You are on page 1of 112

BAGIAN A

1. A) Kriteria desain tebal pipa yang harus dipenuhi terkait internal


pressure containment/hoop stress

Menurut ASME B31.8


Tekanan desain untuk sistem pipa baja atau tebal pipa nominal untuk
tekanan desain yang telah ditentukan dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

P=

2 St
FET
D

P=

2000 St
FET
D

(U.S. Customary Units)

(SI Units)

Dimana
D = Diameter luar pipa nominal (inch , mm)
E = Faktor longitudinal joint (Nilai E terdapat pada tabel 841.1.7-1)

Jika jenis longitudinal joint tidak bisa ditentukan secara pasti, maka
nilai E digunakan 0.6 untuk pipa NPS 4 (DN 100) dan yang lebih kecil,
atau 0.8 untuk pipa yang lebih besar dari NPS 4 (DN 100).
F = Faktor desain (Nilai F terdapat pada tabel 841.1.6-1)

P = Tekanan desain (psig, kPa) (batasan untuk nilai P terdapat pada


bagian 841.1.3)

S = Specified Minimum Yield Strength (psi, MPa) (batasan untuk nilai S


terdapat pada bagian 841.1.4)

T = Temperature derating factor (terdapat pada tabel 841.18-1)

t = tebal dinding pipa nominal (inch, mm)


Untuk pipa dan riser, tensile hoop stress akibat perbedaan antara
tekanan internal dan eksternal tidak boleh melebihi nilai yang
diberikan berikut.

S h F 1 ST

(1)

P
( iPe )

D
2t

(2)

Sh=
P
D
2000t
Sh =

( iPe )

(3)

atau
P
Dt
2t
S h=

( iPe )

(4)

P
Dt
2000t
Sh =

( iPe )

(5)

Dimana

F1

= hoop stress design factor dari tabel A842.2.2-1

Pe

= tekanan eksternal, psi (kPa)

Pi

= tekanan internal rancangan, psi (kPa)

= specified minimum yield strength, psi (MPa)

Sh

= hoop stress, psi (MPa)

= temperature derating factor dari table 841.1.8-1

= tebal dinding pipa nominal, in. (mm)

Catatan :

Direkomendasikan bahwa persamaan (2) digunakan untuk D/t yang


lebih besar atau sama dengan 30, dan persamaan (3) digunakan untuk
D/t kurang dari 30

Menurut DNV OS F101


Tekanan di dalam pipa perlu memenuhi kriteria sebagai berikut.

Dimana :
Plx = Pli selama operasi dan Plx = Plt selama tes
Tahanan pressure containment pb(t) diberikan sebagai berikut.

Menurut DNV 1981


Untuk pipa dengan tensile hoop stress

yang diakibatkan

perbedaan antara tekanan eksternal dan internal, tidak boleh melebihi


nilai

yp yang diijinkan sebagai berikut :

yp= h F k t
h=faktor penggunaan

yp=hoop stress yang diijinkan


F =specified minimum yield strength
k t =temperature derating factor , untuk temperatur dibawah120 o C , k t =1.0
Jika tidak ada metoda yang lebih akurat untuk digunakan, tensile hoop
stress, untuk dibandingkan dengan

yp sebelumnya, ditentukan

dengan formula :

y =( pi p e )

D
2t

pi=tekananinternal
pe =tekanan eksternal
D=diameter luar pipa nominal

t=tebal dinding pipanominal


( pi pe ) merupakan selisih maksimum

( pimax p emin ) sepanjang

bagian pipa yang memiliki D,t, dan sifat material yang konstan, dan

dimana tekanan di uji pada sebuah operasi yang sama.

pimax

tidak

boleh kurang dari salah satu tekanan yang lebih tinggi berikut :

maximum steady state operating pressure

static head pressure with the line a static condition

pemin tidak boleh lebih besar dari tekanan air pada satu titik saat air
surut.

Menurut API RP 1111


Hydrostatic test pressure, pipeline design pressure, dan incidental
overpressure, termasuk tekanan internal dan external yang bekerja
pada pipa, tidak boleh melebihi nilai yang ditentukan persamaan
berikut :

P t f d f e f t Pb
Pd 0.80 P t
Pa 0.90 Pt
Dimana

fd

faktor desain tekananinternal , dapat diterapkan untuk semua pipa

= 0.9 untuk pipa

fe
ft
Pa
Pb

= 0.75 untuk riser


= weld joint factor, longitudinal or spiral seam weld. Hanya
material dengan nilai faktor 1 yang dapat diterima.
= temperature de-rating factor
= 1.0 untuk temperatur kurang dari 121oC (250oF)
= incidental overpressure (tekanan internal dikurangi tekanan
eksternal), dalam satuan N/mm2 (psi)
= specified minimum burst pressure dari pipa, dalam satuan

N/mm2 (psi)

Pd

= tekanan desain pipa, dalam satuan N/mm2 (psi)

Pt

= tekanan tes hidrostatis (tekanan internal dikurangi tekanan


eksternal), dalam satuan N/mm2 (psi)

Specified minimum burst pressure (P b)ditentukan dengan salah satu


persamaan berikut :

Pb=0.45 ( S+U ) ln

Pb=0.90 ( S+U )

D
Di

atau

t
Dt

Dimana
D
= diameter luar pipa, dalam satuan mm (in.)
Di
= D 2t = diameter dalam pipa, dalam satuan mm (in.)
S
= specified minimum yield strength (SMYS) pipa, dalam satuan
2
N/mm (psi)
t
= tebal dinding pipa nominal, dalam satuan mm (in.)
U
= specified minimum ultimate tensile strength pipa, dalam
satuan N/mm2 (psi)
ln
= logaritma natural
Catatan :
1. Kedua persamaan tersebut ekivalen untuk D/t > 15. Untuk D/t < 15,
direkomendasikan untuk menggunakan persamaan

Pb=0.45 ( S+U ) ln

D
Di

2. Penentuan specified minimum burst pressure untuk material yang


tidak terdapat pada daftar harus mengikuti ketentuan pada Appendix
A.
3. Kontrol yang lebih baik dari properti mekanikal dan dimensi dapat
menghasilkan pipa dengan performa burst yang lebih baik. Specified
minimum burst pressure dapat meningkat dan mengikuti ketentuan
pada Appendix B.
Untuk desain beban longitudinal, effective tension yang diakibatkan
static primary longitudinal loads tidak boleh melebihi nilai :

T eff 0.60 T y
Dimana

T eff =T aPi A i +P0 A 0

T a= a A
T y =SA

A= A 0 Ai = ( D2D2i )
4
A= Area potongan melintang dari pipa baja ,dalam satuanmm2 ( .2 )
A i= Area potongan melintang internal dari pipa baja, dalam satuan mm2 ( .2)
A 0= Area potongan melintang eksternal dari pipabaja, dalam satuan mm2 ( .2 )
Pi=Tekananinternal pada pipabaja , dalam satuan N /mm2 (psi)
P0=Tekanan hidrostatik eksternal pada pipabaja , dalam satuan N /mm 2( psi)
T eff =Teganganefektif pada pipa, dalam satuan N (lb)
T a=Tegangan aksial pada pipa , dalam satuan N (lb)
T y =Teganganleleh pada pipa, dalam satuan N (lb)
a =Tekananaksial pada dinding pipa, dalam satuan N /mm2 ( psi)

B) Kriteria desain tebal pipa yang harus dipenuhi terkait external


pressure collapse

Menurut ASME B31.8


Kriteria desain tebal pipa yang harus dipenuhi terkait external
pressure collapse menurut ASME B31.8 terdapat bagian A842.1.2
tentang collapse. Ketebalan dinding pipa harus dirancang untuk
menahan collapse akibat tekanan hidrostatik eksternal. Pertimbangan
harus memasukkan juga efek dari mill tolerance akibat fabrikasi pada
ketebalan dinding pipa, out of roundness , dan faktor lainnya. Informasi
lainnya mengikuti API RP 1111, bagian 4.3.2.1 tentang collapse due to
external pressure dimana collapse pressure dari pipa harus melebihi
external pressure sepanjang pipa dan dirumuskan sebagai berikut :

P
( oPi) f o Pc

Dimana

f o=collapse factor
0.7 untuk seamlessatau pipa ERW

0.6 untuk pipacold expanded , seperti pipa DSAW


Pc =collapse pressure dari pipa , dalam satuan N /mm2 ( psi)
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung collapse
pressure :

Pc =

Py Pe

P y =2 S

Pe =2 E

2
y

+ Pe 2

( Dt )
t
D

( )

( 1v 2 )

Dimana

E=modulus elastisitas , dalam satuan N /mm2 (lb/ psi)


Pe =elastic collapse pressure dari pipa, dalam satuan N /mm2 ( psi)
2

P y = yield pressure saat collapse , dalam satuan N /mm (psi)


v =Poisson ' s ratio (0.3 untuk baja)
Collapse pressure yang dihitung dengan rumus diatas harus
dibandingkan dengan tekanan hidrostatis karena kedalaman air untuk
memastikan bahwa tebal pipa yang dipilih telah memadai untuk
rentang kedalaman air yang dihadapi.

Menurut DNV OS F101

Tahanan karakteristik untuk tekanan eksternal (p c) harus dihitung


sebagai berikut.

Ovalisasi yang disebabkan selama fase konstruksi perlu dimasukan


dalam total keovalan yang digunakan dalam desain. Ovalisasi akibat
tekanan eksternal air atau momen lentur tidak perlu dimasukan.
Tekanan eksternal pada setiap titik sepanjang pipeline harus
memenuhi kriteria berikut.

Menurut DNV 1981


Pada DNV 1981, tidak terdapat kriteria desain tebal pipa tertentu yang
harus dipenuhi terkait external pressure collapse

Menurut API RP 1111

Collapse pressure dari pipa harus melebihi tekanan eksternal


dimanapun sepanjang pipa yang dirumuskan sebagai berikut :

P
( oPi) f o Pc

Dimana

f o=collapse factor
0.7 untuk seamlessatau pipa ERW

0.6 untuk pipacold expanded , seperti pipa DSAW


2

Pc =collapse pressure dari pipa , dalam satuan N /mm ( psi)


Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung collapse
pressure :

Pc =

Py Pe

P y =2 S

Pe =2 E

2
y

+ Pe 2

( Dt )
t
D

( )

( 1v 2 )

Dimana
2

E=modulus elastisitas , dalam satuan N /mm (lb/ psi)


2

Pe =elastic collapse pressure dari pipa, dalam satuan N /mm ( psi)


P y = yield pressure saat collapse ( plastic collapse pressure), dalam satuan N /mm2 ( psi)
v =Poisson ' s ratio (0.3 untuk baja)
Collapse pressure yang dihitung dengan rumus diatas harus
dibandingkan dengan tekanan hidrostatis karena kedalaman air untuk
memastikan bahwa tebal pipa yang dipilih telah memadai untuk rentang
kedalaman air yang dihadapi.

