You are on page 1of 6

Jurnal PKS Vol. IV No.

11, Maret 2005; 55 - 61


KONDISI PSIKIS DAN ALTERNATIF PENANGANAN MASALAH KESEJAHTERAAN
SOSIAL LANSIA DI PANTI WREDHA
oleh Salamah*)
Dosen Pada program Studi Btmbingan dan Konseling FKIP Universitas
PGRI Yogyakarta

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kondisi psikis para lansia di Panti Wredha
Budi Dharma Yogyakarta. Dengan diketahuinya kondisi psikis lansia di Panti Wredha,
diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan altematif penangarian masalah
kesejahteraan lansia melalui sistem panti
Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Analisa data dilakukan secara
deskriptif kaulaitatif dan inter pretatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikis para lansia berbeda-beda, dimana
perbedaan tersebut dipengaruhi oleh perbedaan individual yang meliputi kondisi kesehatan,
kepribadian, kemunduran mental, faktor sosial, ekonomi dan latar pendidikan. Kondisi psikis
lansia mempunyai ciri-ciri emosional (mudah marah dan tersinggung), regresi (tingkah laku
seperti anak kecil), ilusi (salah tingkah), delusi (anggapan segala yang ada disekitamya
dianggapjelek), dimensi (pikun atau mudah lupa), dan Neurasthenia (merasa lelah, letih, sensitif
terhadap cahaya dan suara).
Sehubungan dengan kondisi psikis lansia, maka dalam penanganan masalah lansia perlu
penekanan pada tindakan-tindakan yang didasarkan pada penanganan masalah psikis.
Latar Belakang Masalah
Pada setiap individu dalam kehidupannya selalu mengalami perkembangan baik fisik
maupun psikhis. Pada tahapan perkembangan akhir orang disebut tua, dalam proses penuaan itu
sudah menjadi kodrat yang tidak dapat kita hindari. Masa inilah yang disebut masa tua atau masa
lanjut usia (Lansia). Para Lansia bukanlah kelompok yang tersisih dan terbuang ataupun
diperlakukan tidak manusiawi, meskipun sudah tidak produktif lagi. Karena bagaimanapun juga
lansia semasa mudanya pemah berjasa pada kita, oleh karena itu lansia layak untuk mendapat
kesejahteraan di hari tuanya. Seperti diatur dalam undang-undang No. 6/1974 bab 1 pasai 1
berbunyi "setiap Warga negara berhak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan
berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial (1997
:624).
Perhatian terhadap lansia pemerintah dalam hal ini telah mendirikan panti-panti Wredha
yang bertujuan untuk kesejahteraan lansia. Lansia adalah tanggung jawab kita bersama, merawat
dan memberikan kesejahteraan terhadap lansia berarti memberi jami'nan hidup. Menitipkan
lansia di panti Wredha bukan berarti kita lepas dari tanggung jawab mereka. Para lansia tinggal
di tempat yang bari yaitu di panti Wredha harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang
berbeda dengan lingkungan sebelumnya jauh dari anak cucu. Tinggal di panti Wredha tidak
sebebas di rumah, hal ini tentu sangat menyiksa lansia terutama psikisnya, perasaan tersisih
terbuang dari keluarga terisolir dari lingkungan masyarakat dapat menyebabkan tekanan psikhis
bagi lansia.
Kompleksnya permasalahan lansia yang dititipkan di panti Wredha, maka berdasar latar
belakang tersebut, maka penelitian kondisi psikis para lansia yang berada di Panti Wredha Budi

Dharma Yogyakarta, perlu dilakukan.

