You are on page 1of 121

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN


CILACAP

SKRIPSI

Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)


OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
CILACAP

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010

HALAMAN PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN


LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP

Oleh :
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Penguji I/
Pembimbing I

Disetujui dan diterima


Pada tanggal April 2010
Para Penguji / Pembimbing
Penguji II/
Pembimbing II

H. Djumadi, S.H.,S.U.
Rochati, S.H.,M.Hum.
NIP. 19470505 198303 1 001 NIP. 19541009 198403 2 001

Penguji III/
Pembimbing III

Sri Hartini, S.H., M.H


NIP. 19630926 199002 2 001

Mengetahui,
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Dekan,

Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S.


NIP. 19520603 198003 2 001

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya :


Nama

: Nino Augusta Sasongko

NIM

: E1A003150

Judul Skripsi : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


(AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN CILACAP
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul - betul
hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak dari hasil karya orang lain
ataupun dibuatkan oleh orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan pelanggaran
sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai
dengan aturan yang ada dari pihak Fakultas.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh.

Purwokerto, 21 April 2010

Nino Augusta Sasongko


NIM. EIA003150

Abstraksi

Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan


dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri
seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang Undang nomor 32 tahun
2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi
lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah
lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah
satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi
terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan
AMDAL di daerah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan. Sumber data yang diperoleh melalui data
sekunder berupa studi pustaka dan data primer dengan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditindak
lanjutkan melalui beberapa Surat Keputusan Bupati mengenai AMDAL yang
terdiri dari 4 tahapan. Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan
Hidup di kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang
dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
oleh Bupati. Rendahnya sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum
memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit Lingkungan
Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum cukup kuat
untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat memunculkan
pelanggaran sejenis akibat rendahnya efek jera dari sanksi yang diberlakukan.
Kata kunci: AMDAL

Abstract

In course the of development that is more developed and continued, it is


necessary to study the impact of development. Just like included in section 22
article (1) law No. 32 in 2009, that is an obligation for an analysis of the impact
for the environment for every effort and/or activity that estimated to have an
important impact for environment, therefore formed a special body that
administers environment problem at region level that is one of the task is facilitate
related resort activity in the case of environment impact control, to cover the
AMDAL activity at the region.
This research used the juridicial legal research method with the legal
approach. The data source collected from secondary data that is literature and
primary data with interview.
The conclusion of this research is that AMDAL were held by the Cilacaps
environmental government institution have done almost all of the law of AMDAL
according to the Government law No. 27 in 1997 on an analysis of the impact for
the environment that knocked down with several regent letter that AMDAL
consist of 4 steps. The disobedient of this steps is can be found by the effort
and/or activity that begun earlier than it should be, before any elegibility decision
letter by the regent received. the low sanction that given for the activites that not
yet has amdal but still progressing will be an obligatory environment audi, but this
sanction is practically is looked not yet enough to snare infringement executant on
amdal, so that infringement can showed of again because of the low consequence
from this kind of sanction.

Keyword: AMDAL

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan hidayah dan inayah serta karunia-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat agar
dapat mengikuti kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul ANALISIS MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN CILACAP, penulis yakin bahwa tanpa adanya bantuan baik moril
maupun materiil yang tidak sedikit yang telah penulis dapatkan dari berbagai
pihak, maka kelengkapan dari skripsi ini mungkin akan terwujud, meskipun
penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan karena kemampuanlah yang membatasi semua ini, untuk
itu segala kritik dan saran yang sifatnya membengun demi kesempurnaan skripsi
ini sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini, sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat:
1.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Ibu Hj. Rochani

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Urip Salami, S.H.,M.S.


Kepala Bagian Hukum Administrasi Negara, Bapak Sutikno, S.H.
Dosen Pembimbing I, Bapak H. Djumadi, S.H.,S.U.
Dosen Pembimbing II, Ibu Rochati, S.H.,M.Hum.
Dosen Penguji Ibu Sri Hartini, S.H., M.H
Bapak Abdul Azis Nasihudin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman.

8.

Ibu Ully Nasution terima kasih untuk doa dan dukungannya dan Bapak Kadar

9.

Sasongko (alm) atas inspirasinya.


Kakak saya Sandra Prima, S.E. dan Agustyawan serta Paman dan Bibi

Goenawan.
10. Bapak Sardjono, S.H. atas bantuannya dan segenap jajaran kantor Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap terutama Bapak Jamaludin. S.T. atas
kerjasama dan dukungannya.
11. Sahabat sahabat saya Aris, Vanny, Cok Gede, Wahyu, Maratus, kost Poker
(Raka, Annisa, Subhan, Sofyan, Eli, Lukito, Bagus), Uci, Rahmat, Yuni,
i
Bunga.
12. Rekan rekan saya dalam bermusik dan futsal
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun ii
materiil kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

iii

Purwokerto, April 2010

iv
v

Penulis

vi
viii
1
1
6
6
6
8

DAFTAR ISI

8
8
Halaman
10

HALAMAN JUDUL
18
18
19

HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN SURAT PERNYATAAN
ABSTRAKSI
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.


A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan
1. Pengertian Lingkungan Hidup
2. Pengertian Hukum Lingkungan.
B. Tinjauan Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)
1. Pengertian AMDAL
2. Pihak Pihak yang Terkait Dalam Penyusunan AMDAL
3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL
C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup
1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup

20
22
22
22
41
41
41
41
42
43
43
43
45
45
53
108
108
110

2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup


BAB III METODE PENELITIAN.
A. Metode Pendekatan
B. Spesifikasi Penelitian
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Metode Pengumpulan Data
F. Metode Penyajian Data
G. Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP.
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan adalah
lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup adalah tempat pembangunan
berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang nomor 32 tahun 2009
disebutkan pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang,
tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Manusia dalam pengertian mengenai lingkungan hidup merupakan salah
satu unsur makhluk hidup, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
lingkungan hidup, dan di sini manusia memiliki pengaruh terhadap kelangsungan
kehidupan makhluk hidup lainnya yang secara naluriah tidak mencemari, merusak
atau menguras lingkungan. Kehidupan makhluk hidup lain selain manusia tidak
tergantung akan ada atau tidaknya manusia tetapi sebaliknya kehidupan manusia
bergantung pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan.
Manusia seharusnya berusaha untuk menjaga agar lingkungan yang ada
tetap sehat dan serasi serta terpelihara, bahkan menjadikan lingkungan yang ada
menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan yang sudah terjadi hendaknya
diperbaiki sebelum menjadi bertambah parah.

Salah satu upaya adalah membentuk peraturan yang baik dan lengkap,
disertai penerapan dan penegakan yang baik hal ini bertujuan untuk menjaga,
memelihara lingkungan yang baik dan sehat, serta lestari. Dalam menerapkan dan
menegakkan hukum lingkungan diperlukan pelaksana dan penegak hukum yang
cakap, jujur, dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri
atau golongan serta mementingkan kenikmatan masa depan daripada kenikmatan
sesaat di masa kini.1
Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan
dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri
seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang Undang nomor 32 tahun
2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi
lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah
lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah
satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi
terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan
AMDAL di daerah.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi bentuk kajian
mengenai dampak dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan pembangunan yang
seringkali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan alam
1

Hartiwiningsih,2007,Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum


Pidana Lingkungan, hlm. 20.

dan lingkungan sosial. Seperti dalam PP no. 27 tahun 1999 Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. Sehingga AMDAL diperlukan dalam setiap proses
pembangunan, baik dari perencanaan hingga nantinya pada pengawasan dan jika
terdapat permasalahan, AMDAL memperhatikan tiap aspek lingkungan yang ada,
baik fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan

kesehatan

masyarakat. Dalam perkembangannya instansi yang terkait dengan urusan


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berada dalam lingkup
Departemen Lingkungan Hidup.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebagai penyeimbang antara
lingkungan hidup dan pembangunan memiliki standar standar yang harus
ditegakan dalam upayanya menjaga keseimbangan kedua aspek tersebut. Dalam
pelaksanaannya lembaga terkait dalam hal ini harus memperhatikan setiap aspek
yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi pokok persoalan, baik itu
dari pelaku usaha, masyarakat, efek lingkungan, hingga pemerintah sendiri.
Berkaitan dengan pembangunan daerah dan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dapat dilihat bagaimana suatu daerah dalam membangun
membutuhkan

suatu

kajian

mengenai

pembangunan

yang

dilakukan

serta

dampak
digunakan

lingkungan
dalam

hidup

atas

merencanakan

pembangunan. Seperti kita ketahui juga setelah munculnya peraturan mengenai

otonomi daerah maka tiap daerah memiliki struktur organisasi tersendiri yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi serta mengakomodasi kepentingan
daerah tersebut.
Optimalisasi potensi daerah yang ada tentunya memiliki banyak faktor
yang menyertainya, seperti jika mengambil contoh munculnya kerugian
lingkungan akibat eksploitasi di suatu daerah yang merusak daerah lainnya seperti
izin hak penguasaan hutan (HPH) atau izin galian C di kabupaten yang berada di
hulu sungai akan mempengaruhi kabupaten yang berada di hilir sungai atau jika
kita mengambil contoh lain seperti eksploitasi yang berlebihan dan tidak
terkontrol demi meningkatkan pendapatan daerah dapat menghancurkan daerah
itu sendiri di masa depan. Namun jika kita melihat sisi baik dari optimalisasi
daerah, kita dapat menggunakan istilah daerah lebih mengetahui apa yang ada di
daerah daripada pemerintah pusat.
Dalam peraturan Perundang Undangan mengenai Lingkungan hidup baik
itu yang bersifat umum ataupun peraturan peraturan yang bersifat khusus
mengenai lingkungan hidup, banyak terdapat pasal pasal yang berkaitan dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam peraturan yang ada, terdapat juga
hal hal yang mempengaruhi proses penanganan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan seperti pihak pihak yang terkait dalam proses tersebut.
Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebenarnya terdapat
tingkat kesulitan yang besar. Baik itu dilihat dari dalam lembaga itu sendiri
ataupun dari luar, seperti ketika kita melihat terkadang banyak permasalahan

timbul akibat tuntutan pembangunan yang terkadang membuat manusia


melupakan lingkungan hidupnya.
Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdapat
banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap
lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang
bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku
Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah,
karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit. Karena itu
beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian,
untuk memperoleh pendataan yang baik.
Pada setiap kajian, yang mana bertujuan untuk memberikan informasi
yang berujung pada diberi atau tidaknya ijin atas suatu pembangunan, akan
kembali pada tujuan pembangunan itu sendiri dan bagaimana dampaknya bagi
lingkungan. Maksudnya di sini adalah pada setiap kajian analisis mengenai
dampak lingkungan akan memperhatikan semua aspek baik itu dari lingkungan
maupun dari kepentingan pembangunan itu sendiri.
Sebagai salah satu lembaga yang berperan dalam penanganan analisis
mengenai dampak lingkungan di daerah adalah Badan Lingkungan Hidup.. Hal ini
mendorong penulis untuk meneliti proses penanganan Analisis Mengenai dampak
lingkungan, dalam kaitannya dengan Badan Lingkungan Hidup setelah terjadi
perubahan struktur kedinasan pada suatu daerah dengan judul: ANALISIS

MENGENAI

DAMPAK

LINGKUNGAN

(AMDAL)

OLEH

BADAN

LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di
Kabupaten Cilacap?
2. Hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) di Kabupaten Cilacap?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di
Kabupaten Cilacap.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
A. secara teoritis
Hasil

dari

penelitian

ini

diharapkan

dapat

digunakan

untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta guna menambah pustaka


hukum yang berkaitan dengan hukum lingkungan terutama yang berkaitan
dengan masalah yang di teliti.
B. secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut mengkontribusikan ilmu,


khususnya kepada praktisi hukum dan masyarakat mengenai analisis mengenai
dampak lingkungan, dan menjadi sarana sosialisasi serta landasan untuk pelaku
usaha dalam hal mengurus analisis mengenai dampak lingkungan serta untuk
lebih meningkatkan kinerja lembaga pemerintah terkait, dan mewujudkan
pengabdian terhadap masyarakat dan Negara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan


1.

