Professional Documents
Culture Documents
Sistem Limfatik
Jalur tambahan cairan dari ruang interstitial ke dalam darah
Dapat mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar dari jaringan yang
tidak dapat dipindahkan dengan proses absorpsi langsung ke dalam kapiler
reabsor
Kapiler Limfe dan permeabilitasnya
psi
Cairan merembes dari ujung arteriol kapiler darah
ke dalam ujung vena
dari kapiler darah
kembali ke darah melalui sistem limfatik dan bukan melalaui
kapiler vena
Cairan kembali ke limfe 2-3 liter/hari
Cairan Limfe
Cairan limfe berasal dari cairan interstitial yang mengalir ke dalam sistem limfatik
Cairan limfe yang masuk ke pembuluh limfe, komposisinya hampir sama dengan
cairan interstitial.
Sistem limfatik jalur utama untuk reabsorpsi zat nutrisi dari saluran cerna (terutama
absorpsi lemak tubuh)
Peran Sistem Limfatik
Peran sentral dalam mengatur :
1. Konsentrasi protein dalam cairan interstitial
Protein terus keluar dari kapiler darah lalu msuk ke dalam interstitium. Jika
asa protein yang bocor kembali ke sirkulasi melalui ujung-ujung vena kapiler
darah
Protein berakumulasi di cairan interstitial
peningkatan tekanan osmotik
koloid cairan interstitial
2. Volume cairan interstitial
Peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstitial menggeser
keseimbangan daya pada membran kapiler darah dalam membantu filtrasi
cairan ke dalam interstitium
Sehingga terjadi peningkatan volume cairan interstitial dan tekanan cairan
interstitial
3. Tekanan cairan interstitial
Meningkatnya tekanan cairan interstitial membuat terjadinya peningkatan
kecepatan aliran limfe sehingga membawa keluar kelebihan volume cairan
interstitial dan kelebihan protein terakumulasi dalam ruang interstitial.
hubungan tekanan koloid dengan tekanan hidrostatik
1. Tekanan darah kapiler (Pc)
Adalah tekanan cairan atau hidrostatik darah yang bekerja pada bagian dalam dinding kapiler.
p interstisium. Ditingkat kapiler, tekanan darah rata-rata telah turun secara substansial karena
adanya gesekan di arteriol beresistensi tinggi di bagian hulu.
2. Tekanan osmotik koloid plasma (P) atau tekanan onkotik
Adalah suatu gaya yang disebabkan oleh dispersi koloid protein-protein plasma. Tekanan ini
mendorong pergerakan cairan ke dalam kapiler. Karena protein plasma tetap berada di
plasma, dan tidak masuk ke cairan interstisium, maka terdapat perbedaan konsentrasi protein
dan konsentrasi air antara plasma dan cairan interstisium.
Plasma memiliki konsentrasi protein yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil
daripada di cairan interstisium.
Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong air dari daerah dengan
konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke daerah dengan konsentrasi air rendah (atau
konsentrasi protein lebih tinggi) di plasma. Tekanan osmotik koloid plasma rata-rata adalah
25 mmHg.
3. Tekanan hidrostatik cairan interstisium (PIF)
Adalah tekanan cairan yang bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium.
Tekanan ini cenderung mendorong cairan masuk kedalam kapiler.
4. Tekanan osmotik koloid cairan interstisium (IF)
Sebagian kecil protein plasma yang bocor keluar dinding kapiler dan masuk ke ruang
interstisium dalam keadaan normal dikembalikan ke darah melalui system limfe. Maka,
konsentrasi protein dalam cairan interstisium sangat rendah, dan tekanan osmotik koloid
cairan interstisium mendekati nol.
Namun, apabila protein plasma secara patologis bocor ke dalam cairan interstisium, proteinprotein yang bocor menimbulkan efek osmosis yang cenderung mendorong perpindahan
cairan ke luar dari kapiler ke dalam cairan interstisium.
Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler
adalah tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium.
Dan dua tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah
tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik cairan interstisium.
Arteriol sangat berotot dan diameternya dapat berubah beberapa kali lipat.
Metarterioltidak
mempunyai lapisan
otot yang
bersambungan,
namun mempunyai serat-seratotot polos yang mengelilingi pembuluh darah pada titiktitik yang bersambungan.
Pada titik dimana kapiler murni berasal dari metarteriol, serat otot polos
mengelilingikapiler yang disebut dengan Sfingter prekapiler yang dapat membuka dan
menutup jalan masuk ke kapiler.
Hukum starling : kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara kapiler dan
jaringan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan osmotik masing masing kompartemen.
