You are on page 1of 10

PROGRAM PENYEHATAN MAKANAN

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan memerlukan
pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Program Penyehatan Makanan
sangat berguna untuk mencegah adanya kejadian penyakit yang disebabkan karena makanan.
Program program yang dikeluarkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
penyehatan Lingkungan melalui Subdit Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan (SMBP) untuk
menunjang tercapainya Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dan makanan yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat aman, hygien, bersih dan sehat.
A.
1.
a.
b.
c.
d.

FUNGSI, TUJUAN, DAN SASARAN PROGRAM PENYEHATAN MAKANAN


Fungsi Program Penyehatan Makanan
Menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kegiatan teknis di bidang sanitasi makanan
dan bahan pangan
Menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
sanitasi makanan dan bahan pangan
Menyediakan bahan bimbingan teknis di bidang sanitasi makanan dan bahan pangan
Menyediakan bahan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang sanitasi makanan dan bahan pangan

2. Tujuan Program Penyehatan Makanan


a. Melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan SMBP di seluruh provinsi
b. Secara terus menerus melakukan peningkatan sumber daya manusia baik di pusat maupun
daerah
c. Dilakukan secara sinergi dan simultan dengan program kesehatan atau non kesehatan lainnya
d. Mengikut sertakan peran individu, keluarga, asosiasi dan masyarakat dalam peran
pengawasan

3. Sasaran Program Penyehatan Makanan


a. Rumah Makan : Setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk tempat umum di tempat usahanya.
b. Restoran : Salah satu jenis usaha jasa pangan yang seluruh bangunannya permanen dan
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi masyarakat umum.
c. Jasa Boga : Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan
yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar pemesanan.
d. Makanan Jajanan : Makanan atau minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap yang dijual ke masyarakat umum.

e.
f.
g.
h.
B.

1.
1)
2)

1)
2)
3)
4)
5)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Usaha Depot Air Minum.


Kantin : Sekolah, Kantor, Instutusi, dll.
Pengelolaan Makanan Rumah Tangga.
Industri Pangan Rumah Tangga.
PERUNDANG UNDANGAN YANG MENGATUR PENYEHATAN MAKANAN
(KEBIJAKAN ATAU KETENTUAN)
DALAM UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 18 TAHUN 2012
TENTANG PANGAN
Keamanan Pangan (BAB VII)
Pasal 67
Keamanan Pangan diselenggarakan untuk menjaga Pangan tetap aman, higienis, bermutu,
bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Keamanan Pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Pasal 68
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keamanan
Pangan di setiap rantai Pangan secara terpadu.
Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan.
Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan wajib menerapkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan secara bertahap berdasarkan jenis Pangan dan skala usaha Pangan.
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi pelaksanaan
penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4).
Pasal 69
Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui:
Sanitasi Pangan;
Pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
Pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
Pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
Penetapan standar Kemasan Pangan;
Pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
Jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan

2. Sanitasi Makanan (Bagian Kedua Sanitasi Pangan)


Pasal 70

1) Sanitasi Pangan dilakukan agar Pangan aman untuk dikonsumsi.


2) Sanitasi Pangan dilakukan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan.
3) Sanitasi Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan standar
Keamanan Pangan.
Pasal 71
1) Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib mengendalikan risiko bahaya pada
Pangan, baik yang berasal dari bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari perseorangan
sehingga Keamanan Pangan terjamin.
2) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan wajib:
a. Memenuhi Persyaratan Sanitasi; dan
b. Menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.
3) Ketentuan mengenai Persyaratan Sanitasi dan jaminan Keamanan Pangan dan/atau
keselamatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 72
1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1)
dan ayat (2) dikenai sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. Penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. Ganti rugi; dan/atau
e. Pencabutan izin.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah
3. Bahan Tambahan Pangan (Bagian Ketiga, Pengaturan Bahan Tambahan Pangan)
Pasal 73
Bahan tambahan Pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk
mempengaruhi sifat dan/atau bentuk Pangan.
Pasal 74
1) Pemerintah berkewajiban memeriksa keamanan bahan yang akan digunakan sebagai bahan
tambahan Pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia dalam kegiatan
atau proses Produksi Pangan untuk diedarkan.

