Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan kebidanan masa kini dan waktu mendatang adalah menekan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak sampai kepada batas yang tidak dapat
diturunkan lagi. Tujuan ini hanya dapat dicapai bila kita mampu mengenali dan
menanganni faktor-faktor medis dan non medis penyebab morbiditas dan mortalitas
ibu dan anak.
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin,
kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu
dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic
uterine contraction (Wiknjosastro, 2005).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per
100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di
sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Pembangunan kesehatan saat ini telah berhasil meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Namun demikian keberhasilan tersebut masih
perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian
ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu
perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus
macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT
2001).
Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada
kelompok sasaran miskin (Quintil 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan
persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Keadaan seperti ini banyak terjadi disebabkan kendala biaya sehingga
diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan. Dalam upaya menjamin akses pelayanan persalinan
yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB,
maka pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa
Jaminan Persalinan (Jampersal).
Menurut statistik partus lama pada tahun 2007 rata-rata di dunia menyebabkan
kematian pada ibu sebesar 8% dan di Indonesia sendiri sebesar 9% sedangkan pada
bayi baru lahir adalah sebesar 26% untuk dunia dan 30% untuk Indonesia.
Menurut hasil berbagai survei, tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) disuatu Negara dapat dilihat dari kemampuan untuk
memberikan pelayanan obstetric yang bermutu dan menyaluruh.Dari hasil survei yang
dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian
upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Upaya Menurunkan AKI dan AKB. Departemen Kesehatan menargetkan
angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102
orang per tahun. Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya terobosan dan terbukti
mampu meningkatkan. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau
125/100.000 kelahiran hidup.
Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000.
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada Tujuan
Jaminan Persalinan ini adalah meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan
yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB
(Angka Kematian Bayi) melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam
gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar
44/10.000 Kelahiran Hidup . Dalam mencapai upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) maka salah satu upaya
promotif dan preventif yang mulai gencar dilakukan adalah Kelas ibu hamil dan Kelas
ibu balita.
Menurut statistik partus lama pada tahun 2007 rata-rata di dunia menyebabkan
kematian pada ibu sebesar 8% dan di Indonesia sendiri sebesar 9% sedangkan pada
bayi baru lahir adalah sebesar 26% untuk dunia dan 30% untuk Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalbar
dinilai masih tinggi. Pemerintah Kalbar berupaya meningkatkan tenaga dokter dan
bidan di daerah. Saat ini angka kematian ibu masih 228 per 100.000 kelahiran dan
kematian bayi masih 34 per 1.000 kelahiran hidup. Bahkan dalam tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) ditargetkan, angka kematian ibu saat melahirkan
118 per 100.000 kelahiran dan kematian bayi 24 per 1.000 kelahiran hidup. Program
itu merupakan akselerasi pencapaian target pada 2015.
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau pada
periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2011 didapat data jumlah 786 ibu
bersalin, yang terdiri dari 398 orang ibu bersalin dengan tindaka seksio sesarea dan
388 orang ibu bersalin pervaginam. Dari data tersebut terdapat 42 (33,01%) orang ibu
bersalin yang mengalami partus tak maju. Masalah yang mengakibatkan terjadinya
partus tak maju sebagian besar karena terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Sedangkan akibat dari partus tak maju pada bayi terjadi asfiksia sedang dan berat.
Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kejadian partus tak maju pada
ibu dan janin, serta cukup tingginya presentase terjadinya partus tak maju di Rumah
Sakit Umum Daerah Sanggau, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara paritas dengan terjadinya partus tak maju di Rumah Sakit Umum
Daerah Sanggau.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah Ada Hubungan antara Paritas Dengan Kejadian Partus Tak Maju di
RSUD Sanggau
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Paritas Dengan Kejadian
Partus Tak Maju di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Untuk mengetahui prevalensi partus tak maju di Rumah Sakit Umum
Daerah Sanggau
b. Untuk mengetahui prevalensi paritas dengan terjadinya partus tak maju
di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau
c. Untuk mengetahui besarnya resiko persalinan lama yang berhubungan
dengan paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi RSUD Sanggau sebagai masukan dan dapat dijadikan acuan
perbandingan dalam memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota, sebagai masukan atau dapat dijadikan dasar serta
sebagai bahan pembanding dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
3. Bagi Institusi D3 Kebidanan St. Benedicta di Pontianak, hasil penelitian ini
dapat menjadi sumber data, referensi atau bahan rujukan untuk mahasiswi
E. KEASLIAN PENELITIAN
No
Nama
1.
