You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti
sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Osteoartritis (OA) merupakan
penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya
kapsula

sendi,

timbulnya

peradangan,

dan

melemahnya

otot-otot

yang

menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendisendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis
ditandai oleh nyeri, deformitas, serta pembesaran sendi oleh hambatan gerak.1,2,3
Kejadian OA cukup banyak di masyarakat, terutama pada usia diatas 50 tahun.
World Health Organization (WHO) memperkirakan 25% dari orang yang berumur 65
tahun di dunia menderita osteoartritis. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis cukup
tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Prevalensi OA di
SMF Rehabilitasi Medik BLU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado cukup tinggi yaitu
mencapai 19% pada tahun 2012. OA termasuk penyakit terbesar dan menempati
urutan ke tiga setelah stroke dan LBP (Low Back Pain).2,4
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika
ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Pada
penderita OA lutut datang dengan keluhan nyeri hilang timbul yang sudah menahun
pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik
tangga, serta sulit jongkok. Jika proses ini terjadi secara berlebihan bisa timbul gejala
yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga penderita akan mengalami gangguan aktifitas
sehari-hari.5,6,7

Berikut ini akan dibahas tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitasi medik pada penderita osteoartritis genu bilateral.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti
sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Osteoartritis (OA) merupakan
penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.
Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian
sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot
yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada
sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis
ditandai oleh nyeri, deformitas, serta pembesaran sendi oleh hambatan gerak.1,2,3
B. Anatomi
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tibia, fibula dan tulang patella yaitu :
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk
kepala sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna
femoris terdapat taju yang disebut trokhanter mayor dan trokantor minor, di bagian
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus
medianus dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat
letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fossa kondilus.7

b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian
pangkal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolus
medialis.7
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau mata kaki luar.7
d. Tulang Patela
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.
Jarak patela dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya
jarak patela dan femur. Fungsi patela di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 o kedudukan patela
diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patela terletak pada permukaan
anterior femur.7
Sistem Otot
Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu :7
a. Bagian Anterior : m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus
medialis, m. vastus intermedius
b. Bagian Posterior : m. biceps femoris, m. semitendinosus, m.
semimembranosu, m. gastrocnemius
c. Bagian Medial : m. sartorius
d. Bagian Lateral : m. tensorfacialatae

Ligamentum
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen.Ligamenligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi

menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior.
Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral
medial dan ligamen collateral lateral.7
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan
ligamen cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen
ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia.
Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan
ekstensi dan mencegah gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan
slide ke depan dan ke belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan
dan belakang sendi lutut.7
a) Ligamen cruciatum anterior
Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi
untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi
tibia pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling
dan gliding sendi lutut.7
b) Ligamen cruciatum posterior
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek
dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas
membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa
intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan condylus medialis
femur.Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang
terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.7

c) Ligamen Collateral medial


Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan
membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut.Ligamen ini terletak lebih
posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus

medial femur di bawah tuberculum adduktor dan ke bawah menuju condylus medial
tibia serta pada medialmeniscus. Ligamen ini sering mengalami cedera dan fungsinya
untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar.7
d) Ligamen Collateral lateral
Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat di atas
epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini
adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial.
Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.7
Kapsul Sendi
Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh
selubung yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi
permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat
diantara tulang-tulang tersebut. Lapisan luar kapsula artikularis (laminafibrosa)
merupakan salah satu struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk
sendi. Laminafibrosa dapat menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula
artikularis (laminasynovial) dibentuk oleh membranesynovial yang mensekresikan
cairansynovial (synovia) ke dalam ruang sendi. Kapsul sendi lutut ini termasuk
jaringan fibrosus yang avascular sehingga jika cedera sulit proses penyembuhan. 7
a. Cartilago articularis/tulang rawan
Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis cartilago hyaline dan
merupakan jaringan yang avascular,alymphatic dan aneural yang menutupi
permukaan pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subchondral. Fungsi
dari cartilago articularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi synovial,
yang memungkinkan :
-

Menahan tekanan pada permukaan persendian.

