Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Nanik Dewi Setyowati
25010113120089
disebebakan oeh
dapat
menggangu
hormogenesis
tiroid.
Goitrogen
menyebabakan
pembesaran kelenkar tiroid seperti yang terdapat dalam kandungan kol,, lobak,
padi-padian, singkong, dan goitrin dalam rumput liar. Goitrogen juga terdapat
dalam
obat-obatan
seperti
propylthiouraci,
lithium,
phenylbutazone,
minumnya
kurang
sekali
mengandung
yodium.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf ).
B. Patogenesis
Gondok terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga pula penghambatan dalam pembentukan TSH
oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinakan hipofisis mensekresikan TSH
dalam jumlah yang berlebuhan. TSH
1.
C. Metode pemeriksaan
Anamnesis
Inspeksi
Waktu memeriksa kelenjar tiroid hendaknya dipastikan arah sinar yang
tepat, sehingga masih memberi gambaran jelas pada kontur, relief, tekstur kulit
maupun benjolan. Demikian pula harus diperhatikan apakah ada bekas luka
operasi. Dengan dagu agak diangkat, perhatikan struktur dibagian bawah-depan
leher. Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat dilihat dengan cara inspeksi,
kecuali pada orang yang amat kurus, namun apabila dalam keadaan tertentu
ditemukan deviasi trachea atau dilatasi vena maka harus curiga kemungkinan
adanya gondok substernal. Biasanya dengan inspeksi saja kita dapat menduga
adanya pembesaran kelenjar tiroid yang lazim disebut gondok.
Gondok yang agak besar dapat dilihat, namun untuk memastikan serta
melihat gambaran lebih jelas maka pasien diminta untuk membuat gerakan
menelan (oleh karena tiroid melekat pada trachea ia akan tertarik keatas
bersama gerakan menelan). Manuver ini cukup diagnostik untuk memisahkan
apakah satu struktur leher tertentu berhubungan atau tidak dengan tiroid.
Sebaliknya apabila struktur kelenjar tiroid tidak ikut gerakan menelan sering
disebabkan perlengkapan dengan jaringan sekitarnya. Untuk ini dipikirkan
kemungkinan radang kronik atau keganasan tiroid auskultasi (Tim Pelaksana
Skil Lab FK Universitas Andalas, 2012)
b.
Palpasi
Dalam menentukan besar, bentuk konsistensi dan nyeri tekan kelenjar
tiroid maka palpasi merupakan jalan terbaik dan terpenting. Ada beberapa cara,
tergantung dari kebiasaan pemeriksa. Syarat untuk palpasi tiroid yang baik
adalah menundukkan leher sedikit serta menoleh kearah tiroid yang akan
diperiksa (menoleh kekanan untuk memeriksa tiroid kanan, maksudnya untuk
memberi relaksasi otot sternokleidomastoideus kanan). Pemeriksa berdiri
didepan pasien atau duduk setinggi pasien. Sebagian pemeriksa lebih senang
memeriksa tiroid dari belakang pasien. Apapun yang dipilih langkah pertama
ialah meraba daerah tiroid dengan jari telunjuk (dan atau 3 jari) guna
memastikan ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan dan simetri. Untuk
mempermudah meraba tiroid, kita dapat menggeser laring dan tiroid ke satu
sisi dengan menggunakan ibu jari atau jari tangan lain pada kartilago tiroid.
Kedua tiroid diperiksa dengan cara yang sama sambil pasien melakukan
gerakan menelan.
Palpasi lebih mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang
gemuk tiroid yang membesar juga dapat diraba dengan mudah. Umumnya
wanita mempunayi gondok lebih besar sehingga lebih mudah diraba. Tujuan
menggunakan metoda ini ialah mendapat angka statistik dalam mengendalikan
masalah gondok endemik dan kurang yodium, dengan cara yang reploducible.
Klasifikasi awal (Perez 1960) adalah sebagai berikut :
Derajat 0 : Subjek tanpa gondok
Derajat 1 : Subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)
Derajat 2 : Subjek dengan gondok terlihat (visible)
Derajat 3 : Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm.
Dalam praktek masih banyak dijumpai kasus dengan gondok yang teraba
membesar tetapi tidak terlihat. Untuk ini dibuat subklas baru yaitu derajat IA
dan derajat IB.
Derajat IA : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat
meskipun leher sudah ditengadahkan maksimal.
Derajat IB : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan
sikap kepala biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.