Rumusan masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka diajukan rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana gambaran kondisi psikhis para lansia yang tinggal di Panti Wredha ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi psikis para lansia yang tinggal di Panti
Wredha ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran kondisi psikhis para lansia yang tinggal di Panti Wredha
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikhis para lansia yang tinggal
di Panti Wredha
Manfaat Penelitian
1. Memberikan salah satu upaya penanganan lansia yang berada di panti Wredha dengan
melihat kondisi psikhisnya
2. Sebagai pengembangan khasanah dunia pustaka tentang kondisi psikhis lansia dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya.
Kajian Pustaka
Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan
lanjut usia (Lansia), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas
(1998 ; 642). Sedang menurut Buhler yang dikutip Hurlock, lansia adalah periode akhir dari
rentang kehidupan (1996:380). Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya perubahan yang
nampak seperti gejala penurunan kondisi fisik dan kesehatan serta terjadi perubahan pa'da psikis
yang semakin menurun. Maupun terbatas kemampuannya. Dengan demikian yang disebut lansia
adalah seseorang yang telah berumur 60 tahun ke atas yang rnengalami perubahan fisik maupun
psikhis yang semakin menurun dan terbatas.
Batasan usia lanjut yang disepakati oleh WHO dibagi 3 kelompok: (1) umur lanjut 60 -74
tahun (2) umur tua (75 - 90 Tahun) dan umur sangat tua (90 tahun keatas). Adapun ciri-ciri lansia
ditandai dengan adanya perubahan yang nampak seperti gejala-gejala kemunduran fisik dan
kemunduran mental. Pada perubahan fisik lansia ciri-cirinya adalah rambut menipis dan
memutih, kulit kasar dan keriput, otot-otot mengendor, gerakan badan kurang lincah, gjgi
keropos, dan tanggal, kurang penglthatan, kurang pendengaran, berat badan mcningkat, lemak
bertambah. Sedangkan pada perubahan psikhis lansia ciri-cirinya emosional atau mudah
tersinggung, mengalami regresi (tingkah laku mundur ke belakang seperti (anak kecil), manja,
cengeng, mudah lupa, pikun, ilusi (salah tangkap) delusi (menganggap disekitarnya jelek) dan
Neurasthenia (lelah, letih, sensitif terhadap suara, cahaya). Pada dasarnya ciri fisik maupun
psikhis salingberkaitanerat, menurunnya kondisi fisik lansia akan berpengaruh pada kondisi
psikhisnya. Selain ciri perubahan fisik dan psikhis, lansia juga memiliki beberapa kelebihan
dalam kehidupan sosial di masyarakat : menurut Siti Partini (2000 : 4) lansia adalah orang yang
terhormat, diharapkan tutur, wuwur dan sumbemya, serta sumber daya manusia yang memiliki
pengalaman dan kearifan, tempat bertanya guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.

