You are on page 1of 4

FINAL EXAMS

UAS ENERGI BERKELNJUTAN 2009 ( 275-2009 )

Head : 25 ft = 7,62 m.
Rate : 50 ft3/sec
Efficiency : 60%
1.a. Q

50 ft3 x 1 min x 1
m3
min 60 s
35.31 ft3

= 0.0236 m3/s
Power = g x n x Q x h
= (10 m/s) x (0.6) x (0.0236 m/s) x 7.62 m
= 1.078 KW = 1078 watt
b. Berapa banyak lampu 100 watt yang bisa dinyalakan?
X = 1078 watt/ 100 watt = 10,78 = 11 lampu.

2.

E = A x r x H x PR
KWh = m2 x % x KWh/ m2. Annual x 0.75
3000 = m2 x 17% x 10/ 365 x 0.75
M2 = 858823.529
= 0.8588 Km2

3. Pilar utama kebijakan energi berkelanjutan di Indonesia dalam rangka menjamin pasokan energi
kedepan:

Pilar Utama kebijakan energy berkelanjutan dalam menjamin pasokan energy kedepan :
1. Pengembangan energi terbarukan difokuskan pada panas bumi (geothermal), energi
biomass, surya (solar) dan bahan bakar nabati.
2. Pengaturan dan pemberlakuan harga khusus untuk energi terbarukan.
3. Peningkatan pengembangan industri peralatan produksi energi terbarukan dalam
negeri (peralatan penyulingan BBN, solar cell dan panel harus menggunakan produksi dalam
negeri).
4. Pengalokasian dana dengan skema khusus (smart funding) untuk pengembangan energi
terbarukan diluar BBN, khususnya untuk skala kecil.

5. Pemerintah melakukan pengaturan dan pengalokasian dana dari program Clean


Development Mechanism (CDM), sehingga insentif karbon kredit dapat memberi manfaat
pada publik.
6. Pengembangan bahan bakar nabati (BBN) untuk menggantikan sebagian BBM.
7. Meningkatkan ekplorasi panas bumi dan membuat perkiraan biaya yang layak pada
lokasi yang berbeda-beda.
8. Meningkatkan kemampuan dalam negeri untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan
industri pendukung kelistrikan.
9. Penerapan mandatory penggunaan solar cell pada pemakai tertentu (industri besar,
gedung komersial dan rumah mewah, PLN).
10. Mensinergikan mandatory dan penerapan feed in tarrif.
4. a. Perbedaan mendasar antara pemanfaatan energi biomasa generasi pertama dengan kedua
dalam hal bahan bakunya : Generasi I : bahan biofuels dari food-based yang sering digunakan seperti
jagung, kedelas, kelapa sawit dll.
Contoh di US dengan 12% total kebutuhan bensin disupply 100% corn grain dan 6% total kebutuhan
bahan bakar diesel, disupply 100% soybean. Sehingga corn grain ethanol dan soy biodiesel hanya
dapat mensupply bahan bakar dan menggantikan bahan bakar fossil dalam skala kecil.
Generasi II : bahan biofuels dari lignoselulosa yang tidak memiliki nilai ekonomis seperti gambut dan
bonggol jagung. Sehingga kedepan biofuel tidak lagi menggunakan food based namun menggunakan
buangan biomassa.
Contoh di US dengan 1,7% total kebutuhan bensin disupply 14% corn grain dan 0,1% total
kebutuhan bahan bakar diesel, disupply 100% soybean.

b. Dasar muncul generasi kedua tersebut:


- Adanya konsumsi yang besar untuk biofuel dari food based
- Biomass generasi II yang berasal dari buangan biomass akan terjadi reduksi emisi CO2
sebesar 24%
- Lebih efisien karena bukan merupakan bahan yang digunakan untuk dimakan/dikonsumsi,
maka bisa dilakukan penanaman bahan baku dilahan yang rusak/tidak digunakan lagi.
- Meminimalisir CO2 Emission;
- Menghasilkan biofuel lebih banyak dari food based biofuels
- Tidak menimbulkan polusi pada sungai dan air tanah
- Proses generasi I esterifikasi sedangkan generasi II hidrolisis

5. a. Mekanisme konversi energi dari perbedaan temperatur air laut hingga terbentuk energi listrik
pada OTEC (ocean thermal energy conversion) :

Pada OTEC system terbuka menggunakan air laut dalam (Cold sea water) sebagai pendingin
dan air laut permukaan (warm sea water) sebagai pemanas.

Warm sea water dengan temp 29C dipanaskan dalam evacuated evaporation chamber
dengan energy matahari, sehingga temperatur menjadi 100C. garam dari warm sea water
akan settling dan uap air (water steam) digunakan untuk memutar steam turbine untuk
menghasilkan listrik. Uap air dikondensasikan menggunakan cold sea water didalam
condensing chamber menjadi air desalinasi dan buangan air garam.
b. cara memaksimumkan produksi listrik pada energi OTEC:
jika menggunakan closed loop OTEC system maka cara memaksimumkan produksi listrik
dengan memperbesar luas penampang, mengoptimalkan penggunaan amoniak dan delta
temp yang tinggi. Sedangkan pada open loop OTEC membutuhkan kapasitas evaporasi
yang lebih besar untuk meningkatkan usaha dari turbin.

6. a. Konversi air panas dari air panas ke produksi listrik pada pembangkit listri geothermal biner:
Konversi panas pada system biner : pada system biner digunakan uap brine dari dalam bumi
digunakan untuk memanaskan iso butane di HE. Digunakan Isobutana dikarenakan mempunyai titik
didih yang lebih rendah dari pada air. Pada system biner, iso butane adalah fluida yang titik didih
yang lebih rendah daripada air sehingga molekul temperature rendah dan masih bisa membentuk
fasa vapour/gas.

b. Keuntungan sistem biner dibanding sistem wet steam dalam hal energi listrik yang dihasilkan yang
dikaitkan dengan pemanfaatan hot water dan fluida sekunder:
System binary cycle adalah system tertutup. Hotbrine digunakan untuk memanaskan isobutane di
evaporator/HE sehingga aliran yang masuk kedalam turbine adalah aliran yang bersih/tidak ada
impurities uap yang dipompakan dan tidak ada polusi udara. Sedangkan dengan system wet steam
uap brine langsung masuk kedalam turbine yang dapat membahayakan operasi turbine shg
kemungkinan terbawanya impurities/uap air yang dapat merusak turbine.

7. Petroleum diesel dan biodiesel menghasilkan lifecycle energy efficiency yang hampir sama, yaitu
80%, tetapi keduanya mempunyai net CO2 life cycle emission yang jauh berbeda. Dimana diesel dari
biodiesel memberikan emisi lebih kecil:
Efisiensi Konsumsi Energi pada Biodiesel dan petroleum diesel memiki efisiensi yang hamper sama
karena . Akan tetapi emisi CO2 yang dihasilkan oleh biodiesel lebih rendah
dikarenakan lifecycle pada biodiesel terjadi siklus emisi CO2 yang kembali di absorb oleh tumbuh2an
sebagai bahan baku dari product biodiesel.

You might also like