You are on page 1of 25

1.

a)
Platform ke darat
Battery limit antara platform dengan darat dapat ditentukan dengan letak
valve/katup yang menghubungkan antara pipa penyalur di laut dengan pipa
penyalur di daratan. Pipa dari platform ke darat dibatasi oleh riser yang ada pada
platform dan plant / kilang yang ada pada daratan. Aturan ini berlaku berdasarkan
kode DNV OS-F101 tentang pipa penyalur gas. Lebih detail ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 1. Battery limit dari platform ke darat


Platform ke platform
Battery limit yang berlaku antara platform dengan platform adalah sambungan
antara pipa dengan riser yang menggunakan tie-in atau spool. Dapat terlihat pada
gambar di bawah berikut, battery limit pipa dibatasi dengan tie-in/spool.

Gambar 2. Battery limit dari platform ke platform

Platform ke Single Point Mooring


Pada platform, cakupan pipa dibatasi oleh riser yang terpasang pada kaki platform.
Riser kemudian terhubung dengan spool atau tie-in menuju ke sistem offloading
atau pipeline end manifold (PLEM) sebelum terhubung ke single point mooring
(SPM). Pada sistem offloading single point mooring (SPM), spool atau tie-in akan
terhubung dengan flexible subsea hoses atau flexible riser. Jadi, battery limit subsea
pipeline untuk platform ke SPM berupa spool atau tie-in.

Gambar 3. Battery limit platform ke single point mooring


Subsea well ke Single Point Mooring
Pada subsea well biasanya digunakan template untuk melakukan pengeboran
sumur dan melakukan proses eksploitasi gas. Dari template kemudian terdapat pipa
penghubung menuju PLEM (Pipeline End Manifold) yang berfungsi sebagai titik
penghubung antara pipa dengan struktur bawah laut lainnya. Dari PLEM ini, sistem
single point mooring (SPM) kemudian terhubung melalui flexible subsea hoses atau
flexible riser.

Gambar 4. Battery limit subsea well ke single point mooring


b) Standar / kode yang digunakan :
ASME B31.8 berlaku untuk sistem perpipaan distribusi dan transmisi gas.
Standar ini mencakup desain, fabrikasi, instalasi, inspeksi dan pengetesan fasilitas
pipa yang digunakan untuk transportasi gas. Standar ini juga mencakup aspek
keselamatan dari operasi dan pemeliharaan fasilitas. Kode ini bersangkutan dengan
aspek keselamatan tertentu dari bahan bakar gas cair yang telah diuapkan dan
digunakan sebagai bahan bakar gas. Kode ini dapat diterapkan pada fasilitas
piping yang menangani butana, propana, atau campuran gas tersebut. Kode ini
berlaku dan diterjemahkan melalui diagram lingkup berdasarkan letak geografis
dan fungsi pipa serta fasilitas pendukung pipa.
Pipa Penyalur Area Lepas Pantai
Lingkup kode ASME B31.8 untuk area lepas pantai ini berlaku mulai dari titik outlet
dan berakhir pada titik inlet separation dan/atau processing plant. Lebih jelas
tercantum pada gambar berikut

Gambar 5. Ruang lingkup standar ASME B31.8 untuk area lepas pantai
Pipa Penyalur Area Darat
Lingkup kode ASME B31.8 untuk area darat ini berlaku mulai dari titik outlet dan
berakhir pada titik inlet separation dan/atau processing plant. Selain itu kode ini
juga berlaku pada titik outlet wellhead separator. Lebih jelas tercantum dalam
gambar berikut.

Gambar 6. Ruang lingkup standar ASME B31.8 untuk area darat

DNV OS F101 Submarine Pipeline System


Standar ini merupakan sebuah kriteria dan panduan untuk konsep pengembangan
konsep, desain, konstruksi, operasi dan abandonment pipa penyalur bawah laut
(submarine pipeline). Kode ini berlaku untuk sistem pipa tunggal, bundel pipa yang
berjenis piggyback, dan bundel pipa dengan pipa luar sementara untuk dynamic
riser dan compliant riser dicakup pada standar DNV-OS-F201 Dynamic Risers.
Lingkup dari kode ini tercantum pada gambar berikut.