Mentransmisikan

dan

meningkat.

mendistribusikan

beban

yang

Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.7

b. Meniscus

Meniscus merupakan jaringan lunak. Adapun fungsi meniscus adalah (1)


penyebaran pembebanan (2) peredam kejut (shockabsorber) (3) mempermudah
gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap
oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.7
c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan
otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1)
bursapopliteus,

(2)

bursasuprapatellaris,

(3)

bursainfrapatellaris,

(4)

bursasubcutanprapatelaris, (5) bursasubpatellaris.7

Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal dan OA

C. Epidemiologi
Kejadian OA cukup banyak di masyarakat, terutama pada usia diatas 50 tahun. 2
World Health Organization (WHO) memperkirakan 25% dari orang yang berumur 65

tahun di dunia menderita osteoartritis. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis cukup


tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Prevalensi OA di
SMF Rehabilitasi Medik BLU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado cukup tinggi yaitu
mencapai 19% pada tahun 2012. OA termasuk penyakit terbesar dan menempati
urutan ke tiga setelah stroke dan LBP (Low Back Pain).2,4
D. Etiologi
Etiologi pasti dari osteoartritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh: 6,9
-

Umur: Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun).

Jenis Kelamin: Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita,
dimana osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca
menopause, sedangkan osteoartritis sekunder lebih banyak pada laki-laki.

Ras: Lebih sering pada orang Asia khususnya China, Eropa, dan Amerika.

Faktor keturunan

Faktor metabolik/endokrin: Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemia


dan diabetes mellitus lebih rentan.

Trauma dan faktor okupasi

E. Patofisiologi
Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul
ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang
dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkondral, osteofit pada tepi tulang
dan reaksi radang pada membran sinovial.Pembengkakan sendi serta teregangnya
ligamen menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot sekitar sendi menjadi
lebih lemah karena efusi sinovial dan disuse atrophy pada satu sisi dan spasme otot
pada sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi
gangguan metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya

enzim metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kolagen. Meningkatkan


aktifitas substansi P sehingga meningkatkan nosiseptor dan menimbulkan nyeri.10
Gangguan gerak dan fungsi pada OA sendi lutut
Nyeri pada OA lutut disebabkan oleh penekanan permukaan sendi yang
telah mengelupas rawan sendinya, sisa inflamasi berupa zat algogen yang
merupakan zat iritan nyeri, regangan jaringan lunak yang kontraktur,

iritasi jaringan lunak oleh osteofit


Kekakuan pada OA disebabkan oleh fregmentasi dan terbelahnya
kartilago persendian, lesi permulaan disusul oleh proses pemusnahan

kartilago secara progresif


Krepitasi atau bunyi krek pada sendi lutut disebabkan oleh permukaan

sendi yang kasar karena degradasi rawan sendi


Instabilitas sendi lutut disebabkan oleh penyempitan sela sendi, jarak

permukaan sendi menurun, ligamen lebih panjang dari sebelumnya


Kelemahan otot, adanya inaktivitas akibat imobilisasi dan keterbatasan
gerakan, penurunan jumlah motor unit dan aktifitas neurontransmiter,
gangguan sirkulasi pada otot serta berkurangnya kualitas otot akibat

proses degenerasi dan penuaan akan menyebabkan kelemahan otot


Deformitas, akibat kendornya kapsul ligamen atau penurunan elastisitas
jaringan lunak sekitar sendi8

Mekanisme timbulnya nyeri pada OA lutut


Pada OA akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi secara progresif,
akibatnya akan menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Apabila terjadi
penekanan atau gesekan pada permukaan sendi akan menimbulkan nyeri karena
adanya benturan antara tulang dengan tulang sehingga mengiritasi ujung saraf pada
permukaan sendi tersebut. Kerusakan yang terjadi pada persendian juga menimbulkan
radang, dimana sel-sel akan melepaskan zat algogen (histamin, bradikinin,
prostaglandin) sehingga terjadi penumpukan zat-zat tersebut. Sementara zat-zat ini
merupakan jenis zat iritan yang dapat meningkatkan sensitifitas nosiseptor sehingga
menimbulkan nyeri.10

Adanya osteofit atau pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi
atau pada tepi persendian akan mengakibatkan iritasi pada jaringan lunak dan saraf
sekitar persendian tersebut akhirnya menimbulkan nyeri. Rasa nyeri pada lutut akan
menghambat atau menggangu terjadinya suatu gerakan sehingga penderita cenderung
tidak menggerakan sendinya (hipomobile). Pada tahap ini akan terjadi proses
penurunan mikrosirkulasi, penurunan kadar cairan glikoaminoglikan, penurunan
elastisitas jaringan lunak sekitar sendi oleh adanya fibrosis yang disebabkan oleh
pembentukan dan penimbunan kolagen yang berlebihan yang menbentuk pola acak
sehingga mengakibatkan terjadinya kapsula kontraktur dan menimbulkan nyeri
regang dan spasme otot.10
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang biasanya dikeluhkan oleh pasien yang menderita
osteoartritis antara lain:6
1. Nyeri sendi: keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa
pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin bertambah berat
dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi: pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama
atau bahkan setelah bangun tidur.
4. Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas): pasien mungkin menunjukkan bahwa salah
satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan
membesar.