Pengertian Lingkungan hidup


Lingkungan hidup dalam Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia,
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan merupakan
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi
ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik
tersebut.
Manusia hidup di alam dan beradaptasi di tengah tengah makhluk
hidup lainnya. Lingkungan hidup terbentuk melalui proses yang rumit dan
panjang yang pada akhirnya terbentuk alam yang ada saat ini. Lingkungan
hidup menghasilkan sumber daya yang digunakan oleh manusia. Maka dari
itu seharusnya sebagai bentuk timbal balik atas apa yang diberikan oleh
lingkungan hidup, manusia seharusnya mengusahakan agar lingkungan hidup

menjadi sehat dan serasi serta tetap terpelihara. Jika muncul kerusakan, maka
hendaknya diperbaiki sebelum menjadi lebih parah.2
Alam sebenarnya memiliki sistem yang sangat kompleks, demikian
pula ciri dan wataknya yang sangat beraneka ragam. Namun ada beberapa
watak yang dapat diidentifikasi seperti:
1.

Dinamis
Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke
waktu dan gejala gejalanya dapat dilihat dari fenomena fenomena
yang terjadi, seperti fenomena fisik, biologis, dan sosial.

2.

Saling Berinteraksi
Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau yang lebih
rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai
keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi
interaksi pula untuk mencapai keseimbangn baru

3.

Interpendensi
Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada
bagian lainnya. jadi tiap tiap bagian dari sistem tidak hanya akan saling
kait mengkait dan berhubungan satu dan lainnya, tetapi juga terdapat
saling ketergantungan.

4.

Integrasi
Penampilan sistem sebagai suatu konsep kesatuan yang terintegrasi lebih
memiliki keutamaan. Integrasi ini merupakan salah satu konsep

Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 2.

pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian


dari sistem pembangunan dirancang secara terintegrasi untuk mencapai
tujuan tertentu.
5.

Tujuan Sistem
Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu
sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output).
Pengukuran tujuan dari suatu sistem yang dirancang, sedapat mungkin
harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif.

6.

Organisasi Sistem
Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur, dan
hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa
masing masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras
dengan tujuan keseluruhan dari sistem

7.

Multi Disiplin
Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah yang
kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai disiplin.
Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan dan perancangan sistem.3

2.

Pengertian Hukum lingkungan


Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu
bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan, hlm. 50 53.

mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana,
dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan
memiliki aspek yang lebih kompleks.
Dalam literatur berbahasa Inggris Hukum lingkungan disebut
enviromental law. Orang Belanda menyebutnya milieurecht, sedangkan
Jerman

menyebutnya

umweltrecht,

Perancis

menyebutnya

droit

de

environment, Malaysia dengan bahasa Melayu memberi nama hukum alam


sekitar, suatu istilah berbau harfiah. Semua istilah pelbagai bahasa bermaksud
untuk menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik
dan menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik
dan dapat diterapkan untuk mengatasi pencemaran, pengurasan, dan
perusakan (verontreiniging, uitputting en aantasting) lingkungan (fisik).
Hukum lingkungan pada umumnya bertujuan menyelesaikan masalah
lingkungan khususnya yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan
atau penurunan mutu lingkungan bagi manusia dapat dilihat dari nilai nilai
lingkungan untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketentraman manusia. Nilai
lingkungan yang hilang dan berkurang akibat pemanfaatan tertentu oleh umat
manusia. Menurut Drupsteen, masalah lingkungan merupakan kemunduran
kualitas lingkungan, atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang
menyangkut gangguan terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungan
bentuk bentuknya berupa pencemaran, pengurasan, dan perusakan
lingkungan.4
4

Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 7.

Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai


hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana
lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta
jasad-jasad hidup lainnya.5 Dalam pengertiannya hukum lingkungan terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Hukum Lingkungan Modern
Hukum lingkungan yang lebih berorientasi pada lingkungan atau
Environment-Oriented

Law.

Dalam

hukum

lingkungan

modern,

ditetapkan ketentuan dan norma - norma guna mengatur tindak perbuatan


manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat
secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun
generasi - generasi mendatang. Hukum Lingkungan modern berorientasi
pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya juga mengikuti sifat dan
watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak
berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka
Hukum Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau

Hartiwiningsih,2007,Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum


Pidana Lingkungan, hlm. 2.

komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan


wataknya yang luwes.6
b. Hukum Lingkungan Klasik
Sebaliknya hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada
orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law. Hukum
Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan
tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi
sumber - sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian
manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka
waktu yang sesingkat - singkatnya. Hukum Lingkungan klasik bersifat
sektoral, serta kaku dan sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja
mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus
diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup
manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi
perkembangan

Hukum

Lingkungan

di

Indonesia.

Drupsteen

mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah


hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu)
dalam arti seluas - luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan
ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat
pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka

Hartiwiningsih,2007,Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum


Pidana Lingkungan, hlm. 3.

Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan


(bestuursrecht).
Hukum

Lingkungan

merupakan

instrumen

yuridis

bagi

pengelolaan lingkungan hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada


hakekatnya merupakan suatu bidang hukum yang terutama sekali
dikuasai oleh kaidah - kaidah hukum administrasi negara. Untuk itu
dalam pelaksanaannya aparat pemerintah perlu memperhatikan Asas asas Umum Pemerintahan yang Baik (Algemene Beginselen van
Behoorlijk Bestuur/General Principles of Good Administration). Hal ini
dimaksudkan

agar

dalam

pelaksanaan

kebijaksanaannya

tidak

menyimpang dari tujuan pengelolaan lingkungan hidup.7


Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi kaidah kaidah
tentang perilaku masyarakat yang positif terhadap lingkungannya,
langsung atau tidak langsung. Secara langsung kepada masyarakat
hukum lingkungan menyatakan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan. Secara tidak langsung kepada warga masyarakat adalah
memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan kaidah
kepada masyarakat.8
Hukum lingkungan dapat dilihat memiliki dua dimensi. Yang
pertama adalah ketentuan tentang tingkah laku masyarakat, semuanya
bertujuan agar anggota masyarakat memenuhi hukum lingkungan yang
7
8

Id.wikipedia.org. kata kunci Hukum Lingkungan . diakses : 26 september 2008.


Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 8

bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan. Yang kedua, adalah


dimensi yang memberikan hak, kewajiban, dan wewenang badan badan
pemerintah dalam mengelola lingkungan.
Dalam hukum nasional, hukum lingkungan menempati titk silang
pelbagai hukum klasik, yaitu hukum publik dan privat. Termasuk hukum
publik adalah hukum pidana, hukum pemerintahan (administratif),
hukum pajak, hukum tata negara, bahkan menurut pendapat penulis
hukum agraria pun berkaitan dengan hukum lingkungan. Kaitannya
dengan UUD 1945 dan hukum tata negara, dapat dilihat Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan ini telah dijabarkan ke
dalam Undang Undang Pokok Agraria Tahun 1960, bahkan telah
ditambah dengan dimensi baru, yaitu ruang angkasa di samping bumi dan
air. Dengan demikian, pemberian hak milik, hak guna bangunan, hak
guna usaha, hak pakai, dan lain lain harus juga memperhatikan
kepentingan lingkungan. Kalau tanah ini dirusak atau dipergunakan yang
mengakibatkan pencemaran atau rusaknya lingkungan hidup, hak itu
dapat dicabut.
Kaitannya dengan hukum perdata dalam hak dan kewajiban,
pertanggung jawaban, ganti kerugian, perbuatan melawan hukum dan
hukum kontrak.

Penegakan

hukum

lingkungan

pun

menjadi

titik

silang

penggunaan instrumen hukum tersebut, terutama instrumen hukum


pemerintahan dan administratif, perdata dan hukum pidana.
Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena
bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurasan, dan perusakan
lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan
nyaman bagi seluruh rakyat. Untuk fungsi itu mempunyai instrumen
seperti disebutkan sebelumnya yang dipergunakan secara selektif dan
kalau perlu secara simultan.
Penegakan hukum lingkungan Indonesia melibatkan pelbagai
instansi pemerintah sekaligus, seperti polisi, jaksa, pemerintah daerah,
pemerintah pusat terutama Departemen Perdagangan, Departemen
Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pekerjaan
Umum, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, laboratorium
kriminal, bahkan lembaga swasta seperti LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), dan lain lain.
Kerja sama antar instansi tersebut harus serasi, terkoordinasi, dan
terpadu, inilah yang membedakan dengan bidang hukum klasik yang
lain.karena dapat ditegakkan secara serempak, dan dapat juga sendiri
sendiri, penciptaan hukum lingkungan perlu pula memperhatikan segi
yang berkaitan antar bidang hukum satu dengan yang lainnya, bahkan
bagian bagian sektoral di dalam hukum lingkungan sendiri9
9

Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 9.

Pembangunan ekonomi, di samping menimbulkan manfaat berupa


taraf hidup masyarakat, dapat juga menimbulkan kerugian ekonomis
melalui kemerosotan mutu lingkungan, melalui pencemaran dan
perusakan lingkungan bila dilaksanakan tanpa memasukan pertimbangan
lingkungan dalam perencanaan kegiatan. Kerusakan dan pencemaran
lingkungan hari ini umumnya terjadi karena tidak dimasukkannya
pertimbangan lingkungan dalam perencanaan kegiatan.
Dengan berlakunya Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, terjadi pergeseran kewenangan pengelolaan
lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah daerah. Dalam
Pasal 7 ayat (1) kewenangan pengelolaan lingkungan hidup menjadi
kewenangan daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat hanya kewenangan yang bersifat universal. Kewenangan tersebut
adalah:
1.

Penetapan pedoman pengendalian sumber daya alam dan pelestarian


lingkungan;

2.

Pengaturan pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya


laut di luar 12 mil laut;

3.

Penilaian analisis dampak lingkungan (ANDAL) bagi kegiatan


potensial berdampak negatif pada masyarakat luas dan/atau
menyangkut pertahanan dan keamanan yang bersifat lintas batas
propinsi dan negara;

4.

Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan pedoman tentang


pencemaran lingkungan;

5.

Penetapan pedoman tentang konservasi sumber daya alam.10


Dengan berpindahnya kewenangan pengelolaan lingkungan hidup

dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, ada semacam


kecemasan bahwa kemerosotan mutu lingkungan akan terjadi. Ini
disebabkan oleh dua hal. Pertama karena adanya kecenderungan bahwa
Pemerintah Daerah berusaha mengejar Pendapatan Asli daerah (PAD),
yang mengabaikan upaya penyelamatan lingkungan. Kedua adalah
ketidaksiapan SDM Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan
lingkungan guna menciptakan pembangunan berkelanjutan.
B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1.

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Berdasarkan PP no. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi yang
mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari
dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan
terhadap pembangunan yang didasarkan pada konsep ekologi, yaitu ilmu
yang mepelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan

10

Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 16 17.

hidup, oleh karena itu konsep AMDAL dikatakan sebagai konsep ekologi
pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik antara pembangunan
dengan lingkungan hidup.11
Pada hakekatnya AMDAL merupakan suatu kajian terhadap suatu
rencana pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan. Kegiatan
pembangunan yang dilakukan dijaga agar dalam prosesnya tidak merusak
sistem dalam ekosistem. AMDAL sebagai suatu kajian tersistem digunakan
untuk perencanaan suatu program agar sesuai dengan model sesungguhnya di
alam.
Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:

2.

1.
2.
3.

Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL);


Dokumen analisis dampak lingkungan;
Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL);

4.

Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL);

Pihak - pihak terkait dalam penyusunan AMDAL.


a. Pemrakarsa
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana
usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi
AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya.
b. Komisi penilai
Suatu komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.

11

Soemarwoto, Otto,1988,Analisis Dampak Lingkungan, hlm. 43.

c. Masyarakat yang berkepentingan


Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam
AMDAL berdasarkan alasan - alasan seperti kedekatan jarak tinggal
dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai
atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses
AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan
masyarakat pemerhati.
3.

Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL


Analisis

Mengenai

Dampak

Lingkungan

(AMDAL)

mulai

dilaksanakan sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun


1986 tentang AMDAL, sebagai perwujudan dari pasal 16 Undang Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang berbunyi Setiap rencana yang diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah.
Kebijakan tentang AMDAL telah mengalami beberapa kali perbaikan
atau penyempurnaan. Pada tahun 1993 dikarenakan adanya kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi maka terbit Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 1993 untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah sebelumnya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disempurnakan kembali


pada tahun 1999 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999,
kebijakan ini didorong oleh kebijakan baru di bidang politik yaitu
demokratisasi, reformasi dan otonomi daerah.
Menurut Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, yang kemudian disempurnakan menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, Amdal yang semula hanya memiliki satu model,
berkembang dan mempunyai beberapa bentuk. Model AMDAL yang berlaku
hingga saat ini terbagi menjadi 4 model yang terbagi berdasarkan objek kajian
yaitu:
1. AMDAL Proyek Individual
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian
ini

menghasilkan

dokumen

kerangka

acuan

Analisis

Dampak

Lingkungan, rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan


2.