C) Kriteria desain tebal pipa yang harus dipenuhi terkait


propagation buckling

Menurut ASME B31.8


Buckling pada pipa dan riser selama operasi harus dipertimbangkan
dalam perancangan. Salah satu moda buckling yang perlu diantisipasi
adalah propagation buckling. Informasi seputar penentuan propagation
buckling dapat ditemukan pada API RP 1111, bagian 4.3.2.3 dan
appendix D tentang propagation buckling yakni pipa hidrokarbon lepas
pantai dapat gagal karena propagating buckle yang disebabkan
tekanan hidrostatik air laut pada pipa dengan rasio diameter tebal
dinding yang terlalu tinggi. Untuk pipa bawah laut, karena tekanan
hidrostatik adalah gaya yang menyebabkan buckle untuk
berpropagasi, maka perlu dilakkan estimasi buckle propagation
pressure. Jika kondisi memungkinkan bagi buckle untuk berpropagasi,
maka cara untuk mencegah atau menangkap mereka perlu
dipertimbangkan dalam desain.
Penangkap buckle perlu digunakan dalam kondisi berikut :

PoPi f p P p
Dimana

P p=24 S

2.4

[ ]
t
D

=buckle propagation pressure , dalam satuan N /mm2 ( psi)

f p= propagating buckle design factor=0.80

Menurut DNV OS F101


Propagation buckling tidak dapat terjadi hingga local buckling terjadi.
Pada kasus tekanan eksternal melebihi kriteria di bawah ini, penahan
buckling harus dipasang dengan jarak penahan ditentukan
berdasarkan filosofi biaya dan pipa sisa. Kriteria propagating buckle
adalah sebagai berikut.

Menurut DNV 1981


Propagation buckle tidak bisa terinisiasi, atau berpropagasi ke bagian
pipa dimana external overpressure maksimumnya lebih rendah dari
propagation pressure dari pipa. Hal tersebut dirumuskan sebagai
berikut :

P pr 1.15 F

Nilai

P pr

t
Dt

kemungkinan besar akan lebih tinggi dari hasil rumus di

atas. Begitu pula dengan initiation pressure,


tinggi dari

yang akan lebih

P pr .

Propagation buckle tidak bisa terinisiasi, namun bisa berpropagasi ke


bagian pipa dimana external overpressure maksimumnya berada di
antara

P pr

dan

dipasang pada lokasi


pada lokasi

P
( pr < P< P ) . Jika penangkap buckle telah

P P

, maka penangkap tidak perlu dipasang

P pr < P< P .

Menurut API RP 1111


Buckle yang diakibatkan lentur yang berlebihan atau penyebab lainnya
dapat berpropagasi sepanjang pipa. Pipa hidrokarbon lepas pantai
dapat gagal karena propagating buckle yang disebabkan tekanan
hidrostatik air laut pada pipa dengan rasio diameter tebal dinding
yang terlalu tinggi. Untuk pipa bawah laut, karena tekanan hidrostatik
adalah gaya yang menyebabkan buckle untuk berpropagasi, maka
perlu dilakkan estimasi buckle propagation pressure. Jika kondisi
memungkinkan bagi buckle untuk berpropagasi, maka cara untuk

mencegah atau menangkap mereka perlu dipertimbangkan dalam


desain.
Penangkap buckle perlu digunakan dalam kondisi berikut :

PoPi f p P p
Dimana
2.4

[ ]

t
P p=24 S
D

=buckle propagation pressure , dalam satuan N /mm2 ( psi)

f p= propagating buckle design factor=0.80


D) Kriteria desain tebal pipa yang harus dipenuhi terkait local
buckling / combined loading

Menurut ASME B31.8


Menghindari buckling dari pipa dan riser selama operasi harus
dipertimbangkan dalam proses desain. Salah satu moda buckling yang
dapat terjadi adalah local buckling/combined loading yang terdapat
pada API RP 1111 bagian 4.3.2.2 mengenai buckling yang diakibatkan
kombinasi lentur dan tekanan eksternal. Kombinasi bending strain dan
beban tekanan eksternal harus memenuhi :

P
( oPi )
g()
Pc

+
b
Persamaan tersebut berlaku untuk nilai D/t maksimum = 50.
Untuk menghindari terjadinya buckling, bending strain harus dibatasi sebagai
berikut :

f 1 1
f 2 2

Dimana

g ( ) =(1+20 )1=collapse reduction factor

D maxD min
=ovality
Dmax + Dmin

=bending strain pada pipa


b =

t
=buckling strain under pure bending
2D

1=ben ding strain maksimum saat instalasi


2 = place bending strain maksimum
f 1 =faktor keamanan bendinguntuk bending saat instalasi ditambah tekanan eksternal
f 2=faktor keamanan bendinguntuk placebending ditambah tekanan eksternal
Dmax
D min

= diameter maksimum pada potongan melintang manapun


sepanjang pipa, dalam satuan mm (in.)
= diameter minimum pada potongan melintang manapun sepanjang
pipa, dalam satuan mm (in.)

Faktor keamanan f1 dan f2 disarankan bernilai 2 atau lebih untuk instalasi


dimana bending strain dapat meningkat secara signifikan akibat kondisi
tertentu, atau lebih kecil dari 2 saat bending strain telah terdefinisi dengan
baik.

Menurut DNV OS F101


Local buckling dibedakan menjadi dua :
- Kondisi load controlled (LC)
Kondisi ini merupakan kondisi dimana respon struktur diatur oleh
beban yang dikenakan.
- Kondisi displacement controlled (DC)
Kondisi ini merupakan kondisi dimana respon struktur diatur oleh
perpindahan geometrik.
Pengecekan desain yang berbeda berlaku untuk kedua kondisi ini.
Bagian pipa yang terkena momen lentur, gaya aksial efektif dan
overpressure internal harus dirancang untuk memenuhi kondisi berikut
pada setiap bagiannya :
Pada kriteria pembebanan terkombinasi, pembedaan perlu dilakukan
antara kondisi load controlled dan kondisi displacement controlled.
Untuk kondisi load controlled, pipa yang dikenakan momen lentur,
gaya aksial efektif dan overpressure internal harus didesain sehingga
mememenuhi kondisi berikut untuk seluruh penampang.

Jika pipeline selain mengalami beban aksial, tekanan, dan momen juga
mengalami beban titik lateral, hal ini perlu dimasukan dengan
modifikasi kapasitas momen plastis sebagai berikut.

Pipa yang terkena momen lentur, gaya aksial efektif dan overpressure
eksternal harus didesain untuk memenuhi persamaan berikut.

Untuk kondisi displacement controlled, pipa yang terkena regangan


tekan longitudinal dan overpressure internal harus didesain untuk
memenuhi kondisi berikut untuk semua penampang.

Pipa yang terkenal regangan tekan longitudinal dan overpressure


eksternal harus didesain untuk memenuhi kondisi berikut untuk semua
penampang.

Menurut DNV 1981

Kombinasi kritis dari tegangan longitudinal dan tegangan hoop dapat


dirumuskan sebagai berikut :

+ y =1
xcr
ycr

( )

Tegangan tekan bernilai positif untuk persamaan tersebut

x = x N + x M
xN =

N
(tekan bernilai positif )
A

xM=

M
( tekanbernilai positif )
W

N=gaya aksial
A= ( Dt ) t =luas potongan melintang
M =momen bending


W = ( Dt )2 t =elastic section modulus
4
D=diameter luar pipa nominal
t=diameter dalam pipa nominal
M
xN
N x
M
xcr =
xcr +
xcr
x
x

xcr N =tegangan longitudinal kritis ketika N beraksi sendirian(M =0, p=0)


xcr N = F untuk D/t 20

xcr N = F 10.001

( Dt 20)] untuk 20< D /t <10 0

F =specified yield strength ( sesuai dengan 0.2 residual strain )


xcr M =tegangan longitudinal kritis maksimum ketika M beraksi sendirian (N=0, p=0)

xcr M = F 1.350.0045

D
t

300

D/t y
=1+
ycr
y =( pe pi )

D
2t

= tegangan hoop yang harus diperhatikan pada analisis

buckling

pe =tekanan eksternal
pi=tekananinternal

p= pe pi =external overpressure
ycr =tegangan hoop kritis ketika p beraksi sendirian(N =0, M =0)

ycr = yE =E

t
2
untuk yE F
Dt
3

[ ( )]

1 2 F
ycr = ycr = F 1
3 3 yE

2
untuk yE > F
3

Kombinasi yang diperbolehkan untuk

dan

didefinisikan dengan

memasukan faktor pemakaian yang diperbolehkan untuk kombinasi kritis.


Kombinasi yang diperbolehkan sebagai berikut :

x
y
+
1
xp xcr
yp ycr

Dimana

xp=faktor penggunaan yang diperbolehkan (nilai

x
yang diperbolehkan) ketika y =0
xcr

yp =faktor penggunaan yang diperbolehkan( nilai

y
yang diperbolehkan) ketika x =0
ycr

Rekomendasi nilai faktor yang disarankan adalah sebagai berikut :

E=tegangan kritis jika material elastis


E 0.42

E t
D

Nilai faktor di atas adalah untuk riser selama operasi. Untuk pipa yang sedang
beroperasi, faktor pada tabel tersebut dapat dikalikan 1.2. Untuk pipa maupun
riser selama instalasi, faktor pada tabel tersebut dapat dikalikan dengan
maksimum 1.44. Namun, nilai faktor tidak boleh melebihi 1.0.
Untuk kebanyakan pipa, buckling yang diakibatkan hanya oleh
bersifat plastis, dan buckling yang diakibatkan hanya oleh

akan

akan bersifat

elastis. Untuk pipa tersebutm faktor penggunaan yang dipakai adalah sebagai
berikut :

Menurut API RP 1111

Kombinasi beban rancangan

Kombinasi dari beban longitudinal primer (statik dan dinamik) dan beban
tekanan diferensial tidak boleh melebihi :

[ ][

PiPo 2 T eff 2 0.90 For operationalloads


+
0.96
For extreme loads
Pb
Ty
0.96 For hydrotest loads

)( )

Buckling akibat kombinasi bending dan tekanan eksternal

Kombinasi bending strain dan beban tekanan eksternal harus memenuhi :

P
( oPi )
g()
Pc

+
b
Persamaan tersebut berlaku untuk nilai D/t maksimum = 50.
Untuk menghindari terjadinya buckling, bending strain harus dibatasi sebagai
berikut :

f 1 1
f 2 2
Dimana

g ( ) =(1+20 )1=collapse reduction factor


=

D maxD min
=ovality
Dmax + Dmin

=bending strain pada pipa

b =

t
=buckling strain under pure bending
2D

1=bending strain maksimum saat instalasi


2 = place bending strain maksimum
f 1 =faktor keamanan bendinguntuk bending saat instalasi ditambah tekanan eksternal
f 2=faktor keamanan bendinguntuk placebending ditambah tekanan eksternal
Dmax
D min

= diameter maksimum pada potongan melintang manapun


sepanjang pipa, dalam satuan mm (in.)
= diameter minimum pada potongan melintang manapun sepanjang
pipa, dalam satuan mm (in.)

