You are on page 1of 31

S U S I L O B U D I | M U H A M A D TA U F I Q | E L I N R O H M A N I N G S I H | R I C A Y U N I TA

A G U S T I N A PA G AT I K U

APLIKASI GIS UNTUK ANALISA EROSI


STUDI KASUS:

ANALISIS SPASIAL TINGKAT BAHAYA EROSI


DI WILAYAH DAS CISADANE
KABUPATEN BOGOR
Jurnal Oleh : TUTI HERAWATI
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

20

LATAR BELAKANG
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen
karena tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau
air pada permukaan tanah atau dasar perairan
(Poerbandono et al., 2006).
Laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat
sedimen.
Faktor eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah
hujan dan aliran air pada lereng DAS.

LATAR BELAKANG
Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring
merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi.
Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) secara kuantitatif
dapat menggunakan formula yang dirumuskan oleh
Wischmeier dan Smith (1978) berupa rumus Universal Soil
Loss Equation (USLE)

LATAR BELAKANG
Perhitungan TBE dengan rumus USLE sebelumnya lebih
banyak digunakan untuk skala plot, namun saat ini telah
juga digunakan untuk luasan lahan yang lebih besar.
Analisis TBE dalam hamparan lahan seluas DAS atau sub
DAS akan sangat efektif jika memanfaatkan teknologi
Geographical Information System (GIS).

TUJUAN PENELITIAN

UMUM
Memperoleh informasi besarnya tingkat bahaya erosi di DAS
Cisadane dengan menggunakan teknologi GIS.

KHUSUS
1. Mengidentifikasi tingkat bahaya erosi di DAS Cisadane
berdasarkan rumus USLE.
2. Menghitung luas wilayah dengan tingkat bahaya erosi
tinggi di DAS Cisadane.
3. Mengidentifikasi kecamatan di DAS Cisadane dengan
tingkat bahaya erosi tinggi.

LOKASI PENELITIAN

ALAT
Perangkat lunak ArcView GIS 3.2

METODE
PENELITIAN

BAHAN
- peta administrasi
- peta wilayah DAS
- Peta curah hujan
- Peta kelas lereng
- Peta jenis tanah
- Peta tutupan vegetasi

METODE PENELITIAN
Analisis TBE
menggunakan
rumus USLE dari Wischmeier
dan Smith (1978):

A = R x K x L x S
xCxP

Peta yang dibutuhkan :


peta curah hujan,
peta jenis tanah,
kemiringan,
peta
penutupan
lahan.

Keterangan :
A = Laju erosi tanah (ton/ha/tahun)
R = Indeks erosivitas hujan
K = Indeks erodibilitas tanah
L = Indeks panjang lereng
S = Indeks kemiringan lereng
C = Indeks penutupan vegetasi
P = Indeks pengolahan lahan atau
tindakan konservasi tanah

METODE PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN TBE

KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA EROSI

METODE PENELITIAN
PROSES PERHITUNGAN NILAI
INDEKS DARI SETIAP DATA PETA

INDEKS EROSIVITAS (R)


Diperoleh
dengan
cara
menghitung besarnya energi
kinetik hujan (Ek) yang
ditimbulkan oleh intensitas
hujan maksimum selama 30
menit (EI30).
Rumus :

EI30 = -8,79 + (7,01 x R)


dimana:
EI30 =
erosivitas hujan
R
= hujan
rata2

INDEKS ERODIBILITAS (K)


Menunjukkan
tingkat
kerentanan tanah terhadap
erosi, yaitu retensi partikel
terhadap pengikisan dan
perpindahan tanah oleh
energi kinetik air hujan.
Tekstur tanah yang sangat
halus akan lebih mudah hanyut
dibandingkan dengan tekstur
tanah yang kasar. Kandungan
bahan organik yang tinggi akan
menyebabkan nilai erodibilitas
tinggi.

METODE PENELITIAN
PROSES PERHITUNGAN NILAI
INDEKS DARI SETIAP DATA PETA

INDEKS PANJANG DAN


KEMIRINGAN LERENG (LS)
Terdiri dari dua komponen:
Faktor kemiringan
Faktor panjang lereng
Faktor
panjang
lereng
adalah jarak horizontal dari
permukaan
atas
yang
mengalir ke bawah dimana
gradien lereng menurun
hingga ke titik awal atau
ketika lim- pasan permukaan
(run off) menjadi terfokus
pada
saluran
tertentu
(Renard et al., 1997).

INDEKS PENUTUPAN
VEGETASI DAN
PENGOLAHAN LAHAN (CP)
Faktor penutupan lahan
menggambarkan
dampak
kegiatan
pertanian
dan
pengelolaannya pada tingkat
erosi tanah (Renard et al.,
1997).

METODE PENELITIAN
PROSES PERHITUNGAN NILAI
INDEKS DARI SETIAP DATA PETA

KELAS TINGKAT BAHAYA


EROSI
Hasil perhitungan nilai laju
erosi menggunakan rumus
USLE kemudian diklasifikasi
menjadi lima kelas, yaitu :
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat

METODE PENELITIAN
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan terhadap masingmasing jenis peta untuk memperoleh kelima
jenis
nilai
indeks yang diperlukan dalam
penghitungan tingkat bahaya erosi.
Setelah peta selesai diolah, proses berikutnya
adalah overlay seluruh peta menjadi satu peta
gabungan yang menghasilkan sebaran wilayah
berdasarakan nilai TBE masing-masing. Proses
overlay dilakukan dengan model konvensional
(Jaya, 2002;2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS EROSIVITAS (R)