Peneliti
Liza Apriani
2011
Judul
Desain
Hasil
Hubungan antara
Penelitian
Penelitian
paritas dengan
terjadinya
rancangan case
Rumah Sakit
Rubini
Mempawah
2.
Sri. R
2011
Karakteristik Ibu
Deskriptif
dengan partus
dengan
lama di Rumah
melakukan
Sakit Umum
studi
Daerah dr.
dokumentasi
Agoesdjam
menggunakan
Ketapang tahun
data rekam
2011
medik di
RSUD dr.
Agoesdjam
Ketapang
tahun 2011
3.
Febryanita
2005
serotinus.
Hasil penelitian dari 37 ibu
partum primer di
perdarahan
ruanga
Bersalin
Rumah
Sakit
persalinan
post
kala
partum
II
tidak
Umum
dr.
Provinsi
Soedarso
Pontianak
tahun
terdapat
hubungan
yang
2005.
Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada subyek penelitian, tempat, dan
waktu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian analitik dengan
pendekatan case control dengan subyrk penelitian ibu bersalin dengan partus tak maju
di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. PARTUS TAK MAJU
a. Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2002) persalinan lama yaitu :
1) Fase laten lebih dari 8 jam
2) Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran
bayi (persalinan lama)
3) Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya
pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin
dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus
kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan
persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga
terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala
dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi dimana fase laten
berlangsung lebih dari 8 jam atau lebih, bayi belum lahir, atau dilatasi
serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif (Saifuddin,
2007)
Sedangkan persalinan terlantar adalah persalinan yang disertai komplikasi
ibu dan janinnya. Pada umumnya berlangsung lebih dari 24 jam atau
ditolong dengan paksa. Persalinan terlantar merupakan upaya tubuh untuk
menyelamatkan diri dari ruptur uteri dengan mekanisme perlindunganhis
menghilang sehingga kedudukan janin stasioner (tetap) (Manuaba, 2008 :
1)
Berdasarkan dari
bahwa yang dimaksud dengan partus tak maju adalah partus yang tak ada
kemajuan pada kala I (dengan his yang adekuat, tidak ada kemajuan pada
pembukaan serviks dan penurunan kepala)
b. Etiologi
Persalinan dipengaruhi oleh faktor 3P (power, passenger dan passage).
Jika ketiga faktor tersebut tidak dapat bekerja sama dengan baik maka
dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama. Adapun kelainan yang
terdapat pada masing-masing faktor, antara lain :
1) Kelainan power (kelainan tenaga/ kelainan his)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2002).
Kelainan his sering ditemukan pada primigravida, khususnya
primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan
sifatnya,
dapat
singkat,
akibatnya
dapat
terjadi
persalinan
kontraksi
bagian-bagiannya.
Tidak
adanya
his
tidak
defleksi
dimana
maksimal,
kepala
dalam
sehingga
oksiput
yang
jelas
lebih
(a) Perubahan
bentuk
karena
kelainan
pertumbuhan
inersia
uteri
serta
lambannya
tuberum
bersama
dengan
diameter
apakah
persalinan
pervaginam
akan
kemajuan
persalinan
adanya
obstruksi.
Terutama
karena
merupakan
rintangan
bagi
lahirnya
janin
pervaginam.
(3) Kelainan hymen dan perineum
Kelainan pada hymen inperforate, atau hymen
elastik pada perineum terjadi kekakuan sehingga
memerlukan episiotomi yang luas.
c. Determinan dari Partus Tak Maju
1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan
psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga
belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun
organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses
menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang
vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dan lain-lain (pada umur
tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat
tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi
pada ibu dan janin).(Indriyani : 2006)
2. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai
angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih
tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan
mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan
kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak
pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet
dan perdarahan pasca persalinan.
3. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan
prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan
dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu
merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.
4. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan
malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi
dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan
kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi
ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.1,10
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang
panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi
Diagnosis
Belum inpartu
Inersia uteri
Disproporsi
sefalopelvik
Obstruksi kepala
Malpresentasi
atau
malposisi
anterior)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi Kala II lama
tak ada kemajuan penurunan
Tanda maupun gejala terjadinya persalinan lama dapat diketahui bila terjadi :
1) Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
Fase laten memanjang adalah apabila pembukaan serviks tidak
melewati 4 cm setelah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
Pemanjangan fase laten dapat disebabkan faktor antara lain :
a) Kecemasan dan ketakutan
b) Pemberian analgetik
c) Abnormalitas pada tenaga ekspulsi
d) Abnormalitas pada panggul
e) Kelainan pada letak dan bentuk janin
f) Kelainan dalam bentuk janin
1) Fase aktif memanjang (prolonged Active Phase)
Dikatakan fase aktif memanjang apabila pembukaan serviks
melewati kanan garis waspada partograf. Beberapa penyebab fase
aktif memanjang, antara lain :
a) Disproporsi sefalopelvik
b) Obstruksi
c) Aktivitas uterus yang tidak adekuat
2) Kala II memanjang (prolonged expulsive phase)
Kala II memanjang terjadi bila pembukaan serviks lengkap, ibu
ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.
e. Patofisiologis
Fase laten memanjang dapat disebabkan akibat oversedasi atau
menegakkan diagnosa inpartu terlampau dini dimana masih belum
terdapat dilatasi dan pendataran servik.
Diagnosa adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada
fase aktif lebih mudah diotegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor
3 P.
P yang pertama , komponen power , frekuensi kontraksi uterus
mungkin memadai namun intensitas nya tidak memadai. Adanya
gangguan hantaran saraf untuk terjadinya kontraksi uterus misalnya
adanya jaringan parut pada bekas sectio caesar, miomektomi atau
gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan kontraksi uterus
berlangsung secara tidak efektif. Apapun penyebabnya, gangguan ini akan
menyebabkan kelainan kemajuan dilatasi dan pendataran sehingga
keadaan ini seringkali disebut sebagai distosia fungsionalis. Kekuatan
kontraksi uterus dapat diukur secara langsung dengan menggunakan
kateter pengukur tekanan intrauterine dan kekuatan kontraksi uterus
dinayatakan dalam nilai MONTEVIDEO UNIT. Nilai kekuatan kontraksi
uterus yang adekwat adalah 200 MVU selama periode kontraksi 10 menit.
Diagnosa arrest of dilatation hanya bisa ditegakkan bila persalinan sudah
dalam fase aktif dan tidak terdapat kemajuan selama 2 jam serta
berlangsung dengan kontraksi uterus yang adekwat ( > 200 MVU ). 6
uterus.
Pemeriksaan
ini
harus
dibatasi
selama
2) Janin
Janin dapat mengalami asfiksia ringan sampai terjadi kematian
dalam rahim. Air ketuban keruh dan bercampur mekonium karena
asfiksia dalam rahim. Dalam beberapa keadaan terjadi kelainan
letak janin (letak lintang, sungsang, kelainan letak kepala seperti
puncak, oksipitotransversa persisten, letak dahi atau muka, letak/
penempatan ganda).
(a) Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit
kepala
Akibat
tekanan
dari
tulang-tulang
pelvis, kaput
persalinan normal)
Periksa keton dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun
parenteral, dan upayakan buang air kecil (kateterisasi hanya kalau
perlu)
Berikan analgesia : tramadol atau petidine 25 mg IM (maksimum 1
mg/kgBB) atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri yang
sangat
3. Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang
mungkin menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan :
Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih memungkinkan
anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah
diperlukan)
4. Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik : tramadol
atau petidine 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kgBB atau morfin
10 mg IM. Lakukan pemeriksaan vagginal untuk menentukan kala
persalinan.
Lakukan
penilaian
frekuensi
dan
lamanya
kontraksi
berdasarkan partograf.
c. Penanganan Khusus
1. Persalinan palsu/ belum inpartu (false labor)
Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. Jika
didapatkan adanya infeksi , obati secara adekuat. Jjika tidak ada, pasien
boleh rawat jalan.
2. Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jika his
berhenti, pasien belum disebut inpartu atau persalinan palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien
masuk dalam laten.
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dalam 500cc dextrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit,
setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum
40 tetes/menit) atau berikan preparat prostaglandin. Lakukan
penilaian ulang setiap 4 jam. Jika pasien tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan
seksio sesarea.
Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan
ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi
antibiotika
pascapersalinan
Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika ditambah
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam
selama 48 jam.
Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya
malpresentasi
Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan
4. Disproporsi sefalopelvik
Disproporsi sevalopelvik terjadi karena janin terlalu besar atau panggul ibu
kecil, sehingga persalinan macet. Penilaian ukuran panggul yang baik adalah
dengan melakukan partus percobaan. Kegunaan pelvimetris terbatas.
Jika diagnosis disproporsi, lakukan seksio sesarea. Jika bayi mati lakukan
kraniotomi atau embriotomi, bila tidak mungkin melakukan kraniotomi lakukan
seksio sesarea.
5. Obstruksi (partus macet)
1. Jika bayi hidup dan pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan
kepala 1/5, lakukan ekstraksi vacum
2. Jika bayi hidup dengan pembukaan serviks belum lengkap atau kepala
bayi masih terlalu tinggi untuk ekstraksi vacum, lakukan seksio sesarea
3. Jika bayi mati, lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi
6. His tidak adekuat (inersia uteri)
Jika his tidak adekuat sedangkan disproporsi dan abstruksi dapat disingkirkan,
kemungkinan penyebab persalinan lama adalah inersia uteri.
1. Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
2. Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah
his adekuat :
Jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
Jika ada kemajuan, lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2
jam
7. Kala II memanjang (prolonged expulsive phase)
Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan
menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
1. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan
infus oksitosin
2. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
Jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian
2. PARITAS
a. Pengertian
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009),
paritas
dapat
dibedakan
menjadi
primipara,
multipara
dan
grandemultipara.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan
menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin
hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (Bobak, 2005).
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu
(Nursalam, 2003).
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
paritas adalah anak yang lahir pada usia kehamilan cukup bulan atau
hampir cukup bulan.
Hasil penelitian bahwa ibu dengan paritas 1 memiliki resiko
mengalami partus lama 3,441 kali lebih besar dibandingkan dengan
paritas >1 dan bermakna secara statistik. Ibu paritas 1 cenderung lebih
lama mengalami pembukaan lengkap dibandingkan ibu dengan paritas
>1 (Amiruddin, 2007).
b. Klasifikasi
1) Nulipara
Seorang wanita yang belum pernah melahirkan anak.
2) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang
cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
3) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel
(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih (Varney, 2006).
4) Grande Multipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6
kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih (Varney, 2006).
memperoleh
menerima
informasi,
sehingga
memenuhi
mendapatkan
kebutuhan
tempat
hidup
pelayanan
dan
untuk
kesehatan
yang
perilaku.
Faktor Resiko
Parita
s
Power
IBU :
Komplikasi
Umur
Jarak
Kelahiran
Pimpinan
persalinan
yang salah
Passanger
Psikologi
Passage
BAYI:
Keterangan
Gambar 2.2.
= Diteliti
= Tidak Diteliti
Kerangka Teori hubungan antara paritas dengan resiko
terjadinya persalinan lama modifikasi [Manuaba (1998) dan
Saifudin (2009)
D. Kerangka konsep
Berdasarkan topik penelitian, pada kerangka konsep disajikan alur penyajian
terutama variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
Variabel bebas
Variabel Terikat
lama.
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
kelompok wanita dengan paritas 1 dan lebih dari 3 mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk mengalami kejadian persalinan lama dibandingkan dengan
kelompok wanita paritas 2-3.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah sehingga peneliti mempunyai arah serta alur dalam melaksanakan penelitian
ini.
A. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian
untuk menguji keaslian hipotesis. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik dengan pendekatan studi case control. Case control adalah suatu penelitian
(survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektif (Notoatmodjo, 2002)
Studi kasus kontrol dilakukan dengan cara membandingkan dua kelompok
yaitu kelompok kasus dan kontrol, kemudian ditelusuri secara retrospektif ada
tidaknya faktor resiko yang berperan.
Gambaran rancangan penelitian analitik dengan pendekatan case control dapat dilihat
sebagai berikut :
Apakah
ada
faktor
risiko
Ditelusuri
rektrospektif
Penelitian
dimulai dari
sini
Kontrol
Kasus
Persalinan
Normal
kasus, sehingga jumlah kontrol dalam penelitian ini juga berjumlah 42 orang.
Dengan demikian jumlah keseluruhan sampel sebanyak 84 orang.