Gambar 7. Ruang lingkup standar DNV OS-F101

Kesimpulan
Untuk menentukan battery limit pipa penyalur gas, dapat digunakan dua kode /
standar yaitu DNV OS-F101 dan ASME B31.8
c) Mekanisme kerja pig launcher
Berikut adalah bagian bagian dari pig launcher :

Kicker Line
Valve
Kicker

Main
Line

Case Set

Trap Line

Pig
Signaler

Pig
Main Line
Valve

Gambar 8. Bagian bagian pig launcher


Langkah 1 : Pig dimasukkan kedalam case set. Hal ini bersifat opsional, yakni jika
pig lebih dari satu.

Langkah 2 : Case set dimasukkan ke dalam pig launcher dan kemudian ditutup.

Langkah 3 : Buka katup pada kicker line agar fluida dapat mengalir ke arah trap
line.

Langkah 4 : Tunggu hingga fluida mencapai tingkat tekanan tertentu agar dapat
mendorong dan mengalirkan pig.

Langkah 5 : Pig akan mengalir mengikuti jalur pipa dan melakukan fungsi/tugasnya.

Langkah 6 : Setelah melakukan tugasnya, pig akan memasuki trap line dan
kemudian berhenti pada pig receiver.

Langkah 7 : Main line valve ditutup sehingga fluida berhenti mengalir menuju trap
line. Kemudian fluida pada trap line dibuang dengan cara diuapkan atau dibuang
secara manual.

Langkah 8 : Pig dikeluarkan dari pig receiver.

2. Diketahui :
Diameter pipa (OD)

= 20 inch = 0.508 meter

Material API 5L X42, SYMS

= 42000 psi = 289.579 MPa = 0.2895 Gpa

Modulus Elastisitas Baja, E

= 200 Gpa

a ) Hitung radius curvature minimum (Rmin) pada pipa dalam satuan meter dengan
persamaan bending stress dan Janseen VH, gunakan faktor keamanan f = 10%

Bending stress

R=

E. D
2. f . SMYS

R=

2000.508
20.10.2895

R=1754.74 m=1.75 km
Janseen VH

R=

3. E . D
4. fa

R=

32000.508
40.10.2895

R=2632.12 m=2.63 km
b) Material diganti dengan API 5L X65 dengan SMYS = 65000 psi = 448.159 Mpa =
0.44815 Gpa. Cek dengan kedua persamaan di atas apakah masih aman jika radius
curvaturenya R = 1500 m = 1.5 km.
Bending stress

R=

E. D
2. f . SMYS

R=

2000.508
20.10.44815
R=1133.549 m=1.133 km

Janseen VH

(aman)

R=

3. E . D
4. fa

R=

32000.508
40.10.44815
R=1700.32 m=1.7 km

(tidak aman)

3. a) Tentukan rute yang paling optimal sesuai kaidah dan kriteria yang
berlaku agar pipa tetap aman beroperasi

Gambar 9. Rencana rute pipa dari platform KL menuju Tanara

Peta dari soal di overlaykan ke Google Earth untuk memudahkan pengukuran jarak.
Selanjutnya rute pipa digambarkan dengan menggunakan fitur path pada Google
Earth.
Rute pipa disusun berdasarkan ketentuan berikut :
a. Jarak antara pipa dengan platform eksisting minimal 500 m (terpenuhi)
b. Saat melewati perbedaan ketinggian batimetri, diusahakan pipa terletak
tegak lurus dengan batimetri untuk menghindari longsoran.
c. Jarak antara pipa dengan bangkai kapal minimal 500 m (terpenuhi)
Total panjang pipa keseluruhan dari platform KL menuju ke Tanara adalah 82.3
kilometer

Gambar 10. Panjang pipa platform KL menuju ke Tanara


b) Jumlah crossing dengan pipa eksisting yaitu sebanyak dua (2) kali dan jumlah
crossing dengan cable eksisting sebanyak empat (4) kali.
c) Survei yang dilakukan :

