Professional Documents
Culture Documents
HIFEMA
Oleh:
FLORA OKTAVIA
0910312030
MUHAMMAD FARID
1010312041
NIDIA RAMADHANI
1010313099
Pembimbing:
dr. Hj. Getry Sukmawati, Sp.M(K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2014
BAB I
Ilustrasi Kasus
Seorang pasien laki-laki berumur 77 tahun datang ke UGD RS Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 18Agustus 2014 dengan:
Keluhan utama: lukarobek di kelopak mata kanan sejak + 3 jam sebelum masuk RS.
Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Luka robek di kelopak mata kanan sejak + 3 jam sebelum masuk RS.
Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
OD
OS
1/ proyeksi salah
5/20
Refleks fundus
Silia/supersilia
Palpebra superior
hematom (+)
hematom (+)
Palpebra inferior
hematom (+)
hematom (+)
Visus tanpa
koreksi
Visus dengan
koreksi
Margo palpebra
Aparat lakrimalis
Konjungtiva
lakrimasi N
lakrimasi N
papil (-)
papil (-)
papil (-)
injeksikonjungtiva (+)
injeksikonjungtiva (-)
tarsalis
Konjungtiva
fornics
Konjungtiva
bulbi
injeksisiliar (+)
injeksisiliar (-)
Sklera
putih
putih
Kornea
bening
bening
coklat
coklat
midriasis
midriasis
Lensa
keruh
keruh
KorpusVitreum
bening
bening
Fundus
bening
bening
Kamera Okuli
Anterior
Iris
Pupil
Media
keruh
keruh
Papil
optik
Retina
aa/vv
tidak dapat dinilai
Posisi bulbus
ortho
ortho
okuli
Pemeriksaan
Retina
-
Makula
Tekanan bulbus
okuli
Gerakan bulbus
okuli
lainnya
Gambar
Diagnosis Kerja
:
Rubeosis Iridis
Neoplasma maligna
Xanthogranuloma juvenil
:
Cefotaxime 2 x 1 gr
LFX ed 6 x 1 OD
SA ed 2 x 1 ODS
Kloramfenikoleo 3 x OD
Noncorted 6 x 1 OD
Transamin 3 x 1 tab
Methyl Prednisolon 1 x 32 mg
Vitamin K 3 x 1 tab
Anjuran Kepada Pasien
-
Bedrest total
Elevasi kepala untuk mempercepat sedimentasi darah sehingga
memfasilitasi pemeriksaan segmen posterior dan pemulihan
fungsi penglihatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi Bilik Mata Depan dan Vaskularisasi Mata
2.1.1. Anatomi Bilik Mata Depan
Mata terbagi atas tiga kompartemen, yaitu ruang vitreus, bilik
mata depan (kamera okuli anterior), dan bilik mata belakang
(kamera okuli posterior). Bilik mata depan terletak antara iris dan
kornea sementara bilik mata belakang terletak posterior terhadap
iris dan anterior terhadap lensa. Bilik mata depan dan bilik mata
belakang sama-sama terisi cairan bening bernama aqueous humor,
yang dihasilkan oleh epitel ciliaris pada bilik mata belakang.
Kompartemen terbesar di mata adalah ruang vitreus, yang
menyusun lebih dari dua pertiga volume mata.1
Bilik mata depan dibatasi oleh kornea di bagian anterior serta
oleh diafragma pupil dan iris di bagian posterior. Sudut bilik mata
depan, yang tersusun atas garis Schwalbe, kanal Schlemm, jalinan
trabekula, taji sklera, tepi anterior corpus ciliaris, dan iris, terletak
pada persambungan kornea dan iris.1
Garis Schwalbe, suatu struktur yang terletak di bagian perifer
membran Descemet, menandai berakhirnya endotel kornea dan membentuk
margo anterior sulkus sklera interna. Sulkus ini ditandai dengan taji sklera di bagian
posteriornya. Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di antara korpus
siliare dan kanal Schlemm, tempat iris dan korpus siliare menempel. 2 Insersi
musculus ciliaris longitudinalis berada pada taji sklera dan kontraksi otot ini akan
menyebabkan terbukanya ruang trabekula.1
Jalinan trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, yang dasarnya
mengarah ke korpus siliare. Garis ini tersusun dari lembar-lembar bergelombang
jaringan kolagen elastik, yang membentuk suatu filter dengan memperkecil ukuran
pori ketika mendekati kanalis Schlemm. Bagian dalam jalinan ini, yang menghadap
ke kamera anterior dikenal sebagai jalinan uvea; bagian luar, yang berada di dekat
kanalis Schlemm, disebut jalinan korneosklera. Serat-serat longitudinal otot siliar
menyisip ke dalam jalinan trabekula tersebut. Saluran-saluran eferen dari kanalis
Schlemm (sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aquaeus) berhubungan dengan
sistem vena episklera (Gambar 1).2
Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri oftalmika,
yaitu cabang besar pertama dari arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini
berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju
ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang memasuki
nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri
oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula lakrimalis dan
kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris
posterior longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan
arteri supra orbitalis serta supra troklearis. Arteri siliaris posterior brevis
memperdarahi koroid dan bagian nervus optikus. Kedua arteri siliaris posterior
longus memperdarahi korpus siliaris dan saling beranastomosis satu sama lain serta
dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.2
Aliran vena orbita terutama melewati vena oftalmika superior dan inferior yang
juga menampung darah dari vena siliaris anterior dan vena retina sentralis. Vena
oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fissura orbitalis superior
dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fissura orbitalis inferior.2
2.2.