10

6. Perubahan gaya berjalan: hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit,


lutut atau panggul berkembang menjadi pincang dan merupakan gejala yang
menyusahkan pasien.
G. Diagnosis
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang
sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan. Gejala utama
adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat
hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah berat sejalan dengan
bertambanya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah imobilisasi, seperti
duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur. Krepitasi atau rasa
gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita osteoartritis.9
Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain:

Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi

meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa
memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian
ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/endorotasi dan secara perlahanlahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek atau teraba sewaktu lutut
diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.11

11

Gambar 2. Pemeriksaan McMurray.

Anterior Drawer Test


Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut.

Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45.Lutut fleksi dan
kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan
terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi
pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes
drawer positif.11

Gambar 3. Pemeriksaan Anterior Drawer Test.

Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja

menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.11

12

Gambar 4. Pemeriksaan Posterior Drawer Test.

Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira

dalam sudut 300, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksa
menstabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari
tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia,
kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.11

Gambar 5 Pemeriksaan Lachman.

Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh

robeknya meniskus.Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah


ditekukkan

pada

sendi

lutut

kemudian

dilakukan

penekanan

pada

tumit

pasien.Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)


dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral
garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin
ada.11
13

Gambar 6. Pemeriksaan Apley Compresion Test.


Apley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah
keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan
endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.11

Gambar 7. Pemeriksaan Apley Distraction Test.


Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &
Lawrence:

14

(A)

(B)

(C)

(D)

Gambar 8. Kriteria Kellgren and Lawrence


(A) Derajat1 . (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4.
1. Derajat 0 : radiologi normal.
2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi,
sklerosis sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata,
sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.11
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut
idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:12
Klinis dan Laboratorium

Klinis dan radiologi

15

Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 Nyeri lutut + minimal
9 berikut :

berikut

3 dari 6 berikut :

- umur > 50 tahun

- umur > 50 tahun

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit

- stiffness < 30 menit

- stiffness < 30 menit

- krepitasi

- krepitasi + osteofit

- krepitasi

- nyeri pada tulang

- nyeri pada tulang

- pelebaran tulang

- pelebaran tulang

-tidak hangat pada perabaan

-tidak

- LED < 40mm/jam

perabaan

hangat

pada

- Rheumatoid factor <1:40


- Cairan sinovial : jernih,
viscous,leukosit<2000/mm
3
Tabel 1. Kriteria diagnosis OA

H. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada penderita osteoartritis berupa terapi farmakologis dan non
farmakologis yaitu:13
1. Terapi non farmakologis
- Edukasi dan penerangan
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan
2. Terapi farmakologis
- OAINS
- OAINS topikal
- Chondroprotective
- Steroid intra-artikuler
3. Terapi bedah
- Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus
- Osteotomi
- Artroplasti sendi total
A. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis
Tujuan rehabilitasi medic secara umum:14,15
1. Mengurangi nyeri dan spasme
2. Memperbaiki lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
16

4. Memperbaiki fungsi
5. Meningkatkan kualitas hidup
Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:14,15,16
1. Fisioterapi
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi
peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat
mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang dikompreskan pada
sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa cryotherapy, kompres es dan
masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub
kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath)
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot, tulang, dan sendi (Diatermi
gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD), Diatermi
gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan modalitas
yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambang rangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat
ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah
digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi
otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan
mempertahankan

pergerakan

sendi,

menguatkan

otot,

meningkatkan

ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh.


Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.
2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa
melakukan kembali kegiatan atau perkerjaan normalnya.

17

3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan


mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh
yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace
atau knee support.
4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat

BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: RT

Umur

: 70 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Dendengan Dalam Link. III