Lingkungan.
AMDAL Kegiatan Terpadu
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu

3.

instansi yang bertanggung jawab.


AMDAL Kawasan
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan

hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan satu instansi yang


4.

bertanggung jawab.
AMDAL Regional
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembagan wilayah sesuai dengan
rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi yang bertanggung jawab.12
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di dalam aspek teori, konsep

dan metodologi ANDAL tidak mengalami perubahan sejak tahun 1986 hingga
kini, sedangkan pada tatanan prosedural sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, dokumen penapis Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) tidak
diperlukan lagi.
C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup
1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup adalah lembaga yang mempunyai tugas
membantu Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang lingkungan hidup.
2.

Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup


Untuk melaksanakan tugas membantu Bupati tersebut, Badan
Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan wewenang yang meliputi:
a.

Perumusan

kebijakan

bidang

lingkungan

hidup

yang

meliputi

perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup,


12

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

termasuk pengembangan model - model konservasi keanekaragaman


hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
b.

Pelaksanaan pengendalian serta pengawasan pencemaran dan kerusakan


lingkungan, meliputi kegiatan: pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,
pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara,
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan
biomassa, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut,
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat
bencana (banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan), adaptasi
perubahan iklim dan perlindungan atmosfer;

c.

Pelaksanaan fasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian


dampak lingkungan, yang meliputi: penerapan AMDAL, penerapan
instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,
penerapan sistem manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi
ramah lingkungan, pengembangan perangkat ekonomi lingkungan,
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi
Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS),
Laboratorium Lingkungan;

d.

Pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi,


perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup dengan mengembangkan skema insentif dan disinsentif


serta pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian
dampak lingkungan;
e.

Pelaksanaan pelayanan dengan mengacu pada Standar Pelayanan


Minimal (SPM) dibidang lingkungan hidup;

f.

Peningkatan kapasitas kelembagaan yang meliputi kegiatan pendidikan


dan pelatihan;

g.

Pengkoordinasian serta pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya


alam;

h.

Pengendalian tata ruang melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan


dalam perencanaan, pengendalian serta evaluasi dalam pengelolaan
lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan;

i.

Pelaksanaan kegiatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium


Lingkungan;

j.

pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup;

k.

pembinaan serta peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non


pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

l.

pelaksanaan kegiatan-kegiatan tambahan yang meliputi: pelaksanaan


dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) bidang
lingkungan hidup, pelaksanaan program strategis bidang lingkungan hidup
antara lain Adipura, Menuju Indonesia Hijau (MIH) dan Program For
Pollution Control And Rating (PROPER);

m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri dari:


1.

Kepala;

2.

Sekretariat;

3.

Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan;

4.

Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan;

5.

Bidang Kebersihan;

6.

Bidang Pertamanan;

7.

Kelompok Jabatan Fungsional;

8.

UPT Laboratorium Lingkungan.


Sekretariat dan Bidang - bidang, masing - masing dipimpin oleh

seorang Sekretaris dan Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Badan.
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan
perencanaan dan program administrasi ketatausahaan dan ketatalaksanaan,
pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan dan
pelayanan teknis administratif kepada pimpinan unit organisasi di lingkungan
Badan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas, Sekretariat mempunyai
fungsi:

1.

Penyusunan perencanaan dan program bidang lingkungan hidup;

2.

Pelaksanaan proses administrasi kesekretariatan dalam rangka penyusunan


peraturan Perundang - Undangan di bidang lingkungan hidup;

3.

Pembinaan administrasi dalam urusan ketatausahaan, perlengkapan rumah


tangga dan kepegawaian;

4.

Pengelolaan administrasi dalam urusan keuangan;

5.

Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang - bidang, UPT dan kelompok


jabatan fungsional di lingkungan Badan Lingkungan Hidup;

6.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Sekretariat, membawahi:
1.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2.

Sub Bagian Keuangan;

3.

Sub Bagian Perencanan;


Masing - masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris.


Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bagian:
1.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas:


a.

Melakukan pengelolaan urusan surat menyurat dan tata kearsipan;

b.

Melakukan tata usaha kepegawaian;

c.

Melakukan pengelolaan administrasi tentang kedudukan, hak dan


kewajiban pegawai;

d.

Melakukan tata usaha dan pemeliharaan perlengkapan;

e.

Melakukan urusan kerumah tanggaan;

f.

Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan


tugas dan fungsinya.

2.

Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:


a.

Menghimpun dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan


anggaran keuangan;

b.

Melakukan pengelolaan keuangan termasuk pengelolaan gaji


pegawai;

c.

Melaksanakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan


keuangan;

d.

Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan


tugas dan fungsinya.

3.

Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas:


a.

Menghimpun data dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan


perencanaan program di bidang lingkungan hidup;

b.

Melakukan koordinasi penyusunan program di bidang lingkungan


hidup;

c.

Menyiapkan dan mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan


peraturan Perundang - Undangan dibidang lingkungan hidup;

d.

Melakukan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program;

e.

Mengumpulkan dan menyusun dokumentasi data dan peraturan


Perundang - Undangan serta hasil pembangunan;

f.

Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan


tugas dan fungsinya.
Bidang Tata Lingkungan Dan Kelembagaan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang tata


lingkungan dan kelembagaan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan mempunyai fungsi:
1.

Perumusan kebijakan teknis pembinaan, koordinasi dan pengendalian


AMDAL serta UKL-UPL;

2.

Pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan


terpadu;

3.

Pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;

4.

Perumusan kebijakan teknis, pembinaan serta pengawasan penerapan


instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup;

5.

Pembinaan dan pengawasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)


dan standar kompetensi personil bidang lingkungan hidup;

6.

Perumusan kebijakan teknis serta pengembangan kapasitas kelembagaan


di bidang lingkungan hidup;

7.

Penyelenggaraan diklat dan evaluasi hasil pelaksanaan diklat bidang


lingkungan hidup;

8.

Penyelenggaraan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;

9.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan, membawahi:


1.

Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup;

2.

Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup.


Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata
Lingkungan dan Kelembagaan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Bidang:
1.

Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:


a.

Menyelenggarakan penilaian AMDAL dan pemberian rekomendasi


UKL-UPL;

b.

Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis serta


pembinaan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

c.

Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan sistem


manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi
berwawasan lingkungan;

d.

Menyelenggarakan pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;

e.

Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis,


pembinaan serta pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

f.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata


Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.

Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup,


mempunyai tugas:
a.

Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan Standar


Nasional Indonesia (SNI) dibidang lingkungan hidup;

b.

Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan standar


kompetensi personil dibidang lingkungan hidup;

c.

Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis dan


pembinaan

pengembangan

kapasitas

kelembagaan

dibidang

lingkungan hidup;
d.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta melakukan evaluasi


hasil pelaksanaan dibidang lingkungan hidup;

e.

Memberikan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;

f.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata


Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pelestarian Dan Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang pelestarian

dan pengendalian lingkungan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pelestarian


dan Pengendalian Lingkungan mempunyai fungsi:
1.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut skala


kabupaten;

2.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran


hutan dan/atau lahan;

3.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan


produksi biomassa;

4.

Penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan akibat


bencana;

5.

Pelaksanaan serta pemantauan penataan atas perjanjian internasional,


konvensi dan protokol dibidang lingkungan hidup;

6.

Penetapan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan iklim,


perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi asam;

7.

Pengkoordinasian pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati;

8.

Pengawasan

serta

pengendalian

pelaksanaan

pengelolaan

Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3;


9.

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;

10. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara;


11. Penegakan hukum lingkungan hidup;
12. Pengawasan pelaksanaan penataan perijinan di bidang lingkungan hidup;

13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan, membawahi:
1.

Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya


Alam;

2.

Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup.


Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang


Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:


1.

Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya


Alam, mempunyai tugas:
a.

Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional dalam rangka


pelestarian fungsi lingkungan hidup dan konservasi sumber daya
alam;

b.

Melakukan upaya pemantauan, pelestarian serta pemulihan kualitas


lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam;

c.

Menetapkan lokasi untuk pengelolaan konservasi laut;

d.

Menetapkan kawasan yang berisiko rawan bencana dan yang berisiko


menimbulkan bencana lingkungan;

e.

Melakukan pencegahan serta pengendalian pencemaran dan/atau


kerusakan wilayah pesisir dan laut;

f.

Melakukan monitoring kualitas lingkungan pesisir dan laut;

g.

Melakukan koordinasi dan penanggulangan kebakaran hutan;

h.

Melakukan

pengawasan,

pengendalian

serta

penanggulangan

pencemaran dan atau kerusakan yang berkaitan dengan kebakaran


hutan dan atau bencana alam;
i.

Melakukan pengawasan serta pengendalian kerusakan lahan dan atau


tanah akibat kegiatan produksi biomassa;

j.

Melakukan koordinasi dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman


hayati;

k.

Menetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup skala


kabupaten;

l.

Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan


iklim, perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi
asam;

m. Memantau penaatan atas perjanjian internasional, konvensi dan


protokol di bidang lingkungan hidup skala kabupaten;
n.

Melakukan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pelestarian dan


Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.

Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:


a.

Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis


pengendalian pencemaran dan atau kerusakan pada media lingkungan
(air, tanah dan udara);

b.

Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap limbah industri;

c.

Melakukan pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL dan


penataan perijinan bidang lingkungan hidup;

d.

Melaksanakan pembinaan, bimbingan teknis dan pemantauan serta


evaluasi pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan;

e.

Melakukan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup;

f.

Melakukan pengawasan pengelolaan penanggulangan dan pemulihan


pencemaran dan atau kerusakan akibat limbah B3;

g.

Melaksanakan pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat;

h.

Melaksanakan pemantauan kualitas air dan pengendalian pencemaran


air kepada sumber air;

i.

Melaksanakan pemantauan kualitas udara ambien, emisi serta


kebisingan sumber bergerak dan tidak bergerak;

j.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang


Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Kebersihan mempunyai tugas menyusun rumusan kebijakan di

bidang kebersihan yang meliputi perencanaan, pembinaan dan pengawasan

kegiatan

kebersihan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Kebersihan

mempunyai fungsi:
1.

Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang


pengelolaan limbah domestik;

2.

Pelaksanaan pelayanan pengelolaan limbah domestik;

3.

Pelaksanaan

kegiatan

monitoring,

pembinaan

serta

pengawasan

pengelolaan kebersihan;
4.

Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah domestik yang berwawasan


lingkungan;

5.

Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan


limbah domestik;

6.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bidang Kebersihan, membawahi:


1.

Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik;

2.

Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik.


Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang


Kebersihan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:
1.

Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik, mempunyai tugas:

a.

Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan program pengendalian


pencemaran limbah domestik;

b.

Melaksanakan kegiatan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat,


monitoring dan pengawasan pengelolaan limbah domestik;

c.

Melaksanakan pelayanan kebersihan kota dan jalan umum, tempat


umum serta ditempat - tempat lain yang dipandang perlu;

d.

Menyelenggarakan kebersihan selokan/saluran pembuangan air dan


pengurasan WC umum;

e.

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan


sarana dan prasarana angkutan darat dibidang kebersihan, pertamanan
dan penerangan jalan umum;

f.

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan


sarana kendaraan/angkutan sampah;

g.

Memberikan pelayanan pengangkutan sampah dan air limbah


domestik;

h.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan


sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.

Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik, mempunyai


tugas:
a.

Merumuskan kebijakan pemanfaatan serta pemusnahan limbah


domestik;

b.

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan


sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan
Tempat Penampungan Akhir (TPA);

c.

Melaksanakan kegiatan pembinaan monitoring serta pengawasan


terhadap pemulung dan pemanfaat limbah domestik;

d.

Melaksanakan kegiatan pengolahan sampah domestik (pengomposan)


di Tempat Penampungan Akhir (TPA) dan pengolahan air limbah
domestik di Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT);

e.

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan


sarana/prasarana pengelolaan limbah domestik;

f.

Menyelenggarakan pemusnahan/penimbunan sampah dengan sistem


sanitary landfill;

g.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan


sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pertamanan mempunyai tugas dalam menyusun kebijakan di


bidang pertamanan yang meliputi perencanaan, pembinaan serta pengawasan
kegiatan pertamanan dan penerangan jalan umum. Untuk melaksanakan tugas,
Bidang Pertamanan mempunyai fungsi:

1.

Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang


pertamanan dan penerangan jalan umum;

2.

Perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pengelolaan pertamanan


dan penerangan jalan umum;

3.

Pelaksanaan

kegiatan

monitoring,

pembinaan

serta

pengawasan

pengelolaan pertamanan dan penerangan jalan umum;


4.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bidang Pertamanan, membawahi:


1.

Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan;

2.