Hipotesis starling pada edema
Peningkatan tekana hidrosatik kapiler
Penurunan tekanan osmotik plasma
Peningkatan permeabilitas membran kapiler
Obstruksi saluran limfe
Retensi natrium
Faktor yang mempengaruhi perpindahan cairan menembus dinding kapiler:
1. Tekanan darah kapiler (Pc)
Adalah tekanan cairan atau hidrostatik darah yang bekerja pada bagian dalam dinding kapiler.
p interstisium. Ditingkat kapiler, tekanan darah rata-rata telah turun secara substansial karena
adanya gesekan di arteriol beresistensi tinggi di bagian hulu.
2. Tekanan osmotik koloid plasma (P) atau tekanan onkotik
Adalah suatu gaya yang disebabkan oleh dispersi koloid protein-protein plasma. Tekanan ini
mendorong pergerakan cairan ke dalam kapiler. Karena protein plasma tetap berada di
plasma, dan tidak masuk ke cairan interstisium, maka terdapat perbedaan konsentrasi protein
dan konsentrasi air antara plasma dan cairan interstisium.
Plasma memiliki konsentrasi protein yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil
daripada di cairan interstisium.
Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong air dari daerah dengan
konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke daerah dengan konsentrasi air rendah (atau
konsentrasi protein lebih tinggi) di plasma. Tekanan osmotik koloid plasma rata-rata adalah
25 mmHg.
3. Tekanan hidrostatik cairan interstisium (PIF)
Adalah tekanan cairan yang bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium.
Tekanan ini cenderung mendorong cairan masuk kedalam kapiler.
4. Tekanan osmotik koloid cairan interstisium (IF)
Sebagian kecil protein plasma yang bocor keluar dinding kapiler dan masuk ke ruang
interstisium dalam keadaan normal dikembalikan ke darah melalui system limfe. Maka,
konsentrasi protein dalam cairan interstisium sangat rendah, dan tekanan osmotik koloid
cairan interstisium mendekati nol.
Namun, apabila protein plasma secara patologis bocor ke dalam cairan interstisium, proteinprotein yang bocor menimbulkan efek osmosis yang cenderung mendorong perpindahan
cairan ke luar dari kapiler ke dalam cairan interstisium.
Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler
adalah tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium.
Dan dua tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah
tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik cairan interstisium.
ETIOLOGI KELEBIHAN VOLUME CAIRAN EKSTRASEL
FAKTOR
AKIBAT
KONDISI KLINIS
Tekanan hidrostatik
plasma
kapiler
meningkat
Gagal jantung
Gagal ginjal
Obstruksi vena
Kehamilan
Infeksi bakteri
Reaksi alergi
Luka bakar
Penyakit ginjal akut :
nefriris
Gagal jantung
Gagal ginjal
Sirosis hati
Trauma (fraktur, operasi,
Tekanan hidrostatik
plasma
kapiler
meningkat
Tekanan osmotik
koloid
plasma
menurun
Permeabilitas kapiler
meningkat
Retensi
meningkat
Natrium
Gagal jantung
Gagal ginjal
Obstruksi vena
Kehamilan
Malnutrisi
Diare kronik
Luka bakar
Sindroma nefrotik
Sirosis
Drainase
menurun
limfatik
luka bakar)
Peningkatan
produksi
hormon kortikoadrenal :
(aldosteron,
kortison,
hidrokortison)
Obstruksi limfatik (kanker
sistem limfatik)
Edema di kapiler terjadi bila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler yang
memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan intersitium di
sekitarnya terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan tekanan
cairan intersitium yang menurunkan tekanan ke arah dalam sementara peningkatan
tekanan osmotik koloid cairan intersitium yang disebabkan oleh kelebihan protein di
cairan intersitium meningkatkan tekanan ke arah luar edema lokal.
Edema terjadi di limfe bila terjadi penyumbatan pembuluh limfe karena kelebihan
cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan intersisium dan tidak dapat dikembalikan
ke dalam melalui sistem limfe.
a. Definisi edema
Pembengkakan yang dapat diraba akibat penambahn cairan intersisial.
Perubahan hemodinamik dalam kapiler-keluarnya intravaskuler kedalam jaringan intersisial
Edema adalah pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium . Penimbunan
terjadi ketika salah satu gaya yang bekerja melintasi dinding kapiler menjadi abnormal karena
suatu hal.
