You are on page 1of 3

II.

Ambliopia Anisometropia
Ambliopia anisometropia merupakan jenis ambliopia terbanyak kedua setelah ambliopia
strabismus. Ambliopia anisometropia berkembang ketika terjadi kelainan refraksi yang tidak
sama pada dua mata yang

menyebabkan bayangan pada satu retina tidak fokus secara

berkesinambungan. Kondisi ini sebagian dihasilkan dari efek langsung bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang dipengaruhi dan sebagian dari kompetisi
interocular atau hambatan yang sama (tapi tidak perlu identik) bertanggungjawab untuk
ambliopia strabismus. Secara relatif hiperopia derajat ringan atau anisometropia astigmat (1-2 D)
dapat memicu ambliopia ringan. Anisometropia miopia ringan (kurang dari -3 D) biasanya tidak
menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (-6 D atau lebih) sering menghasilkan
kehilangan penglihatan ambliopia berat. Kalau strabismus ada, mata anak dengan ambliopia
isometrik terlihat normal pada keluarga dan dokter layanan primer, secara khas menyebabkan
terlambat dideteksi dan diobati.3
II.3. Diagnosis
Ambliopia didiagnosis ketika penurunan ketajaman penglihatan tidak dapat dijelaskan
berdasarkan abnormalitas pemeriksaan fisik dan ditemukan berkaitan dengan penemuan kondisi
yang bisa menyebabkan ambliopia. Karakteristik penglihatan tidak dapat dibedakan secara nyata
antara ambliopia dengan kehilangan penglihatan lainnya. Sebagai contoh crowding phenomenon
bukan suatu patognomonik pada ambliopia.3
Beberapa pemeriksaan digunakan untuk menegakkan diagnosis dan derajat ambliopia.
Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sampai usia 9 tahun
perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk melakukan perawatan. Pemeriksaan kedudukan
mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.
1. Penilaian ketajaman penglihatan
a. Ketajaman penglihatan jauh
b. Ketajaman penglihatan dekat
2. Tes crowding phenomenon

Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu
persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka satu persatu dan pasien diminta
membaca sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan ketajaman penglihatan dari huruf
isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada mata tersebut.
Mata ini menderita ambliopia.
3. Uji densiti filter netral
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada
dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan
dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter densiti netral) tidak akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanya
sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan berkurang satu
baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut ambliopia organik maka tajam
penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter tersebut.
4. Uji Worths Four Dot
Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal,
supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kacamata dengan filter merah pada mata
kanan dan filter biru pada mata kiri lalu melihat pada objek 4 titik dimana satu berwarna merah,
2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata
kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh
mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat sebagai lampu
campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata juling akan tetapi telah terjadi
korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah
bila mata dominan kanan atau 3 hijau bila mata kiri dominan. Bila terlihat 5 titik (3 merah dan 2
hijau yang saling bersilangan) berarti mata dalam keadaan eksotropia dan bila tidak bersilangan
berarti mata berkedudukan esotropia.

3. American Academy Ophtalmology. 2011-2012. Pediatric Ophtalmology. San Fransisco.

You might also like