PETA SEBARAN CURAH


HUJAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS EROSIVITAS (R)

Berdasarkan peta sebaran curah hujan


di wilayah DAS Cisadane dapat diketahui
bahwa rata-rata curah hujan bulanan
berkisar antara 17-30 cm.
Sebagian
besar wilayah memiliki rata-rata curah
hujan (CH) bulanan 25 cm.
Nilai curah hujan bulanan digunakan
sebagai
dasar
untuk
melakukan
perhitungan Indeks Erosivitas dengan
menggunakan rumus Utomo (1989)

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS ERODIBILITAS (K)

PETA JENIS
TANAH
DAS CISADANE

Nilai K mengacu pada hasil penelitian jenisjenis tanah di Pulau Jawa oleh Pusat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG (LS)

PETA KELAS
LERENG

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG (LS)

Faktor
LS
dapat
diturunkan
peta
persentase kemiringan lahan (S) yang
dihasilkan dari Peta Elevasi Digital
(Digital
Elevation
Map/DEM).
-Paningbatan, Jr (2001)
Persamaan:
1,33

LS = 0,2 S

Dimana :
S = kemiringan lereng

+ 0,1

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS PENUTUPAN VEGETASI DAN
PENGOLAHAN LAHAN (CP)

PETA TUTUPAN
LAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


INDEKS PENUTUPAN VEGETASI DAN
PENGOLAHAN LAHAN (CP)

Nilai C adalah perbandingan antara ratarata tanah tererosi dari suatu lahan
yang ditanami tanaman dan teknik
pengolahan tertentu terhadap rata-rata
tanah tererosi dari lahan yang tanpa
tanaman pada tanah, lereng, serta
curah hujan yang sama.
Semakin penutupan lahan
aktivitas
pertanian maka
semakin , dan sebaliknya.

akibat
nilai C

Nilai

dengan

diperoleh

HASIL DAN PEMBAHASAN


TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

Hasil overlay peta curah hujan, jenis


tanah, kelas lereng, dan tutupan lahan,
diperoleh hasil peta sebaran TBE di DAS
Cisadane
Dari peta dapat dilihat bahwa wilayah
DAS Cisadane sebagian besar masih
termasuk dalam kelas TBE 1 atau
Tingkat Bahaya Erosi SANGAT RINGAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN


TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

Peta
curah hujan

Peta
kelas lereng

Peta
jenis tanah

Peta
tutupan lahan
PETA TINGKAT BAHAYA
EROSI

HASIL DAN PEMBAHASAN


TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

PETA TINGKAT BAHAYA


EROSI

HASIL DAN PEMBAHASAN


TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

Daerah
seluas 27,15%
tidak dapat diketahui
nilai erosinya karena
adanya tidak ada data
penutupan lahan.
Sumber data untuk peta
penutupan lahan berasal
dari data citra, sehingga
kawasan
yang
tidak
teridentifikasi
tutupan
lahannya adalah daerah
tertutup awan.

LUAS WILAYAH DAS PER


KELAS TBE

HASIL DAN PEMBAHASAN


SEBARAN WILAYAH TBE

Untuk mengetahui sebaran wilayah


dengan TBE berat dan sangat berat,
maka dilakukan overlay peta hasil
analisis
TBE
dengan
peta
batas
Berdasarkan
kecamatan. kelas TBE, kecamatan yang
teridentifikasi
memiliki
luas
lahan
dengan tingkat bahaya erosi sangat
berat berturut-turut adalah :
- Tamansari (87 ha),
- Nang- gung dan
Ciawi (8 ha),
- Pamijahan (80 ha),
- Cigombong (7
ha),
- Tenjolaya (57 ha),
- Darmaga (4 ha),

HASIL DAN PEMBAHASAN


TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

PERSENTASE LUAS LAHAN TIAP


KELAS TBE

REVIEW JURNAL
Faktor P

Faktor P (pengelolaan lahan) atau


tindakan konservasi, dalam analisis ini
digunakan nilai P = 1 (tanpa tindakan
konservasi)
untuk
seluruh
lokasi
penelitian.
Hal tersebut tidak tepat. Nilai P
dipengaruhi
oleh
campur
tangan
manusia
terhadap
lahan
yang
bersangkutan seperti misalnya teras,
rorak,
pengelolaan
tanah
dan
sebagainya. Jadi, seharusnya nilai P
yang digunakan bervariasi disesuaikan
dengan aktivitas konservasi di lapangan

REVIEW JURNAL
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Peneliti menggunakan klasifikasi tingkat


bahaya
erosi
(TBE)
berdasarkan
Departemen Kehutanan (1998).

REVIEW JURNAL
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Seharusnya,
apabila
penentuan
klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE)
berdasarkan
Departemen
Kehutanan
(1998), klasifikasi TBE ini diberikan pada
tiap satuan lahan dengan menggunakan
informasi
kedalaman
tanah
dan
perkiraan erosi tahunan dari USLE.

REVIEW JURNAL
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Seharusnya,
apabila
penentuan
klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE)
berdasarkan
Departemen
Kehutanan
(1998), klasifikasi TBE ini diberikan pada
tiap satuan lahan dengan menggunakan
informasi
kedalaman
tanah
dan
perkiraan erosi tahunan dari USLE.

REVIEW JURNAL
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Seharusnya,
apabila
penentuan
klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE)
berdasarkan
Departemen
Kehutanan
(1998), klasifikasi TBE ini diberikan pada
tiap satuan lahan dengan menggunakan
informasi
kedalaman
tanah
dan
perkiraan erosi tahunan dari USLE.

You might also like