You are on page 1of 11

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1

Identitas

3.2

Nama
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Agama/Suku
No. Register
Tgl. Pemeriksaan

: Ny. R
: Perempuan
: 83 tahun
: Pakis Kembang RT 4/4 Malang
: Ibu Rumah Tangga
: Islam/Jawa
: 11084551
: 2 Agustus 2013

Anamnesa (Autoanamnesa)

3.2.1 Keluhan utama


Keluhan utama pada pasien ini adalah bengkak sejak 2 hari yang lalu..
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan tersebut disertai dengan bengkak yang semakin membesar, mata merah (+),
cekot-cekot (+), nerocoh (+) terutama bila terkena angin, keluar sekret (+) sekret berupa belek
(kotoran mata) dan air mata (terutama apabila ditekan), Sakus lakrimalis akan terlihat edema,
lunak dan hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien, demam (-), pilek lama
(-), sakit gigi (-), penurunan penglihatan (+), silau (-), nyeri di mata (-)
3.2.3 Riwayat Terapi
Tidak diberikan pengobatan selama 2 hari ini sejak bengkak.
Riwayat penyakit serupa (+) tahun 2012 dan 3 bulan yang lalu dan diberi LFX dan Timol,
hanya diberi sekali namun dihentikan karena keluarga takut memperparah penyakit jantung
nya.
3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa, hanya bengkak biasa (tidak sebesar saat ini) pada tahun 2012
dan 3 bulan yang lalu.
Pasien memiliki penyakit jantung (+), hipertensi (+), Diabetes Melitus (-)
Riwayat memakai kacamata minus (+) tapi pasien sudah lama tidak menggunakan
kacamata (lupa minus berapa)

3.3 Pemeriksaan Fisik

LP (-)

VISUS
POSISI BM

1/300

Orthophoria
GERAKAN BM

Oedem (+), spasme (+)


CI (-), PCI (-)
Jernih

dbn
Dalam

PALPEBRA
CONJUNCTIVA
CORNEA

SKLERA

Oedem (-), spasme (-)


CI (-), PCI (-)
Jernih

dbn

C.O.A.

Dalam

Rubeosis iridis
Bulat, 3mm, RP (+)

IRIS
PUPIL

Rad line (+)


Bulat, 3mm, RP (+)

Keruh tidak rata

LENSA

Keruh tidak rata

n/p
Tidak dilakukan (infeksi)

TIO
FUNDUSKOPI

n/p
FR (+), Detail sde

3.5 Planning Diagnosa

Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, faal hemostasis, kimia darah)

3.6 Diagnosa
OD Dacryocystisis chronic dengan komplikasi selulitis preseptal + katarak immature
OS katarak immature
3.7 Rencana Terapi

Cefadroxyl 2 x 500 mg
Na Diclofenac 2 x 500 mg
Levofloxacin e.d 8x1 OD
Eyefresh ed 6 x 1 OD
Kontrol tanggal 13 Agustus 2013

3.8 Rencana Monitoring


Visus
Keluhan subyektif
Tanda-tanda komplikasi
3.9 KIE

Menjelaskan kepada pasien diagnose penyakit mata yang dideritanya


Memberitahukan kepada pasien bahwa bengkak yang terdapat pada mata kanannya

dikarenakan oleh adanya peradangan pada sakus lakrimalis


Menjelaskan kepada pasien mengenai rencana terapi yang akan diberikan.
Menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada dacryocystitis

3.10 Prognosis
Ad visam dubia et bonam
Ad sanam dubia et bonam
Ad kosmeticam dubia et bonam
Ad vitam dubia et bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

KASUS

TEORI

Pasien Ny. R / 40 tahun datang ke Poli

Hal ini berarti terdapat suatu reaksi inflamasi pada

Anamnesa
mata RSSA pada tanggal 2 Agustus mata kanan pasien, salah satunya disebabkan
2013 dengan keluhan mata kanan peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya
bengkak. Bengkak dirasakan semakin obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi
membesar sejak 2 hari yang lalu.

pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan


penumpukan air mata, debris epitel, dan cairan
mukus sakus lakrimalis yang merupakan media
pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Selain keluhan cekot cekot, disertai Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air
juga dengan mata merah, nerocoh, mata dan kotoran. Pada dakriosistitis akut, pasien
keluar sekret berupa belek (kotoran akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial
mata) dan air mata (terutama apabila