Survei geodesi lepas pantai


DGPS
Static Global Positioning System (GPS) dan Real Time Kinematic (RTK)
Traverse
Profiling & Cross-Section leveling
Pemetaan kontur dengan cepat, akurat, dan fleksibel untuk
perencanaan, desain, dan konstruksi
Survei geofisika lepas pantai
Batimetri
Side Scan Sonar
Sub-bottom profiling
Grab samples
Magnetometer
Survei geoteknik lepas pantai
Pengambilan sampel
Gravity cores
Box cores
Cone Penetrometer (CPT)
Vibrocore
Drilling

Pengetesan di lapangan
Deep Boring Test
Undisturbed Soil Sampling
Standard Penetration Test
Vane Shear Test
Dutch Cone Penetration Test
Tes laboratorium
Specific Gravity
Content
Grain Size Analysis
Atterberg Limit
Shrinkage Limit
Survei hidro-oseanografi
Tinggi dan perioda gelombang
Transformasi gelombang
Pasang surut
Kecepatan arus
Kecepatan angin

Lebar koridor survei = 100 meter


4. a) Kriteria pemilihan jalur pipa yang optimal
Berikut ini adalah kriteria pemilihan jalur pipa yang optimal (rules of thumb)
1. Teraman
Pemiihan rute pipa dilakukan untuk meminimalisir potensial resiko

kerusakan pada pipa saat instalasi dan operasi.


Rute pipa optimum dipilih berdasarkan hasil survei rinci pada koridor

survei yang ditentukan.


Pipa diletakkan tegak lurus terhadap garis kontur/batimetri agar ketika
terjadi longsor di permukaan dasar laut pipa tidak terkena longsoran
tersebut.

2. Terpendek
Idealnya berupa garis lurus.
Meminimalisir material. Hal ini berdampak besar pada keseluruhan biaya

proyek yang dikerjakan.


Meminimalisir hilangnya tekanan yang berlebihan.
Meminimalisir resiko instalasi. Dengan pemilihan rute pendek,
kemungkinan bertemunya jalur pipa dengan faktor-faktor yang
membahayakan dapat diperkecil.

3. Termudah

Metode instalasi pipa dipilih yang paling mudah. Setelah mengetahui ukuran
pipa yang digunakan, diperhitungkan juga barge dan kapal instalasi yang
tersedia untuk mempertimbangkan dimensi kapal terhadap jalur yang
dilewati
4. Termurah
Meminimalisir biaya proyek dapat dilakukan dengan mengikuti rules of thumb
sebelumnya
Dengan rules of thumb di atas, dapat dituliskan beberapa kriteria pemilihan rute
pipa penyalur
agar optimal sebagai berikut :
a. Water Depth, kedalaman akan berpengaruh pada sulit atau tidaknya proses
instalasi yang akan dilakukan.
b. Seabed Features, seabed feature sebaik mungkin dihindari agar pipa
penyalur tidak mengenai seabed feature tersebut.
c. Existing Facilities, jarak pipa penyalur dengan existing faciities seperti
offshore platform atau subsea wellheads minimum harus 500 m
d. Third Parties, pihak ketiga seperti nelayan, angkatan laut dan lain -lain
menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan rute pipa penyalur
e. Installation Contraints, kemampuan barge dalam proses instalasi akan
mempengaruhi jenis rute yang akan kita pilih
f. Shore Crossing, pada saat pipa penyalur bawah laut akan menyambung
dengan pipa penyalur di daratan, maka perlu memerhatikan letak pemukiman
di daerah tersebut.
g. Future Marine Developments & Activities, penentuan rute pipa penyalur
harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan pembangunan
fasilitas - fasilitas pendukung di masa depan seperti platform, pipeline,
manifold, dll
h. Politic, pengembangan rute pipa penyalur akan berhubungan dengan
keputusan izin pemerintah incumbent. Kita harus mendengarkan dan
menelaah kemungkinan - kemungkinan kebijakan pemerintah yang akan
berlaku di masa depan.
b) Cone Penetrometer Test (CPT), Undisturbed Soil Sampling dan Standard
Penetration Test di laut.
1. Cone Penetrometer Test