Panti Wredha adalah suatu lembaga yang dapat menggantikan keluarga untuk merawat
dengan sebaik-baiknya hingga mereka (lansia) dapat menikmati hari tuanya dengan senang dan
tenang (1997 : 3). Didukung oleh Rinawati (1998) Panti Wredha merupakah lembaga sosial yang
bertujuan untuk mengurus dan merawat orang-orang lanjut usia agar mereka terjamin
keselamatan dan kesehatannya. Dengan demikian Panti Wredha bagi para lansia merupakan
sebuah tempat untuk mendapatkan layanan perawatan yang baik dan perhatian seperti sebuah
keluarga. Sehingga harapan Panti Wredha adalah supaya lansia dapat menikmati hari tuanya
dengan senang dan tenang, dengan demikian pelayanan jasa bagi lansia baik kebutuhan fisik dan
keutuhan psikhisnya.
Panti Wredha merupakan sebuah tempat tinggal yang disediakan oleh pemerintah untuk
menampung para lansia yang terlantar atau tidak mempunyai keluarga maupun lansia dari
keluarga yang tidak mampu untuk diberikan perawatan dan pelayanan akan kebutuhan materiil
maupun spiritual sehingga lansia dapat merasa aman dan senang dalam menikmati masa tuanya.
Peranan Panti Wredha dalam merawat dan mengurus para lansia sebagai perwujudan
pelayanan sosial terhadap lansia adalah memberikan perawatan atau pelayanan (sandang,
pangan, papan dan kesehatan) melaksanakan kesehatan, melaksanakan bimbingan mental,
spritual dan kesehatan. Sistem pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lansia melalui kegiatan
asistensi yaitu membantu para lansia hidup wajar tanpa diliputi rasa khawatir dan gelisah,
kegiatan rehabi/itasi, yaitu mengembalikan fungsi sosial lansia seperti waktu dulu sebelum di
panti, kegiatan promotif artinya mengembangkan kerpibadian, bakat, minat dan keterampilan
sesuai dengan keterampilan dan bakatnya, termasuk kegiatan agama, dan kegiatan suportif yaitu
mengikutsertakan secara aktif kegiatan-kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya
sistem pelayanan kegiatan Panti Wredha adalah membantu para lansia untuk hidup wajar
sebagaimana orang dewasa lainnya yang sehat, mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya
pada orang lain.
Psikhis berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, roh. Psikhis selalu berhubungan dengan
tingkah laku seseorang karena tingkah laku itu sesungguhnya adalah merupakan wujud atau
cerminan dari pada jiwa atau kepribadian seseorang. Psikhis selalu berhubungan dengan
perasaan, mental dan pikiran, seperti yang disebutkan Lisischoten (1994 : 41) membagi perasaan
manusia menjadi: (1) suasana hati yaitu rasa yang terkandung dalam situasi kejiwaan yang dapat
berlangsung lama, (2) perasaan yaitu rasa yang selalu bersangkut paut dengan situasi, dan (3)
emosi yaitu perubahan manusia di dalam situasi tertentu mengenai situasi perasaan.
Para lansia yang tinggal di Panti Wredha dapat menimbulkan dampak psikhis, bagi lansia
yang dapat menerima keadaan di Panti Wredha, suasana hati, perasaan akan lebih menyenangkan
karena segala kebutuhannya ada yang mengurus dan melayani serta mendapat teman senasib
dengan dirinya. Tetapi bagi yang tidak dapat menerima kenyataan harus berada di Panti Wredha
dia merasa berat dan berpengaruh terhadap psikhisnya, perasan tidak berguna, tidak berharga,
tersisih, terbuang dari keluarga menyebabkan lansia suka melamun; murung, memberontak dan
bertingkah laku yang aneh.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa lansia mempunyai perbedaan
psikhis, baik dalam perasaan, berfikir, berkehendak dan dalam menghadapi kenyataan dan
perlakuan psikhis juga dipengaruhi oleh banyak faktor.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Wredha Budi Dharma Kota Yogyakarta

2. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah seluruh penghuni lansia di Panti Wredha Budi Dharma kota
Yogyakarta berjumlah 60 orang.
Sampel Penelitian berjumlah 20 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik yaitu :
a. Teknik observasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan observasi langsung ke
lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi psikhis dan faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan jalan mengamati dan mencatat secara langsung
b. Wawancara
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan responden,
menggunakan pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dokumen yang dilakukan melalui pemecahan dokumen yang
berkaitan untuk mendukung dalam analisis
4. Sumber Data adalah lansia, pengelola panti dan pramurukti
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu suatu
analisis data dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan keadaan obyek penelitian
berdasarkan faktor yang ada kemudian pemaknaan data yang disesuaikan dengan makna
yang terkandung didalamnya secara obyektif (Hadari Nawawi, 1998: 73)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Panti Wrehda Budi Dharma adalah tempat pelayana.n sosial milik pemerintah kota
Yogyakarta yang bertujuan untuk menampung lansia atau orang jompo terlantar. Panti ini
beriokasi di desa Ponggahan UH 7/203 RT 14 RW V Yogyakarta, sebuah tempat yang dibilang
nyaman, asri dan tenang jauh dari kota. Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta dihuni oleh 57
orang lansia, seorang kepala panti, 6 orang pengurus, 4 orang pramurukti, 3 orang juru masak
dan seorang penggali kubur. Lansia yang tinggal di Panti Wredha Budi Dharma Yogyakarta
adalah lansia yang berumur 60 tahun ke atas. Lansia-lansia tersebut berasal dari berbagai daerah
yaitu Sulawesi, Sumatera, Medan, Jakarta dan Jawa. Mereka adalah lansia yang terlantar tidak
mempunyai keluarga dan tempat tinggal serta dari keluarga yang tidak mampu. Perbedaan
daerah asal membawa pengaruh terhadap kebiasaan, gaya bicara dan tingkah lakunya, di
samping latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu lansia juga berpengaruh dalam
segala perbuatannya.
Penampilan lansia secara fisik menunjukkan perbedaan pula, baik dalam berpakaian,
berbicara dan bertindak. Dalam berpakaian ada yang rapi, bersih, tetapi ada yang kotor, lusuh
dan sekenanya, sedang dalam berbicara ada yang keras, sopan, pelan, lembut. Sikap gotong
royong dan kerja sama dari para lansia sangat kuat dan nampak sekali dalam perilaku setiap hari
dalam membantu lansia yang sudah tidak bisa apa-apa. Para lansia diberikan berbagai macam
kegiatan keterampilan selama tinggal di panti. Kegiatan keterampilan diberikan sesuai dengan
kegiatan lain yaitu pengajian, senam, kerja bakti, kegiatan keterampilannya membuat sapu, sulak
dan anyaman dari rotan.
Kondisi Psikhis Para Lansia

Perubahan yang tejadi pada setiap orang yang sudah tua adalah kemunduran mental atau
psikhis dan fisiknya juga semakin tidak sehat. Psikhis lansia mengalami perubahan cenderung
emosional atau mudah marah, tersinggung.
Keadaan psikhis lansia ditandai dengan kemunduran mentalnya, mengalami regresi yaitu
suatu tingkah laku mundur seperti anak kecil. Tingkah laku mundur tersebut ditandai dengan
perilaku manja, iri, cengeng, suka mengadu, menangis dan sebagainya, pokoknya seperti
perilaku anak kecil saja.
Kondisi psikhis lansia adalah mengalami dimensia atau pikun, yaitu mudah lupa terhadap
sesuatu yang baru saja dilakukan dan peristiwa yang baru saja mereka alami atau lihat. Lansia di
panti ini sering sekali lupa kegiatan sehari-harinya, lupa hari, lupa inti pembicaraan dalam
pengajian.
Kondisi psikhis lansia adalah mengalami ilusi atau salah tangkap, pada lansia dalam
menyapa, memanggil sering salah dia mengira temannya tetapi bukan, salah tangkap dalam
pembicaraan orang lain. Apa yang diterima terkadang meleset dari apa yang sebenarnya
dibicarakan.
Kondisi psikhis lansia adalah mengalami delusi yaitu adanya anggapan bahwa segala di
sekitmya adalah jelek, baik tanggapan terhadap lingkungan, orang-orang di sekitarnya semua
jelek. Penelitian di panti ditemukan ada lansia yang sudah merasa nyaman tinggal di panti dan
orang di sekitar dianggap baik-baik saja, tetapi ada yang baik dan ada yang jelek.
Kondisi psikhis lansia adalah mengalami neurasthenia yaitu suatu perasaan dimana orang
merasa letih, lelah dan sensitif terhadap cahaya ataupun suara. Hal ini juga ditemukan pada
lansia di panti ini, mereka mudah lelah, letih dan silau di siang hari dan merasa mudah kaget
dengan suara agak keras, tetapi sebagian kecil yang mengaku penglihatan dan pendengarannya
masih baik. Secara keseluruhan para lansia di sini masih baik dalam penglihatannya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Psikis Lansia
Perbedaan individual. Setiap individu adalah unik, masing-masing mempunyai kepribadian
yang berbeda yang dapat mencirikan karakter sendiri. Pada seseorang kepribadiannya akan
mempengaruhi perilakunya sendiri. Para lansia pada kondisi psikhispun juga berbeda-beda ada
lansia emosinya tinggi, rendah ataupun sedang. Ilusi, delusi, regresipun juga berbeda-beda. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan individual pada para lansia.
Keadaan fisik lansia. Keadaan fisik lansia mengalami suatu perubahan berupa menurunnya
kondisi kesehatan dan fungsi alat indera terutama kurangnya pendengaran maupun penglihatan.
Perubahan fisik para lansia mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam menerima
rangsang dari luar yaitu salah tangkap (ilusi), emosi. Perubahan fisik menjadikan para lansia
tidak percaya diri.
Kemunduran mental. Kemunduran mental seseorang dalam menghadapi masa tua yang
penuh dengan permasalahan dan kemunduran mental sebagai suatu perubahan psikhis lansia
sehingga membuat lansia cepat emosi, sensitif.
Latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Kehidupan sosial seseorang akan
berpangaruh dalam kondisi psikhis seseorang termasuk lansia. Pengalaman masa lalu termasuk
asal-usulnya menentukan kondisi psikhis pada emosinya. Termasuk latar beiakang ekonominya
sangat memberi nuansa kondisi psikhis para lansia. Lansia yang ekonominya cukup dapat
memenuhi kebutuhannya sehingga emosi stabil tetapi sebaliknya bagi lansia yang kurang
ekonominya emosinya akan terpicu memanas. Latar beiakang pendidikannya juga dapat
mempengaruhi kondisi psikhis para lansia. Lansia yang punya latar pendidikan atau pengetahuan