(epifora) yang menyebar ke daerah dahi, orbita

ditekan),

sebelah dalam dan gigi bagian depan. Sakus

terlihat

bagian
edema,

sakus

lakrimalis

hiperemi

yang lakrimalis akan terlihat edema, lunak dan hiperemi

menyebar sampai kelopak mata

yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien


juga mengalami demam. Jika sakus lakrimalis
ditekan,

maka

yang

keluar

adalah

sekret

mukopurulen
Gejala yang ditemukan pada pasien untuk kasus ini
sudah sesuai, karena sebagian besar gejala untuk
dacryosistitis sudah terpenuhi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
untuk

fisik

memeriksa

yang
ada

digunakan
tidaknya

obstruksi pada duktus nasolakrimalis

Pemeriksaan fisik yang digunakan untuk memeriksa


ada tidaknya obstruksi pada duktus nasolakrimalis
adalah

dye

clearance

test

dissapearence
dan

John's

test,
dye

fluorescein
test.

Ketiga

pemeriksaan ini menggunakan zat warna fluorescein


2% sebagai indikator. Sedangkan untuk memeriksa
letak obstruksinya dapat digunakan probing test dan
anel test.
Sekret berupa belek (kotoran mata)

Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada

dan air mata terutama apabila sakus

dakriosistitis.
melakukan

lakrimalis dipijat

Hal

ini

pemijatan

dapat
pada

diketahui
sakus

dengan

lakrimalis

Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi
pada sakus lakrimalis, sehingga yang keluar

hanyalah air mata yang berlebihan.


Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan
yang bersifat mukus, mukopurulen, atau
purulent

tergantung

pada

organisme

penyebabnya.
Tahap Sikatrik

Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata


maupun pus lagi. Hal ini dikarenakan sekret yang
terbentuk

tertahan

di

dalam

sakus

sehingga

membentuk suatu kista.

Bagian sakus lakrimalis terlihat edema,


hiperemi

yang

menyebar

sampai

kelopak mata (Selulitis Preseptal)

Komplikasi yang terjadi pada pasien ini adalah


selulitis preseptal. Selulitis preseptal adalah infeksi
pada jaringan subkutan di anterior septum orbital.
Selulitis preseptal harus dibedakan dengan selulitis
orbita karena meskipun memiliki gejala yang hampir
serupa,

penatalaksanaan

mungkin

terjadi

dari

dan

kedua

komplikasi
keadaan

yang

tersebut

berbeda.
Jalur masuk infeksi sendiri dapat dibagi menjadi:
- Infeksi eksogen, misalnya seperti trauma atau
gigitan serangga
- Penyebaran infeksi jaringan sekitar seperti sinusitis,
dakriosistisis, atau
hordeolum
- Infeksi endogen, berasal dari penyebaran infeksi
dari tempat yang jauh seperti

saluran napas atas melalui rute hematogen.


Pada

pasien

ini

Dacriocystitis

menyebabkan

penyebaran infeksi jaringan sehingga menyebabkan


inflamasi pada jaringan subkutan di anterior septum
orbita.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin Pemeriksaan
dibutuhkan

penunjang

juga

memiliki

peranan

penting dalan penegakkan diagnosis dakriosistitis.


CT scan sangat berguna untuk mencari tahu
penyebab obstruksi pada dakriosistitis terutama
akibat

adanya

suatu

massa

atau

keganasan.

Dacryocystography (DCG) dan dacryoscintigraphy


sangat berguna untuk mendeteksi adanya kelainan
anatomi pada sistem drainase lakrimal
Dakriosistography
Lokasi obstruksi yang tepat dikonfirmasi dengan
menyuntikkan pewarna radiopak ke dalam sistem
nasolakrimal (fakriosistogram) kemudian digunakan
sinar X untuk mengikuti passase zat pewarna melalui
sistem
Diagnosa
OD

Dacryocystisis

chronic

dengan Berdasarkan gejala yang diperoleh dari anamnesa

komplikasi selulitis preseptal + katarak serta hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan, maka
immature
OS katarak immature

diagnosa kasus ini telah sesuai yaitu Dacryosistisis


kronis dengan komplikasi selulitis preseptal. +
katarak imature

Terapi
Cefadroxyl 2 x 500 mg

Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan


sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat
bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding
sel bakteri.

Na Diclofenac 2 x 500 mg

Merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid


yang mempunyai efek antiinflamasi, analgesik, dan

antipiretik.
Eyefresh ed 6 x 1 OD

Sebagai pembasah atau lubricants pada mata yang


kering dan berfungsi untuk mempertahankan agar
permukaan mata tetap basah. Mengurangi rasa tidak
nyaman karena iritasi mata ringan, terkena angin dan
sinar matahari.

