You are on page 1of 15

REFLEKSI

KASUS
KDRT
Oleh : Dea Lita Barozha, S.Ked

Pembimbing : dr. Handayani Dwi Utami, M. Kes Sp. F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2016

Identitas Pasien

Nama / Inisial : Ny. W


Umur
: 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Kekerasan Fisik dalam
Rumah Tangga

Form Uraian
Resume kasus
Korban datang dalam keadaan sadar
dengan keadaan umum sakit sedang
datang
sediri
tidak
ditemani
penyidik. Korban mengaku telah
dipukuli, dijambak dan diinjak leh
seorang yang dikenal, suaminya
(Tn.P) di rumah kosan suami di
daerah Teluk pada hari Minggu, 13

Resume kasus
Pada korban ditemukan :
Pada pipi kanan atas, dua centimeter garis pertengahan depan dan
dua centimeter dibawah sudut mata kanan teraba benjolan disertai
memar warna merah keunguan dengan diameter dua koma lima
centimeter
Pada lengan atas kiri sisi depan, tiga centimeter diatas lipat siku
terdapat tiga luka lecet gores dengan ukuran masing-masing
sepanjang satu setengah centimeter, dua sentimeter dan satu
setengah sentimeter
Pada punggung atas sisi kanan, lima centimeter dibawah puncak bahu
dan 3 centimeter dari garis pertengahan belakang, teraba benjolan
disertai memar berwarna merah keunguan dengan diameter dua
centimeter.

Latar belakang pemilihan


kasus

Kekerasan dalam rumah tangga memiliki tren yang


terus meningkat dari tahun ke tahun (Gumelar, 2011).

Tahun 2006, catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap


Perempuan, Kamala Chandrakirana menunjukkan kekerasan
terhadap perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512
kasus, dan kasus terbanyak adalah Kekerasan dalam Rumah
Tangga sebanyak 16.709 kasus atau 76%

Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan


perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan
perempuan secara fisik, seksual, psikologis termasuk ancaman tindakan
tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenangwenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi
(POLRI, 2005).

Dengan berjalannya waktu dan terbukanya pikiran


kaum wanita Indonesia atas emansipasi, akhirnya
sudah mulai muncul titik terangnya yaitu disusunnya
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

REFLEKSI KASUS
Aspek medikolegal
Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC
dalam menanamkan kesadaran akan hak dan memberikan
pendampingan serta perlindungan kepadakorban kasus KDRT
dipengaruhi oleh lahirnya peraturan perundang-undangan di
Indonesia.

UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga


No. 23 Tahun 2004, terdiri dari 10 bab dan 56 pasal.

Aspek keislaman
Islam tidak pernah membenarkan seorang suami
bertindak kejam terhadap istrinya baik secara lahir
maupun batin. Karena islam adalah agama yang
mempunyai nilai-nilai prinsipil seperti nilai egalitarian,
keadilan, dan kemanusiaan. Berikut ini aya-ayat
Alquran dan hadist nabi yan mengharuskan suami
untuk berlaku sopan, penyayang, lemah lembut kepada
istrinya:
1. Dalam QS An-Nisa: 19
2. Dalam QS Ar-ruum : 21

3/14/16

Dan telah banyak diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW


juga sangat menentang kekerasan dalam rumah tangga:
Aisyah ra meriwatkan bahwa Rasulullah pernah
bersabda Yang Paling baik di kalangan kamu adalah
mereka yang paling sopan terhadap istrinya (HR.
Tirmidzi)
Para suami yang memukul istrinya bukanlah
termasuk orang-orang baik di antara kamu ( HR. Abu
Daud, NasaI dan Ibnu Majah)
Janganlah kamu memukul hamba-hamba
perempuan Allah SWT ( HR. Abu Daud)

3/14/16

Faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap perempuan


dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh
suami terhadap istri, yaitu :
Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang
antara suami dan istri.
Ketergantungan ekonomi.
Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Persaingan.
Frustasi.
Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam
proses hukum.

Dampak Jangka Pendek Kekerasan Terhadap


Perempuan
Umumnya yang dimaksud dengan dampak jangka
pendek kekerasan adalah cedera fisik yang diderita
oleh korban (luka-luka, patah tulang, kehilangan fungsi
alat tubuh atau indera, keguguran kandungan, dll), gejala
sisa di bidang kesehatan dan psikologis (anxietas,
depresi, battered woman trauma syndrome, rape
trauma syndrome, alcohol and drug abuse, dan
resiko melakukan bunuh diri), serta dampak terhadap
pendidikan dan pertumbuhan anak terutama bila
dalam kasus kekerasan rumah tangga.

Dampak Jangka Pendek Kekerasan


Terhadap Perempuan
Dampak tersebut dapat berupa
ketidakharmonisan keluarga yang berakibat
kepada terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak, child abuse, cycle
of violencegangguan perkembangan
mental dan perilaku seksual, dll

Peran Tenaga Kesehatan


Para dokter dapat menemukan kasus
dengan melakukan wawancara
(anamnesa) yang terarah secara
efisien tetapi efektif, menemukan tanda
kekerasan yang khusus atau
mencurigakan, mendokumentasikan
temuannya, menilai keselamatan di
masa datang dan mengkomunikasikan
kepada korban pilihan penyelesaian yang
realistik
3/14/16

12

Tenaga kesehatan juga dapat menilai besarnya risiko bahaya


kekerasan di masa mendatang dengan menilai : meningkatnya
frekuensi kekerasan, meningkatnya ancaman pembunuhan atau
bunuh diri dari pasangannya, adanya senjata api atau mulai
digunakannya senjata tajam, dan catatan kriminal pelaku.Dalam
menatalaksana korban KDRT.
Selain melakukan terapi di bidang medis tenaga kesehatan juga
dapat melakukan hal-hal :
Menyatakan atau memperlihatkan bahwa ia juga
memperhatikan keselamatan korban / pasien guna menumbuhkan
kepercayaan korban.
Memberikan nasihat atau merujuk pasien untuk terapi medis
khusus, penanganan mediko-legal, konseling psikologis dan
atau psiko-sosial,

3/14/16

13

Daftar Pustaka

B Gumelar, L., 2011. Kasus KDRT masih tinggi.


www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-k
drt-masih-tinggi
(diakses 10 Februari 2016)

POLRI, 2005.Buku Pegangan Pusat Pelayanan Terpadu POLRI. Jakarta

Shopia, M.S., 2010. Perlindungan Saksi dan Korban http


://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt54535a1cedd5c/nprt/lt517a1896ccdca/uu-no
-31-tahun-2014-perubahan-atas-undang-undang-nomor-13-tahun-2006-tentang-perlindung
an-saksi-dan-korban
(diakses 10 Februari 2016)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004, tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak

TERIMA KASIH

You might also like