Adapun kriteria untuk menyatakan bahwa gondok membesar ialah apabila
lobus leteral tiroid sama atau lebih besar dari falang akhir ibu jari tangan pasien
(bukan jari pemeriksa). Dalam sistem klasifikasi ini setiap nodul perlu
dilaporkan khusus (pada survei GAKI dapatan ini mempunyai arti tersendiri)
(Tim Pelaksana Skil Lab FK Universitas Andalas, 2012)
c.
Auskultasi
Tidak banyak informasi yang dapat disumbangkan oleh auskultasi tiroid,
kecuali untuk mendengarkan bruit, bising pembuluh di daerah gondok yang
paling banyak ditemukan pada gondok toksik (utamanya ditemukan di lobus
kanan tiroid-ingat vaskularisasinya (Tim Pelaksana Skil Lab FK Universitas
Andalas, 2012)
d.
(Gatie , 2006)
perlu
ditambahkan
preservas(pengawet
urin).
Setelah
sampai
(Gatie ,2006)
Nilai median UIE dalam suatu populasi dapat digunakan untuk mengukur derajat
endemisitas GAKY.
Tabel 3 Kriteria epidemiologi untuk penentuan derajat endemisitas GAKY
berdasarkan media UIE
(Gatie, 2006)
f.
g.
h.
i.
(Ananda,2011)
Daerah Endemik GAKY adalah daerah yang sebagian besar penduduknya
mengalami pembesaran kelenjar gondok. Klasifikasi daerah endemik :
- Daerah GAKI berat, bila TGR 30%
- Daerah GAKI sedang, bila TGR 20-29,9%
- Daerah GAKI ringan, bila TGR 5-19,9%
- Daerah non-endemik, bila TGR 5% (Syaiful, 2008)
Tabel 5 kriteria epidemiologis untuk menilai derjat keparahan
defisiensi yodium berdasarkan prevalensi goiter pada anak usia
sekolah
(Ananda, 2011)
b.
Dari kasus diatas berdasarkan TGR yang ada di masing-masing desa dapat
diinterpretasikan bahwa:
-Daerah endemik GAKI berat
: desa C 32,1%
: desa B 8,9%.
permasalahan
Ananda, Ajinata Alfa Afiv . 2011. Hubungan Stimulasi Kognitif Dengan Prestasi
Belajar
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/46194/3/Alfa_Ajinata_Afiv_Ananda_22010111120
016_Lap.KTI_Bab2.pdf diakses pada 6 januari 2016
Dardjito dan Rahardjo 2010. Iodine Deficiency Disorder In Reproductive Age
Women In Baturaden Districtbanyumas Regency, Central Java. Artikel
penelitian .Jurnal Kesehtan Masyarakat Nasional,Vol 5, No 3, Desember
2010.
Darmayanti, Ni Luh Ayu et al. 2012. Endemik Goiter. Artikel.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Udayana
Denpasar
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14448&val=970
diakses pada 6 januari 2016
Gatie, Ni Asih Luh. Validasi Total Goitre Rate (Tgr) Berdasar Palpasi Terhadap
Ultrasonografi (Usg) Tiroid Serta Kandungan Yodium Garam Dan Air Di
Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. Tesis . Magister Gizi Masyarakat.
Undip . http://core.ac.uk/download/files/379/11715426.pdf
Maxwell et al 2010.Where There is No Doctor. Alih Terjemahan Bahasa
Indonesia. Yogyakata : ANDI.
Mirdania, Yaditta. 2012. Jangan Sepelekan Gondok. Http://majalahkesehatan.
com/jangan-sepelekan-gondok/. Diakses tanggal 6 Januari 2016.
Pratama Ridho, 2012. Makalah Ganguan Akibat Kekurangan Yodium. PKM-GT.
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Binawan.
https://www.academia.edu/9996806/MAKALAH_GANGGUAN_AKIBAT_
KEKURANGAN_YODIUM_GAKY_ diakses pada 5 januari 2016
Syaiful, Iip. 2008. Masalah Gizi di Indonesia dan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat.
Http://kgm.bappenas.go.id/document/datadokumen/28_Data
3.
Fakultas
Kedokteran
Universoitas
Andalas
Padang.
Gratiana.
2010.