Sub Bidang Penerangan Jalan Umum.


Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang


Pertamanan.
Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:
1.

Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan, mempunyai tugas:


a.

Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka


hijau;

b.

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan


sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota;

c.

Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan


tanaman keras/hias;

d.

Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan/atau hutan kota;

e.

Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan atau taman


monumen;

f.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan


sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.

Sub Bidang Penerangan Jalan Umum, mempunyai tugas:


a.

Membuat perencanaan lampu penerangan jalan umum dan lampu hias,


taman makan dan sarananya;

b.

Menyelenggarakan pembuatan/pembangunan penerangan jalan umum,


lampu hias, taman makam serta sarananya;

c.

Melaksanakan pembinaan, pemeliharaan/perawatan penerangan jalan


umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;

d.

Melakukan inventarisasi peralatan (sarana dan prasarana) penerangan


jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;

e.

Melaksanakan pengelolaan dan administrasi pajak penerapan jalan;

f.

Melakukan pencatatan dan registrasi tanah/lahan taman makam yang


dimiliki pemerintah dan taman makam Desa/Kelurahan dalam wilayah
Ibu Kota Kecamatan (IKK);

g.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan


sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan keahliannya.

1.

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang


jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
bidang keahliannya;

2.

Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang


ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

3.

Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban


kerja;

4.

Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan ketentuan


peraturan Perundang - Undangan yang berlaku.
UPT Laboratorium Lingkungan adalah unsur pelaksana teknis yang

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup.


UPT dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
Tata Kerja dalam Badan Lingkungan Hidup dalam pelaksanaannya
sebagai suatu lembaga adalah sebagai berikut:
1.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Badan wajib menerapkan prinsip


koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik didalam lingkungan badan serta
instansi/lembaga lain yang terkait;

2.

Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup


melaksanakan koordinasi pengawasan melekat;

3.

Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup


bertanggung jawab serta memberikan bimbingan, pedoman dan petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahan;

4.

Setiap pimpinan dan bawahan unit organisasi dilingkungan Badan


Lingkungan Hidup wajib mengikuti dan mematuhi pedoman dan petunjuk
atasan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan
langsung secara berkala dan tepat waktu.
Badan lingkungan hidup sebagai pelaksana tugasnya khususnya di

Cilacap terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22


Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di
lingkungan pemerintah kabupaten Cilacap. dimana di dalam salah satu
fungsinya tercantum tentang penerapan AMDAL di Kabupaten Cilacap.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Pendekatan
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode
pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi
legisme positivis yang menyatakan bahwa hukum identik dengan norma tertulis
yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini melihat hukum
sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom terlepas dari kehidupan
masyarakat.13
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang diguakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi
penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh Soerjono Soekanto
dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum dijelaskan, penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala - gejala lainnya, serta hanya
menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan
yang berlaku umum.14

13
14

Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,metodologi penelitian hukum dan jurimetri, hlm. 11.


Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 9.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap,
perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman, pusat informasi ilmiah Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman.
D. Sumber Data
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang bersumber dari
peraturan Perundang - Undangan, buku - buku literatur, keputusan keputusan, maupun surat - surat resmi yang ada hubungannya dengan objek
penelitian.
Bahan hukum yang ada dikumpulkan, yaitu melakukan penelitian terhadap
dokumen - dokumen yang berkaitan dengan AMDAL, guna mendapatkan
landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal
dan melalui naskah resmi yang ada.
a.

Bahan - bahan hukum primer


Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.
Bahan - bahan hukum primer berupa peraturan Perundang - Undangan,
catatan - catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan

b.

Perundang - Undangan.
Bahan - bahan hukum sekunder
Yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen dokumen resmi, meliputi buku - buku teks, kamus - kamus hukum, jurnal
- jurnal hukum.

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian
yang berupa keterangan - keterangan wawancara dengan salah satu pihak
terkait dengan objek penelitian sebagai pelengkap data sekunder.
E. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder
Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan - bahan
kepustakaan yang berupa peraturan Perundang - Undangan, literatur dan
dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
Data primer
Data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap
untuk melengkapi data sekunder.
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk
uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan
dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan
yang utuh.
G. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data
kualitatif. Pendapat Soejono S. berkaitan dengan analisis data kualitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang

kebenaran. Dengan demikian jumlah (kuantitas) data sekunder tidak diutamakan


melainkan kualitas data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi
kepustakaan.15
Dalam metode ini akan dilakukan penjabaran dan pembahasan terhadap
hasil penelitian yang didasarkan pada kaidah - kaidah hukum yang relevan dengan
pokok permasalahan dan doktrin hukum yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.

15

Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 11.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai AMDAL oleh Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Cilacap diperoleh data sebagai berikut:
1.

Data Sekunder
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan
penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di
Indonesia

diberlakukan

(sebelumnya

PP

29

berdasar
tahun

PP

1986)

51

tahun

sebagai

1993

realisasi

pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup


yang direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997 dan direvisi lagi
menjadi UU No. 32 tahun 2009. AMDAL merupakan instrumen
pengelolaan lingkungan yang diharapkan dapat mencegah
kerusakan

lingkungan

dan

menjamin

upaya

upaya

konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian penting dari


perencanaan pembangunan proyek itu sendiri.
AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan

dampak

negatif

terhadap

lingkungan

hidup,

dan

mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat


dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Kegunaan AMDAL adalah
sebagai berikut:
a.
b.

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah;


Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan

c.

hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan;


Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana

d.

usaha dan/atau kegiatan;


Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan

e.

pemantauan lingkungan hidup;


Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif

dan negatif dari suatu rencana usaha/proyek, yang dipakai pemerintah dalam
memutuskan apakah suatu usaha/proyek layak atau tidak layak lingkungan.
Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan
mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya
dan kesehatan masyarakat.

AMDAL bukan merupakan ijin, tetapi merupakan persyaratan yang


harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan
yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan
lingkungan hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin
melakukan usaha atau kegiatan.
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang ditimbulkannya tidak
dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya
yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada
manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan
tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang
diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.
Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta
jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen
AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL
diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.16
Pelaksanaan AMDAL terdiri dari 4 tahapan yaitu:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

16

Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 5-6.

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan


wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak.
2.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat


Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,
pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang
ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan,
dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.

3.

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)


Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup
permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).

4.

Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL


Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KAANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun
untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL,
RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,


pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu

yang

dibutuhkan

oleh

penyusun

untuk

memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.17


Terdapat 3 hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yaitu: Kelembagaan, Sumber Daya
Manusia dan Dana.
Dari segi kelembagaan, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat dibentuk jika:
a.

Memiliki sekretariat komisi penilai yang berkedudukan di instansi yang


ditugasi

mengendalikan

dampak

lingkungan

hidup

di

tingkat

Kabupaten/Kota. Komisi penilai AMDAL akan berfungsi secara efektif


jika lembaga yang menaungi komisi penilai mempunyai eselon yang
cukup tinggi, sehingga dapat melakukan koordinasi antar dinas dan
b.

instansi lain yang berkaitan dengan AMDAL;


Adanya organisasi lingkungan/lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak di bidang lingkungan hidup yang telah lulus mengikuti
pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dalam

c.

fungsinya sebagai salah satu anggota komisi penilai;


Adanya kemudahan akses ke laboratorium yang memiliki kemampuan
menguji contoh uji kualitas sekurang - kurangnya untuk parameter air

17

http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet

dan udara baik laboratorium yang berada di Kabupaten/Kota maupun di


ibukota propinsi terdekat.
Dari segi sumber daya manusia, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat
dibentuk dengan persyaratan:
a.

Tersedianya sumber daya manusia yang telah lulus mengikuti pelatihan


Dasar - dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau
Penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup khususnya di

b.

instansi pemerintah untuk melaksanakan tugas dan fungsi komisi penilai;


Tersedianya tenaga ahli sekurang - kurangnya di bidang biogeofisikkimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, perencanaan pembangunan
wilayah/daerah, dan lingkungan sebagai anggota komisi penilai dan tim
teknis; Dari segi dana, pemerintah Kabupaten / Kota harus menyediakan
dana yang memadai dalam APBD untuk pelaksanaan tugas Komisi
Penilai AMDAL. Perlu ditegaskan bahwa Komisi Penilai AMDAL
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada publik, sehingga
pendanaan untuk kegiatan komisi perlu disediakan oleh pemerintah.18

Tata cara pembentukan komisi Penilai AMDAL di daerah Kabupaten/Kota


diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 41 tahun 2000
tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota,
sedangkan
18

kewenangan

untuk

menilai

hasil

AMDAL

di

daerah

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

kabupaten/kota diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor


40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 40 tahun 2000 kedudukan komisi Penilai AMDAL terdapat di
tingkat pusat himgga di kabupaten/kota. Kedudukan Komisi Penilai AMDAL:
a.

Komisi Penilai AMDAL Pusat berada pada Kementerian Lingkungan

b.
c.

Hidup;
Komisi Penilai AMDAL Propinsi berada pada Bapedalda Propinsi;
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota berada pada Bapedalda/Bagian
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

Kemudian dalam Pasal 1 ayat (6) tertulis Komisi penilai Kabupaten/Kota


berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi
semua rencana usaha dan/atau kegiatan di luar kewenangan Pusat dan
Propinsi, sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan
Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2.

Data Primer
Guna melengkapi data sekunder sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, penulis memperoleh data melalui hasil wawancara dengan
narasumber dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yaitu bapak
Jamaludin S.T. selaku Kepala Sub Bidang Penataan Lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Tanggal 8
Februari 2010 diperoleh keterangan sebagai berikut:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Badan


Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap dilaksanakan oleh segala pihak terkait
dengan koordinasi bersama oleh Badan Lingkungan Hidup. Lebih lanjut
bapak Jamaludin S.T. menerangkan sejak Badan Lingkungan Hidup berdiri
secara otonom pada tahun 2009, sampai saat wawancara ini dilangsungkan
(08 Februari 2010), Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap telah
menyelesaikan dua buah kajian AMDAL yaitu:
1. Revisi RKL dan RPL PT.Semen Holcim;
2. Sutet Rawalo.
Saat wawancara ini dilangsungkan, Badan lingkungan Hidup Kabupaten
Cilacap sedang menyelesaikan kajian AMDAL mengenai Sutet 500kv PLTU
Jateng Gitet 500kv Kesugihan.
Berkaitan

dengan

proses

pelaksanaan

AMDAL

oleh

Badan

Lingkungan Hidup seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 27


tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Jamaludin S.T. menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya Badan Lingkungan
Hidup mengkoordinasikan kepada semua pihak terkait, berkaitan dengan
proses

kajian

AMDAL

di

kabupaten

Cilacap.

Berkenaan

dengan

pelaksanaannya, Jamaludin S.T. menerangkan tentang dasar hukum dari


masing masing kegiatan dalam kegiatan AMDAL di Kabupaten Cilacap
adalah berdasarkan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Surat
Keputusan Bupati yang merupakan turunan dari peraturan peraturan
diatasnya.

B. Pembahasan
1.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap


a. Proses Penapisan (Screening) wajib AMDAL
Penapisan merupakan terjemahan dari screening yang berarti
menapis atau menyaring. Penapisan merupakan kata benda yang berarti
sesuatu hal dari hasil kegiatan menapis. Penapisan dalam AMDAL adalah
suatu proses untuk menghasilkan sesuatu, yang merupakan bahan untuk
pengambilan keputusan.
Penapisan untuk menentukan suatu proyek pembangunan pada
AMDAL dilakukan secara nasional, hal ini tercantum dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang menetapkan
jenis jenis usaha yang wajib dilengkapi Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan. Penapisan di sini digunakan untuk membantu langkah yang
harus diambil oleh Pemerintah daerah, pemrakarsa proyek dan Komisi
AMDAL.19 Penapisan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999, dilaksanakan secara satu langkah, yaitu dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang
dilengkapi dengan daftar kegiatan wajib AMDAL.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2
ayat (2), Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan menetapkan jenis
jenis usaha atau kegiatan yang wajib menyusun ANDAL setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat instansi teknis yang

19

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan, hlm.105.

bertanggung jawab. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2


ayat (3) menyebutkan bahwa penapisan rencana usaha atau kegiatan yang
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup akan ditinjau secara berkala
sekurang kurangnya dalam 5 (Lima) tahun.
Penapisan dalam United Nation Environmental Programme
(1988) mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
1.

Suatu kriteria yang paling sedarhana dalam ukuran luas proyek dan

2.

lokasi proyek;
Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang

3.

memerlukan AMDAL;
Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infra
struktur, di samping itu pertimbangan dengan ambang batas kualitas

4.

lingkungan;
Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan
data baru di samping data yang telah tersedia.20

Pada dasarnya tujuan diadakannya penapisan dalam AMDAL adalah:


1.