Hifema
2.2.1.
Definisi
Hifema merupakan suatu kondisi dimana terdapat darah
didalam bilik mata depan. Kata hifema berasal dari gabungan dua
kata dalam bahasa Yunani, yaitu hypo, yang berarti dibawah, dan
haemos, yang berarti darah sehingga hifema secara istilah dapat
dikatakan sebagai digenangi darah (hyphaemos). Hifema dapat
terjadi karena rusaknya pembuluh darah iris atau corpus ciliaris
akibat trauma yang terjadi pada mata.1,2
2.2.2.
Klasifikasi
2.2.2.1. Berdasarkan waktu terjadinya
1. Hifema primer, terjadi segera setelah trauma hingga
hari kedua setelah trauma.
2. Hifema sekunder, terjadi pada hari kedua hingga hari
kelima setelah trauma.
2.2.2.2. Berdasarkan penyebabnya
mata
depan,
seperti
neoplasma
darah
mengisi
COA
sepenuhnya/total
Epidemiologi
Hifema traumatik biasanya terjadi pada anak-anak atau lakilaki muda.1Insiden rata-rata dari kejadian hifema per tahunnya
adalah sekitar 2 per 10.000 orang. Perbandingan laki-laki dengan
perempuan adalah 3 : 1. Sekitar 60% kasus hifema biasanya terjadi
akibat cedera olahraga.4
2.2.4.
Etiologi
Hifema seringkali terjadi sebagai suatu sequelae trauma
tumpul atau tembus pada mata yang sifatnya mengancam
penglihatan (vision-threatening).3 Sebagian besar hifema bersifat
traumatik dan biasanya diasosiasikan dengan cedera/trauma yang
terjadi pada struktur sudut bilik mata, lensa, segmen posterior, dan
orbita.1 Akan tetapi, hifema dapat juga terjadi secara spontan.
Hifema yang bersifat spontan biasanya terjadi pada rubeosis iridis,
gangguan penggumpalan darah (clotting abnormalities), penyakit
herpes, dan permasalahan pada lensa intraokuler (intraocular
lens/IOL)
sementara
pada
anak
biasanya
terjadi
akibat
robekan
pada
sudut
bilik
mata
depan
dan
gumpalan
fibrin-trombosit
(clot).
Gumpalan
ini
hari
dalam
keratosit
keratosit.1
2.2.7.
Diagnosis
dan
menyebabkan
kematian
hifema
Perhatikan iris dan lensa dibelakang hifema. Bentuk dan ukuran pupil,
sphincter tears, iridodialysis, dan dislokasi lensa.Pupil harus
Pemeriksaan Laboratorium
Pada ras tertentu seperti kulit hitam dan Hispanik, perlu dilakukan
Diagnosis Banding
Darah dapat terkumpul di bilik mata depan karena trauma trivial pada kasuskasus:
-
rubeosis Iridis
neoplasma maligna
xanthogranuloma juvenil
lensa intraokular (terutama bila bilik mata depan atau iris terfiksasi)
Sebagai tambahan, pada perdarahan spontan, kecurigaan kearah abnormalitas
faktor pembekuan darah dan trauma terbuka tersembunyi harus dipikirkan.
2.2.9.
Tatalaksana
Biasanya hifema akan hilang sempurna, bila perjalanan penyakit tidak berjalan
demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema
traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :
Menghentikan perdarahan.
Jangan menyentuh, menggosok atau menekan mata, apalagi dengan tangan yang
kotor, karena akan menyebabkan infeksi.
Jangan menghilangkan kotoran yang ada dimata akibat trauma yang terjadi pada
mata namun jika kotoran di mata ingin dihilangkan maka angkat bagian atas
kelopak mata atas bulu mata bawah tutup, kemudian kedip beberapa kali
sehingga memungkinkan air mata untuk membersihkan atau menghilangkan
partikel yang ada pada mata tersebut atau dapat pula di bilas dengan air. jika
kotoran tersebut tetap ada, maka usahakan mata tetap dalam kondisi tertutup dan
segeralah kedokter mata dan dapatkan bantuan medis.