Cone penetrometer test (CPT) merupakan metode pengujian daya dukung tanah
yang mencakup daya dukung ujung dan daya dukung friksi. Pada wilayah laut,
biasanya CPT dilakukan dari atas platform jack-up rig, barge, ataupun kapal survei.
Jenis survei ini dilakukan dengan memasukkan sebuah instrumen berbentuk kerucut
(cone) ke dasar laut dengan kecepatan rendah (20 mm/detik). Cone ini memiliki
sensor yang akan mengukur besar gaya dukung ujung dan gaya friksi yang
kemudian ditransmisikan melalui kabel umbilical ke platform atau kapal survei
diatasnya.
Terdapat beberapa jenis cone yang berbeda berdasarkan fungsinya yang dapat
digunakan dalam survey tanah, yaitu piecozone penetrometer, friction cone,
temperature cone, pecozone, seismic cone dan electrical conductivity cone.

Gambar 11. Cone penetrometer test dari platform

Gambar 12. Alat CPT yang diturunkan dari kapal


2. Undisturbed Soil Sampling

Undisturbed soil sampling merupakan metode pengujian tanah dengan cara


mengambil undisturbed sample. Sistem ini bekerja dengan cara mengambil sebuah
sampel tanah pada beberapa kedalaman lapisan tanah setelah itu, sampel tersebut
akan dianalisis beberapa parameternya untuk menentukan jenis lapisan-lapisan
tanah. Sampel yang bersifat undisturbed merupakan sampel dengan kondisi tanah
yang menyerupai kondisi tanah in-situ (pada lokasi) sehingga memungkinkan
pengetesan sifat dari tanah yang digunakan untuk mendekati profil tanah in-situ.
3. Standard Penetration Test
Standard penetration test merupakan metode pengujian tanah yang memberikan
indikasi densitas relatif deposit granular, seperti pasir dan kerikil melalui jumlah
pukulan hammer. Metoda pengujian ini mengambil disturbed sample.

Gambar 13. Standard Penetration Test

Gambar 14. Hasil dari Standard Penetration Test (SPT)

c) Deskripsi mengenai survey geofisik


Metode

Side scan sonar

Alat yang
digunakan

Sub-bottom
profiling

Magnetometer

Side-scan
transducers
Towfish
Tow cable
Kapal survei

Output
yang
dihasilkan
Gambar
dasar laut di
sisi kanan
dan kiri
kapal.

Sub-bottom
profiler
Tow cable
Kapal survei

Profil lapisan
atas dasar
laut dengan
kedalamanny
a.

Magnetomet
er
Tow cable
Kapal survei

Letak logam
yang ada di
dasar laut.

Proses survei

Towfish yang berisi sidescan transducers


ditambatkan pada kapal
survei dengan tow cable.
Lalu kapal survei
menelusuri jalur survei.
Data yang direkam oleh
side-scan transducers
langsung ditransmisikan
menuju ruang kontrol di
kapal survei.
Sub-bottom profiler
ditambatkan pada kapal
survei dengan tow cable.
Lalu kapal survei
menelusuri jalur survei.
Data yang direkam oleh
sub-bottom profiler
langsung ditransmisikan
menuju ruang kontrol di
kapal survei.
Magnetometer
ditambatkan pada kapal
survei dengan tow cable.
Lalu kapal survei
menelusuri jalur survei.
Data yang direkam oleh
magnetometer langsung
ditransmisikan menuju
ruang kontrol pada kapal
survei.

d) Istilah fitur seabed


No
.

Seabed
Feature
s

Definisi

Gambar

Active
faults

Boulder
fields

Gas
hydrate

Patahan yang
dapat menjadi
sumber gempa
bumi pada suatu
masa yang akan
datang. Para
geologist
menganggap
sebuah patahan
aktif apabila
terdapat
pergerakan atau
bukti dari
aktivitas seismik
dalam 10.000
tahun terakhir.
Daerah dasar
laut yang
memiliki banyak
batuan di
atasnya.