Faktor keamanan f1 dan f2 disarankan bernilai 2 atau lebih untuk instalasi


dimana bending strain dapat meningkat secara signifikan akibat kondisi
tertentu, atau lebih kecil dari 2 saat bending strain telah terdefinisi dengan
baik.

2. Diagram alir perhitungan tebal pipa


ASME B31.8
Flowchart 1 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Internal Pressure Containment

Flowchart 2 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria External Pressure Collapse


Untuk flowchart 2 mengacu ke flowchart 14 (sama) karena kriteria desain
pada ASME B31.8 mengacu ke API RP 1111
Flowchart 3 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Local Buckling
Untuk flowchart 3 mengacu ke flowchart 15 (sama) karena kriteria desain
pada ASME B31.8 mengacu ke API RP 1111
Flowchart 4 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Propagation Buckling
Untuk flowchart 4 mengacu ke flowchart 16 (sama) karena kriteria desain
pada ASME B31.8 mengacu ke API RP 1111

DNV OS F101
Flowchart 5 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Internal Pressure
Containment

Flowchart 6 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria External Pressure Collapse

Flowchart 7 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Local Buckling

Flowchart 8 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Propagation Buckling

DNV 1981
Flowchart 9 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Internal Pressure
Containment

Flowchart 10 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria External Pressure Collapse


Pada DNV 1981, tidak terdapat kriteria desain tebal pipa tertentu yang harus
dipenuhi terkait external pressure collapse

Flowchart 11 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Local Buckling

Flowchart 12 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Propagation Buckling

API RP 1111
Flowchart 13 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Internal Pressure
Containment

Flowchart 14 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria External Pressure Collapse

Flowchart 15 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Local Buckling

Flowchart 16 Diagram Alir Tebal Pipa Kriteria Propagation Buckling

3. Review materi kuliah


a. Perbedaan antara rigid pipeline dan flexible pipeline
Rigid Pipeline

Flexible Pipeline

Rigid pipeline tidak bisa berdefleksi sehingga


seolah olah menarik beban

Flexible pipeline membelokkan dan


mentransfer beban medium di sekitarnyal

Jika pipa dikubur, interaksi rigid pipeline


dengan tanah yaitu hanya pada titik
perletakkan pipa pada tanah

Jika pipa dikubur, tanah yang berada di samping


pipa turut berkontribusi pada performa flexible
pipeline

Rigid pipeline mulai menunjukkan tanda tanda structural distress sebelum berdefleksi
vertikal 2 persen
Rigid pipeline terbuat dari tabung baja,
dengan lapisan internal dan eksternal untuk
perlindungan terhadap korosi, abrasi, dan
benturan, isolasi panas, serta untuk menambah
berat dengan tujuan menambah stabilitas.
Rigid pipeline biasanya memiliki rentang
diameter dari 0.1 hingga 1.5 meter

Flexible pipeline akan berdefleksi sekurangkurangnya 2 persen tanpa structural distress.

Sumber :

Flexible pipeline merupakan komposit dari


logam dan polimer

Flexible pipeline memiliki rentang diameter


dari 0.1 hingga 0.5 meter

Randolph, M. and Gouvernec, S. 2011. Offshore Geotechnical Engineering.


Spon Press : New York.
https://prezi.com/_r9elajjyfjz/va-rigid-vs-flexible-pipe/
b. 3 contoh material pipa Corrosion Resistance Alloy (CRA)

Stainless Steel
Stainless Steel merupakan material tahan karat yang mengandung sekitar
10% kromium yang mencegah proses pengkaratan logam. Kemampuan tahan
karat diperoleh dari terbentuknya lapisan tipis oksida kromium, dimana
lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi membuat baja ini tidak
bisa berkarat. Biasanya material pembentuknya menggunakan steel dengan
kode bahan 316L, 625 (Inconel), 825, 904L.

Nickel Based Alloy


Nickel based alloy merupakan material tahan karat yang tersusun atas
sekitar 20% kromium dan sekitar 60% nikel. Material ini cocok digunakan
untuk transport fluida hydrocarbon dengan temperature rendah seperti LNG
(Liquified Natural Gas) yang memiliki suhu 160oC. contoh material berbasis
nickel adalah 36 Ni (Invar).

Titanium Based Alloy


Titanium alloy merupakan material tahan karat dengan banyak kelebihan,
selain anti karat, bahan ini juga ringan (56% berat baja), selain itu memiliki

tensile strength yang tinggi (hingga 200 ksi). Kekurangan material ini ada
pada biaya pembuatannya yang mahal (10x biaya pembuatan steel).
c. Perbedaan pipa CRA dengan mechanical bonding dan metallurgical
bonding

Pipa Corrosion Resistant Alloy (CRA)


Pipa corrosion resistant alloy merupakan pipa yang memiliki material
lapisan internal anti korosi. Pipa CRA digunakan ketika bahan yang
ditransportasikan di dalam pipa sangat korosif. Berikut adalah potongan
melintang pipa CRA.

Mechanical Bonding
Mechanical bonding merupakan ikatan antara pipa baja dan CRA menggunakan
variasi pegas. Metode ini dapat dilakukan menggunakan cara hydroforming atau full
length pipe expander. Material yang biasa digunakan berupa karet, kaca, maupun FRP
(Fiber reinforced plastic).
Metallurgical Bonding
Metallurgical bonding adalah ikatan antara 2 logam yang berbeda yang dibentuk dari
rolling panas, co-extrusion, lasan penutup atau ikatan peledak (explosive bonding).
Kekurangan dari metode ini yaitu membutuhkan biaya yang tinggi dikarenakan
membutuhkan proses manufaktur yang sangat kompleks.

Sumber: http://www.fontijnegrotnes.com/news/new-solution-for-mechanical-bonding-cra-linedpipes/

d. Perbedaan carbon steel, high strength low alloy steel, dan alloy steel.
Carbon steel (baja karbon)
Carbon steel merupakan kategori baja lunak. Semakin tinggi kandungan
karbon maka semakin sulit untuk dilas dikarenakan tingkat meningkatnya
tingkat kekerasan dan berkurangnya tingkat kekenyalan baja. Baja karbon
dibagi menjadi empat kategori berdasarkan presentasi karbonnya:
-

Karbon
Karbon
Karbon
Karbon

rendah (kurang dari 0.15%)


lunak (0.15-0.29%)
sedang (0.30-0.59%)
tinggi (0.60-1.70%)

High strength low alloy steel (baja paduan rendah)


High strength low alloy steel merupakan kategori baja campuran yang
memberikan sifat mekanis dan perlindungan korosi yang lebih baik dari
carbon steel. High strength low alloy steel meliputi baja-baja yang memiliki
tegangan leleh mulai dari 40 hingga 70 ksi (275 sampai dengan 480 MPa).
Penambahan sejumlah elemen paduan terhadap baja karbon seperti krom,
kolumbium, tembaga, mangan, molibdenum, nikel, fosfor, vanadium, atau
zirkonuim

akan

memperbaiki

sifat-sifat

mekanisnya.

Baja

karbon

mendapatkan kekuatan dengan penambahan kandungan karbonnya, elemen


-

elemen

paduan

menciptakan

tambahan

kekuatan

lebih

dengan

mikrostruktur yang halus dibanding mikrostruktur yang kasar yang diperoleh


selama proses pendinginan baja. Baja paduan rendah berkekuatan tinggi
digunakan dalam kondisi seperti tempaan atau kondisi normal; yakni kondisi
di mana tidak digunakan perlakuan panas.

Alloy steel (baja paduan)

Baja paduan adalah baja yang merupakan campuran dari beragam unsure
dengan total campuran mencapai 1% hingga 50% dari beratnya untuk
meningkatkan sifat mekanisnya. Baja paduan terbagi menjadi dua kelompok
yaitu low-alloy steel dan high-alloy steel
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:

Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan

sebagainya)

Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah

Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)

Untuk membuat sifat-sifat spesial


Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:

Low alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 %

Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 10 %

High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %


Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) & high speed steel.

e. Pipa dengan nominal pipe size (NPS) 12, maka diameter terluar pipanya

Pipa dengan nominal pipe size (NPS) 12 maka diameter terluarnya 12.750 sesuai
tabel dimensi pipa pada Piping Material Guide. Berikut adalah penentuannya :

f.

Perbedaan SMYS dan SMTS


SMYS (Specified Minimum Yield Strength) merupakan titik di mana suatu
material mulai mengalami deformasi plastis (irreversible) dan merupakan
batas atas deformasi elastis. SMTS (Specified Minimum Tensile Strength)
merupakan titik di mana suatu material mulai mengalami pengecilan luas
penampang (necking) hingga akhirnya putus apabila tegangan masih
diberikan. Titik saat putus disebut failure point.

g. Material grade pipa, perbedaan material grade X42 dan X65 menurut API
5L
Material grade adalah spesifikasi material pipa berdasarkan kekuatan dan
komposisi material serta kegunaannya. Material grade ditetapkan oleh
kode-kode yang berlaku internasional. Pada sebuah proyek yang akan
dilaksanakan, perlu mengikuti ketentuan material grade yang ditetapkan
sebelumnya. Material grade akan mempengaruhi komposisi material pipa.
Berdasarkan PSL (Product Specification Level) 1 API 5L yang terdapat pada
tabel 2A halaman 37, komposisi material grade X42 dan X65 seamless
terdiri dari karbon maksimum 0.28%, mangan maksimum 1.40% untuk
X65 dan 1.30% untuk X42, fosfor maksimum 0.03%, dan sulfur maksimum
0.03%. Sedangkan pada kondisi welded, komposisi material grade X42
dan X65 terdiri dari karbon maksimum 0.26%, mangan maksimum 1.30%
untuk X42 dan 1.45% untuk X65, fosfor maksimum 0.03% dan sulfur
maksimum 0.03%.
Berdasarkan PSL (Product Specification Level) 2 API 5L yang terdapat pada
tabel 2B halaman 37, komposisi material grade X42 dan X65 seamless
terdiri dari karbon maksimum 0.24%, mangan maksimum 1.40% untuk
X65 dan 1.3% untuk X42, fosfor maksimum 0.025%, dan sulfur maksimum
0.015%. Sedangkan pada kondisi welded, komposisi material grade X42
dan X65 terdiri dari karbon maksimum 0.22%, mangan maksimum 1.30%
untuk X42 dan 1.45% untuk X65, fosfor maksimum 0.025% dan sulfur
maksimum 0.015%.