banyak akan dapat menggunakan rasio daripada perasaan/emosi dalam bertindak.


Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi psikhis lansia ditandai dengan
adanya ciri-ciri emosional yaitu mudah marah dan tersinggung, regresi yaitu tingkah laku
kembali seperti anak kecil, ilusi yaitu salah tangkap terhadap obyek apapun, delusi yaitu
anggapan bahwa segala disekitarnya jelek, dimensia yaitu pikun atau mudah lupa, dan
neurasthenia yaitu merasa letih, lelah, sensitif terhadap cahaya dan suara. Kondisi psikhis
lansia selalu mempunyai keinginan untuk dihargai, diperhatikan, ditemani, dirawat, dilayani
oleh keluarganya.
Kondisi psikhis lansia yang tinggal di panti Wredha Yogyakarta berbeda-beda. Masingmasing dipengaruhi oleh perbedaan individual, kepribadian, keadaan fisik dan kondisi
kesehatan, kemunduran mental, faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor pendidikan.
2. Saran
Bagi panti Wredha, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana untuk
mengenali kondisi psikhis para lansia dan faktor-faktor yang mepengaruhi sehingga dapat
meningkatkan pelayanannya lebih baik lagi.
Bagi para pengelola dan pramurukti di Panti Wredha, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pemahaman pada lansia untuk dapat merawat sesuai kondisi
psikhisnya sehingga para lansia akan merasa nyaman.
Daftar Pustaka
Hurlock Elizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendektan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Hadari Nawawi. 2001. Metode Perielitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Lexy J. Moleong. 2000. Penelitian Kualitatif. Bandung: Rodakarya.
Siti Partini S. 2000. Lansia dan Permasalahanya. Yogyakarta: Puslit Studi Lansia
Tribowo. 1999. Usia dan Permasalahannya. Yogyakarta: Puslit Studi Lansia.
UU No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Jcetentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Jakarta:
Lembaran Negara.
Vembriarto. 1997. Sosiologi Pendidikan : Yogyakarta: Yogyakarta Pendidikan Paramita.

You might also like