisa terjadi secara terputus-putus
(intermitent) atau secara terus menerus (continue) selama berputar.
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan57
ANALISA VIBRASI
ANALISA FASE
4. ANALISA FASE
Selain menyatakan kondisi parameter vibrasi, sudut fase juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah penyebab vibrasi. Penggunaan sudut fase dalam
analisa vibrasi, lebih ditujukan untuk lebih memperjelas penyebab vibrasi yang telah
ditentukan, daripada baru mau mencarinya. Pada tabel 4.2 Bagian 3 dapat dilihat
penggunaan sudut fase selain frekuensi dalam meyakinkan penyebab vibrasi. Pada
bab ini akan dibicarakan penggunaan sudut fase selain dari apa yang tertera pada
Tabel 4.2.
Gambar 34A
Gambar 34B
ANALISA FASE
ANALISA FASE
Gambar 35
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa, antara bearing A dan B
hampir tidak terdapat perbedaan fase yang berarti. Juga pada bearing
C dan D. Tetapi antara bearing B dan C rata-rata terjadi perbedaan
fase yang cukup besar (180) dimana antara kedua bearing itu terdapat
kopling. Maka dapat disimpulkan bahwa kopling yang terletak antara
bearing B dan C mengalami misalignment. Jika perbedaan sudut fase
yang cukup besar terjadi antara bearing A dan B atau C dan D, maka
dapat disimpulkan bahwa terjadi kebengkokan poros antara kedua
bearing. Atau kemungkinan lainnya ialah terjadi misalignment bearing
pada salah satu atau kedua bearing tersebut.
Apabila pada semua bearing sudut fasenya relatif sama (tapi vibrasi
axial lebih dari setengah vibrasi radial), maka besar kemungkinan
terjadi resonansi pondasi arah axial pada frekuensi 1x rpm, atau
unbalance jika rotor ditumpu secara "overhung".
ANALISA FASE
Gambar 36
Lihat Gambar 36. Pengukuran vibrasi dengan Filter In pada frekuensi 1x rpm,
dilakukan pada ketiga titik seperti tampak pada gambar. Apabila perbedaan
sudut fase antara salah satu titik atau ketiganya cukup besar, maka dapat
disimpulkan terjadi kerenggangan antara bagianbagian yang berbeda sudut
fasenya tersebut.
ANALISA FASE
ANALISA FASE
Gambar 37A
Gambar 37B
Gambar 37C
Gambar 37D
Gambar 37A adalah suatu struktur yang menopang mesin beserta titik -titik
pengukuran yang kita tentukan. Lakukan pengukuran amplitude (dipilih
parameter yang sesuai) dan sudut fase dengan Filter In pada frekuensi 1x rpm
pada setiap titik-titik pengukuran tersebut. Gambarkan sketsa struktur itu
dengan suatu skala, dan gambarkan seluruh amplitude yang telah didapat
dalam satuan panjang, dengan arah yang telah ditentukan oleh sudut fase
(digambarkan arah vertikal).
Lihat Gambar 37B dan 37C. Kedua gambar ini memperlihatkan dua jenis
kemungkinan bentuk mode yang dapat terjadi. Arah panah dari amplitudeamplitude itu menunjukkan arah sudut fase. Dengan menghubungkan ujungujung panah tersebut, maka akan didapat bentuk mode yang terjadi.
Gambar 37B memperlihatkan dua daerah lenturan terbesar yang masingmasing membentuk setengah sinusoidal searah. Arah ini ditentukan oleh
pengukuran sudut fase pada kedua daerah tersebut yang secara keseluruhan
arahnya sama. Nodal point berada di tengah memisahkan kedua lenturan itu.
Maka dapat dilihat bahwa ada dua daerah lemah pada struktur, yaitu pada
kedua daerah puncak sinusoidal tersebut.
Gambar 37C memperlihatkan kemungkinan lain dari jenis lenturan yang dapat
terjadi. Bentuknya hampir sama dengan gambar 37B, tapi arah sudut fase
pada kedua daerah lenturan secara keseluruhan membentuk satu sinusoidal
penuh. Bentuk ini menunjukkan pondasi terjadi resonansi tingkat kedua pada
arah vertikal, dimana nodal point terjadi pada daerah yang membagi dua
sinusoidal tersebut.
Resonansi tingkat pertama terjadi apabila amplitude sepanjang struktur itu
membentuk setengah sinusoidal penuh, yang berarti tidak terjadi perubahan
arah sudut fase dan tidak ada nodal point. Dengan demikian amplitude
terbesar atau daerah struktur terlemah menerima vibrasi terjadi di tengah,
dimana terdapat puncak setengah sinusoidal tersebut.