Berdasarkan PSL (Product Specification Level) 2 API 5L yang terdapat pada


tabel 3A halaman 38, SMYS PSL 1 untuk grade X42 adalah 42 ksi (290
MPa) dan grade X65 adalah 65 ksi (448 MPa). Sedangkan untuk PSL 2
yang terdapat pada tabel 3B halaman 38, SMYS kedua grade sama
dengan PSL 1 hanya saja ada batas maksimum yaitu 72 ksi (496 MPa)
untuk X42 dan 87 ksi (600 MPa) untuk X65.
Sedangkan UTS (Ultimate Tensile Strength) PSL 1 untuk grade X42 adalah
60 ksi (414 MPa) dan grade X65 adalah 77 ksi (531MPa). Sedangkan untuk
PSL 2, UTS kedua grade sama dengan PSL 1 hanya saja ada batas
maksimum yaitu 110 ksi (758 MPa) untuk kedua grade X42 dan X65.
h. Perbedaan pipa seamless, ERW, dan SAWL
Pipa seamless adalah pipa yang difabrikasi tanpa sambungan/lasan,
menyatu secara keseluruhan. Dalam praktek pembuatannya, seamless
pipe memang merupakan pipa yang dibentuk tanpa membuat sambungan
sama sekali, sehingga tidak ada bagian dari pipa yang pernah terganggu
atau berubah materialnya akibat panas pengelasan. Pipa ini dibuat dari
baja silinder pejal, yang dilubangi dalam kondisi hampir meleleh, biasa
disebut billet. Pembentukan pipa dilakukan dengan menusuk silinder yang
masih panas tersebut. Penusukan ini akan menyebabkan silinder pejal
menjadi berlubang di bagian tengah sehingga menjadi pipa dengan
ketebalan tertentu. Dengan metode pembuatan tanpa join tersebut, pipa
yang dihasilkan dapat lebih baik karena kualitas baja yang dihasilkan
adalah hampir sama pada setiap area permukaan pipa. Selain itu,
ketebalan dengan menggunakan metode ini, pipa yang memiliki ketebalan
berapapun memungkinkan untuk diproduksi. Biasanya pipa jenis ini dibuat
untuk ukuran diameter dibawah 8".
Pipa ERW adalah singkatan dari Electric Resistance Welded yang
menunjukkan bagaimana pipa besi dibuat, yaitu dengan pengelasan listrik
yang mengandalkan perbedaan ketahanan antara kedua permukaan
logam. Tahanan ini akan menyebabkan panas pada logam dan
meleburkan baja sehingga menyebabkan kedua permukaan logam yang
ada menyatu menjadi pipa yang utuh. Ada 2 teknik pengelasan dalam
ERW, yaitu pengelasan spot dan pengelasan seam (sambungan). Pipa
yang dihasilkan dari proses ini termasuk ke dalam kategori pipa welded.
Penggunaannya beragam mulai dari produksi mesin, tabung dekorasi
arsitektur, hingga kebutuhan lainnya.
Pipa SAWL (Submerged Arc Welding Longitudinal) adalah pipa yang dibuat
dari pelat dan dilas dengan logam filler di dalam pasir. Pengelasan ini
menggunakan elekroda untuk memanaskan kawat logam filler dan
mengisi gap antara kedua ujung pipa.

i.

Perbedaan kegunaan corrosion coating, insulation coating, dan concrete


coating
Corrossion coating digunakan untuk melakukan proteksi pada pipa
terhadap korosi akibat air laut. Air laut yang mengandung garam bersifat
elektrolit sehingga membuat pipa baja dapat terkena korosi.
Insulation coating digunakan untuk melakukan proteksi
pada pipa
terhadap temperatur agar temperatur bagian dalam dan luar tidak
memiliki perbedaan temperatur yang signifikan. Dengan insulation
coating, temperatur pipa bagian dalam dan luar tidak terlalu ekstrim
sehingga laju pemuaian tidak begitu signifikan.
Concrete coating digunakan sebagai pemberat pipa dalam keadaan
kosong. Pipa dalam keadaan kosong cenderung kedap sehingga akan
muncul gaya angkat dan apabila terlalu besar dapat menyebabkan
buckling. Selain itu, concrete coating juga menjaga agar pipa cukup berat
untuk tetap diam di dasar laut dan tidak mengalami goyangan akibat
gangguan arus bawah laut yang dapat menyebabkan buckling pada pipa.

j.

Kegunaan dan hubungan corrosion coating, internal coating, insulation


coating/flow assurance coating dengan temperatur

Pada sumber www.brederoshaw.com/solutions dapat diketahui contoh bahan


corrosion coating, insulation coating/flow assurance coating serta
hubungannya dengan temperatur. Untuk corrosion coating diambil jenis 3LPE
(Three Layer Polyethylene Coating), internal coating diambil jenis SureFlo TM
FEC, dan flow assurance coating diambil jenis Thermotite ULTRATM
3LPE

3LPE merupakan coating yang terdiri atas beberapa lapisan, yakni FBE
(fusion bonded epoxy), perekat kopolimer, dan lapisan luar berupa polietilen.
3LPE memberikan proteksi yang luar biasa untuk pipa dengan diameter kecil
dan besar dengan kapasitas temperatur minimum hingga -40 oC dan
maksimum hingga 85 oC.
SureFloTM FEC

Coating ini memiliki kapasitas temperatur maksimal hingga 100 oC.


Thermotite ULTRATM

Coating jenis ini adalah jenis coating yang khusus digunakan untuk keperluan
struktur subsea dengan kapabilitas kedalaman perairan yang tidak terbatas
dan kapasitas suhu maksimal 120oC. Coating ini memiliki kelebihan berupa
konduktivitas thermal yang rendah sehingga dapat mengurangi ketebalan
isolasi yang diperlukan dan memperkecil biaya transportasi dan instalasi,
kemampuan daktilitas pada suhu rendah sehingga memungkinkan reeling
pada suhu rendah dan memungkinkan fleksibilitas pada jadwal instalasi.
Coating jenis ini merupakan lapisan tipis yang biasa dipasangkan pada
bagian dalam pipa gas alam untuk memperhalus permukaan internal pipa
sehingga dapat meningkatkan laju aliran.
k. Penurunan persamaan hoop stress, longitudinal stress

F z =0
( 1 dA ) 2t x ( p dA ) 2 r x=0
1 2 t x p 2 r x=0
1=

pr
t

Keterangan:
1 : Hoop stress

Tekanan fluida (gage)

Jari-jari dalam pipa

Ketebalan dinding pipa (wall thickness)

F x =0

( (

2 2 rt 1+

2=

pr
2t

))

t
2
p ( r )=0
2r

1
1+

t
2r

Keterangan:
2 : Longitudinal stress

Tekanan fluida (gage)

Jari-jari dalam pipa

Ketebalan dinding pipa (wall thickness)

Sumber : Beer,F.P., Johnston, E.R., Dewolf, J.T., Mazurek, D.F. 2012. Mechanics of
Materials 6th edition. New York : McGraw-Hill halaman 478-479
l.

Perbedaan buckling, propagation buckling, rupture, bursting


Buckling adalah keadaan dimana permukaan pipa sudah tidak bundar
sempurna, atau mengalami perubahan bentuk akibat tekanan yang besar.
Terdapat dua jenis buckling yaitu local buckling dan global buckling.
Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

Local Buckling

Global buckling
Propagation buckling adalah keadaan dimana adanya perambatan
deformasi pada penampang melintang pipa dan merambat sepanjang
pipa yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik dan biasanya terjadi pada
saat instalasi saat pipa baru dilepas ke laut. Prinsip dari propagation
buckling adalah adanya tekanan yang dapat menimbulkan propagating
buckle yang nilainya lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya perambatan buckle tersebut.

Rupture adalah keadaan dimana pipa mengalami kegagalan akibat gaya


luar yang terlalu besar sehingga tegangan tarik pada pipa telah melewati
titik kritisnya.

Bursting adalah kegagalan dimana pipa pecah akibat tekanan internal


yang terlalu besar sehingga pipa menjadi pecah dan fluida yang
dialirkannya menjadi tumpah keluar pipa.

Collapse adalah kondisi pipa dimana tekanan dari luar sangat besar dan
menyebabkan pipa tidak lagi bulat tetapi lama kelamaan menjadi pipih.