Kristal padat
dimana
didalamnya
terdapat molekul
gas yang
terpenjara oleh
molekul air.
Padatan ini mirip
dengan es, hanya
saja padatan ini
dapat terbakar.

Landslide

Berbagai gerakan
tanah, seperti
jatuhnya batuan
dan kegagalan
lereng.

Mine
fields

Mud
volcanoe
s

Daerah dasar
laut yang
dipasangi ranjau.
Dapat terjadi
karena lahan
tersebut
merupakan bekas
lokasi latihan
militer atau
merupakan zona
perang.
Gunung yang
terbentuk dari
pancaran lumpur,
air, dan gas.
Gunung ini bukan
gunung berapi
karena tidak
menghasilkan
lahar.

Pockmarks

Kawah di dasar
laut yang
disebabkan oleh
fluida (gas dan
cairan) meletus
dan masuk
melalui sedimen.

Sand
waves

Susunan pasir di
dasar laut yang
berbentuk seperti
gelombang.

Scarp

Lereng curam
atau tebing
panjang yang
dihasilkan oleh
erosi atau
patahan dan
memisahkan dua
daerah dengan
elevasi yang
berbeda.

10 Seabed
undulatio
n

Dasar laut yang


berbentuk seperti
gelombang (tidak
rata)

5. a) Bottom roughness
Bottom roughness analysis adalah analisis yang dilakukan untuk melihat dan
menganalisis hubungan dan interaksi antara pipa dengan profil dasar laut,
kemungkinan akan terjadinya free span pada lokasi tertentu pada saat instalasi
maupun kondisi operasi.

Adapun input dari analisis ini adalah sebagai berikut:


Properti pipa baik itu ukuran pipa, berat pipa, hingga ke berat beton pelapis.
Profil dasar laut di lokasi sepanjang rute pipa yang disurvei.
Permukaan tanah di dasar laut dimodelkan untuk menentukan tingkat
settlement pada beberapa kondisi yaitu saat pipa kosong dan saat pipa

dialirkan air laut


Hydrotest pressure dilakukan untuk kondisi hydrotest dimana bertujuan untuk
mengetahui nilai pipe stress serta free span apakah masih dalam batas

toleransi.
Untuk analisis untuk kondisi operasional, design pressure dan suhu dimasukkan
dalam analisis.
Selanjutnya adalah mengenai tahapan dari analisis, ada tiga tahapan yaitu
sebagai berikut:
1. Analisis kondisi instalasi
Dalam kondisi instalasi, input yang dimasukkan dalam analisis ini adalah
berat pipa serta coating, profil seabed pada lokasi, serta data permukaan
tanah. Kemudian dengan software analisis bottom roughness yang berdasar
pada perangkat lunak elemen hingga, maka outputnya adalah berupa
besarnya free span yang terjadi, serta besar tegangan yang terjadi pada
pipa, seperti yang ditunjukkan pada grafik berikut :

Gambar 15. Output kondisi instalasi


2. Analisis hydrotest
Pada pengujian ini, kondisi yang diaplikasikan ke pipa adalah saat pipa dialiri
dengan air laut dan diaplikasikan besar tekanan hydrotest sebesar 2.5 kali
dari tekanan rencana. Input dari analisis hydrotest adalah berat pipa dan

coatingnya, profil seabed di lokasi pipeline, data permukaan tanah, serta


dimasukkan hydrotest pressure/ tekanan mulai diaplikasikan ke pipa untuk
analisis ini. Kemudian inputan diolah dengan menggunakan perangkat lunak
elemen hingga dan menghasilkan free span dan tegangan yang terjadi pada
pipa. Output dari analsiis ini ditunjukkan pada grafik berikut.