Nodal point dapat mengarahkan kita dalam melakukan perbaikan atau
penguatan suatu struktur.
Apabila penguatan dilakukan pada daerah nodal point, maka tidak akan terjadi
perbaikan yang diharapkan. Pada gambar 37D diperlihatkan kesalahan
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan67
Gambar 38A
Gambar 38B
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan68
Gambar 38C
Gambar 38A memperlihatkan bentuk mode suport (garis putus-putus) yang
diukur dari permukaan lantai ke atas. Dari permukaan lantai hingga bagian alas
rumah bearing, besarnya amplitude sama (sudut fase tidak diukur). Tapi dari
alas rumah bearing ke atas, amplitude berangsur membesar. Hal ini
dimungkinkan karena melemahnya rumah bearing atau terjadi resonansi
bearing.
Gambar 38B adalah bentuk mode suport, dimana amplitude dari permukaan
lantai hingga alas rumah bearing sama besar. Tapi pada alas rumah bearing
mendadak besar hingga ke atas. Hal ini dimungkinkan oleh melemahnya pelat
alas dudukan rumah bearing, atau resonansi pada baut pengikat rumah bearing.
Gambar 38C menunjukkan amplitude membesar dari permukaan lantai
proporsional dengan ketinggian pondasi. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh
lemahnya pondasi, atau berkurangnya'daya tahan tanah dalam menopang
suport diatasnya.
Gambar 39A
Gambar 39B
Gambar 39C
Gambar 39D
Gambar 39E
Pada gambar di atas diperlihatkan satu contoh pompa vertikal (Gambar 39A)
beserta kemungkinan-kemungkinan bentuk mode yang dapat terjadi (amplitude
dan arah panah sudut fase).
Gambar 39B dan 39C, memperlihatkan bentuk mode yang . menunjukkan
terjadi resonansi tingkat pertama dan tingkat kedua pada pompa.
Gambar 39D menunjukkan lemahnya pondasi atau tanah penopang pondasi.
Sedangkan Gambar 39E menyatakan terjadinya resonansi pada pondasi.
Gambar 40
dengan
martil
sambil
diukur
spektrum
Dari spektrum itu Amplitude tertinggi terjadi pada frekuensi 7725 cpm (Lihat
Gambar 41b) yang berarti menyatakan frekuensi diri dari pondasi tersebut.
Gambar 41a
Gambar 41b
Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan76
Gambar 42
putaran fan dekat dengan frekuensi pribadi penopangnya, yaitu kombinasi dari
bearing support pondasi. Untuk lebih meyakinkan hal ini bisa diadakan test
resonansi terhadap penopang fan tersebut.
Maka untuk perbaikannya, frekuensi bearing pondasi perlu dirubah dengan
memberikan perkekuatan. Melihat vibrasi horizontalnya yan - g tinggi, maka
perkekuatan dilakukan terhadap arah horizontal.
Gambar 43
Kesimpulan dan Tindakan :
Spektrum yang ditunjukkan sebesar frekuensi n x rpm (n = jumlah daun fan),
berarti terjadi vibrasi aerodinamis pada fan. Setelah diadakan penelitian dapat
disimpulkan bahwa aliran udara yang diisap oleh fan mengalami gangguan
ketika daun fan melewati tepat di atas poros pemutar.
Gangguan ini disebabkan terhalangnya aliran udara karena poros dan lebih
diperburuk lagi karena poros berputar, sehingga memberikan pusaran udara di
sekitarnya yang bertabrakan dengan aliran udara yang diisap oleh fan.
Untuk mengatasi hal ini jarak daun-daun fan dengan poros pemutar lebih
diperpanjang.
Untuk mengatasi hal ini dipasang sikat pada beberapa tempat di poros yang
dihubungkan ke ground.
Catatan :
Vibrasi karena aliran listrik ini pada awalnya sulit ditentukan, biasanya mulai
diambil tindakan setelah bearing beberapa kali rusak dengan keadaan pitting
dan terlepas material permukaannya.
Pendeteksian awal masalah ini dapat diamati dengan menggunakan Non
contect Transducer. Displacement yang ditunjukkan sering berubah-ubah
karena terjadi gangguan medan listrik yang dikeluarkannya disebabkan listrik
statis yang melewati poros tersebut.
Tetapi kadang-kadang cara inipun sulit untuk mendeteksinya.