Penyakit
Gondok:
Penyebab,
Gejala
Dan
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Penyakit
%20Gondok%20Penyebab,%20gejala%20dan%20konsekuensinya%20bagi
%20perkembangan%20janin,%20anak-anak,%20dan%20remaja%20dan
%20penanggulangannya-.pdf diakses pada 4 Januari 2015.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf
BAGIAN 2:
Berdasarkan teori dan bukti-bukti epidemiologi yang diketahui selama ini, kasus
gondok pada umumnya terjadi di daerah dataran tinggi, karena asupan yodium
yang kurang. Namun, berdasarkan informasi, ternyata keempat desa yang temuan
TGR-nya tinggi tersebut berada di daerah dataran rendah. Hasil pemeriksaan
b.
(Rasipin, 2011).
(Rasipin, 2012)
1.
gondok di daerah tinggi dan rendah serta perbedaan bermakna antara dataran
tinggi dan rawa (Fredy dalam Saidin 2009)
Djokomoelyanto dalam Saidin 2009 mengemukanan bahwa dataran tinggi atau
pegunungan biasanya miskin akan yodium karena lapisan paling atas dari tanah
yang megandung yodium terkikis dari waktu ke waktu. Sebalinya tanah di dataran
rendah kemungkinan terkikis lebih kecil sehingga di duga kandungan yodium
masih normal . Di daerah rawa diharapkan tidak terjadi pengikisan tanah sehingga
kadar yodium tanah dan air cukup tinggi.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang terpentiing adalah agen-agen goitrogen. Goitrogen
adalah zat atau bahan yang dapat menggangu pembentukan hormon tiorid, sehinga
dpat menyebabkan pembesaran kelenjar tioid (gondok) (Djokomoelyanto dalam
Saidin 2009)
Terdapat 2 jenis goitrogen yaitu; goitrogen alami dan sintesis. Goitrogen alami
yang paling penting adalah singkong dan kubis. Sedangkan goitrogen sintesis
adalah insektisida, organoklor(DDT, DDD, dan Dieldrin), fungisida, dan
antibiotik (tetrasiklin)
a.
b.
pada lingkungan
yang
banyak
menggunakan
obat
pembasmi
ikan
predator
yang
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/prosiding/1KEBIJAKAN-LINGKUNGAN-KESEHATAN/2-Suhartono-Dampak
%20Pestisida%20Terhadap%20Kesehatan.pdf diakses pada 7 Januari 2016.
BAGIAN 3:
Untuk mencari faktor risiko dari kejadian goiter pada siswa SD di keempat desa
tersebut kemudian Anda mencari informasi tentang kegiatan/perilaku masyarakat
di lokasi dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara
tersebut
diperoleh
informasi
sbb:
kegiatan/pekerjaan
utama
sedang, sedangkan Desa B termasuk dalam daerah GAKI ringan. Hal tersebut
menandakan bahwa masyarakat di Desa dengan komoditas pertanian bawang
merah dan cabe memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena goiter dari
pada masyarkat di Desa dengan komoditas pertaniannya padi berdasarkan
perilaku penggunaan pestisida pertanian.
Jawaban :
Dari kasus diatas dapat diketahui kegiatan/pekerjaan utama masyarakat di
keempat desa di kabupaten brebes adalah sebagai petani. Mayoritas pekerjaan
sebagai petani erat kaitannya dengan penggunaan pestisida, hal ini bisa menjadi
indikasi mengapa di empat desa tersebut mengalami kasus GAKY. Pestisida
terdapat agen-agen goitrogen, didalamnya yaitu zat atau bahan yang dapat
mengganggu pembentukan hormon tiroid, sehingga dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid atau gondok
Pestisida mempunyai pengaruh negatif terhadap hormon tiroid. Zat-zat
polutan dapat menghambat pengikatan yodium pada pembentukan mono dan
diiodotirosin atau sebagai prekursor hormon pembentukan hormon T3 dan T4
terhambat. Penurunan hormon tiroid akan meningkatkan produksi Thyroid
Stimulating Hormon (TSH), hal demikian dikenal dengan hipotiroid. Hipotiroid
seringkali ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid, yang disebut sebagai goiter
(gondok) (Saidin , 2009)
Tingginya TGR yang terdapat pada desa A, C, dan D bisa disebabkan karena
komoditas pertanian utama di ketiga Desa tersebut adalah bawang merah dan
cabe, dibandingkan desa B dengan komoditas pertanian utama berupa padi.