BAGIAN B
Nominal Pipe Size
= 24
Diameter Pipa Luar
= 24.000 inch = 609.6 mm
Material Grade / Type
= API 5L Gr.X 52 dan API 5L Gr.X60
Tipe Fabrikasi pipa
= SAWL
Youngs Modulus (Steel)
= 207000 MPa
Design Pressure, Pd
= 15 MPa
Hoop Stress Design Factor
= 0.72
Temperature Derating Factor
=1
Longitudinal Joint Factor
=1
Density of Seawater
= 1025 kg/m3
Collapse Factor
= 0.7
Poisson Ratio Baja
= 0.3
Propagation Buckling Design Factor
= 0.8
Axial Force (Positive for compression) = 0 N
Bending Stress (as a % of SMYS)
= 72 %
Hydrotest Pressure
= 1.25 x Pd = 18.75 MPa
Density of Service (Gas)
= 48.5 kg/m3
Design Life
= 25 years
Poisson ratio
= 0.3
= diasumsikan 1000 meter Tekanan

Kedalaman Perairan
hidrostatis = 10.25 MPa
SMYS
SMYS
SMTS
SMTS

[X60]
[X52]
[X60]
[X52]

414
359
517
455

MPa
MPa
MPa
MPa

ASME B31.8 Internal Pressure Containment


Diketahui variabel-variabel sebagai berikut.
D = Diameter luar pipa nominal (inch , mm)
E = Faktor longitudinal joint (Nilai E terdapat pada tabel 841.1.7-1)
Jika jenis longitudinal joint tidak bisa ditentukan secara pasti, maka nilai E
digunakan 0.6 untuk pipa NPS 4 (DN 100) dan yang lebih kecil, atau 0.8 untuk
pipa yang lebih besar dari NPS 4 (DN 100).
F = Faktor desain (Nilai F terdapat pada tabel 841.1.6-1)
P = Tekanan desain (psig, kPa) (batasan untuk nilai P terdapat pada bagian
841.1.3)
S = Specified Minimum Yield Strength (psi, MPa) (batasan untuk nilai S
terdapat pada bagian 841.1.4)
T = Temperature derating factor (terdapat pada tabel 841.18-1)
t = tebal dinding pipa nominal (inch, mm)

Dengan modifikasi persamaan unit SI pada ASME B31.8 bagian 841.1.1a, tebal pipa
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

t=

PD
2000 S FET

Sumber : ASME B31.8 2010, Chapter IV, Para. 841.1.1a page 36


Instalasi
Untuk kondisi instalasi, nilai P adalah nol. Hal ini menyebabkan ketebalan pipa tidak
dapat ditentukan dari kondisi ini.
API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 0 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 0 mm
Hidrotest
Untuk kondisi hidrotest, nilai P adalah = 1.25 x Pd = 18.75 MPa = 18750 kPa

t=

18750 609.6
2000 S 0.72 1 1

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 22.11 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 19.17 mm
Operasi
Untuk kondisi operating, nilai P adalah 15 MPa = 15000 kPa.

t=

15000 609.6
2000 S 0.72 1 1

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 17.69 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 15.34 mm

ASME B31.8 External Pressure Collapse


Collapse pressure dari pipa harus melebihi external pressure sepanjang pipa
dan dirumuskan sebagai berikut :

oP
(
i ) f o Pc

Dimana

f o=collapse factor
0.7 untuk seamlessatau pipa ERW
0.6 untuk pipa cold expanded , seperti pipa DSAW

Pc =collapse pressure dari pipa , dalam satuan N /mm2 ( psi)


Collapse pressure, Pc dapat ditentukan dengan membagi (Po-Pi) dengan faktor
keruntuhan.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung collapse pressure :

Pc =

Py Pe

P y =2 S

Pe =2 E

2
y

+ Pe 2

( Dt )
t
D

( )

( 1v 2 )

Dimana

E=modulus elastisitas , dalam satuan N /mm2 (lb / psi)


Pe =elastic collapse pressure dari pipa, dalam satuan N /mm2 ( psi)
2

P y = yield pressure saat collapse , dalam satuan N /mm (psi)


v =Poisson' s ratio (0.3 untuk baja)
Sumber : ASME B31.8-2010, Chapter VII, Para A842.1.2 Mengacu pada API RP
1111, Section 4, Equation 5, 6a, 6b, 6c, page 9
Instalasi
Dengan Po = tekanan hidrostatik (10.25 MPa) dan Pi = 0, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

10.25
=P c
0.7
Pc =14.64 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 20.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 20.47 mm

Hidrotest
Dengan Po = tekanan hidrostatik (10.25 MPa) dan Pi = 15 MPa, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

4.75
=Pc
0.7
Pc =6.785 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p
2
y

P y =2 S

2
e

t
( 609.6
)

Pe =2 207000

t
609.6

10.3

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X 52SMYS = 359 MPa t = 19.27 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 18.99 mm
Operasi
Dengan Po = tekanan hidrostatik (1.025 MPa) dan Pi = 15 MPa, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

4.75
=Pc
0.7
Pc =6.785 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

Pe =2 207000

t
609.6

10.3

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X 52SMYS = 359 MPa t = 20.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 20.47 mm

ASME B31.8 Local Buckling


Kombinasi bending strain dan beban tekanan eksternal harus memenuhi :

P
( oPi )
g( )
Pc

+
b
Persamaan tersebut berlaku untuk nilai D/t maksimum = 50.
Untuk menghindari terjadinya buckling, bending strain harus dibatasi sebagai
berikut :

f 1 1
f 2 2
Dimana

g ( ) =(1+20 )1=collapse reduction factor


=

D maxD min
=ovality
Dmax + Dmin

=bending strain pada pipa

b =

t
=buckling strain under pure bending
2D

1=bending strain maksimum saat instalasi


2 = place bending strain maksimum
f 1 =faktor keamanan bendinguntuk bending saat instalasi ditambah tekanan eksternal
f 2=faktor keamanan bendinguntuk placebending ditambah tekanan eksternal

D max

= diameter maksimum pada potongan melintang manapun sepanjang

pipa, dalam satuan mm (in.)

Dmin

= diameter minimum pada potongan melintang manapun sepanjang

pipa, dalam satuan mm (in.)


Sumber : ASME B31.8-2010, Chapter VII, Para A842.2.4 Mengacu pada API RP
1111, Section 4, Equation 7, 8a, 8b, page 9
Nilai kelonjongan awal digunakan nilai mendekati 0.005 sesuai dengan yang
ditentukan juga pada DNV-OS-F101. Karena pada DNV-OS-F101 hanya
menggunakan pembagi satu D sedangkan pada API RP1111 menggunakan 2D,
maka nilai kelonjongan digunakan 0.0025.
Nilai regangan lentur menggunakan hubungan pada kurva tegangan regangan yaitu
sebagai berikut.

S
E

S
207000

Instalasi
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:

g ( ) =( 1+20 0.0025 )1=0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 0 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p
2
y

P y =2 S

2
e

t
( 609.6
)

Pe =2 207000

t
609.6

10.3

Dengan melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh tebal pipa :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 18.35 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 18.13 mm

Hidrotest
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:

g ( ) =( 1+20 0.0025 )1=0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 18.75 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

Pe =2 207000

t
609.6

10.3

Dengan melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh tebal pipa :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 17.06 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 16.90 mm

Operasi
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:

g ( ) =( 1+20 0.0025 )1=0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 15 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Dengan melakukan iterasi, diperoleh tebal pipa :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 13.77 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 13.71 mm

ASME B31.8 Buckle Propagation


Untuk pipa bawah laut, karena tekanan hidrostatik adalah gaya yang menyebabkan
buckle untuk berpropagasi, maka perlu dilakkan estimasi buckle propagation
pressure. Jika kondisi memungkinkan bagi buckle untuk berpropagasi, maka cara
untuk mencegah atau menangkap mereka perlu dipertimbangkan dalam desain.
Penangkap buckle perlu digunakan dalam kondisi berikut :

PoPi f p P p
Dimana

P p=24 S

2.4

[ ]
t
D

=buckle propagation pressure , dalam satuan N /mm2 ( psi)

f p= propagating buckle design factor=0.80


Nilai

Pp

dapat diperoleh dengan menghitung

PoPi

dibagi dengan

propagating buckle design factor


Dengan modifikasi persamaan Pp diperoleh formula untuk menghitung ketebalan
pipa minimum yaitu sebagai berikut

Pp
t=D
24 S

( )

5
12

Pp
t=609.6
24 S

5
12

( )

Sumber : ASME B31.8-2010, Chapter VII, Para A842.1.2 mengacu pada API RP
1111, Section 4, Equation 9, page 10

Instalasi
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 0 MPa. Sehingga nilai fp diperoleh
sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

t=609.6

12.8125
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 40.44 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 38.11 mm

Hidrotest
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 18.75 MPa. Sehingga nilai fp
diperoleh sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

t=609.6

12.8125
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 40.89 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 34.11 mm

Operasi
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 15 MPa. Sehingga nilai fp diperoleh
sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

t=609.6

12.8125
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 32.08 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 26.77 mm

API RP 1111 Internal Pressure Containment


Hydrostatic test pressure, pipeline design pressure, dan incidental overpressure,
termasuk tekanan internal dan external yang bekerja pada pipa, tidak boleh
melebihi nilai yang ditentukan persamaan berikut :

P t f d f e f t Pb
Pd 0.80 P t
Pa 0.90 Pt
Dimana

fd

faktor desain tekanan internal , dapat diterapkan untuk semua pipa

= 0.9 untuk pipa

fe
ft
Pa
Pb

= 0.75 untuk riser


= weld joint factor, longitudinal or spiral seam weld. Hanya material dengan
nilai faktor 1 yang dapat diterima.
= temperature de-rating factor
= 1.0 untuk temperatur kurang dari 121oC (250oF)
= incidental overpressure (tekanan internal dikurangi tekanan eksternal),
dalam satuan N/mm2 (psi)
= specified minimum burst pressure dari pipa, dalam satuan N/mm 2 (psi)

Pd

= tekanan desain pipa, dalam satuan N/mm2 (psi)

Pt

= tekanan tes hidrostatis (tekanan internal dikurangi tekanan eksternal),


dalam satuan N/mm2 (psi)

Dengan modifikasi diperoleh bahwa nilai Pt yang perlu dipertimbangkan adalah

Pa
0.9 . Nilai Pt diambil yang terbesar untuk digunakan pada perhitungan ketebalan
pipa berdasarkan rumus Pb. Specified minimum burst pressure (Pb)ditentukan
dengan salah satu persamaan berikut :

Pb=0.45 ( S+U ) ln

Pb=0.90 ( S+U )

D
Di

atau

t
Dt

Dimana
D
Di
S
t
U
(psi)
ln

=
=
=
=
=

diameter luar pipa, dalam satuan mm (in.)


D 2t = diameter dalam pipa, dalam satuan mm (in.)
specified minimum yield strength (SMYS) pipa, dalam satuan N/mm 2 (psi)
tebal dinding pipa nominal, dalam satuan mm (in.)
specified minimum ultimate tensile strength pipa, dalam satuan N/mm 2

= logaritma natural

Dengan modifikasi, kedua persamaan diatas dapat diubah masing-masing menjadi


sebagai berikut.

D i=

t=

D
; t=DDi
Pb
exp
0.45 ( S+ U )

D
0.9 ( S +U )
+1
Pb

Sumber : API RP 1111, Section 4, Equation 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, page 10

Instalasi

Pa=|P iPe|=10.25 MPa

Pt =

Pa
=11.39 MPa
0.9

Nilai Pt di atas lebih kecil dari nilai Pt yang ditentukan yaitu 18.75 MPa. Digunakan Pt
= 18.75 MPa.