Untuk menetukan apakah suatu kegiatan proyek atau suatu rencana

2.

kegiatan proyek memerlukan AMDAL atau tidak;


Untuk memperpendek proses yang terlalu

3.

menetapkan apakah suatu kegiatan proyek perlu AMDAL;


Untuk menentukan aktifitas penyebab dampak, parameter

panjang

dalam

lingkungan terkena dampak, hal ini bermanfaat untuk menetapkan


kepakaran yang diperlukan dalam tim AMDAL.21
20

21

United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact Assesment, Basic


Procedures for Developng Countries
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 106.

Dengan demikian maka sesuai dengan tata laksana proyek, penapisan


akan terdiri atas 3 (tiga) prosedur berupa prosedur untuk penapisan
kebijaksanaan

nasional

yaitu

untuk

butir

(1)

prosedur

untuk

kebijaksanaan sektoral butir (2), dan bermanfaat dalam penyusunan


AMDAL butir (3).
Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan
apakah suatu proyek perlu dilakukan AMDAL atau tidak, penetapan
suatu proyek akan mempercepat proses pelaksanaan penyusunan
AMDAL sebagai syarat untuk memperoleh ijin.
Penentuan suatu proyek akan menimbulkan dampak atau tidak
dalam beberapa literatur disebutkan sulit untuk ditentukan, namun dalam
perkembangannya didapat kriteria pembangunan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yaitu:
1.

Penggunaan dan pengubahan lahan


Proyek pembangunan: kota, industri, pertanian, lapangan terbang,
transportasi, jaringan transmisi, pembangunan lepas pantai.

2.

Ekstraksi sumberdaya alam


Proyek pembangunan: penggalian, penambangan, penebangan kayu,

3.

pengambilan ikan dan satwa.


Pembaharuan/ pemudaan/penggantian sumberdaya alam
Proyek pembangunan: reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan,

4.

pemanfaatan,ulang limbah, penanggulangan banjir.


Proses pertanian
Proyek pembangunan: pertanian (pasang surut, tanaman pangan,

5.

holtikultura dan lain lain), penggembalaan, ranch, irigasi.


Proses industri

Proyek pembangunan: penggilingan besi dan baja, industri


6.

7.
8.

9.

petrokimia, pulp, kertas.


Transportasi
Proyek pembangunan: jaringan rel kereta api, pesawat terbang,
mobil, kapal dan jaringan pipa.
Energi
Proyek pembangunan: PLTA, PLTN, PLTU, PLTD dan PLTB.
Perawatan air dan pembuangan limbah
Proyek pembangunan: dumping limbah ke laut, landfill, pemupukan
limbah dalam tanah, penggunaan pestisida dan herbisida.
Kepariwisataan
Proyek pembangunan: area perburuan, taman dan lain lain.

10. Konservasi/ pengamanan pantai


Proyek pembangunan: kawasan wisata pantai, pemandian pantai,
penyelaman, para sailing dan lain lain.22
Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 dalam Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa rencana kegiatan yang
mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan yang wajib
dibuatkan AMDAL adalah kegiatan yang berupa:
1.
2.

Perubahan bentang lahan dan bentang alam;


Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbarui maupun yang tidak

3.

terbarui;
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta
kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya;

22

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan. hlm. 107.

4.

Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan

5.

(alam, buatan, sosial dan budaya);


Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar

6.
7.
8.

budaya;
Introduksi jenis tumbuh tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar

9.

untuk mempengaruhi lingkungan hidup;


Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara.23
Atas dasar macam pembangunan dan proyek yang tercantum di

atas, maka hampir seluruh kegiatan pembangunan akan menimbulkan


dampak bagi lingkungan, padahal terdapat beberapa proyek yang tidak
menimbulkan dampak dan ada pula proyek yang hanya berdampak
penting di suatu daerah.
Penapisan pada dasarnya adalah suatu kebijakan debirokratisasi
dalam proses perijinan, melakukan efisiensi dalam penyusunan dokumen
AMDAL dan membantu mempermudah pengambilan kebijakan dalam
pengambilan suatu keputusan.
Proses perencanaan suatu proyek sangat erat berkaitan dengan
pengambilan keputusan. Suatu proyek dapat dilaksanakan bila dalam
perencanaan proyek dapat dibuat secara memadai ditinjau dari berbagai

23

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan

aspek, seperti misalnya studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan.


Dalam setiap langkah penyusunan studi kelayakan ini diperlukan suatu
keputusan dari pengambil kebijakan, demikian pula untuk AMDAL.
Pengambil keputusan yang tertera dalam prosedur tata laksana
pelaksanaan AMDAL adalah instansi yang bertanggung jawab dan
pemraakarsa, kedua pihak ini sangat menentukan dalam pengambilan
keputusan.
Penapisan rencana kegiatan secara garis besar adalah melalui
pengambilan keputusan atas aktifitas yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan. Proyek yang diajukan baik itu oleh
pemerintah melalui kebijakan, program bantuan asing atau dana
pinjaman asing maupun dari sektor swasta akan dinilai apakah kegiatan
tersebut memiliki dampak besar dan penting. Penilaian atas rencana
proyek akan menghasilkan output apakah kegiatan tersebut memiliki
dampak besar dan penting terhadap lingkungan atau tidak, jika tidak,
maka pemrakarsa akan menyusun UKL dan UPL yang kemudian akan
melaksanakan pembangunan. Rencana proyek yang dianggap memilki
dampak besar dan penting terhadap lingkungan akan diwajibkan untuk
menyusun AMDAL, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
atau audit lingkungan, atau AMDAL yang disusun akan menghasilkan
altenatif dalam pelaksanaan proyek yang jika telah dipilih akan

dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan yang jika telah berjalan


akan dilakukan pemeriksaan sebagai bentuk pengawasan.24
Sesuai dengan proses pelaksanaan AMDAl, terdapat beberapa
metode penapisan. Menurut Soemarwoto dalam Fandeli penapisan dapat
dilakukan dengan dua metode, metode pertama adalah metode penapisan
satu langkah, caranya dengan membuat daftar berbagai proyek yang
diperkirakan menimbulkan dampak dan proyek proyek yang tidak
menimbulkan dampak. Dalam menyusun daftar proyek selain aspek
dampak penting yang dipertimbangkan, juga aspek lokasi proyek. 25
Daftar proyek kegiatan wajib AMDAL yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 adalah
merupakan penapisan satu langkah.
Lokasi proyek yang berada atau berbatasan atau dapat merubah
fungsi kawasan lindung atau bekas kawasan yang mudah berubah sesuai
dengan peraturan Perundangan yang berlaku, menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 wajib disusun
AMDAL. Kawasan lindung yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 7
ayat (1) Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang dan Pasal 37 Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990
Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung;
24

25

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan. hlm.110.
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm.113 115.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kawasan Bergambut;
Kawasan Resapan Air;
Sempadan Pantai;
Sempadan Sungai;
Kawasan Sekitar Danau/Waduk;
Kawasan Sekitar Mata Air;
Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margastwa,
Hutan Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah dan Daerah

9.

Pengungsian Satwa);
Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan
laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang
atau terumbu karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa

10.
11.
12.
13.
14.

keragaman dan/atau keunikan ekosistem);


Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove);
Taman Nasional;
Taman Hutan Raya;
Taman Wisata Alam;
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah
karst berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah

lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);


15. Kawasan Rawan Bencana Alam.26
Metode 2 (dua) tahap yang dikenal sebelum tahun 1994 dengan
mempergunakan

Penyajian

Informasi

Lingkungan

(PIL)

sebagai

dokumen penapisan sudah tidak dikenal lagi, sehingga daftar proyek


yang wajib melaksanakan PIL dan penilaiannya tidak berlaku lagi.

26

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan. hlm. 115.

Metode satu langkah yang mekanisme penapisannya dapat dilihat


pada skema berikut:
Semua Proyek

Penapisan
Dengan dasar daftar sebagai kriteria
(jenis kegiatan, besaran dan lokasi)

Lampiran Kep. Men. LH No. 11/2006

Proyek termasuk daftar wajib


AMDAL

Proyek di luar daftar

b. Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat


Setiap rencana kegiatan wajib Tidak perlu AMDAL tetapi
harus menyusun dokumen
AMDAL, wajib mengumumkan rencana
UKL dan UPL.

kegiatannya

kepada masyarakat

sebelum pemrakarsa

melakukan

penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang


bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,
pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu
yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat
terlebih dulu.
Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk:
1.

Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya


suatu kegiatan, sehingga dapat menghindari terjadinya dampak

2.

negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut;


Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan
upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan,
sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan

3.

dilindungi;
Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana
pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan
kepentingan mereka.
Maksud dan tujuan dilaksanakannya keterlibatan masyarakat dan

keterbukaan informasi dalam proses Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Hidup (AMDAL) ini adalah untuk:
1.

Melindungi kepentingan masyarakat;

2.

Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas


rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi

3.

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan;


Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL

4.

dari rencana usaha dan/atau kegiatan;


Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak
yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak - hak semua
pihak untuk mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak
untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui pihak lain yang
terpengaruh.

Prinsip

dasar

pelaksanaan

proses

pengumuman

dan

konsultasi

masyarakat yaitu:
1.
2.
3.
4.

Kesetaraan posisi diantara pihak - pihak yang terlibat;


Transparansi dalam pengambilan keputusan;
Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana;
Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dikalangan pihak - pihak
yang terkait.
Dalam Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004,

masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan AMDAL adalah:


1.

Masyarakat yang Berkepentingan


Masyarakat

yang

berkepentingan

adalah

masyarakat

yang

terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam kegiatan AMDAL


berdasarkan alasan - alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan
jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada

lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai atau norma


yang

dipercaya.

Masyarakat

berkepentingan

dalam

kegiatan

AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan


masyarakat pemerhati.
2.

Masyarakat Terkena Dampak


Masyarakat

terkena

dampak

adalah

masyarakat

yang

akan

merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan,


terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan
masyarakat yang akan mengalami kerugian.
3.

Masyarakat Pemerhati
Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai
perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun
dampak - dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

4.

Keterlibatan Masyarakat Dalam kegiatan AMDAL


Keterlibatan

masyarakat

dalam

kegiatan

AMDAL

adalah

keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan


tentang AMDAL. Dalam proses ini, masyarakat menyampaikan
aspirasi, kebutuhan, dan nilai - nilai yang dimiliki masyarakat, serta
usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan
dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik.
5.

Wakil Masyarakat Dalam Komisi Penilai AMDAL

Wakil masyarakat dalam Komisi Penilai AMDAL adalah wakil dari


masyarakat terkena dampak yang telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan untuk dapat duduk sebagai anggota Komisi Penilai
AMDAL.
Masyarakat memiliki hak untuk:
1.

Memperoleh informasi mengenai:


a. Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusun
b.

AMDAL;
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup

c.
d.
e.
f.

(KA-ANDAL);
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL);
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL);
Proses penilaian dokumen AMDAL oleh Komisi Penilai

g.

AMDAL;
Sikap instansi yang bertanggung jawab atas saran, pendapat dan

h.
2.

tanggapan masyarakat yang disampaikan;


Keputusan hasil penilaian dokumen AMDAL.27

Memberikan saran, pendapat, dan/atau tanggapan atas rencana usaha


dan/atau kegiatan yang wajib menyusun AMDAL dan dokumen KAANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL dengan ketentuan:
a.

Spesifikasi media penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan


bentuk tertulis (contoh: surat, e-mail) atau bentuk cetak
(contoh: surat pembaca di media massa), sehingga mudah
didokumentasikan;

27

Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

b.

Memenuhi spesifikasi teknik penyampaian saran, pendapat, dan


tanggapan dengan Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, menuliskan dengan jelas sehingga mudah dibaca,

c.

menjelaskan dan/atau melampirkan identitas pribadi;


Tata cara penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama
periode 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman
dilaksanakan, dan disampaikan kepada:
1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit
yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah
Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa.28
3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah

3.

Kabupaten)

u.p

Kepala

Kabupaten,

dengan

Badan

tembusan

Lingkungan

kepada

Hidup

Camat/Kepala

Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.29


Duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL30, khususnya bagi
warga masyarakat terkena dampak yang penetapannya dilaksanakan

28

29

30

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000


Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

berdasarkan ketentuan penetapan lingkup masyarakat terkena


dampak. Penetapan lingkup warga masyarakat terkena dampak pada
tahap penyusunan KA-ANDAL dilakukan atas kesepakatan bersama
antara instansi yang bertanggung jawab, pemrakarsa dan masyarakat
terkena dampak terkait dengan tetap memperhatikan kemungkinan
penyempurnaannya kembali pada tahap proses penilaian dokumen
ANDAL, RKL, dan RPL di Komisi Penilai.
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lingkup
masyarakat terkena dampak adalah:
a.