2) Pemeriksaan keamanan bahan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk mendapatkan izin peredaran.
Pasal 75
1) Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan:
a. Bahan tambahan Pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; dan/atau
b. Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan.
2) Ketentuan mengenai ambang batas maksimal dan bahan yang dilarang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1)
dikenai sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. Penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. Ganti rugi; dan/atau
e. Pencabutan izin.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
4. Sanksi Hukum (BAB XV KETENTUAN PIDANA)
Pasal 133
Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja menimbun atau menyimpan melebihi jumlah
maksimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan yang mengakibatkan harga Pangan Pokok menjadi mahal atau melambung tinggi
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda paling banyak Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Pasal 134
Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan Olahan tertentu untuk diperdagangkan, yang
dengan sengaja tidak menerapkan tata cara pengolahan Pangan yang dapat menghambat
proses penurunan atau kehilangan kandungan Gizi bahan baku Pangan yang digunakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 135
Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan yang tidak memenuhi Persyaratan Sanitasi Pangan

a.
b.

1)

2)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 136
Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan yang dengan sengaja
menggunakan:
Bahan tambahan Pangan melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; atau
bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 137
Setiap Orang yang memproduksi Pangan yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan
yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses Produksi Pangan dengan menggunakan
bahan baku, bahan tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari Rekayasa
Genetik Pangan yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 138
Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan, yang dengan sengaja
menggunakan bahan apa pun sebagai Kemasan Pangan yang dapat melepaskan cemaran yang
membahayakan kesehatan manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 139
Setiap Orang yang dengan sengaja membuka kemasan akhir Pangan untuk dikemas kembali
dan diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Pasal 140
Setiap Orang yang memproduksi dan memperdagangkan Pangan yang dengan sengaja tidak
memenuhi standar Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 141

Setiap Orang yang dengan sengaja memperdagangkan Pangan yang tidak sesuai dengan
Keamanan Pangan dan Mutu Pangan yang tercantum dalam label Kemasan Pangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 142
Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja tidak memiliki izin edar terhadap setiap Pangan
Olahan yang dibuat di dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan
eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 143
Setiap Orang yang dengan sengaja menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel
kembali, dan/atau menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa Pangan yang diedarkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 144
Setiap Orang yang dengan sengaja memberikan keterangan atau pernyataan yang tidak benar
atau menyesatkan pada label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

1)
a.
b.
2)
a.

b.

Pasal 145
Setiap Orang yang dengan sengaja memuat keterangan atau pernyataan tentang Pangan yang
diperdagangkan melalui iklan yang tidak benar atau menyesatkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 104 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
Pasal 146
Jika perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137, Pasal 138, Pasal 142, Pasal 143, dan
Pasal 145 yang mengakibatkan:
Luka berat atau membahayakan nyawa orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
denda paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Jika perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 yang mengakibatkan:
Luka berat atau membahayakan nyawa orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun atau denda paling banyak Rp 14.000.000.000,00 (empat belas miliar
rupiah).
Kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
denda paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Pasal 147
Setiap pejabat atau penyelenggara negara yang melakukan atau membantu tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 sampai Pasal 145, dikenai pidana dengan
pemberatan ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ancaman pidana masing-masing.
Pasal 148
1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 sampai Pasal 145 dilakukan
oleh korporasi, selain pidana penjara dan pidana denda terhadap pengurusnya, pidana dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda terhadap perseorangan.

C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
D.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.