P b=

Pt
=20.83 MPa
0.9

Pd =0.8 Pt=15 MPa


Perhitungan ketebalan pipa menggunakan salah satu dari 2 formula berikut.

D i=

t=

609.6
; t =609.6D i
20.83
exp
0.45 ( S+ U )

609.6
0.9 ( S +U )
+1
20.83

Untuk persamaan pertama :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.85 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm
Untuk persamaan kedua :
API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm

Hidrotest

Pa=|P iPe|=8.5 MPa

Pt =

Pa
=9.44 MPa
0.9

Nilai Pt di atas lebih kecil dari nilai Pt yang ditentukan yaitu 18.75 MPa. Digunakan Pt
= 18.75 MPa.

P b=

Pt
=20.83 MPa
0.9

Pd =0.8 Pt=15 MPa


Perhitungan ketebalan pipa menggunakan salah satu dari 2 formula berikut.

D i=

t=

609.6
; t =609.6D i
20.83
exp
0.45 ( S+ U )

609.6
0.9 ( S +U )
+1
20.83

Untuk persamaan pertama :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.85 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm
Untuk persamaan kedua :
API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm

Operasi

Pa=|P iPe|=4.75 MPa

Pt =

Pa
=5.28 MPa
0.9

Nilai Pt di atas lebih kecil dari nilai Pt yang ditentukan yaitu 18.75 MPa. Digunakan Pt
= 18.75 MPa.

P b=

Pt
=20.83 MPa
0.9

Pd =0.8 Pt=15 MPa


Perhitungan ketebalan pipa menggunakan salah satu dari 2 formula berikut.

D i=

t=

609.6
; t =609.6D i
20.83
exp
0.45 ( S+ U )

609.6
0.9 ( S +U )
+1
20.83

Untuk persamaan pertama :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.85 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm
Untuk persamaan kedua :
API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 16.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.79 mm

API RP 1111 External Pressure Collapse


Collapse pressure dari pipa harus melebihi external pressure sepanjang pipa
dan dirumuskan sebagai berikut :

P
( oPi) f o Pc

Dimana

f o=collapse factor
0.7 untuk seamlessatau pipa ERW
0.6 untuk pipa cold expanded , seperti pipa DSAW
2

Pc =collapse pressure dari pipa , dalam satuan N /mm ( psi)


Collapse pressure, Pc dapat ditentukan dengan membagi (Po-Pi) dengan faktor
keruntuhan.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung collapse pressure :

Pc =

Py Pe

P y =2 S

Pe =2 E

2
y

+ Pe 2

( Dt )
t
D

( )

( 1v 2 )

Dimana

E=modulus elastisitas , dalam satuan N /mm2 (lb / psi)


2

Pe =elastic collapse pressure dari pipa, dalam satuan N /mm ( psi)


P y = yield pressure saat collapse , dalam satuan N /mm2 (psi)
'

v =Poisson s ratio (0.3 untuk baja)


Sumber : API RP 1111, Section 4, Equation 5, 6a, 6b, 6c, page 9
Instalasi
Dengan Po = tekanan hidrostatik (10.25 MPa) dan Pi = 0, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

10.25
=P c
0.7

Pc =14.64 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p
2
y

P y =2 S

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 20.86 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 20.47 mm

Hidrotest
Dengan Po = tekanan hidrostatik (10.25 MPa) dan Pi = 15 MPa, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

4.75
=Pc
0.7
Pc =6.785 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p
2
y

2
e

P y =2 S

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X 52SMYS = 359 MPa t = 19.27 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 18.99 mm
Operasi
Dengan Po = tekanan hidrostatik (1.025 MPa) dan Pi = 15 MPa, maka:

( P oPi )
fo

=Pc

4.75
=Pc
0.7
Pc =6.785 MPa
Dengan melakukan iterasi perhitungan berikut dapat ditentukan ketebalan pipa.

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Setelah melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh hasil sebagai berikut :


API 5L Gr.X 52SMYS = 359 MPa t = 20.86 mm

API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 20.47 mm

API RP 1111 Local Buckling


Kombinasi bending strain dan beban tekanan eksternal harus memenuhi :

P
( oPi )
g( )
Pc

+
b
Persamaan tersebut berlaku untuk nilai D/t maksimum = 50.
Untuk menghindari terjadinya buckling, bending strain harus dibatasi sebagai
berikut :

f 1 1
f 2 2
Dimana

g ( ) =(1+20 )1=collapse reduction factor


=

D maxD min
=ovality
Dmax + Dmin

=bending strain pada pipa

b =

t
=buckling strain under pure bending
2D

1=bending strain maksimum saat instalasi


2 = place bending strain maksimum
f 1 =faktor keamanan bendinguntuk bending saat instalasi ditambah tekanan eksternal
f 2=faktor keamanan bendinguntuk placebending ditambah tekanan eksternal
D max

= diameter maksimum pada potongan melintang manapun sepanjang

pipa, dalam satuan mm (in.)

Dmin

= diameter minimum pada potongan melintang manapun sepanjang

pipa, dalam satuan mm (in.)


Sumber : API RP 1111, Section 4, Equation 7, 8a, 8b, page 9
Nilai kelonjongan awal digunakan nilai mendekati 0.005 sesuai dengan yang
ditentukan juga pada DNV-OS-F101. Karena pada DNV-OS-F101 hanya
menggunakan pembagi satu D sedangkan pada API RP1111 menggunakan 2D,
maka nilai kelonjongan digunakan 0.0025.
Nilai regangan lentur menggunakan hubungan pada kurva tegangan regangan yaitu
sebagai berikut.

S
E

S
207000

Instalasi
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:
1

g ( ) =( 1+20 0.0025 ) =0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 0 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

Pe =2 207000

t
609.6

10.3

Dengan melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh tebal pipa :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 18.35 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 18.13 mm

Hidrotest
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:

g ( ) =( 1+20 0.0025 )1=0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 18.75 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Dengan melakukan iterasi sebanyak 10 kali, diperoleh tebal pipa :

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 17.06 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 16.90 mm

Operasi
Dengan = 0.0025, maka nilai g() adalah:
1

g ( ) =( 1+20 0.0025 ) =0.9524


Dengan nilai po = 10.25 MPa dan pi = 15 MPa, maka:

10.25
+
=g ( )
b
Pc
b =

t
2 609.6

S
207000

Pc =

P y Pe

p +p

P y =2 S

2
y

2
e

t
( 609.6
)

t 3
609.6
Pe =2 207000
10.32

Dengan melakukan iterasi, diperoleh tebal pipa :


API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 13.77 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 13.71 mm

API RP 1111 Buckle Propagation


Untuk pipa bawah laut, karena tekanan hidrostatik adalah gaya yang menyebabkan
buckle untuk berpropagasi, maka perlu dilakkan estimasi buckle propagation
pressure. Jika kondisi memungkinkan bagi buckle untuk berpropagasi, maka cara
untuk mencegah atau menangkap mereka perlu dipertimbangkan dalam desain.
Penangkap buckle perlu digunakan dalam kondisi berikut :

PoPi f p P p
Dimana

P p=24 S

2.4

[ ]
t
D

=buckle propagation pressure , dalam satuan N /mm2 ( psi)

f p= propagating buckle design factor=0.80


Nilai

Pp

dapat diperoleh dengan menghitung

PoPi

dibagi dengan

propagating buckle design factor


Dengan modifikasi persamaan Pp diperoleh formula untuk menghitung ketebalan
pipa minimum yaitu sebagai berikut

t=D

Pp
24 S

( )

5
12

Pp
t=609.6
24 S

5
12

( )

Sumber : Pada API RP 1111, Section 4, Equation 9, page 10


Instalasi
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 0 MPa. Sehingga nilai fp diperoleh
sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

t=609.6

12.8125
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 40.44 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 38.11 mm

Hidrotest
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 18.75 MPa. Sehingga nilai fp
diperoleh sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

12.8125
t=609.6
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 40.89 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 34.11 mm

Operasi
Untuk kondisi instalasi, Po = 10.25 MPa dan Pi = 15 MPa. Sehingga nilai fp diperoleh
sebagai berikut.

P p=

10.25
=12.8125 MPa
0.8

Dengan menggunakan persamaan Pp termodifikasi dapat ditentukan nilai ketebalan


pipa.

t=609.6

12.8125
24 S

5
12

API 5L Gr.X52SMYS = 359 MPa t = 32.08 mm

API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 26.77 mm

DNV 1981 Internal Pressure Containment


Untuk pipa dengan tensile hoop stress

yang diakibatkan perbedaan antara

tekanan eksternal dan internal, tidak boleh melebihi nilai

yp yang diijinkan

sebagai berikut :

yp= h F k t

h=faktor penggunaan

Untuk kasus ini, diambil nilai

h=0.72

yp=hoop stress yang diijinkan


F =specified minimum yield strength
o

k t =temperature derating factor , untuk temperatur dibawah120 C , k t =1.0


Jika tidak ada metoda yang lebih akurat untuk digunakan, tensile hoop stress, untuk
dibandingkan dengan

y =( pi p e )

yp sebelumnya, ditentukan dengan formula :

D
2t

pi=tekananinternal
pe =tekanan eksternal
D=diameter luar pipa nominal

t=tebal dinding pipanominal


Persamaan di atas dapat dimodifikasi menjadi persamaan berikut

t=

D ( pi p e )
2y

Mengingat batas tensile hoop stress tidak diizinkan melebihi tekanan izin, maka nilai
tekanan yang terjadi dibatasi sama dengan tekanan izin

y = yp
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas, tebal pipa dapat dihitung
dengan persamaan berikut

t=

D ( pi p e )
2. h . F k t

Sumber : Pada DNV 1981, Para 4.2.2.1, page 20-21


Instalasi
Dengan Pi = 0 MPa dan Pe = 10.25 MPa, maka:

t=

609.6 (10.25 )
2 0.72 F 1

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

F
F

= 359 MPa t = 12.08 mm


= 414 MPa t = 10.48 mm

Hidrotest
Dengan Pi = 0 MPa dan Pe = 10.25 MPa, maka:

t=

609.6 (10.25 )
2 0.72 F 1

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

F
F

= 359 MPa t = 22.11 mm


= 414 MPa t = 19.17 mm

Operasi
Dengan Pi = 0 MPa dan Pe = 10.25 MPa, maka:

t=

609.6 (10.25 )
2 0.72 F 1

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

F
F

= 359 MPa t = 17.68 mm


= 414 MPa t = 15.38 mm

DNV 1981 External Pressure Collapse


Tidak terdapat pembahasan mengenai external pressure collapse pada DNV 1981

DNV 1981 Local Buckling


Kombinasi kritis dari tegangan longitudinal dan tegangan hoop dapat dirumuskan
sebagai berikut :

x y
+
=1
xcr
ycr

( )