Memperhatikan karakter rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan


diusulkan
Contoh:
1) Jenis - jenis usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan
dukungan

semua

lapisan

masyarakat

setempat

berarti

menjadikan seluruh masyarakat setempat sebagai kelompok


yang terkena dampak (misalnya: proyek pembukaan lahan
pertanian skala besar, pembuatan infrastruktur desa, proyek
peremajaan kota, dan lain - lain);
2) jenis usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pengaruh
positif atau negatif besar pada satu kelompok masyarakat
tertentu menjadikan hanya sebagian masyarakat menjadi
kelompok yang terkena dampak (misalnya: proyek transmigrasi/
pemindahan

pemukim

perambah

hutan

yang

akan

mempengaruhi penduduk yang dipindahkan dan penduduk yang


akan menerima, atau proyek pertambangan terhadap masyarakat
b.

suku terasing);
Memperhatikan jenis isu pokok/dampak besar dan penting yang
muncul. Sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan bisa memiliki
lingkup warga masyarakat yang terkena dampak berbeda - beda
menurut jenis isu pokok/dampak besar dan penting.
Contoh:
Adanya perbedaan antara kelompok warga masyarakat terkena
dampak akibat isu konflik sosial budaya dengan kelompok akibat isu
pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.

c.

Mengacu pada batas wilayah dampak yang ditetapkan dalam studi


AMDAL. Warga masyarakat yang terkena dampak haruslah warga
yang memang berada di dalam wilayah dampak yang batas -

d.

batasnya ditetapkan dalam studi AMDAL.


Memperhatikan tahapan proses kajian AMDAL. Semakin jelas
permasalahan dan alternatif mitigasi dampak, lingkup warga
masyarakat yang terkena dampak dapat membesar/mengecil.
Contoh:
Identifikasi dampak dan wilayah sebarannya pada saat KA-ANDAL
mungkin hanya menghasilkan satu kelompok masyarakat terkena
dampak, namun pada saat evaluasi dampak akan dapat teridentifikasi
kelompok masyarakat terkena dampak baru. Demikian pula halnya

pada saat ditemukannya alternatif mitigasi dampak dalam RKL dan


RPL, dimana kemudian dapat memunculkan kelompok masyarakat
terkena dampak yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
Mekanisme perwakilan dalam hal masyarakat sebagai anggota komisi
penilai

AMDAL,

pelaksanaannya

berdasarkan

ketentuan

warga

masyarakat terkena dampak memilih sendiri wakilnya yang duduk dalam


Komisi Penilai AMDAL.
Kriteria dan syarat wakil masyarakat terkena dampak adalah:
a. Seseorang yang diakui sebagai juru bicara dan/atau mendapat
mandat dari kelompok masyarakat terkena dampak.
Wujud dari pengakuan ini dapat berupa bukti yang sifatnya formal
(misalnya: surat persetujuan bersama dari kelompok masyarakat
yang diwakili), atau bentuk - bentuk pengakuan lainnya yang
ditetapkan dan disetujui oleh kelompok masyarakat terkena dampak
yang diwakilinya (misalnya: menetapkan tokoh masyarakat formal
seperti Kepala Desa dan LKMD, atau informal seperti tokoh adat
dan tokoh agama setempat sebagai wakil yang disepakati);
b.

Menyuarakan semua bentuk aspirasi dan pendapat masyarakat yang


diwakilinya secara apa adanya, termasuk juga pendapat - pendapat

c.

yang saling bertentangan;


Melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan masyarakat yang
diwakilinya.31

31

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000


Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.

Kewajiban Instansi yang bertanggung jawab yang dalam hal ini,


Kementerian

Lingkungan

Hidup

bidang

Pengendalian

Dampak

Lingkungan di Tingkat Pusat, BAPPEDAL Propinsi di Tingkat Propinsi


dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (baca: Badan Lingkungan
Hidup) sebagai instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di tingkat Kabupaten32 adalah:
1.

Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai


penyusunan AMDAL dengan ketentuan:
a. Spesifikasi Media Pengumuman
1) Media cetak lokal dan nasional;
2) Papan pengumuman kantor instansi yang bertanggung
jawab di tingkat pusat dan/atau daerah;
3) Media elektronik televisi dan/atau radio;
4) Pusat dan/atau tempat pengumuman resmi yang ditetapkan
b.

dan diatur oleh instansi yang bertanggung jawab.


Spesifikasi Tampilan Pengumuman
1) Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak
tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh
seluruh lapisan masyarakat;
2) Pengumuman tertulis di media cetak harus berukuran
minimal 5x3 cm2 dan ditulis dengan huruf standar sekurang
- kurangnya berukuran 10. Ukuran minimal tidak boleh
dijadikan alasan tidak lengkapnya lingkup materi yang
disampaikan;

32

Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

3) Pengumuman pada papan pengumuman harus sekurang kurangnya:


a) Ditulis dengan warna hitam dan dasar putih;
b) Ditulis dengan huruf cetak standar dengan ukuran
minimal 12;
c) Berukuran minimal 60 x 100 cm2
4) Pengumuman pada media elektronik dapat berupa berita
ataupun spot iklan, dengan lama minimal 10 (sepuluh) detik
untuk televisi dan 20 (dua puluh) detik untuk radio
c.

Tata Cara Pengumuman


Tata cara pengumuman instansi yang berkewajiban harus
mengumumkan:
a.

Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta

b.
c.
d.

wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


Jenis usaha dan/atau kegiatan;
Nama dan alamat pemrakarsa;
Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas
waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga

e.

masyarakat;
Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat yang dalam hal ini BLH Kabupaten Cilacap
selaku instansi yang ditugaskan sebagai penganggung

2.

jawab.
Mendokumentasikan dan mengolah saran, pendapat, dan tanggapan
dari warga masyarakat yang disampaikan;

3.

Menyampaikan rangkuman hasil saran, pendapat, dan tanggapan dari


warga masyarakat serta respon dan sikap atas saran, pendapat, dan
tanggapan warga masyarakat tersebut kepada Komisi Penilai

4.

AMDAL;
Menyediakan informasi tentang proses dan hasil keputusan penilaian
dokumen KA-ANDAL dan ANDAL, RKL, dan RPL kepada warga

5.

masyarakat yang berkepentingan;


Memfasilitasi terlaksananya dengan baik hak warga masyarakat atas
informasi dan berperanserta dalam kegiatan AMDAL.

Kewajiban kewajiban Pemrakarsa dalam proses pengumuman dan


konsultasi masyarakat adalah:
1.

Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum memulai


penyusunan dokumen AMDAL dengan ketentuan:
a. Spesifikasi Media Pengumuman
1) Papan pengumuman di lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
2) Papan pengumuman di lokasi - lokasi strategis yang
ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di tingkat
pusat atau daerah dan Media elektronik televisi dan/atau
radio;
3) Media lain yang dianggap tepat dengan situasi setempat;
misalnya brosur, surat, media cetak, dan/atau media
b.

elektronik.
Spesifikasi Tampilan Pengumuman
Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak tertulis
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh


c.

lapisan masyarakat;
Tata Cara Pengumuman dengan mengumumkan hal - hal:
1) Nama dan alamat pemrakarsa;
2) Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi
dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
3) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
4) Produk yang akan dihasilkan;
5) Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara
penanganannya;
6) Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
7) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas
waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
masyarakat;
8) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

2.

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


Menyelenggarakan konsultasi kepada warga masyarakat yang

3.

berkepentingan dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL;


Memberikan informasi mengenai dokumen KA-ANDAL, ANDAL,

4.

RKL, dan RPL kepada warga masyarakat yang memerlukannya;


Menanggapi saran, pendapat, dan tanggapan yang disampaikan oleh
warga masyarakat yang berkepentingan.

Tata Cara Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL


Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai
menyusun dokumen AMDAL wajib:
1.

Memberitahukan rencananya kepada instansi yang bertanggung


jawab;

2.

Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya terhitung sejak


jadwal pengumuman yang telah disepakati bersama instansi yang

3.

bertanggung jawab;
Mengumumkan hal - hal:
a. Nama dan alamat pemrakarsa;
b. Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi
c.
d.
e.

dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


Jenis usaha dan/atau kegiatan;
Produk yang akan dihasilkan;
Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara

f.
g.

penanganannya;
Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu
pemberian

h.

dan

tanggapan

dari warga

masyarakat;
Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam
menerima

4.

saran, pendapat,

saran,

pendapat,

dan

tanggapan

dari

warga

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman.
Instansi

yang

bertanggung jawab

wajib

mengumumkan

rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai menyusun AMDAL
dengan ketentuan:
a. Mengumumkan hal - hal:
1) Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;
2) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
3) Nama dan alamat pemrakarsa;

4) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas


waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga
masyarakat;
5) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab
menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga
b.

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman
Warga

masyarakat

yang

berkepentingan

berhak

menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana


usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan,

dan disampaikan kepada:


1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit
yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah
Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada
Pemrakarsa.33
33

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000


Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.

3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah


Kabupaten)

u.p

Kepala

Kabupaten,

dengan

Badan

tembusan

Lingkungan

kepada

Hidup

Camat/Kepala

Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.Penyusunan dan


c.

penilaian KA-ANDAL. 34
Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh
Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. Kerangka
AMDAL bagi pembuatan ANDAL merupakan pegangan yang diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyusunan ANDAL,
ANDAL harus dilaksanakan sesuai dengan kerangka acuan yang telah
ditetapkan. Pembuatan kerangka acuan tersebut dilakukan bersama antara
instansi

yang

bertanggung

jawab,

maksudnya

bertujuan

untuk

mempercepat penyusunan kerangka acuan tersebut, dengan pengertian


bahwa instansi yang bertanggung jawab harus bersifat memberikan
petunjuk petunjuk yang diperlukan dalam penyusunan kerangka acuan
tersebut.
Penyusunan kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara yaitu:
1.

Kerangka acuan disusun oleh Komisi penilai AMDAL yang diberi


tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati atau bersama sama
dengan pemrakarsa proyek (sesuai dengan peraturan pemerintah);

34

Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2.

Kerangka acuan disusun bersama antara Komisi penilai AMDAL


yang diberi tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati,

3.

pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL atau konsultan AMDAL;


Kerangka acuan disusun oleh pelaksana AMDAL yang diajukan
kepada pemrakarsa proyek, kemudian dibicarakan bersama instansi
yang bertanggung jawab (dalam hal ini BLH Kabupaten).35
Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL adalah digunakan

sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan


tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KAANDAL kegiatan dalam kawasan.

Tujuan penyusunan KA-ANDAL adalah:


a.
b.

Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL;


Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.

Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah:


a.

Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi


rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang

b.

lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan;


Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL
untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.

35

Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,


hlm. 76.

Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL


1.

Keanekaragaman
ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup.
Rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan hidup pada
umumnya sangat beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha
dan/atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran,
tujuan, sasaran, dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan
hidup akan berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor
lingkungan hidup, pengaruh manusia, dan sebagainya. Karena itu,
tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula.
Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun akan
berbeda - beda. Dengan demikian KA-ANDAL diperlukan untuk
memberikan arahan tentang komponen usaha dan/atau kegiatan
manakah yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup
manakah yang perlu diamati selama menyusun ANDAL.

2.

Keterbatasan sumber daya


Penyusunan ANDAL acap kali dihadapkan pada keterbatasan
sumber daya, seperti antara lain: keterbatasan waktu, dana, tenaga,
metode, dan sebagainya. KA-ANDAL memberikan ketegasan
tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai

dalam keterbatasan sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu


pekerjaan ANDAL. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk
menyusun priorities manakah yang harus diutamakan agar tujuan
ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya terbatas.
3.

Efisiensi
Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu
dibatasi pada faktor - faktor yang berkaitan langsung dengan
kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien.

Pihak - pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL


Pihak - pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan
KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan
penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusunan KAANDAL (proses pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar
serta masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 33 s/d Pasal 35 PP.
Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.
Pelingkupan atau skoping berasal dari kata scoping yang berarti
bidang/lapangan, jangkauan kesempatan atau keleluasaan. Pelingkupan
dalam AMDAL diartikan sebagai pembatasan ruang lingkup pembatasan
AMDAL dan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan
lingkup permasalahan serta mengidentifikasi dampak besar dan penting
(hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan


KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:
a.

Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang


dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi
ANDAL dengan meniadakan hal - hal atau komponen lingkungan
hidup yang dipandang kurang penting ditelaah. Penelaahan ini
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama (main issue) atau
masalah kunci (key issue) dari suatu proyek guna mendapat

b.

gambaran mengenai rencana kegiatan serta hal hal terkait;


Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan:

c.

batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;


Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang
digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan
waktu).
Dalam pelingkupan dilakukan penajaman priotitas aspek aspek

atau komponen yang akan diteliti. Semakin baik hasil pelingkupan


semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.
Manfaat dari pelingkupan adalah untuk kepentingan:
1.

Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main-issue) dari

2.

suatu proyek;
Menetapkan komponen komponen lingkungan akan terkena
dampak nyata;

3.

Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang

4.

akan terkena dampak;


Menetapkan parameter atau indikator dari komponen lingkungan

5.
6.

yang akan diukur;


Efisiensi waktu studi AMDAL
Efisiensi biaya studi AMDAL36
Pelingkupan dampak besar dan penting dilakukan melalui

serangkaian proses berikut:


1.

Identifikasi dampak potensial


Pada

tahap

ini

kegiatan

pelingkupan

dimaksudkan

untuk

mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,


sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai
akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini
hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya
dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk
menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar
dan penting.
Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil
konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang
bertanggung

36

jawab,

masyarakat

yang

berkepentingan

serta

Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,


hlm. 49

dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu


identifikasi
dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan
metode - metode identifikasi dampak berikut ini:

2.

a.
b.
c.

penelaahan pustaka; dan/atau


analisis isi (content analysis); dan/atau
interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain -

d.
e.
f.
g.
h.
i.

lain); dan/atau
metode ad hoc; dan/atau
daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau
matrik interaksi sederhana; dan/atau
bagan alir (flowchart); dan/atau
pelapisan (overlay); dan/atau
pengamatan lapangan (observasi).

Evaluasi dampak potensial


Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/
meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau
tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting
hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting
potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal - hal yang
dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada
tahap ini daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan
belum tertata secara sistematis. Metode yang digunakan pada tahap
ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming).

Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini terutama


dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal
ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar,
instansi

yang

bertanggung

jawab

serta

masyarakat

yang

berkepentingan.
3.

Pemusatan dampak besar dan penting (Focussing)


Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengelompokan/mengorganisir dampak besar dan penting yang
telah dirumuskan dari tahap sebelumnya dengan maksud agar
diperoleh isu - isu pokok lingkungan hidup yang dapat
mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap
perihal:
a.

Keterkaitan antara rencana usaha dan/atau kegiatan dengan


komponen lingkungan hidup yang mengalami perubahan

b.

mendasar (dampak besar dan penting);


Keterkaitan antar berbagai komponen dampak besar dan penting
yang telah dirumuskan.
Isu - isu pokok lingkungan hidup tersebut dirumuskan melalui 2

(dua)

tahapan.

Pertama,

segenap

dampak

besar

dan

penting

dikelompokan menjadi beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu


sama lain. Kedua, dampak besar dan penting yang berkelompok tersebut

selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi,


sosial, maupun ekologis.
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi
luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan
penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu
dan tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang
berkepentingan.

Lingkup

wilayah

studi

ANDAL

ditetapkan

berdasarkan

pertimbangan batas - batas ruang sebagai berikut:


1.

Batas proyek
Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha
dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan
hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan
juga dalam koordinat.

2.

Batas ekologis

Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran


dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media
transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di
sekitar rencana usaha dan/atau kegaitan yang secara ekologis
memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
3.

Batas sosial
Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai
dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti jika kita melihat fenomena
sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat akibat adanya suatu
usaha/kegiatan. Jika kita menilik dari kegiatan/usaha maka kita
dapat

melihat

adanya

perubahan

perilaku

sosial

akibat

kegiatan/usaha tersebut, seperti jika kita melihat adanya masalah


yang muncul antara pelaku kegiatan kegiatan/usaha, dengan
masyarakat sekitar akibat permasalahan kecil seperti perbedaan
suku, seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan perhutanan

swasta nasional. Permasalahan sosial yang timbul, jika tidak segera


ditanggulangi atau ditemukan solusi akan merusak suatu tatanan
sosial yang sudah ada.
Batas sosial ini sangat penting bagi pihak - pihak yang terlibat dalam
studi ANDAL, mengingat adanya kelompok - kelompok masyarakat
yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami
perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan.
Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas
sosial ditetapkan dengan membatasi batas - batas terluar dengan
memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang
terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat
yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi
terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan
melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan
fasilitas sosial. Perubahan sosial ini dapat kita lihat seperti
perubahan pola sosial masyarakat, seperti munculnya budaya
komsumerisme

serta

hedonisme,

atau

bahkan

seperti

pola

perpindahan seperti urbanisasi.


4.

Batas administratif
Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana
masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi

dan sosial budaya sesuai dengan peraturan Perundang - Undangan


yang berlaku di dalam ruang tersebut.
Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan
atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas kuasa pertambangan).
Dengan memperhatikan batas - batas tersebut di atas dan
mempertimbangkan kendala - kendala teknis yang dihadapi (dana,
waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah
studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.
5.

Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL


Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas,
namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana
yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu,
dana, tenaga, tehnik, dan metode telaahan.
Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik
tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegaitan, kemudian
diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif
yang lebih luas.37

Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KAANDAL


37

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000


Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para
perencana, tetapi yang terpenting adalah juga bagi pengambilan
keputusan. Karena itu, dalam menyusun KA-ANDAL untuk suatu
ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya nanti akan merupakan bagian
dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dan
perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan dengan bagian studi
kelayakan

yang

menggarap

faktor

penunjang

dan

penghambat

terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi ekonomi


dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang bisa
ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan
hidup, karena itu, penyusun KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir
penyusunan ANDAL sehingga akhirnya dapat memberikan masukan
yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan.
Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan
tegas wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam
pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:

a.

Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang


hal - hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL

b.

menurut pihak - pihak yang terlibat;


Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam
studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing - masing
alternatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak
baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai

c.

upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar;


Mengingat kegiatan - kegiatan pembangunan pada umumnya
mengubah lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan
komponen - komponen lingkungan hidup yang berciri:
1) Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan
dijaga serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain:
a) Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer;
b) Sumber daya air;
c) Keanekaragaman hayati;
d) Kualitas udara;
e) Warisan alam dan warisan budaya;
f) Kenyamanan lingkungan hidup;
g) Nilai - nilai budaya yang berorientasi selaras dengan
lingkungan hidup.
2) Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara
mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh
masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,
seperti antara lain:
a) Pemilikan dan penguasaan lahan;
b) Kesempatan kerja dan usaha;
c) Taraf hidup masyarakat;
d) Kesehatan masyarakat.

d.

Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh


suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satu
sama lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab
akibat ini perlu dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KAANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan
sistematis.

Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan


KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.38

d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL


1.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)


Pelaksanaan ANDAL dapat pula disebut sebagai proses
pendugaan dampak, karena di dalam proses ini terkandung urutan
kerja yang harus diikuti untuk dapat melakukan pendugaan dampak
lingkungan secara ilmiah.39 Penyajian hasil studi ANDAL dan masalah
masalah pokok yang diteliti juga harus memenuhi peraturan
Perundang - Undangan yang dikeluarkan pemerinyah secara resmi
baik di tingkat nasional, sektoral maupun daerah/propinsi, khususnya
di dalam penekanan komponen komponen yang dianggap penting.

38

39

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000


Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm. 95.

Langkah langkah dalam menyusun ANDAL terbagi menjadi lima


langkah dasar sebagai berikut:
a. Mempelajari data dasar (basic data);
b. Rona lingkungan (description of enfironmental setting);
c. Analisis dampak (impact assessment) yang terdiri dari identifikasi,
prediksi dan evaluasi;
d. Seleksi usulan aktifitas proyek (selection of proposed action);
e. Penyususnan laporan ANDAL (preparation of environmental
impact statement).40

2.

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)


Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
merupakan dokumen yang memuat upaya - upaya mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak
positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan
hidup mencakup empat kelompok aktivitas:
1.

Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau


mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan
atas alternatif tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang

2.

bangun proyek;
Pengelolaan lingkungan

hidup

yang

bertujuan

untuk

menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan dampak


40

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam


Pembangunan, hlm.96.

negatif

baik yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan

beroperasi, maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir


3.

(misalnya: rehabilitasi lokasi proyek);


Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan
dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan
manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakrsa maupun pihak
lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif

4.

tersebut;
Pengelolaan
pertimbangan

lingkungan hidup yang


ekonomi

lingkungan

bersifat memberikan
sebagai

dasar

untuk

memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih,


hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau
ekologis) sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti
sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau
kegiatan.
Mengingat dokumen AMDAL merupakan bagian dari studi
kelayakan, maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan
pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan untuk
pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. Bila dipandang
perlu dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang "basic design"
untuk pencegahan/penanggulangan/pengendalian dampak. Hal ini
tidak lain disebabkan karena:

1.

Pada taraf studi kelayakan informasi tentang rencana usaha


dan/atau kegiatan (proyek) relatif masih umum, belum memiliki
spesifikasi teknis yang rinci, dan masih memiliki beberapa
alternatif. Hal ini tidak lain karena pada tahap ini memang
dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana proyek dipandang
patut atau layak untuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknis dan
ekonomi; sebelum investasi, tenaga, dan waktu terlanjur
dicurahkan lebih banyak. Keterbatasan data dan informasi tentang
rencana usaha atau kegiatan ini sudah barang tentu berpengaruh
pada bentuk kegiatan pengelolaan yang dapat dirumuskan dalam

2.

dokumen RKL;
Pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan
pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen
RKL selanjutnya akan diintegrasikan atau menjadi dasar
pertimbangan

bagi

konsultan

rekayasa

dalam

menyusun

rancangan rinci rekayasa;


Di samping itu perlu diketahui bahwa rencana pengelolaan lingkungan
hidup yang tertuang dalam dokumen RKL harus terkait dengan hasil
dokumen ANDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang
dikelola adalah yang hanya mengalami perubahan mendasar
sebagaimana disimpulkan oleh dokumen ANDAL.

Rencana

pengelolaan

lingkungan

hidup

dapat

berupa

pencegahan dan penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan


dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan
lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistimatis, serta
mengandung ciri - ciri pokok sebagai berikut:
1.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok - pokok


arahan, prinsip - prinsip, kriteria pedoman, atau persyaratan untuk
mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan
dampak besar dan penting baik negatif maupun positif yang
bersifat strategis; dan bila dipandang perlu, lengkapi pula dengan
acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak

2.

dimaksud;
Rencana pengelolaan

lingkungan

hidup

dimaksud

perlu

dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan


pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan
3.

dasar pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup;


Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya
peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa
usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup
melalui kursus - kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut

4.

dengan jumlah serta kualifikasi yang akan dilatih;


Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga

mencakup

pembentukan unit organisasi yang bertanggung jawab di bidang


lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL. Aspek - aspek yang

perlu diutarakan sehubungan /dengan hal ini antara lain adalah


struktur organisasi, lingkup tugas dan wewenang unit, serta
jumlah dan kualifikasi personalnya.
Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah
diprediksi dari studi ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau

beberapa pendekatan lingkungan hidup yang selama ini kita kenal


seperti:
1.

Pendekatan teknologi
Pendekatan ini adalah cara - cara atau teknologi yang digunakan
untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup;
Sebagai misal:
a.

Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan


beracun, akan ditempuh cara:
1) Membatasi atau mengisolasi limbah;
2) Melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi
jumlah/volume limbah (reduce), menggunakan kembali
limbah (reuse) atau mendaur ulang (recycle);
3) Menetralisasi limbah dengan menambahkan zat kimia
tertentu sehingga tidak membahayakan manusia dan
makhluk hidup lainnya.

b.

Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki


kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara, misalnya:
1) Membangun terasering atau penanaman tanaman penutup
tanah untuk mencegah erosi;
2) Mereklamasi lahan bekas

galian

tambang

dengan

pengaturan tanah atas dan penanaman tanaman penutup


c.

tanah.
Dalam rangka

meningkatkan

dampak

positif

berupa

peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah ada,


misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak
2.

positif tersebut.
Pendekatan sosial ekonomi
Pendekatan ini adalah langkah - langkah yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui
tindakan - tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan
bantuan peran pemerintah. Sebagai misal:
a.