KEGIATAN POKOK PENYEHATAN MAKANAN


Mengembangkan dan melengkapi produk-produk hukum, pedoman umum, petunjuk teknis,
petunjuk pelaksanaan dan sosialisasinya serta advokasi didaerah
Memantapkan jejaring kerja lintas program, sektor dan antar propinsi, kabupaten atau kota
serta kemitraan dengan para stakeholder
Meningkatkan kemampuan SDM baik dipusat maupun daerah
Mendorong daerah untuk melegalisasi kegiatan SMBP melalui perda
Memberikan bintek dan fasilitas ke daerah yang membutuhkan
Monitoring dan evaluasi kegiatan SMBP di daerah
Pelaporan hasil kegiatan
TIGA PILAR TANGGUNG JAWAB DALAM KEAMANAN PNGAN (WHO)
Peran Pemerintah, Pengusaha, dan Masyarakat
Pemerintah Bertugas Dalam:
Menyusun standar dan persyarakat, termasuk persyaratan hygiene sanitasi secara nasional.
Melakukan penilaian akan terpenuhinya standar dan persyaratan yang telah ditetapkan.
Memberi penghargaan bagi yang telah mentaati ketentuan dan menghukum bagi yang
melanggar ketentuan.
Menyediakan informasi dan memberikan penyuluhan dan konsultasi atau perbaikan.
Menyediakan secara pelayanan kesehatan baik medis, non medis maupun penunjang.
Pengusaha Makanan dan Penanggung Jawab Produksi, Berkewajiban :
Menyusun standar dan prosedur kerja, cara produksi yang baik dan aman.
Mengawasi proses kerja yang menjamin keamanan produk makanan.
Menerapkan teknologi pengolahan yang tepat dan efisien.
Meningkatkan keterampilan karyawan dan keluarganya dalam cara pengolahan makanan
yang hygienis.

e. Mendorong setiap karyawan untuk maju dan berkembang.


f. Membentuk assosiasi atau organisasi profesi pengusaha makanan.
3. Masyarakat dan Konsumen :
a. Mengolah dan menyediakan makanan di rumah tangga yang aman
b. Memilih dan menggunakan sarana tempat pengolahan makanan yang telah memenuhi syarat
hygiene sanitasi makanan
c. Memilih dan menggunakan makanan yang bebas dari bahan berbahaya bagi kesehatan
seperti pewarna tekstil, borax, formalin, makanan yang sudah rusak atau kadaluwarsa
d. Menyuluh anggota keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang aman
e. Melaporkan bila mengetahui terjadi kasus keamanan makanan seperti makanan yang tidak
baik, keracunan makanan, atau gangguan kesehatan lainnya akibat makanan
f. Membentuk organisasi konsumen untuk membantu pemerintah dalam menilai makanan yang
beredar

NOTULEN HASIL PRESENTASI KELOMPOK 1


1. Apakah sanksi-sanksi hukum yang telah ditentukan oleh pemerintah sudah dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat? (Eva Trinasari Kelompok 10)
Menurut kelompok kami, sanksi-sanksi hukum yang telah ditentukan belum secara maksimal
menyadarkan masyarakat secara keseluruhan, dikarenakan pemerintah kurang tegas dalam
menerapkan sanksi hukum tersebut. Sehingga masyarakat kurang mengetahui kesalahan yang
mereka lakukan. Selain itu, masyarakat atau produsen juga lebih mementingkan kuantitas
dibandingkan dengan kualitas, yang mengakibatkan masyarakat lebih mementingkan hasil
keuntungan dibandingkan dengan kesehatan diri mereka sendiri. Seharusnya untuk
menyadarkan pada pedagang yang berlaku curang, harus dilakukannya sanksi yang tegas dari
pemerintah tentang larangan yang sudah berlaku.
2. Apakah ada persyaratan-persyaratan dari sasaran kegiatan (rumah makan, restoran, jasa boga,
jajanan, usaha depot air minum)? (Andi Kelompok 10)

