Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
JANUARI 2016
KALAZION
OLEH :
ANDI ASMITA ABRAR
10542 0195 10
PEMBIMBING :
dr. PURNAMANITA SYAWAL, Sp.M.,MARS
NIM
: 10542 0195 10
Judul Lapsus
: Kalazion
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar,
Januari 2016
Pembimbing
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Janis Kelamin
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register
Tanggal Pemeriksaan
Rumah Sakit
Pemeriksa
: Nn.NIZ
: Perempuan
: 10 tahun
: Islam
: Makassar/Indonesia
: Pelajar
: Gowa
: 278263
: 16 Januari 2016
: RSUD Syekh Yusuf Gowa
: dr. Y
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak mata kanan bagian bawah
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang ke Poliklinik RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kanan bagian bawah yang dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya
muncul benjolan kecil yang kemudian membesar setelah 3 bulan yang lalu. Benjolan tidak
terasa sakit, mata berair tidak ada, tidak gatal penglihatan kabur dan kotoran mata di
sangkal.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat penyakit sistemik
Riwayat alergi (-)
Gambar 1
C. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Pemeriksaan Inspeksi
OS
Palpebra
Silia
Apparatus
Lakrimalis
Konjungtiva
Bola mata
Kornea
BilikMata
Depan
Iris
Pupil
Lensa
Mekanisme
muscular
OD
Tampak penonjolan sebesar
Edema (-)
Normal, sekret (-)
biji jagung
Normal, sekret (-)
lakrimasi (-)
lakrimasi (-)
Hiperemis (-).
Normal
Jernih
Normal
Hiperemis(-)
Normal
Jernih
Normal
segala arah
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi
OD
OS
Tensi Okuler
Tn
Tn
Nyeri tekan
(-)
Tampak massa tumor
(-)
sebesar biji
jagung,konsistensi
Massa tumor
sedikit kenyal,tidak
(-)
nyeri,benjolan tidak
bisa
Glandula preaurikuler
digerakkan/immobile.
Tidak ada pembesaran
3. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
VOD : 20/20
VOS : 20/20
5. Campus Visual
Tidak dilakukan Pemeriksaan
6. Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light Sense
Light sense ke segala arah
8. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Penyinaran Oblik
No
Pemeriksaan
.
1.
2.
3.
4.
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
5.
Pupil
6.
Lensa
OD
OS
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Isokor, Bulat, sentral,
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Isokor,Bulat, sentral,
RC(+)
Jernih
RC(+)
Jernih
a. SLOS : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat,
kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
b. SLOD :konjungtiva hiperemis (-), palpebra inferior: tampak edema nodul sebesar
biji jagung konsistensi sedikit kenyal, kornea jernih, BMD kesan normal, Iris
coklat, kripte (+), pupil bulat sentral RC (+), lensa jernih.
11. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Resume
Pasien berusia 10 tahun datang ke Poliklinik RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan
keluhan benjolan padap palpebra inferior dextra sejak 5 bulan yang lalu, mula-mula kecil
kemudian membesar setelah 3 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan tidak sakit, lakrimasi (-),
gatal (-), sekret mata (-).
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan :
Secara inspeksi dan palpasi didapatkan pada OS tidak ada kelainan. Sedangkan pada OD
Tampak massa tumor sebesar biji jagung di palpebra inferior, konsistensi sedikit lunak,
batas tegas, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri pada perabaan.Pada pemeriksaan refraksi
didapatkan VOD 20/20 dan VOS 20/20. Pada pemeriksaan slit lamp OS tidak tampak
kelainan dan pada OD konjungtiva hiperemis (-), palpebra inferior: tampak edema nodul
sebesar biji jagung konsistensi sedikit kenyal, kornea jernih, BMD kesan normal, Iris
coklat, kripte (+), pupil bulat sentral RC (+), lensa jernih.
1. Diagnosis
Diagnosis Kerja : OD. Kalazion
Diagnosis Banding : - Hordeolum interna
- Hordeolum externa
-Dermoid cyst
2. Terapi
a. Medikamentosa
R/ c. xytrol zalf 4x1 OD
b. Bedah
Rencana OD Insisi kalazion jika orangtua pasien bersedia.
3.
Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : dubia ad bonam
Ad visam : bonam
Ad kosmetik : bonam
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah yang terjadi pada pasien ini adalah:
Benjolan pada kelopak mata kanan bagian bawah.
Analisis Masalah
Benjolan pada mata kanan bagian bawah dapat biasanya disebabkan oleh suatu
penyakit misalnya hordeoulum, dan kalazion. Hordeolum dapat disingkirkan sebagai
diagnosis karena hordeolum terdapat rasa nyeri. Kalazion merupakan diagnosis paling tepat
pada pasien ini karena tampak edema dan benjolan pada palpebra inferior dan tidak nyeri.
Temuan klinis tersebut sangat khas pada kalazion karena tidak ada rasa nyeri dan ada
benjolan pada palpebra.
KALAZION
I.
DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.1,2
Kalazion akan memberikan gejalanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak
membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
III.
PATOMEKANISME
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim
bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur
sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya
respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel
radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari
hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan
nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat
menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan fisik,
dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam
palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada
pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar
Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.5,6
10
V.
GEJALA KLINIS
Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata
membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian gejala
tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri
pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak mata
terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu.6,8
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama
pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh
pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra
superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada
palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat
menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan
penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih
seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih
berminyak.6,8
11
PENATALAKSANAAN
Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan
secara konservatif seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid
topikal ringan biasanya dapat berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus,
pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan selama berminggu-minggu tidak
membuahkan hasil. Sebagian besar kalazion berhubungan dengan kalazion lain
yang berlokasi di bagian yang lebih dalam dari palpebra. Isi dari kalazion
marginalis murni akan menyatu bila 2 buah kapas didorong ke arah tepi
palpebra dari kedua sisinya. Jika isi kalazion tidak dapat dikeluarkan, lakukan
insisi distal kalazion dan isinya dikerok. 9,10
Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna)
meliputi pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa
kasus mungkin diperlukan insisi dan drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus,
kuretase atau kerokan yang berlebihan dapat memperluas infeksi dengan
rusaknya jaringan. Steriod topikal diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi
peradangan kronis yang dapat menimbulkan sikatrik.9,10
Medikamentosa
12
13
atau asam trikloroasetat setelah insisi dan drainase dapat mencegah terjadinya
kembali kalazion.9,10
Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion
yang mengalami fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar,
termasuk pengangkatan sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus
disayat dengan hati-hati agar tidak terjadi deformitas luas pada palpebra,
sehingga memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa meninggalkan celah.9,10
Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5
VII.
telah
dilakukan
drainase
dengan
baik
sebelumnya,
harus
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2011. Hal: 89-90,
92-94.
14
emedicinehealth.com/
7. Ilyas S, dkk. Ilmu Penyakit Mata (Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran).
Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2010. Hal: 57-62
8. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai Penerbit FKUI:
2010
9. Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta; Penerbit Widya Medika: 2003.
10. Anonim. Hordeolum dan Kalazion. (online). 2005. (cited Januari 24). Available
from
:file:///C:/Users/user/Documents/Referensimata/Hordeolum/dan/Kalazion/IlmuDokter.C
om.html
11. Hordeolum and chalazion. Diunduh dari http:// www. tanyadokter. com/ disease.asp?
id=1001124, (cited januari 24)
15