Tegangan tekan bernilai positif untuk persamaan tersebut

x = x N + x M
xN =

N
(tekan bernilai positif )
A

xM=

M
( tekanbernilai positif )
W

N=gaya aksial
A= ( Dt ) t =luas potongan melintang
M =momen bending


W = ( Dt )2 t =elastic section modulus
4
D=diameter luar pipa nominal
t=diameter dalam pipa nominal
M
xN
N x
M
xcr =
xcr +
xcr
x
x

xcr N =tegangan longitudinal kritis ketika N beraksi sendirian(M =0, p=0)


xcr N = F untuk D/t 20

xcr N = F 10.001

( Dt 20)] untuk 20< D /t <10 0

F =specified yield strength ( sesuai dengan 0.2 residual strain )


xcr M =tegangan longitudinal kritis maksimum ketika M beraksi sendirian ( N=0, p=0)

xcr M = F 1.350.0045

D
t

300

D/t y
=1+
ycr
y =( pe pi )

D
2t

= tegangan hoop yang harus diperhatikan pada analisis buckling

pe =tekanan eksternal
pi=tekananinternal

p= pe pi =external overpressure
ycr =tegangan hoop kritis ketika p beraksi sendirian(N =0, M =0)

ycr = yE =E

t
2
untuk yE F
Dt
3

[ ( )]

1 2 F
ycr = ycr = F 1
3 3 yE

2
untuk yE > F
3

Kombinasi yang diperbolehkan untuk

dan

didefinisikan dengan

memasukan faktor pemakaian yang diperbolehkan untuk kombinasi kritis.


Kombinasi yang diperbolehkan sebagai berikut :

x
y
+
1
xp xcr
yp ycr

Dimana

xp=faktor penggunaan yang diperbolehkan (nilai

x
yang diperbolehkan) ketika y =0
xcr

yp =faktor penggunaan yang diperbolehkan(nilai

y
yang diperbolehkan)ketika x =0
ycr

Rekomendasi nilai faktor yang disarankan adalah sebagai berikut :

E=tegangan kritis jika material elastis


E 0.42

xp untuk instalasi=0.86 danuntuk operasi=0.5


yp untuk instalasi=0.75 dan untuk operasi=0.4 3

N = gaya aksial = 0 Newton


M = bending stress = 72% SMYS = 0.72 S
N

x =0
0.72 S

x =

( Dt )2 t
4
N

0.72 S

x = x + x =

y =( pe pi )

( 609.6t )2 t
4

609.6
2t

xcr N = F untuk D/t 20

E t
D

xcr N = F 10.001

20) untuk 20< D/ t<10 0


( 609.6
]
t

609.6
t

xcr M = F 1.350.0045

xcr =

M
xN
N x
M
xcr +

x
x xcr

ycr = yE =E

t
2
untuk yE F
609.6t
3

[ ( )]

1 2F
ycr = F 1
3 3 yE

2
untuk yE > F
3

300
y
609.6 /t
=1+
ycr

x
y
+
1
xp xcr
yp ycr

Iterasi dilakukan dengan analisis goal seek untuk mencari nilai t.


Sumber : Pada DNV 1981, Para B.1.1, page 68

Instalasi
Untuk kondisi instalasi digunakan pe = 10.25 MPa dan pi = 0 MPa.

x = x N + x M =

y =( pe pi )

0.72 S

( 609.6t )2 t
4

609.6
2t

xcr = F untuk D/t 20

xcr N = F 10.001

20) untuk 20< D/ t<10 0


( 609.6
]
t

609.6
t

xcr M = F 1.350.0045

M
xN
N x
xcr =
xcr +
xcr M
x
x

ycr = yE =E

t
2
untuk yE F
609.6t
3

[ ( )]

ycr = F 1

1 2F
3 3 yE

2
untuk yE > F
3

300
y
609.6 /t
=1+
ycr

x
y
+
1
0.86 xcr
0.75 ycr

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

F
F

= 359 MPa t = 19.146 mm


= 414 MPa t = 19.143 mm

Hidrotest
Untuk kondisi hidrotest digunakan pe = 10.25 MPa dan pi = 18.75 MPa.

x = x N + x M =

y =( 8.5 )

0.72 S

( 609.6t )2 t
4

609.6
2t

xcr = F untuk D/t 20

xcr N = F 10.001

20) untuk 20< D/ t<10 0


( 609.6
]
t

609.6
t

xcr M = F 1.350.0045

xcr =

M
xN
N x
M
xcr +

x
x xcr

t
2
ycr = yE =E
untuk yE F
609.6t
3

( )]

1 2F
ycr = F 1
3 3 yE

2
untuk yE > F
3

300
y
609.6 /t
=1+
ycr

x
y
+
1
0.5 xcr
0.43 ycr

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

= 359 MPa t = 24.02 mm

= 414 MPa t = 21.867 mm

Operasi
Untuk kondisi instalasi digunakan pe = 10.25 MPa dan pi = 15 MPa.

x = x N + x M =

y =( 4.75 )

0.72 S

( 609.6t )2 t
4

609.6
2t

xcr N = F untuk D/t 20

xcr N = F 10.001

20) untuk 20< D/ t<10 0


( 609.6
]
t

xcr M = F 1.350.0045

609.6
t

M
xN
N x
M
xcr =
xcr +
xcr
x
x

ycr = yE =E

2
t
2
untuk yE F
609.6t
3

[ ( )]

ycr = F 1

1 2F
3 3 yE

300
y
609.6 /t
=1+
ycr

2
untuk yE > F
3

x
y
+
1
0.5 xcr
0.43 ycr

API 5L Gr.X52

API 5L Gr.X60

= 359 MPa t = 17.7 mm

= 414 MPa t = 7.143 mm

DNV 1981 Buckle Propagation


Propagation buckle tidak bisa terinisiasi, atau berpropagasi ke bagian pipa dimana
external overpressure maksimumnya lebih rendah dari propagation pressure dari
pipa. Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut :

P pr 1.15 F

t
Dt

Formula tersebut dianggap sebagai batas bawah.


Dengan modifikasi persamaan pada B.2.2 Appendix B DNV 1981, makan diperoleh
formula ketebalan pipa minimum sebagai berikut.

t=

D
1.15 F
+1
P pr

Dengan D adalah diameter pipa (609.6 mm), F adalah SMYS, Ppr adalah tekanan
propagasi. Tekanan propagasi diambil nilai overpressure yang kemungkinan terjadi
dari masing-masing kondisi.
Sumber : Pada DNV 1981, Para B.1.1, page 69
Instalasi
Dengan Ppr merupakan selisih tegangan eksternal (10.25 MPa) dan tegangan
internal (0 MPa), maka ketebalan pipa yang diperlukan dapat diperoleh sebagai
berikut.

t=

609.6

1.15 F
+1
10.25

API 5L Gr.X52

F
F

API 5L Gr.X60

= 359 MPa t = 49.77 mm


= 414 MPa t = 46.61 mm

Hidrotest
Dengan Ppr merupakan selisih tegangan eksternal (10.25 MPa) dan tegangan
internal (18.75 MPa), maka ketebalan pipa yang diperlukan dapat diperoleh sebagai
berikut.

t=

609.6
1.15 F
+1
8.5

API 5L Gr.X52

F
F

API 5L Gr.X60

= 359 MPa t = 45.65 mm


= 414 MPa t = 42.73 mm

Operasi
Dengan Ppr merupakan selisih tegangan eksternal (10.25 MPa) dan tegangan
internal (15 MPa), maka ketebalan pipa yang diperlukan dapat diperoleh sebagai
berikut.

t=

609.6

1.15 F
+1
4.75

API 5L Gr.X52
API 5L Gr.X60

F
F

= 359 MPa t = 34.79 mm


= 414 MPa t = 32.52 mm

DNV OS F101 Internal Pressure Containment


Tekanan di dalam pipa perlu memenuhi kriteria sebagai berikut.

Dimana :
Plx = Pli selama operasi dan Plx = Plt selama tes

pb=( p lx pe ) m SC

Tahanan pressure containment pb(t) diberikan sebagai berikut.

Dipilih m = 1.15 karena kondisi ULS (Ultimate Limit State) dan SC = 1.308 untuk
high pressure containment.
Dengan modifikasi persamaan 5.8 DNV-OS-F101, dapat diperoleh formula ketebalan
dinding pipa sebagai berikut.

t=

D
4 f cb
+1
pb 3

Sumber : DNV OS F101, Section 5 D 200, Equation 5.7, 5.8, 5.9, page 46
Instalasi
Dengan plx = 0 dan pe = 10.25 MPa, maka diperoleh tekanan burst sebagai berikut.

pb=( 10.25 ) 1.15 1.308=15.42 MPa


Untuk kedua grade material, diperoleh nilai fcb adalah masing-masing nilai SMYSnya, maka:

t=

609.6
4S
+1
15.42 3

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 11.12 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 9.67 mm

Hidrotest
Dengan plx = 18.75 MPa dan pe = 0 MPa (kondisi beda tekanan terekstrim), maka
diperoleh tekanan burst sebagai berikut.

pb=( 18.75 ) 1.15 1.308=28.203 MPa


Untuk kedua grade material, diperoleh nilai fcb adalah masing-masing nilai SMYSnya, maka:

t=

609.6
4S
+1
28.203 3

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 20.05 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 17.47 mm

Operasi
Dengan plx = 15 MPa dan pe = 0 MPa (kondisi beda tekanan terekstrim), maka
diperoleh tekanan burst sebagai berikut.

pb=( 15 ) 1.15 1.308=22.563 MPa


Untuk kedua grade material, diperoleh nilai fcb adalah masing-masing nilai SMYSnya, maka:

t=

609.6
4S
+1
22.563 3

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 16.15 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 14.05 mm

DNV OS F101 External Pressure Collapse


Tahanan karakteristik untuk tekanan eksternal (p c) harus dihitung sebagai berikut.