Jangan oleskan salep atau obat untuk mata ataupun hindari pemberian aspirin,
ibuprofen
atau
non-steroid,
obat
anti-inflamasi
karena
obat-obat
ini
Jika trauma pada mata akibat pukulan, maka letakan kompres dingin kecil untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Penanganan konservatif
o Tirah baring (bed rest total)
o Bebat mata
Pemakaian obat-obatan4
Koagulansia
parenterai,
berguna
untuk
menekan
atau
menghentikan perdarahan,
Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat
anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga
bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh
darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu
sampai sembuh. dengan demikian diharapkan terjadinya
perdarahan sekunder dapat dihindarkan.
Midriatika miotika
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obatobat golongan midriatika atau miotika, karena masingmasing obat mempunyai keuntungan dan kerugian
sendiri-sendiri. miotika memang akan mempercepat
absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan
mengistirahatkan perdarahan.
Pemberian
midriatika
dianjurkan
bila
didapatkan
komplikasi iridiocyclitis.
Obat-obat lain
rasa
sakit
diberikan
analgetik
atau
Operasi4,1
o Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma
sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. dan tidak ada
pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi
selama 3 - 5hari.
o Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila
tekanan bola mata maksimal lebih dari 50 mmhg selama 5 hari atau
tekanan bola mata maksimal lebih dari 35 mmhg selama 7 hari.
o Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila tekanan
bola mata rata-rata lebih dari 25 mmhg selama 6 hari atau bila ditemukan
tanda-tanda imbibisi kornea.
o Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior
perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus
bertahan selama 9 hari.
o Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan
dari tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari. atas
dasar di atas darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema,
sedang rakusin menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila
ditemukan hyphaema dengan tinggi perdarahannya bilik depan bola
mata.
Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. dari
o Hifema mengisi lebih dari coa yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk
mencegah peripheral anterior synechiae)
o Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun
ukurannya dengan tekanan intra ocular lebih dari 35 mmhg lebih dari 24
jam. jika tekanan inta ocular menetap tinggi 50 mmhg atau lebih selama
4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda. suatu studi mencatat atrofi optic
pada 50 persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat.
corneal blood staining terjadi pada 43% pasien. pasien dengan sickle cell
hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak
terkontrol dalam 24 jam
Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :
o Parasentesis ocular4
Parasentesis
merupakan
tindakan
pembedahan
dengan
2.2.10.
Komplikasi Hifema Traumatika
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah
perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari
traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina,katarak dan iridodialysis.
besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.
Berikut ini komplikasi yang ada dari hifema :
Rebleeding4
o Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan
insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. perdarahan sekunder ini
timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan
dari perdarahan primernya.
o Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. terjadi
pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu
bervariasi sebelum 7 hari post-trauma.
Glaukoma sekunder
o Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh
tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah.
o Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata
oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut coa dan trabekula
sehingga terjadinya glaukoma.
o Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar
berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan
pengaliran cairan mata
Hemosiderosis kornea
o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari coa dalam
bentuk sel darah merah melalui sudut coa menuju kanal schlemm
sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. penyerapan
pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.
sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin.
o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam
lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong
dengan keratoplasti.
o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh
disertai
glaukoma.
hemosiderosis
ini
akan
timbul
bila
ada
Sinekia posterior
o Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema. komplikasi
ini akibat dari iritis atau iridocyclitis. komplikasi ini jarang pada pasien
yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada
pasien dengan evakuasi bedah pada hifema.
Atrofi optik
Uveitis
o Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea,
uveitis. selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar
yang
mungkin
juga
masuk
ke
dalam
badan
kaca (corpus
Prognosis
Prognosis hifema bergantung pada jumlah darah dalam bilik mata depan. Bila
darah sedikit di dalam bilik mata maka darah ini akan hilang dan jernih dengan
sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka
prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema total di dalam
bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk dibanding dengan hifema
subtotal,terlebih bila disertai dengan glaukoma dan imbibisi kornea5
Keberhasilan penyembuhan hifema tergantung dari tiga hal, yaitu:
-
jumlah kerusakan lain akibat hifema pada struktur mata (ruptur koroid,
pembentukan macula scar)
apakah terjadi komplikasi akibat hifema seperti glaukoma, bercak darah pada
kornea dan atrofi optikus
Keberhasilan penyembuhan terjadi hampir 80 % pada hifema derajat 1.
BAB III
DISKUSI
Telahdilaporkanseorangpasienlaki-laki, usia 77tahun, datang ke IGD RSUP Dr.
M.
Djamil
Padang
dengankeluhanlukarobek
di
kelopakmatakanan
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology, 2011. External Disease
and Cornea Section 8 Basic and Clinical Science Course.
America: American Academy of Ophthalmology.
2. Vaughan, Asbury, Riordan EP, 2010. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Albert DM, Miller JW, Azar DT, Blodi BA, Cohan JE, Perkins T
(ed.), 2008. Albert & Jakobiecs Principles and Practice of
Ophthalmology, 3rd Edition Volume 4. Philadelphia: Saunders
Elsevier Inc.
4. Gharaibeh A, Savage HI, Scherer RW, Goldberg MF, Lindsley K.
Medical
interventions
for
traumatic
hyphema.
Cochrane