Levofloxacin e.d 8x1 OD

Levofloxacin

merupakan

antibiotik

golongan

quinolone. Diberikan topical untuk mengeradikasi


bakteri local.
Pembedahan

Penatalaksaan dakriosistitis dengan pembedahan


bertujuan

untuk

mengurangi

angka

rekurensi.

Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada


dakriosistitis adalah dacryocystorhinostomy (DCR).
Di mana pada DCR ini dibuat suatu hubungan
langsung antara sistem drainase lakrimal dengan
cavum nasal dengan cara melakukan bypass pada
kantung air mata.
Prognosa
Ad visam dubia et bonam
Ad functionam dubia et bonam
Ad kosmeticam dubia et bonam
Ad vitam dubia et bonam

Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika


namun masih berpotensi terjadi kekambuhan jika
obstruksi

duktus

nasolakrimalis

tidak

ditangani

secara tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia


ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan
baik itu dengan dakriosistorinostomi eksternal atau
dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat
jarang terjadi sehingga prognosisnya dubia ad
bonam

BAB V
PENUTUP

Pasien Ny. R / 40 tahun datang ke Poli mata RSSA pada tanggal 2 Agustus 2013 dengan
keluhan mata kanan bengkak. Pada pasien ini diagnosa ditegakkan dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan bengkak dirasakan
semakin membesar sejak 2 hari yang lalu. Terdapat mata merah pada mata sebelah kanan,
pasien juga merasa cekot-cekot pada mata sebelah kanan. Pasien mengeluh matanya
mengeluarkan air mata terus (nerocoh) terutama bila terkena angin, terdapat sekret yang keluar
dari mata sebelah kanan yang berupa belek (kotoran mata) dan air mata terutama apabila
sakus lakrimalis ditekan. Sakus lakrimalis terlihat edema, lunak dan hiperemi yang menyebar
sampai ke kelopak mata dan pasien. Pasien tidak mengeluh nyeri di bagian mata. Riwayat

demam, pilek lama, sakit gigi tidak ditemukan pada pasien. Pasien juga tidak mengeluh silau.
Terdapat penurunan penglihatan pada pasien, mata yang kanan lebih kabur daripada mata
yang kiri. Kaburnya penglihatan pada pasien terjadi secara progresif, dan tidak muncul secara
tiba-tiba. Pasien tidak diberikan pengobatan selama 2 hari ini sejak bengkak. Riwayat penyakit
serupa sejak tahun 2012 dan 3 bulan yang lalu dan diberi LFX dan Timol, hanya diberi sekali
namun dihentikan karena keluarga takut memperparah penyakit jantung nya. Pasien memiliki
penyakit jantung dan hipertensi, sedangkan tidak ada riwayat diabetes melitus pada pasien ini.
Riwayat memakai kacamata minus didapatkan tapi pasien sudah lama tidak menggunakan
kacamata (lupa minus berapa).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan visus pada kedua mata menurun yaitu LP (-) pada
mata kanan dan 1/300 pada mata kiri. posisi dan gerakan kedua bola mata normal, didapatkan
spasme maupun edema pada palpebra mata kanan,sedangkan mata kiri tidak. Tidak
didapatkan Cl dan PCl pada konjungtiva kedua mata, kornea pada mata kanan dan kiri jernih
COA kedua mata dalam, iris mata kiri radline sedangkan terdapat rubeosis iridis pada mata
kanan. Pupil kedua mata bulat dengan diameter 3mm dengan RP(+), lensa mata kanan keruh
tidak rata, sedangkan lensa pada mata kiri juga didapatkan kekeruhan yang tidak merata.
Pemeriksaan TIO didapatkan n/p pada kedua mata.
Pada pasien ini diberikan Cefadroxyl sebagai antibiotika semisintetik golongan
sefalosforin untuk pemakaian oral, Levofloxacin, antibiotik golongan quinolone. Diberikan topical
untuk mengeradikasi bakteri local. Selain itu diberikan Na Diclofenac sebagai antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik dan juga Eyefresh sebagai pembasah atau lubricants pada mata yang
kering dan berfungsi untuk mempertahankan agar permukaan mata tetap basah. Mengurangi
rasa tidak nyaman karena iritasi mata ringan, terkena angin dan sinar matahari. Sumbatan
duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara pembedahan jika sudah tidak radang lagi.
Akan tetapi adanya dakriosistitis merupakan kontraindikasi untuk melakukan tindakan bedah
membuka bola mata seperti operasi katarak, glaucoma karena dapat menimbulkan infeksi
intraocular seperti endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi terjadi
kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara tepat, sehingga
prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu dengan
dakriosistorinostomi eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang
terjadi sehingga prognosisnya dubia ad bonam

You might also like