Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPSUS
Maret 2016
OD KALAZION
Oleh :
Diansri Pratiwi Syam, S. Ked.
10542 0228 10
Pembimbing :
dr. Purnamanita Syawal , Sp. M.
BAB 1
LAPORAN KASUS
OD Kalazion Superior
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register
Tanggal Periksa
Tempat Periksa
Dokter pemeriksa
II.
: Tn. M
: 24 Tahun
: Laki-laki
: Islam
: Makassar
: Pegawai Swasta
: Takalar
: 082978
: 25 Februari 2016
: Balai Kesehatan Mata Masyarakat
: dr. Nelly Muhadji, Sp.M, M.Kes
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Tambahan
PEMERIKSAAN OPHTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
OS
Edema (-)
Edema
OD
palpebra superior
(-),
(-)
Normal, trikiasis (-), skuama(-)
Hiperemis(-) konjungtiva tarsalis
superior
Injeksi konjungtiva (-)
Normal
Normal, ke segala arah
Jernih
Kesan normal
Normal (coklat)
Bulat, refleks cahaya (+)
Jernih
B. Palpasi
Pemeriksaan
Test Okuler
Nyeri tekan
Massa Tumor
OS
Tn
(-)
(-)
OD
Tn
(-)
(+) benjolan palpebra superior,
konsistensi lunak(+), batas
tegas, ukuran 1x1 mm sebesar
biji jagung, supurasi (-),
Glandula Preaurikuler
Pembesaran (-)
mobile(-)
Pembesaran (-)
C. Pemeriksaan Visus
VOD
: 6/6
VOS
: 6/6
D. Tonometer
TOD
TOS
E. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjunctiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
F. Slit Lamp
SLOD
OD
Dry eye (-)
Jernih
Dalam
Coklat, Kripte (+)
Bulat
Jernih
OS
Dry eye (-)
Jernih
Dalam
Coklat, Kripte (+)
Bulat
Jernih
Iris coklat dengan kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa
jernih.
SLOS
Iris coklat dengan kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa
IV.
jernih
Resume
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata
kanan atas dialami sejak 1 bulan yang lalu, tidak nyeri , memiliki
riwayat dengan keluhan yang sama .
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan massa tumor
pada palpebra superior ukuran : 1x1 mm sebesar biji jagung,
konsistensi lunak, batas tegas, supurasi (-), mobile(-), tidak nyeri (-)
OS normal. Sedangkan pemeriksaan visus didapatkan ODS normal 6/6
V.
Diagnosis Kerja
OD Kalazion Palpebra Superior
VI.
Differential Diagnosis
Hordeolum interna
Tumor palpebra superior
VII. Terapi
Non medikamentosa
Edukasi health
Medikamentosa
Amoxixillin caps 500mg 2x1
Asam mefenamat 3x1
C. xytrol Zalf mata 3x1 OD
Operatif
Insisi kalazion
VIII. Prognosis
4
IX.
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad kosmetikam
Ad sanam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
Diskusi
Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan oftalmologis. Dari anamnesis pada pasien didapatkan
adanya benjolan pada kelopak batas mata kanan bagian Lateral,
benjolannya keras, tidak nyeri pada penekanan, dan tidak hiperemis,
Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
Kalazion berupa benjolan yang tanpa keluhan, rabaan keras, tidak ada
nyeri tekan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya
perlahan-lahan sampai beberapa minggu.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan massa tumor pada
palpebra superior ukuran : 1x1 mm sebesar biji jagung, konsistensi
lunak, batas tegas, ukuran 1x1 mm, supurasi (-), mobile(-). OS.
Normal. Sedangkan pemeriksaan visus didapatkan ODS normal 6/6
Benjolan yang melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit, pada
ujung kelenjar meibom terdapat masa kuning dari sekresi yang
tertahan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa Kalazion
merupakan paradangan pada kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis yang
tersumbat.
Penanganan pada pasien yaitu dengan dilakukan insisi untuk
mengeluarkan isi kalazion, Sedangkan pemberian antibiotika topikal
adalah untuk mengobati infeksi dan pemberian steroid untuk
mengobati peradangan. Kalazion dapat hilang dalam beberap bulan
atau diserap setelah beberapa tahun. Bila kecil dapat disuntik steroid
dan yang besar dilakukan insisi dan kuretase.
Prognosis pada penderita yang memperoleh perawatan biasanya
memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren
dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.
Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan
sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.
5
BAB II
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya
kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut
lainnya.1
Kalazion akan memberikan gejalanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel
tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut2
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.2
Chalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan
dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea2
Di Amerika Serikat dan statistic secara internasional kalazion merupakan
penyakit yang umum, namun kejadian yang sebenarnya dan prevalensi di
Amerika Serikat tidak diketahui. Data tentang prevalensi di seluruh dunia atau
kejadian kalazion juga tidak tersedia3.
Meskipun kalazion terjadi pada semua kelompok umur, mereka lebih
sering terjadi pada orang dewasa (terutama yang berusia 30-50 tahun)
dibandingkan
pada
anak-anak,
mungkin
karena
hormon
androgenik
Kalazion yang erulang, terutama pada pasien usia lanjut, praktisi harus
mempertimbangkan kondisi yang dapat menyamarkanya sebagai chalazion
(misalnya, karsinoma sebaceous, karsinoma sel skuamosa, adneksa karsinoma
microcystic, TBC). chalazion berulang pada anak atau dewasa muda harus
segera
evaluasi
untuk
kemungkinan
konjungtivitis
virus
dan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Palpebra
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi
lipatan kulit yang dapat mentup dan melindungi bola mata bagian
anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapisan tipis air mata,
yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superioe berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan
pipi4.
Struktur Palpebra4
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian
1.1.
1.2.
mata.
b. Tepian posterior
Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar
sebasea yang telah dimodifikasi (kelenjar Meibom atau
tarsal)
c. Punctum lacrimale
Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat
peninjolan kecil di pusat yang terlihat pada palpebra
superior dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikusnya ke saccus
lakrimalis.
1.3.
Fissura Palpebra4
Fissura palpebrae adalah ruang bentuk elips diantara kedua
palpebra yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis
dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0.5 cm di tepian lateral
orbita dan bermuara membentuk sudut tajam. Kantus medialis
lebih tipis dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis
Septum Orbitale4
Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis
1.4.
10
1.6.
oftalmika
nervus
cranial
kelima
infraorbitalis,
1.8.
yang
merupakan
radang
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi
dan
mengakibatkan
inflamasi.
Proses
granulomatous
ini
yang
12
13
pemeriksaan
histopatologik
untuk
7. PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh
hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat
terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.
14
sistem
drainase
pada
kalazion
dapat
Kalazion yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FK UI; 2009. hal
28-29.
2. Anonym. Kalazion. (online). (cited Januari 24). Available from:
http://smec-group.com/news.php
3. Deschnes, Jean. Chalazion. 2015.
Di unduh dari URL : http://emedicine.medscape.com/article/1212709overview#a2 ( diakses 7 maret 2016 )
4. Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum.
Edisi 17. Jakarta; Penerbit EGC: 2015
15
16