2. Cara pengambilan sampel
Pemilihan kasus ditentukan dengan cara purposive sampling dengan
mengidentifikasikan kasus yang ada dan ditentukan berdasarkan kriteria
inkulsi.
Pemilihan kontrol dilakukan secara Systematic Random Sampling dan
berdasarkan proporsi kasus.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang menentukan atau
mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini adalah paritas.
2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, dalam penelitian ini adalah persalinan tak maju.
F. Definisi Operasional
N
Jenis
Pengukuran
O
Variabel
Penilaian
1. Variabel
Terikat
Nama
Definisi
Variabel
Operasional
persalinan
tak maju
Skala
Nominal 0 = tidak
1 = ya
multigravida.
Tidak:persalinan yang
berlangsung 24 jam
bagi primi gravida dan
atau 18 jam bagi multi
Gravida.
2. Variable
Bebas
Paritas
Nominal 0 = tidak
berisiko
1 = risiko
c. Tabulating
Mengelompokan data ke dalam suatu kelompok data tertentu menurut
sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Entry Data
Memasukkan data ke dalam program komputer.
e. Penyajian Data
Data-data yang telah diolah kemudian akan disajikan dalam bentuk
tabel agar lebih mudah untuk dibaca dan dipahami.
J. Teknik Analisa Data
Analisa data yang dilakukan mencakup sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Digunakan untuk mengetahui prevalensi semua variabel penelitian
dengan cara menyusun tabel frekuensi untuk masing-masing variabel bebas
dan terikat.
2. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Uji hipotesis yang
digunakan uji Chi square (X2), untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara dua variabel. Odss Ratio (OR) dihitung dengan cara membandingkan
antara sering terdapat paparan pada kelompok kasus dan berapa sering paparan
pada kelompok kontrol, dengan tingkat kepercayaan = 0,05 dan confident
interval (CI = 95%). Berikut perhitungan tabel 2x2.
Tabel 2x2
Faktor resiko partus
tak maju
Paritas
1 dan >3
Paritas 2-3
Total
Kasus
(partus tak maju)
Kontrol
(partus tak maju)
Jumlah
a+b
c+d
a+b
b+d
Rumus OR = a x d
Keterangan :
a.
b.
c.
d.
Apabila :
OR = 1 : tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
OR = <1 : variabel bebas memberikan efek terhadap variabel terikat
OR = >1 : variabel bebas menyebabkan terjadinya variabel terikat
Sedangkan untuk menguji hipotesis dengan rumus Chi Square :
Keterangan :
n = jumlah sampel
a = kasus terpapar faktor resiko
b = kontrol terpapar faktor resiko
c = kasus tidak terpapar faktor resiko
d = kontrol tidak terpapar faktor resiko
untuk mengetahui apakah suatu hubungan signifikan atau tidak, dilihat dari nilai
probabilitasnya atau p yaitu apabila p < 0,05 artinya hubungan itu signifikan dan apabila p >
0,05 artinya hubungan itu tidak signifikan.
K. Jalannya Penelitian
Untuk memudahkan jalannya penelitian, maka ditetapkan serangkaian
kegiatan penelitian dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Meliputi studi pendahuluan, pembuatan proposal, dan pengajuan ijin
penelitian dari Direktur Akademi Kebidanan St. Benedicta Pontianak ke
Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 hingga
24 April 2012 meliputi pengambilan data sekunder berdasarkan rekam medik
RSUD Sanggau.
1. Tahap analisa data
Setelah data terkumpul, data dianalisa sesuai dengan kriteria masingmasing, kemudian uji taraf signifikan antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol.
2. Tahap penulisan laporan
Laporan ditulis setelah semua data terkumpul, diolah dan ditemukan
hasil dari penelitian dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.
L. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini beberapa keterbatasan yaitu penelitian dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang diambil melalui catatan rekam medik rawat inap
ibu bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau, sehingga tidak dapat menggali
informasi yang lebih dalam. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurang
lengkapnya data dalam beberapa bulan seperti riwayat persalinan sehingga harus
dilakukan pengecekan ulang ke ruang bersalin. Selain itu terdapat perbedaan nomor
rekam medik antara yang ada pada data rekam medik dengan yang diruang bersalin.
Hasil penelitian tersebut dibuat kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan hasil
yang diperoleh dari hasil penelitian.