Persyaratan-persyaratan dari sasaran kegiatan tersebut umumnya harus menerapkan 6 prinsip


hygiene santasi makanan dan minuman, yaitu misalnya :
Lokasi dari sasaran kegiatan harus berada jauh dari tempat pembuangan
Tersedianya fasilitas air bersih
Penjamah makanan dalam keadaan sehat

Memperhatikan dan menjaga kebersihan makanan dan minuman dari tahap pembuatan

hingga tahap penyajian


Tempat penyimpanan bahan makanan harus diperhatikan dengan baik. Makanan

dikelompokkan sesuai dengan tempat penyimpanan yang sesuai agar dapat tahan lebih lama
Bahan makanan harus diperhatikan kebersihannya (tidak busuk, tidak beracun)

3. Bagaimanakah cara pengawasan makanan jajanan? (Niken Kelompok 10)


Pengawasan jajanan makanan dilakukan oleh Puskesmas disekitar lingkungan tempat
berjualan tersebut. Namun sampai saat ini pihak Puskesmas belum melakukan tugasnya
secara maksimal. Sehingga jajanan makanan diedar-luaskan secara sembarangan dan tidak
terkontrol. Diperlukan adanya kesadaran dari para pedagang jajanan makanan tersebut untuk
dapat mengendalikan penyehatan makanan jajanan yang di jual dilingkungan sekitar.

KESIMPULAN
Program penyehatan makanan sangat berguna untuk mencegah adanya kasus kasus
penyakit yang terjadi akibat makanan. Tapi, program penyehatan makanan ini belum
berkembang dengan baik di Negara Indonesia. Contohnya masih banyak sekali pedagangpedagang yang berlaku curang dengan menambahkan bahan bahan yang tidak di izinkan
misalnya bakan kimia tambahan.
Berdasarkan UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan, sudah disebutkan beberapa
sanksi hukum yang berlaku. Seharusnya jika di sosialisasikan dan diwujudkan secara nyata,
kasus kasus penyakit akibat makanan sudah jarang terjadi. Tetapi, pemerintah kurang tegas
dalam menjalankan hokum yang sudah berlaku, kurang adanya pengawasan khusus terhadap
pedagang pedagang kecil atau pedagang yang berlaku curang.
Setiap Sasaran Kegiatan Program Penyehatan Makanan, memiliki pengawas khusus
yang bertanggung jawab mengawasi, melakukan pembinaan dan monitoring terhadap sasaran
itu. Contonhnya pada JASA BOGA yang mengawasi secara khusus yaitu bagian Puskesmas
setempat. Sama halnya pada pedagang makanan jajanan, yang mengawasi secara khusus para
pedagang tersebut juga Puskesmas sekitar. Tetapi, saat ini belum ada penerapan khusus untuk
mengawasi secara lebih detail makanan jajanan tersebut. Dalam arti, Puskesmas setempat
yang tidak melakukan pengawasan pada pedagang makanan jajanan kurang maksimal dalam
melakukan tugasnya. Sehingga, konsumen harus lebih cermat lagi dalam memilih makanan
yang akan kita konsumsi agar jauh dari penyakit akibat makanan.
Pada umumnya, setiap Sasaran Kegiatan Program Penyehatan Makanan (Rumah
Makan, Resotran, Jasa Boga, Makanan Jajanan, Usaha Depot Air Minum, dll) memiliki
persyaratan persyaratan tersendiri yang telah dibuat. Namun, secara umum persyaratan

tersebut mengarah pada 6 Prinsip Hygiene Sanitas Makanan dan Minuman yaitu dimulai dari
pemilihan bahan makanan penyimpanan bahan makanan pengolahan makanan
penyimpanan makanan pengangkutan makanan penyajian makanan. Dari 6 prinsip
tersebut harus dilakukan secara baik oleh tiap Sasaran Kegiatan Program Penyehatan
Makanan agar tercapainya Masyarakat yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
aman, hygiene, bersih dan sehat.
Diposkan oleh Dwi Wulandari di 05.44

You might also like