(sherwood)
b. Gejala edema
Bengkak, mengkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali seperti semula
Berat badan naik, penambahan 2% kelebihan ringan, penambahan 5% kelebihan sedang,
penambahan 8% kelebihan berat
Adanya bendungan vena di leher
Pemendekan nafas dan dalam, penyokong darah (pulmonary)
Perubahan mendadak pada mental dan abnormalitas tanda saraf, penahanan pernapasna
(pada edema cerebral yang berhubungan DKA)
Nyeri otot yang berkaitan dengan pembengkakan
Peningkatan tekanan vena (>11 cm H2O)
Efusi pleura
Denyut nadi kuat
Edema perifer dan periorbita
Asites
Pitting Oedema pasa hipotiroidi
c. Jenis edema
Edema dapat dibedakan menjadi:
a. Edema lokalisata (edema lokal)
Hanya tebatas pada organ/pembuluh darah tertentu. Terdiri dari :
Ekstremitas (unilateral), pada vena atau pembuluh darah limfe
Ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah
Muka (facial edema)
Asites (cairan di rongga peritoneal)
Hidrotoraks (cairan di rongga pleura)
b. Edema Generalisata (edema umum)
Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh pasien.
Biasanya pada :
Gagal jantung
Sirosis hepatis
Gangguan ekskresi
Edema pitting mengacu pada perpindahan air interstitisial oleh tekanan jari pada kulit yang
meninggalkan cekungan. Setelah tekanan dilepas beberapa menit cekungan tersebut akan
kembalik kekeadaan semula.
Edema non-pitting terlihat pada area lipatan kulit yang longgar seperti ruang periobrital pada
wajah. Dapat terjadi setelah trombosit vena khususnya vena superfisial. Edema persisten
menimbulkan perubahan trofik pada kulit dan dapat berlanjut sampai dematitis statis dan
ulkus yang sembuhnya lambat.
Sumber : DR. Jan Tambayong Patofisiologi
Edema kardial terjadi karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah
terganggu pada penderita payah jantung. Peningkatan ke arah luar dinding
kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Kegagalan jantung ini sering dikaitkan dengan pengurangan curah
jantung dan pengurangan aliran darah ginjal. Pengurangan tekanan perfusi
mengawali aksis renin angiotensi aldosteron yang mengakibatkan ion retensi
air natrium dan air dalam ginjal.
Edema postural terjadi pada orang yang terus menerus berdiri untuk waktu
yang cukup lama maka terjadi edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema
ini terjadi jika orang bergerak aktif karena aktivitas otot ikut memperlancar
aliran dalam pembuluh.
gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot, latihan, peningkatan curah
jantung
tekanan hidrostatik (HPc) meningkat
Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena.
contoh : pembengkakan di tungkai dan kaki yang pada masa kehamilan.
Uterus membesar menekan vena yang mengalirkan darah dari
ekstremitas bawah vena masuk ke rongga abdomen.
Pembendungan darah di vena
kaki terjadi edema regional di
ekstremitas bawah.
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler
Apabila permeabilitas bertambah mengakibatkan protein plasma akan keluar dari
kapiler sehingga tekanan koloid osmotik darah menurun dan sebaliknya tekanan
koloid cairan interstisium bertambah. Kesetidakimbangan ini mengakibatkan edema
lokal yang berkaitan dengan cedera misalnya lepuh dan alergi. Edema setempat akibat
bertambahnya permeabilitas kapiler yang disebabkan oleh radang disebut edema
inflamatoris sedangkan edema yang sering timbul dalam waktu singkat tanpa sebab
yang jelas sering terjadi pada anggota tubuh akibat alergi disebut edema
angloneurotik.
respon inflamasi, trauma
peningkatan OPi dan penurunan Opc
4. Hambatan pembuluh limfatik
filariasis limfatik, sumbatan kelenjar getah bening
peningkatan OPi
5. Obstruksi saluran limfe
Obstruksi saluran limfatik merupakan penyebab primer lain edema. Hal ini terjadi
karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak
dapat dikembalikan ke sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium
memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Sebagai akibatnya terjadi limfedema
dan biasanya terjadi secara lokal dan mungkin karena peradangan atau obstruksi
neoplasma. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu
penyakit parasit akibat nyamuk terutama pada daerah tropis.
Contoh:
Pada sirosis hepatis dan gagal jantung kongestif
Penyumbatan limfe lokal :
Di lengan wanita yang saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat
akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker
payudara.
Penyumbatan limfe yang lebih meluas :
Terjadi pada filariasis, penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk
banyak dijumpai di daerah tropis. Pada penyakit, cacing-cacing filaria kecil
menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe.
Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami
edema hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis, karena
ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.
Permeabilitas kapiler
Selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan tekanan hidrolik dalm intertisium.
HPc Selisih antara tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik dalam
intertisium
HPi
OPi
d. Penyebab edema