Menurut Suhartono (2014 )dijelaskan bahwa komoditas pertanian berupa bawang
dan cabe akan meningkatkan perilakupetani untuk melakukan penyemptotan lebih
sering, dengan penggunaan pestisida yang tinggi pula. Kedua jenistanaman ini
yakni bawang merah dan caeb memebutuhkan intensitas penyemprotan pestisida
yang sangat tinggi yakni sekitar dua kali seminggu, abhakan dua hari skelai pada
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/prosiding/1KEBIJAKAN-LINGKUNGAN-KESEHATAN/2-Suhartono-Dampak
%20Pestisida%20Terhadap%20Kesehatan.pdf diakses pada 7 Januari 2016.
BAGIAN 4:
Tertarik akan adanya perbedaan yang cukup mencolok angka TGR antara desa
dengan jenis pertanian bawang merah/cabe dibanding padi, maka Anda
melakukan observasi dan wawancara lebih mendalam dengan masyarakat/petani
di keempat desa. Hasilnya adalah bahwa terdapat perbedaan dalam penggunaan
pestisida antara jenis pertanian bawang merah/cabe dengan padi. Pada jenis
pertanian bawang merah, petani melakukan penyemprotan 3-4 kali/minggu
dengan dosis di atas standar yang tertulis dalam kemasan; sementara pada jenis
pertanian padi, penyemprotan hanya dilakukan 1-2 kali/bulan. Jenis pestisida yang
paling banyak digunakan di lokasi adalah golongan organopospat.
TUGAS 4:
1. Terkait dengan definisi epidemiologi deskriptif, simpulan sementara apa
yang dapat Anda ambil berdasarkan penjelasan di Bagian 4;
2. Dari hasil observasi dan wawancara yang tertuang di Bagian 4, apakah
anda
sudah
dapat
membuat
suatu
perumusan
masalah
atau
Karakteristik orang
Usia
Usia merupakan variable yang selalu harus diperhitungkan dalam studi
epidemiologi. Perbedaan angka penyakit yang ada antar kelompok dalam populasi
belum dapat diinterpretasikan sebelum memperhitungkan relevansi kemungkinan
adanya perbedaan usia antar kelompok-kelompok tersebut.
Berdasarkan kasus diketahu bahwa kejadian gondok yang terjadi di empat
desa di kabupaten Brebes terjadi pada anak-anak SD dengan usia antara 6-12
tahun.
b.
Karakteristik Tempat
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah menujukkan variasi yeng besar dalam
distribusi geografinya. Berdasarkan kasus diketahui bahwa , kejadian gondok
yang terjadi di empat desa di kabupaten Brebes terjadi pada siswa SD yang
tinggal pada daerah pertanian, dimana para petani menggunakan banyak pestisida.
Khususnya petani bawang merah dan cabai yang melakukan penyemprotan 3-4
kali/minggu dengan dosis yang melebihi ambang batas Hal ini dijadikan indikasi
bahwa penyakit gondok di 3 Desa yaitu Desa, A,C, dan D lebih tinggi ( desa A
(23,5%), desa C (32,1%) dan desa D (24,5%)) lebih tinggi dibandingkan pada
Karakteristik Waktu
Data runtun-waktu (time-series) dapat menunjukkan adanya kecenderungan
tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau mortalitas) untuk
berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu. Kecenderungan demikian
sering terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun, sehingga tidak disadari oleh
populasi yang bersangkutan. Data runtun-waktu juga sangat berguna untuk
menentukan adanya wabah
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab3epidemiologi_deskriptif.pdf)
Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara terjadinya kasus goiter atau gondok dengan
3.
petani
melakukan
hormone
dari
hipotalamus
ke
kelenjar
hipofisis,
sehingga
Kerangka Teori
Faktor lingkungan
-Jenis tanaman
-arah angin
-waktu penyemprotan
Faktor perilaku
-Intensitas penyemprotan
-lama kerja per hari
-penggunaan APD
-Kebiasaan Cuci Tangan
-Aktivitas bermain di lahan
pertanian
-penyimpanan pestisida di
dalam rumah
-ikut melakukan kegiatan
pertanian dengan orang tua
Faktor genetik
Kelainan metabolic
kongenital (Penyakit graves)
Faktor pelayanan
kesehatan
Akses dan pemeriksaan
penyakit gondok
Kejadian
goiter/gon
dok
Kerangka Konsep
Faktor lingkungan
-Jenis tanaman
-arah angin
-waktu penyemprotan
Faktor perilaku
-Intensitas penyemprotan
-lama kerja per hari
-penggunaan APD
-Kebiasaan Cuci Tangan
-Aktivitas bermain di lahan
pertanian
-penyimpanan pestisida di
dalam rumah
-ikut melakukan kegiatan
pertanian dengan orang tua
Kejadian
goiter/gon
dok
DAFPUS BAGIAN 4
Saidin, Sukati, 2009. Keadaan Geografi dan Lingkungan dengan Gangguan
Akibat Kurang Yodium. Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 2
tahun 2009.