Gambar 16. Output hydrotest analysis


3. Analisis kondisi operasi
Dalam analisis ini dimasukkan input berupa kondisi operasional yaitu tekanan
yang diaplikasikan sebesar tekanan rencana, tekanan dari luar, dan juga
suhu. Pada analisis ini juga dimasukkan input berupa properti berat pipa,
profil seabed, data permukaan tanah serta tekanan rencana serta
temperatur, baik tekanan dari dalam maupun luar pipa. Inputan kemudian
diolah ke dalam program analisis pipeline sama seperti sebelumnya
kemudian output dari analisis ini adalah tegangan pada pipa dan besar free
span yang terjadi. Adapaun hasil output yang dihasilkan dapat dilihat pada
grafik berikut:

Gambar 17. Output operation analysis

b) Software offpipe, abaqus, sage profile.

Offpipe
Offpipe merupakan perangkat lunak berbasis finite element method (FEM)
dengan dasar sistem DOS yang dapat digunakan untuk menganalisis tegangan
pada pipa, konfigurasi pipa, dan panjang tali davit serta gaya pada tali untuk
menganalisis proses lifting dan mencakup semua bentuk masalah pada proses
instalasi pipa ke dasar laut. Analisis instalasi pipa bisa dilakukan baik untuk
laying secara konvensional dengan menggunakan laybarge dan stinger maupun
dengan konfigurasi J-lay dimana dasar lautnya sendiri dimodelkan dengan
pondasi plastik elastik yang kontinu. Selain itu Offpipe juga dapat memodelkan
abandonment pipa, baik startup maupun laydown. Menu lain dari perangkat
lunak ini antara lain adalah memodelkan bundle pipa, buoys, coating dan
insulasi pipa, konten fluida pipa, nodal fixities, point load, dan true catenary
davits. Selain itu juga bisa digunakan untuk analisis pipe span dengan
memodelkan seabed profile pada seri x, y, z dengan kekakuan tanah yang
disesuaikan.
Kelebihan dari software offpipe antara lain adalah cakupannya yang sangat luas
mulai dari analisis pipe span, tegangan pipa hingga laying dan lifting pipa,
permodelan seabed yang akurat, serta banyak fitur lain yang mampu
dimodelkan oleh software ini. Sementara kekurangannya adalah harganya yang
sangat mahal dibandingkan software sejenis.

Gambar 18. Tampilan perangkat lunak Offpipe

Abaqus
Abaqus merupakan salah satu program unntuk menganalisis pipeline yang
berdasarkan finite element analysis (elemen hingga) dan computer aided
engineering (CAD). Cakupan yang bisa dikerjakan oleh Abaqus antara lain adalah
finite element analysis untuk linear dan nonlinear, coupled physics, seperti
structural acoustic, thermal electrical, juga untuk electromagnetics dan
smoothed particle hydrodynamics. Selain itu Abaqus bisa digunakan untuk
banyak material seperti karet, thermoplastic, powder metal, jaringan manusia,
tanah, komposit, dll. Kelebihannya adalah dalam kemampuan analisisnya karena
memang berbasis pada finite element analysis sehingga cakupannya lebih
besar, high performance computing, sehingga membantu dalam analisis dalam
skala yang besar. Namun kekurangannya adalah software ini kurang userfriendly. Gambar berikut menunjukkan tampilan perangkat lunak Abaqus.

Gambar 19. Tampilan perangkat lunak Abaqus

Sage Profile
Sage Profile merupakan software pipeline dalam proses desain, instalasi dan
analisis pipa bawah laut. Berikut beberapa kemampuan dari SageProfile :

Pipeline route optimization


Simulation of the pipelay process
On bottom stress calculations
Prediction of buckling
Expansion analysis
Free span evaluation

Gambar berikut menunjukkan tampilan dari software sage profile

Gambar 20. Tampilan perangkat lunak SAGE Profile

Kelebihan dari software ini sebagaimana tercantum pada website mereka adalah
sebagai berikut:
Didesain oleh pipeline engineer untuk pipeline engineer.
Perhitungan yang cepat: restart capabilities, optimised explicit solver dan
multi threading options.
Fast learning curve.
Identifikasi untuk area kritikal dan buckling pada pipa.
Kemampuan untuk menghitung area free span dan memperbaiki seabed jika
dibutuhkan.
Perkembangan yang berlanjut serta fitur baru.
Training courses.

You might also like