Melibatkan masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau


kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan

b.

lingkungan hidup;
Permintaan bantuan

kepada

pemerintah

untuk

turut

menanggulangi dampak penting lingkungan hidup karena


c.

keterbatasan kemampuan pemrakarsa;


Permohonan keringanan bea masuk peralatan pengendalian
pencemaran;

d.

Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai

e.

dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki;


Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milik penduduk untuk
keperluan rencana usaha dan/atau kegiatan dengan prinsip

f.

saling menguntungkan kedua belah pihak;


Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

g.
3.

dimiliki pemrakarsa;
Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat

sekitar guna mencegah timbulnya kecemburuan sosial.


Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan
ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar
dan penting lingkungan hidup. Sebagai misal:
a.

Kerjasama dengan instansi - instansi yang berkepentingan dan

b.

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;


Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan

c.

hidup oleh instansi yang berwenang;


Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala
kepada pihak - pihak yang berkepentingan.
Mengingat dokumen RKL disusun sekaligus dengan dokumen

ANDAL dan RPL, dan ketiganya dinilai sekaligus maka format


dokumen RKL langsung berorientasi pada keempat pokok rencana
pengelolaan lingkungan hidup.

3.

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)


Pemantauan

lingkungan

hidup

dapat

digunakan

untuk

memahami fenomena - fenomena yang terjadi pada berbagai


tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku
dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke
tingkat kawasan atau bahkan regional, tergantung pada skala keacuhan
terhadap masalah yang dihadapi.
Di samping skala keacuhan, ada 2 (dua) kata kunci yang
membedakan pemantauan dengan pengamatan secara acak atau sesaat,
yakni merupakan kegiatan yang bersifat berorientasi pada data
sistematik, berulang dan terencana.
Ada

beberapa

faktor

yang

perlu

diperhatikan

dalam

penyusunan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup, yakni:


1.

Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah


yang mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar
dan penting. Dengan demikian tidak seluruh komponen
lingkungan hidup yang harus dipantau. Hal - hal yang dipandang

2.

tidak penting atau tidak relevan tidak perlu di pantau;


Keterkaitan yang akan dijalin antara dokumen ANDAL, RKL dan
RPL. Aspek - aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar
dampak besar dan penting yang dinyatakan dalam ANDAL, dan

sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan


3.

dalam dokumen RKL;


Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan
atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang
terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus
akan

4.

dapat

dinilai/diuji

efektifitas

kegiatan

pengelolaan

lingkungan hidup yang dijalankan;


Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Walau
aspek - aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal - hal
yang penting saja (seperti diuraikanpada butir (a) sampai (c ),
namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu
diperhatikan

5.

mengingat

kegiatan

pemantauan

senantiasa

berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan;


Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek - aspek yang
perlu dipantau, mencakup:
a. Jenis data yang dikumpulkan;
b. Lokasi pemantauan;
c. Frekuensi dan jangka waktu pemantauan;
d. Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan

6.

instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data);


e. Metode analisis data.
Dokumen RPL perlu memuat tentang kelembagaan pemantauan
lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup
yang dimaksud disini adalah institusi yang bertanggung jawab
sebagai penyandang dana pemantauan, pelaksana pemantauan,
pengguna hasil pemantauan, dan pengawas kegiatan pemantauan.
Koordinasi dan kerjasama antar institusi ini dipandang penting

untuk digalang agar data dan informasi yang diperoleh, dan


selanjutnya disebarkan kepada berbagai penggunanya, dapat
bersifat tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya.
Berkaitan dengan komisi penilai, syarat pokok yang harus dipenuhi
oleh para penilai untuk mengevaluasi dokumen AMDAL, seperti tercantum
dalam pokok B. Syarat Penggunaan Panduan di dalam SK. Bupati Cilacap
Nomor: 660.1/081/24/2003 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
Kabupaten Cilacap yaitu:
1.

2.

Penilai dokumen harus memenuhi salah satu dari syarat berikut:


a. Sudah pernah menyusun dokumen AMDAL; dan/atau
b. Sudah memperoleh sertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B),
c.

kursus penilai AMDAL atau kursus yang sejenis; dan/atau


Berpendidikan sarjana/sederajat terutama berlatar belakang masalah

d.

lingkungan atau ahli dalam masalah AMDAL; dan/atau


Merupakan wakil masyarakat yang terkena dampak/pemerhati

lingkungan.
Penilai harus memiliki dan menggunakan pedoman/panduan penyusunan
AMDAL yang berlaku, seperti antara lain: Panduan Kajian Aspek Sosial

3.

dalam AMDAL.
Penilai dapat memahami maksud yang terkandung dalam panduan
penilaian dokumen AMDAL ini dan menggunakannya.
Dari syarat pokok tersebut di atas tampak bahwa tingkat kemanfaatan
panduan ini sangat ditentukan oleh kemampuan pemakainya.

Dari bahasan di atas kita mendapatkan bahwa penilai AMDAL mampu


menilai kelengkapan serta kualitas dari dokumen AMDAL yang dikaji.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan
(AMDAL) Kabupaten Cilacap, dibentuklah Komisi Penilai AMDAL dan Tim
Teknis yang bertugas untuk mengkaji dokumen AMDAL. Komisi penilai
AMDAL berfungsi untuk memberikan masukan dan dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan
lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Bupati
pengambil keputusan dalam menerbitkan keputusan kesepakatan sesuai Pasal
13 dan Pasal 17 Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004.
Bupati menerima ANDAL, RKL dan RPL dari pemrakarsa melalui
sekretariat Komisi Penilai sebanyak tiga puluh lima eksemplar. Setelah
dokumen diterima dari pemrakarsa dan kemudian diterima oleh seluruh
peserta rapat Komisi dan Tim Teknis penilaian dokumen AMDAL selambat
lambatnya sepuluh hari kerja sebelum rapat dilakukan. Rapat ini diketuai oleh
Ketua Tim Teknis untuk melakukan penilaian oleh tim teknis yang kemudian
seluruh saran, pendapat dan tanggapan dicatat oleh petugas dari Sekretariat
Komisi Penilai. Masukan yang diterima oleh Tim Teknis disampaikan pada
rapat Komisi Penilai.
Rapat

Komisi Penilai dihadiri oleh seluruh anggota komisi serta

perwakilan dari usaha/kegiatan yang akan dinilai oleh rapat Komisi Penilai.

Dokumen hasil dari rapat Komisi Penilai yang telah ditanggapi dan
disempurnakan diserahkan paling lambat tiga puluh hari kerja setelah hari dan
tanggal rapat Komisi Penilai dilaksanakan, dan jika masih dianggap belum
memenuhi ketentuan perbaikan dan penilaian, maka ketua komisi berhak
meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali paling lambat empat belas
hari kerja.
Rapat komisi Penilai dilakukan atas dua kali pokok bahasan yaitu:
1. Rapat membahas KA-ANDAL
2. Rapat membahas Andal, RKL dan RPL
Berita acara hasil rapat Komisi Penilai disampaikan kepada Bupati
untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan
kelayakan lingkungan hidup bagi usaha/kegiatan yang bersangkutan.41
Karena dalam usaha/kegiatan kebanyakan, alokasi dana oleh
pengusaha atau pelaku kegiatan, penyusunan AMDAL masuk dalam kegiatan
operasi, sehingga penyusunan dokumen oleh pemrakarsa dilakukan
bersamaan dengan usaha/kegiatan yang dikerjakan. Hal ini adalah
pelanggaran karena AMDAL merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan

41

Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 45Tahun 2004 Tentang Pedoman Tata Kerja
Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap.

hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin melakukan


usaha atau kegiatan.42
2.

Hambatan yang terjadi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


(AMDAL) di Kabupaten Cilacap
Dalam pelaksanaan proses AMDAL tidak selalu berjalan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, hal ini terjadi juga pada proses
AMDAL di Kabupaten Cilacap. Hambatan yang muncul adalah akibat adanya
pihak yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan sebelum dikeluarkannya
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. Hambatan yang terjadi
dalam proses pelaksanaan AMDAL adalah sanksi yang diberikan untuk
kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan yang masih
terlalu ringan yaitu hanya berupa Audit Lingkungan Hidup wajib. Bagi
kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) serta dalam operasionalnya menyalahi
peraturan Perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut
tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk hal itu kegiatan tersebut
dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan
dokumen lingkungan wajib serupa AMDAL yang sifatnya spesifik, dimana
kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya

42

Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 13.

kecuali ada kondisi - kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan
oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kegiatan yang sudah berjalan yang
kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan
AMDAL baru.43
Hambatan ini muncul akibat rendahnya efek jera dari sanksi yang
diberlakukan, sehingga dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku
pelanggaran atas AMDAL

43

Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 11-12.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tersebut di muka maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan


Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang ditindaklanjuti melalui beberapa Surat Keputusan
Bupati mengenai AMDAL yang telah dibahas di muka, yang terdiri dari 4
tahapan yaitu:
a. Penapisan (Screening) wajib AMDAL.
Proses ini menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 11 tahun
2006, terdapat beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian,
perikanan, kehutanan, perhubungan, teknologi satelit, perindustrian,
prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral, pariwisata,
pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa genetika.
Kegiatan yang tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL, tetapi
lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam

kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.


Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan
bergambut, kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan
sekitar mata air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya.
b. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa
wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan
dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan
kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu selama
30 hari kerja dengan melibatkan seluruh pihak yang berkaitan, sebelum
menyusun KA-ANDAL.
c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 09/2000, Kerangka
Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang
merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun
AMDAL dan Komisi AMDAL.
d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada
KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL
dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.44
Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup di
kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang
44

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan


Hidup oleh Bupati.
2.

Hambatan yang terjadi dalam kegiatan Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap adalah akibat adanya pihak
yang

sudah

melaksanakan

usaha/kegiatan,

menyebabkan

timbulnya

pelanggaran hukum. Sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum


memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit
Lingkungan Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum
cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat
memunculkan pelanggaran sejenis akibat rendahnya efek jera dari sanksi
yang diberlakukan.
B. Saran
Melihat pentingnya proses AMDAL bagi pembangunan dan lingkungan, baik itu
bagi kelangsungan pembangunan saat ini dan yang akan datang serta dampak
usaha/kegiatan terhadap lingkungan biotik dan abiotik, maka diperlukan
penegakan hukum dalam proses AMDAL dan kerjasama yang baik antara para
pihak terkait AMDAL serta instrumen hukum yang memadai, seperti peningkatan
disiplin bagi aparatur yang ada di dalam pelaksanaan proses AMDAL, kemudian
optimalisasi penegakan hukum hukum administrasi negara, pidana serta secara
keperdataan. Penegakan hukum ini dapat berupa penerapan uang paksa atau upaya
paksa dari pihak Badan Lingkungan Hidup yang berwenang kemudian dengan
penerapan sanksi pidana bagi pelanggar, ataupun dengan upaya penuntutan secara

perdata oleh masyarakat. agar tercipta suatu pembangunan yang berwawasan


lingkungan secara berkesinambungan. Jika kita melihat pada hambatan yang
muncul, seharusnya jika terdapat pelanggaran dalam proses pelaksanaan AMDAL,
instansi yang bertanggung jawab mampu menerapkan hukum secara lebih
optimal, maksudnya disini untuk menghindari terjadinya pelanggaran yang sama
serta sebagai role model dari penanggulangan pelanggaran sejenis ke depan,
tindak lanjut dari pelanggaran yang ada adalah dengan memberikan hukuman tang
lebih berat, sehingga tidak terjadi pelanggaran pelanggaran yang sama di masa
depan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar
Dalam Pembangunan,Liberty,Yogyakarta.
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan,sinar grafika,Jakarta
Hartiwiningsih,2007,Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan
Hukum Pidana Lingkungan,LPP UNS dan UNS Press,Surakarta
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan,Bumi Aksara,Jakarta.
Husin,Sukanda,2009,Penegakan
grafika,Jakarta

Hukum

Lingkungan

Indonesia,sinar

Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, Kementerian Lingkungan


Hidup,Jakarta.
Soekanto,Soerjono,1986,Pengantar Penelitian Hukum,Penerbit Universitas
Indonesia,jakarta
Soemarwoto, Otto,1988,Analisis
University Press,Yogyakarta

Dampak

Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,Metodologi
Jurimetri,Ghalia Indonesia,Jakarta

Lingkungan,Gadjah
Penelitian

Hukum

Mada
Dan

B. Peraturan Perundang - Undangan


Undang undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Ketentuan


Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000
Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08
Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09
Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di lingkungan
pemerintah kabupaten Cilacap.
Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Kerja
Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL)
Kabupaten Cilacap
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan
Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact
Assesment, Basic Procedures for Developing Countries.

C.

Sumber Lainnya
http://Id.wikipedia.org
http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet

You might also like