Jawaban
1.
Besar Risiko
Odds Ratio (OR) digunakan untuk mengestimasi tingkat risiko antara
variable dependen dengan independen.
Cara
menghitung
Odds
Ratio,
sebagai berikut:
Faktor Risiko
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Jumlah
Variabel X
A
C
a+c
Variabel Y
B
D
b+d
Melakukan
Tidak
Jumlah
Penyemprotan
melakukan
15
penyemprotan
15
30
Faktor Risiko (- )
25
65
90
Jumlah
40
80
120
Ods Ratio
15
25
3
5
3
5
15
65
3
13
13
3
13
5
2,6
Nilai Ods Ratio 2,6 karena 1 sehingga ada hubungan positif antara
kejadian gondok dengan kegiatan penyemprotan.
B.
Faktor Risiko
Melakukan
Pengangkutan
Hasil Panen
Tidak
melakukan
Pengangkutan
Hasil Panen
Jumlah
14
16
30
Faktor Risiko (- )
45
45
90
Jumlah
59
61
120
Ods Ratio
14
45
14
45
16
45
45
16
14
16
0,875
Nilai Ods Ratio 0,875 karena < 1 sehingga ada hubungan negatif antara
kejadian gondok dengan kegiatan pengangkutan hasil panen.
C. Penggunaan APD
Menggunaka
n APD
Tidak
Menggunaka
n APD
Jumlah
23
30
Faktor Risiko (- )
43
47
90
Jumlah
50
70
120
Faktor Risiko
Ods Ratio
7
43
7
43
23
47
47
23
329
989
0,33
Nilai Ods Ratio 0,33 karena < 1 sehingga ada hubungan negatif antara
kejadian gondok dengan menggunakan APD
3. Simpulan dari tugas nomer 1
a. Siswa SD yang terlibat kegiatan penyemprotan mempunyai risiko
2,6 kali lebih besar terkena goiter dibandingkan siswa SD yang
tidak terlibat kegiatan penyemprotan
b. Siswa SD yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan hasil panen
ber risiko 0,875 kali lebih besar terkena goiter dibandingkan siswa
SD yang tidak terlibat kegiatan pengangkutan hasil panen
c. Siswa SD yang tidak menggunakan APD ber risiko 0,875 kali
lebih besar terkena goiter dibandingkan siswa SD yang
menggunakan APD
Dari hasil dari penghitungan odds ratio dikeathui bahwa ada hubungan positif
antara kejadian goiter atau gondok dengan kegiatan penyemprotan. Kemudian
tidak ada hubungan antara kejadian goiter atau gondok dengan kegiatan
pengangkutan hasil panen dan penggunaan APD. Hasil dari penghitungan odds
ratio ad hubungan positif antara kejadian goiter atau gondok dengan kegiatan
penyemprotan. Kemudian tidak ada hubungan antara kejadian goiter atau gondok
dengan kegiatan pengangkutan hasil panen dan penggunaan APD. Jadi,
berdasarkan tiga perhitungan faktor risiko diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
SD yang ikut melakukan kegiatan pertanian dan berinteraksi langsung dengan zat
pestisida di lingkungan pertanian berisiko lebih tinggi menderita goiter daripada
siswa SD yang tidak ikut melakukan kegiatan pertanian.
4. Saran
Berdasarkan UU
bahwa
tanaman;
Memberantas rerumputan;
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
Mengatur atau merangsang pertumbuhn tanaman;
Memberantas dan mencegah hama liar pada hewan piaraan/ternak;
Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga;
Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
dengan pestisida.
Petani juga harus memperhatikan Lama waktu kerja per hari. Karena
dalam melakukan penyemprotan pestisida seseorang tidak boleh lebih
dari 2 jam. Semakin lama melakukan penyemprotan maka akan
manusia.
Perhatikan juga dosis pestisida; pemakaian besar, maka akan semakin
mudah.
Petani juga harus memperhatikan arah angin saat melakukan
penyemprotan; harus diperhatikan oleh petani pada saat melakukan
kegiatan penyemprotan. Penyemprotan yang baik bila dilakukan searah