Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada
hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Seperti
halnya di negara berkembang lainnya, di Indonesia kekurangan gizi
merupakan masalah utama yang diketahui dapat menghambat laju
pertumbuhan nasional. FAO memperkirakan tahu 1999 sekitar 790 juta
penduduk dunia kelaparan. Sekitar 30% penduduk dunia yang terdiri dari
bayi, anak remaja, dewasa, dan manula menderita kurang gizi. Sekitar 50%
kematian pada bayi berkaitan dengan masalah kurang gizi (Devi, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Terdapat faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah penyakit infeksi dan
konsumsi makanan. Salah satu faktor langsung adalah kejadian infeksi
penyakit (morbiditas) yang erat kaitannya dengan pelayanan kesehatan.
Status
gizi
selalu
dikaitakan
dengan
berbagai
faktor
yang
gizi
balita
merupakan
salah
satu
indicator
yang
1.2
Rumusan Masalah
1 Apa definisi dan etiologi dari status gizi?
2. Bagaimana cara melaukan penilaian status gizi?
3. Bagaimana klasifikasi status gizi pada anak?
4. Bagaimana gejala gizi buruk pada anak?
5. Bagaimana penatalaksanaan gizi buruk pada anak?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari status gizi pada anak
2. Untuk mengetahui cara penilaian status gizi pada anak.
3. Untuk mengetahui klasifikasi status gizi pada anak.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis, penyebab, dan tata laksana anak
dengan gizi buruk.
5. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan akibat gizi buruk pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
tubuh
yang
mencerminkan
kesimbangan
antara
2.
Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif
maupun absolut satu atau lebih zat gizi:
a. Under nutrition kekurangan konsumsi pangan secara relatif
atau absolut untuk periode tertentu
b. Specific deficiency kekurangan zat gizi tertentu, misalnya
kekurangan iodium, F, dll
c. Over nutrition kelebihan konsumsi pangan untuk periode
tertentu
d. Imbalance keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi
kolesterol karena tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLD.
Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan
antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan
2.
3.
Biokimia
Penilaian
status
gizi
dengan
biokimia
adalah
Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.
2.
3.
Status Gizi
Badan
Umur (BB/ U)
Berat
Badan
- 2 SD sampai + 2 SD
Gizi kurang
< - 2 SD sampai - 3 SD
Gizi buruk
< - 3 SD
Pendek (stunted)
menurut Gemuk
> + 2 SD
Gizi baik
Ambang Batas
2 SD
< - 2 SD
> + 2 SD
Normal
- 2 SD sampai + 2 SD
Kurus (wasted)
< - 2 SD sampai - 3 SD
Kurus sekali
< - 3 SD
Etiologi
Marasmus
Intake kalori yang sedikit
Infeksi yang berat dan lama
Kelainan struktur bawaan
Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan
yang kurang
Urbanisasi.
Kwashiorkor
b.
Gejala Klinis
Kwashiorkor :
-
punggung kaki
Wajah membulat (moon face) dan sembab
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah
rontok
Perubahan status mental, apatis, dan rewel
Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa
dan
kehitaman
berubah
dan
warna
terkelupas
menjadi
(crazy
coklat
pavement
dermatosis)
10
c.
Penatalaksanaan
Tata laksana gizi buruk secara keseluruhan adalah sebagai berikut
(Jatnika, 2011):
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia. Pada hipoglikemia,
anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan
dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
sering/cair 23 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi
masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia. Hipotermia ditandai
dengan suhu tubuh yang rendah < 36 Celcius. Pada keadaan
ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan
membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu
di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran
suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak
sudah
normal
dan
stabil
tetap
dibungkus
dengan
11
tidak
buang
air
kecil
dalam
waktu
cukup
lama.
semua
KEP
Berat/gizi
buruk
terjadi
gangguan
Kalium
(K)
dan
Magnesium
(Mg).
Perhatikan
masa
tumbuh
kejar
balita
sama.
Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30
emosional
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
15
Antropometri
Klinis
Biokimia
Biofisik
didefenisikan
sebagai
kumpulan
lemak
berlebih
yang
dapat
16
3.2 Saran
1.
Bagi Petugas Kesehatan
Disarankan petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan
sosialisai terkait tentang gizi anak kepada masyarakat
2. Bagi Masyarakat
17
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Ari. 2009. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan terhadap Produktivitas
Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, r., & indrarti, a. (2010). Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan
Indeks Atropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. 14.
Aritonang, E. (2004). Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition) .
USU digital library , 8.
Atikah, F D. 2007. Efek Intervensi Diit Dan Aktifitas Fisik Terhadap Profil Lipid
Anak Dengan Obesitas. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
18
Budiyati. 2011. Analisis Faktor Penyebab Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Di
SD Islam Al-Azhar 14 Kota Semarang. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Magister Ilmu Keperawatan.
Bluher, S., Kiess W., Marcus C., Wabitsc M., .2004. Type 2 Diabetes Mellitus in
Children and Adolescents: The European Perspectiv. Basel : Karger AG.
Hal 170-180
Devi, M. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi
Balita Di Pedesaan . 184.
Depkes RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Depkes.
Depkes RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. 2004. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Mewujudkan
Keluarga Cerdas dan Mandiri. Jakarta : Depkes.
Dietz, W.H., Suskind, R.M, Suskind, L.L. 1993. Chilhood Obesity. Dalam
testbook of pediatric nutritin, IInd ed. Ney York : Raven Press. Hal : 279
84.
Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (Vol. 29). Jakarta: EGC Medical
Publisher.
Ebbeling, CB, et all. 2002. Childhood Obesity: Public-Health Crisis, Common
Sense
Cure.
HYPERLINK
"http://stem.convergeus.com/assets/Childhood-ObesityArticle.pdf"
http://stem.convergeus.com/assets/Childhood-Obesity-
Hedi Rosmiati, Wardani BP. 1986. Penanggulangan kegemukandengan obatobatan. Kegemukan Masalah dan Pengobatannya. Jakarta; FKUI. Hal. 4552
Heird, W.C. 2002. Parental Feeding Behavior and Childrens Fat Mass. Am J
Clinn Nutr.
Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. (2011). Perilaku Pemanfaatan Posyandu
Hubungannya. 2.
Huh, Susanna Y. 2001. Pediatrics Risiko Obesitas dalam Mediaupdate. Edisi
April 2001. Hal : 48.
Jatnika, S. (2011). 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk . Puskesmas Banjarsari.
Kopelman, G.D. 2000. Obesity as a Medical Problem, NATURE, Hal ; 404:63543.
Lee, YS. 2009. Consequences of Childhood Obesity. Ann Acad Med Singapore
HYPERLINK
2009;38:75-81.
"http://www.annals.edu.sg/pdf/38volno1jan2009/v38n1p75.
pdf"
http://www.annals.edu.sg/pdf/38volno1jan2009/v38n1p75.pdf
3/
Triwulan/
September
2010
online.
Avaible
at
http://www.ekahospital.com/uploads/bulletins/final/%/20/draf.pdf\.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soedibyo S, Firmansyah A, Djer MM. 1993. Prevalence and influencing factors
of obesity in elementary school pupils. Pediatric Indonesia. Hal ; 38:193204.
20
21