Pekerjaan

: Pensiunan Guru

Agama

: Islam

Tangal Pemeriksaan : 4 Agustus 2015

18

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua lutut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri lutut dialami penderita sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya timbul pada
lutut kanan dan diikuti oleh kaki kiri. Nyeri dirasakan hilang timbul dan
bertambah bila penderita berjalan terlalu jauh, berdiri terlalu lama, dan saat
melakukan ibadah tetapi saat istirahat keluhan nyeri dirasakan berkurang. Nyeri
terutama saat berganti posisi, dari posisi jongkok dan mau berdiri atau pun
sebaliknya. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, dan nyeri tidak menjalar.
Penderita juga mengeluhkan kaku pada pagi hari kurang dari 30 menit. Penderita
mendengar bunyi krek pada kedua lutut saat digerakkan. Buang air kecil dan
buang air besar seperti biasa. Riwayat bengkak dan kemerahan pada lutut tidak
ada.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi terkontrol. Riwayat DM tidak ada, Asam urat tidak ada, Kolestrol
tidak ada.
4. Riwayat Kebiasaan
Penderita merupakan seorang pensiunan PNS (Guru Sekolah). Sejak
pension penderita hanya melakukan pekerjaan rumah tangga dan bercocok
tanam.
5. Riwayat Sosial Ekonomi

19

Pekerjaan penderita sekarang adalah ibu rumah tangga. Sebelumnya


penderita merupakan PNS (Guru Sekolah). Biaya sehari-hari dibiayai oleh anak.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS. Penderita tinggal di rumah permanen 1
lantai dengan 3 buah kamar dihuni oleh 4 orang dewasa, kamar mandi di dalam
rumah dengan Watercloset (WC) duduk. Sumber air adalah PAM. Sumber listrik
berasal dari PLN.
6. Riwayat Psikologis
Karena nyeri yang dirasakan penderita memiliki keterbatasan dalam
melakukan Aktifitas Sehari-hari yaitu tidak dapat berjalan jauh, berdiri lama dan
keterbatasan dalam melakukan ibadah dan pergi ke masjid. Penderita bersifat
terbuka dan komunikatif.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Tanggal 4 Agustus 2015
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4M6V5

Tanda vital

: Tekanan darah

= 130/90 mmHg

Nadi

= 80 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi

= 20 kali/menit

Suhu badan

= 36OC

Visual Analogue Scale (VAS)genu dexstra, 4 Agustus 2015


0

X
2 (Statis)

10
4 (Dinamis)

Visual Analogue Scale (VAS) genu sinistra, 4 Agustus 2015


0

X
2 (Statis)

10
4 (Dinamis)

20

Berat badan

: 68 kg

Tinggi badan

: 150 cm

Indeks massa tubuh : 30,8 (Obesitas Grade I)


Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),


pupil bulat isokor 3 mm kiri = kanan,
refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+)

Leher

: Trakea letak tengah,


pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks

: Simetris
Cor

: Dalam batas normal

Pulmo : Dalam batas normal


Abdomen

: I: Cembung
P: Lemas, nyeri tekan (-), Hepar/Lien: Tidak teraba
P: Timpani
A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Akral hangat, edema (-)

2. Status Lokalis
Regio genu dekstra dan sinistra
Inspeksi

:rubor (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-)

Palpasi

:nyeri tekan (-), krepitasi (+/+)

Movement : nyeri gerak +/+

3. Pemeriksaan Neuromuskuloskeletal
Ekstremitas inferior
Dextra
Sinistra
Normal
Normal

Gerakan
21

Kekuatan otot

5/5/5/5

5/5/5/5

Tonus otot
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Sensibilitas
Protopatik
Proprioseptik

Normal
++ N
-

Normal
++ N
-

Normal
Normal

Normal
Normal

4. Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra


Dextra

GENU
Ekstensi-Fleksi

Aktif
0-0-135

Lingkar Paha
Lingkar Betis

Sinistra
Pasif
0-0-135

Dextra
44,5
35

Aktif
0-0-135o

Sinistra
44,5
35

Norma
Pasif
0-0-135o

l
0o-135o

Normal

5. Tes Provokasi
Jenistes
Anterior drawer
Posterior drawer
McMurray
Apley compression
Apley distraction
Medial stress test
Lateral stress test

Dextra
-

Sinistra
-

6. Resume
Pasien perempuan, 70 tahun datang dengan keluhan nyeri kedua lutut. VAS 2
saat diam dan VAS 4 saat digerakkan. Nyeri lutut dialami penderita sejak 1 tahun
yang lalu, diawali pada lutut kanan dan diikuti lutut kiri. Nyeri hilang timbul dan

22

bertambah bila penderita berjalan terlalu jauh, berdiri terlalu lama, dan saat
melakukan ibadah berkurang setelah istirahat. Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, dan tidak menjalar. Riwayat kaku pada pagi hari kurang dari 30
menit dan mendengar bunyi krek pada kedua lutut saat digerakkan. Riwayat
hipertensi terkontrol sejak 20 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital dalam batas normal, IMT 30,8 (obese1), krepitasi +/+, nyeri tekan -/-.
Tes provokasi -/-. Tidak didapat tanda-tanda radang, LGS dalam batas normal.
Kekuatan otot 5. Sensibilitas normal.
7. Diagnosis
Diagnosis Klinis