Persamaan 5.10 ini akan digunakan untuk menghitung ketebalan pipa. Karena
persamaan 5.10 tidak linear maka perlu dilakukan iterasi untuk memperoleh
ketebalan dinding pipa. Digunakan nilai m = 1.15 dan SC = 1.26. Untuk persamaan
5.12 digunakan fab = 0.93 (SAWL), untuk fo digunakan nilai maksimum mendekati
0.005.

Sumber : DNV OS F101, Section 5 D 200, Equation 5.10, 5.11, 5.12, 5.13, 5.14,
page 46
Instalasi

P p=f y fab

2t
D

P p=f y 0.93

Pel=

2t
609.6

t
2E
609.6

10.3

Dengan pe = 10.25 MPa dan pmin = 0, maka persamaan 5.14 menghasilkan nilai p c.

pc =( pe pmin ) m SC
pc =10.25 1.15 1.26=14.85 MPa
Dengan iterasi persamaan 5.10 DNV-OS-F101 sebanyak 10 kali, akan diperoleh
ketebalan pipa material sebagai berikut :
API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 12.49 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 11.88 mm

Hidrotest

P p=f y fab

2t
D

P p=f y 0.93

t
609.6
2
10.3

2E
Pel=

2t
609.6

Dengan pe = 10.25 MPa dan pmin = 18.75 MPa, maka persamaan 5.14 menghasilkan
nilai pc.

pc =( pe pmin ) m SC
pc =8.5 1.15 1.26=12.3165 MPa
Dengan iterasi persamaan 5.10 DNV-OS-F101 sebanyak 10 kali, akan diperoleh
ketebalan pipa material sebagai berikut :
API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 11.59 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 11.02 mm
Operasi

P p=f y fab

2t
D

P p=f y 0.93

t
609.6
10.3 2

2E
Pel=

2t
609.6

Dengan pe = 10.25 MPa dan pmin = 15, maka persamaan 5.14 menghasilkan nilai p c.

pc =( pe pmin ) m SC
pc =4.75 1.15 1.26=6.88 MPa
Dengan iterasi persamaan 5.10 DNV-OS-F101 sebanyak 10 kali, akan diperoleh
ketebalan pipa material sebagai berikut :
API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 9.76 mm
API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 9.23 mm

DNV OS F101 Local Buckling

Local buckling dibedakan menjadi dua :


Kondisi load controlled (LC)
Kondisi ini merupakan kondisi dimana respon struktur diatur oleh beban yang
dikenakan.
Kondisi displacement controlled (DC)
Kondisi ini merupakan kondisi dimana respon struktur diatur oleh perpindahan
geometrik.
Pengecekan desain yang berbeda berlaku untuk kedua kondisi ini.
Bagian pipa yang terkena momen lentur, gaya aksial efektif dan overpressure
internal harus dirancang untuk memenuhi kondisi berikut pada setiap bagiannya :
Pada kriteria pembebanan terkombinasi, pembedaan perlu dilakukan antara kondisi
load controlled dan kondisi displacement controlled.
Untuk kondisi load controlled, pipa yang dikenakan momen lentur, gaya aksial
efektif dan overpressure internal harus didesain sehingga mememenuhi kondisi
berikut untuk seluruh penampang.

Jika pipeline selain mengalami beban aksial, tekanan, dan momen juga mengalami
beban titik lateral, hal ini perlu dimasukan dengan modifikasi kapasitas momen
plastis sebagai berikut.

Pipa yang terkena momen lentur, gaya aksial efektif dan overpressure eksternal
harus didesain untuk memenuhi persamaan berikut.

Untuk kondisi displacement controlled, pipa yang terkena regangan tekan


longitudinal dan overpressure internal harus didesain untuk memenuhi kondisi
berikut untuk semua penampang.

Pipa yang terkenal regangan tekan longitudinal dan overpressure eksternal harus
didesain untuk memenuhi kondisi berikut untuk semua penampang.

Sumber : DNV OS F101, Section 5 D 600, Equation 5.19a, 5.19b, 5.20, 5.21, 5.22,
5.23, 5.24, 5.25, 5.26, 5.27, 5.28, 5.29, 5.30, 5.31 page 47,48,49
Instalasi
Hidrotest
Operasi

DNV OS F101 Buckle Propagation


Propagation buckling tidak dapat terjadi hingga local buckling terjadi. Pada kasus
tekanan eksternal melebihi kriteria di bawah ini, penahan buckling harus dipasang
dengan jarak penahan ditentukan berdasarkan filosofi biaya dan pipa sisa. Kriteria
propagating buckle adalah sebagai berikut.

Persamaan 5.15 dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut.

p pr= pe m SC
Dengan fab = 0.93 (pipa SAWL),

= 1.15 (ULS), dan

modifikasi persamaan 5.16 DNV-OS-F101, maka:

SC

= 1.26 (other), serta

p pr= pe 1.15 1.26


p pr
t=D
35 f y fab

t=609.6

0.4

pe 1.15 1.26
35 f y 0.93

0.4

Sumber : DNV OS F101, Section 5 D 500, Equation 5.15, 5.16, page 47


Instalasi
Untuk kondisi instalasi, Pe = 10.25 MPa sehingga:

p pr=10.25 1.15 1.26=14.85 MPa

t=609.6

pe 1.15 1.26
35 f y 0.93

0.4

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 39.99 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 42.34 mm
Hidrotest
Untuk kondisi instalasi, Pe = 10.25 MPa sehingga:

p pr=10.25 1.15 1.26=14.85 MPa


p 1.15 1.26
t=609.6 e
35 f y 0.93

0.4

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 39.99 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 42.34 mm

Operasi
Untuk kondisi instalasi, Pe = 10.25 MPa sehingga:

p pr=10.25 1.15 1.26=14.85 MPa


p 1.15 1.26
t=609.6 e
35 f y 0.93

0.4

API 5L Gr.X52 SMYS = 359 MPa t = 39.99 mm


API 5L Gr.X60 SMYS = 414 MPa t = 42.34 mm

API 5L
Dari Tabel E-6C API 5L, digunakan tekanan minimum tes yaitu 18.75 MPa atau 187.5
pada tabel tersebut. Untuk Gr. X60, tebal minimum pipa dengan NPS 24 adalah
15.9 mm. Untuk Gr. X52, tebal minimum pipa dengan NPS 24 adalah 22.2 mm.

Rangkuman Tebal Dinding Pipa

Kriteria

Kondisi

Instalasi
Hidrotest
Operasi
Installati
on
External Pressure Hydrotes
Collapse
t
Operatin
g
Installati
on
Hydrotes
Local Buckling
t
Operatin
g
Installati
on
Propagation
Hydrotes
Buckling
t
Operatin
g
Tebal Dinding Pipa yang
Dipilih
Tebal Dinding Pipa yang
Dipilih (API 5L)
Internal Pressure
Containment

Kriteria

Kondisi

Tebal Dinding Pipa Gr.


ASME
API
B31.8
RP1111
t
t
(in.
t
(in.
t
)
(mm)
)
(mm)
0.00
0.00 0.58 14.79
0.75 19.17 0.58 14.79
0.60 15.34 0.58 14.79

X60 Berdasarkan Kode


DNV-OSDNV 1981
F101
t
t
(in.
t
(in.
t
)
(mm)
)
(mm)
0.41 10.48 0.38
9.67
0.75 19.17 0.69 17.47
0.60 15.34 0.55 14.05

0.81

20.47

0.81

20.47

0.00

0.47

11.88

0.75

18.99

0.74

18.88

0.00

0.43

11.02

0.81

20.47

0.60

15.25

0.00

0.36

9.23

0.71

18.13

0.71

18.13

0.93

23.60

0.00

0.67

16.90

0.67

16.90

0.58

14.77

0.00

0.54

13.71

0.54

13.71

0.34

8.65

0.00

1.50

38.11

1.45

36.88

1.83

46.61

1.57

39.99

1.34

34.11

1.34

34.11

1.68

42.73

1.57

39.99

1.05

26.77

1.05

26.77

1.28

32.52

1.57

39.99

46.61
15.9
Tebal Dinding Pipa Gr. X52 Berdasarkan Kode
ASME
API
DNV-OSB31.8
RP1111
DNV 1981
F101
t
t
t
t
t
t
t
t

Instalasi
Hidrotest
Operasi
Installati
on
External Pressure Hydrotes
Collapse
t
Operatin
g
Installati
on
Hydrotes
Local Buckling
t
Operatin
g
Installati
on
Propagation
Hydrotes
Buckling
t
Operatin
g
Tebal Dinding Pipa yang
Dipilih
Tebal Dinding Pipa yang
Dipilih (API 5L)
Internal Pressure
Containment

(in.
(in.
)
(mm)
)
0.00
0.00 0.66
0.87 22.11 0.66
0.70 17.69 0.66

(in.
(in.
(mm)
)
(mm)
)
16.85 0.48 12.09 0.44
16.85 0.87 22.11 0.79
16.85 0.70 17.69 0.64

(mm)
11.13
20.06
16.15

0.82

20.86 0.82

20.86 0.00

0.49

12.49

0.76

19.27 0.78

19.90 0.00

0.46

11.59

0.82

20.86 0.61

15.60 0.00

0.38

9.76

0.72

18.35 0.72

18.35 0.93

23.60 0.00

0.67

17.06 0.67

17.06 0.58

14.77 0.00

0.54

13.77 0.54

13.77 0.34

8.65 0.00

1.59

40.44 1.45

36.88 1.96

49.77 1.67

42.34

1.61

40.89 1.34

34.11 1.80

45.65 1.67

42.34

1.26

32.08 1.26

32.08 1.37

34.79 1.67

42.34

49.77
22.2

Dari hasil tabel ringkasan ketebalan pipa di atas, terlihat bahwa ketebalan pipa
untuk material Grade X52 lebih besar daripada ketebalan pipa untuk material Grade
X60. Hal ini disebabkan karena nilai SMYS dari material X52 (359 MPa) lebih kecil
daripada X60 (414 MPa). Dengan nilai SMYS yang kecil, diperlukan luas penampang
yang besar untuk dapat menahan tegangan desain dibandingkan dengan material
X60.
Apabila memilih nilai maksimum dari empat kode tersebut, Grade X60 memerlukan
tebal pipa 46.61 mm dan grade X52 memerlukan tebal 49.77 mm. Untuk nilai
ketebalan dinding pipa dari API 5L, Grade X60 memerlukan tebal pipa minimum
15.9 mm dan Grade X52 memerlukan tebal pipa minimum 22.2 mm.

Appendices
Internal Pressure Containment

External Pressure Collapse

Local Buckling

Propagation Buckling

You might also like