: Osteoartritis genu bilateral

Diagnosis Topis

: Genu dekstra et sinistra

Diagnosis Etiologi

: Degeneratif

Diagnosis Fungsional :
a. Impairment
b. Disability :

:
Nyeri kedua lutut
Gangguan Aktifitas Kehidupan Sehari-

hari (AKS) seperti mencuci, berkebun, memasak,


c. Handicap

berbelanja.
: Beribadah

8. Problem Rehabilitasi
- Nyeri di kedua lutut
- Keterbatasan Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) seperti berjalan jauh,
-

berdiri lama, beribadah, mencuci, berkebun, memasak, berbelanja.


Gangguan dalam melakukan aktivitas ibadah

9. Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanationam

: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam

10. Program Rehabilitasi Medik.


23

a. Fisioterapi
1) Evaluasi :
a) Nyeri lutut (VAS genu dextra 4, VAS genu sinistra 4)
2) Program:
a) IR genu bilateral
b) Diberikan latihan penguatan pada m.quadriceps dextra et sinistra
c) Peregangan pada m. hamstring dextra et sinistra
d) Latihan LGS pada genu dekxtra et sinistra
e) Sepeda statis
b. Okupasi terapi
1) Evaluasi :
a) Nyeri lutut (VAS genu dextra 4, VAS genu sinistra 4)
b) Gangguan AKS (berdiri lama, berjalan jauh, mencuci, berkebun,
memasak, berbelanja.)
c) Gangguan dalam melakukan aktivitas ibadah
2) Program:
a) Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari
dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint
protection).
c. Ortotik Prostetik
1) Evaluasi :
a) Nyeri lutut (VAS genu dextra 4, VAS genu sinistra 4)
b) Gangguan AKS (berdiri lama, berjalan jauh, beribadah, mencuci,
berkebun, memasak, berbelanja)
2) Program:
Saat ini belum diperlukan penggunaan knee brace untuk genu dextra
et sinistra
d. Sosial medik
1) Evaluasi:
a) Tempat tinggal dengan rumah 1 lantai
b) Biaya hidup sehari-hari dibiayai oleh anak, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan
masyarakat (BPJS).
2) Program:
a) Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga penderita dan
memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan terapi dan
home program.

24

b) Edukasi lingkungan rumah.


e. Home program atau edukasi
1) Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik
turun tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.
2) Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.
Advice : Konsul poli gizi untuk obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Osteoartritis. Dalam Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2006.h.1317
2. Imayati P, Kambayana G. Laporan kasus osteoatritis. Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.2010.
3. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi nyeri pada sendi degeneratif. SMF/Bagian
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB
Rehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.

25

4. Deu R, Mogi Th, Angliadi E. Gambaran kejadian nyeri lutut dengan


kecurigaan osteoatritis lutut pada perawat di poliklinik rawat jalan blur sup
prof dr. r.d kandou Manado. E-CliniC. Maret 2014. Vol 2. 1; h-3.
5. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoarthritis. 2 ed. Oxford University
Press.
New York: 2003.h.299-308.
6. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta. Interna publishing; 2009.h.2538-49.
7. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam : Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar Terapi
dan Rehabilitasi Fisik.Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
8. Pujiastutii
E.
Anatomi
Knee
.Available

from

https://www.scribd.com/doc/143917767/Anatomi-Knee
9. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar operasional
prosedur. DEPKES. Jakarta; 2000.h.15-18.
10. Suriani S, Lesmana I. Latihan Theraband lebih baik menurunkan nyeri
daripada latihanquardricep bench pada osteoarthritis genu. Jurnal Fisioterapi.
Vol 13: 1;48,49
11. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison s
manual of medicine 15thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
12. Manek NJ, Lane NE. Osteoarthritis: Current Concepts in Diagnosis and
Management. Am Fam Physician. 2000 Mar 15;61(6):1795-1804.
13. Hochberg MC, et al. American College of Rheumatology 2012:
Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. American College of
Rheumatology. 2012 Apr;64(4):465-74
14. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan ilmiah
tahunan PERDOSRI 2002. Bidang pendidikan dan latihan pengurus besar
PERDOSRI. Jakarta; 2002.h.53-63.
15. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana
osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. Februari
2006;46-54.
16. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 1999.h.525-6.

26

27

You might also like