You are on page 1of 33

MAKALAH GIZI

GIZI UNTUK PENDERITA ASMA


BLOK KARDIORESPI

KELOMPOK 10
Anggota kelompok :
Annisa Mardhiyyah

1318011018

Annisa Rusfiana

1318011019

Dear Apriyani Purba

1318011048

Dian Octaviani

1318011057

Intan Damaya Antika

1318011085

Intan Fajar Ningtiyas

1318011086

Intan Siti Hulaima

1318011087

Rani Pratama Putri

1318011136

Restu Pamanggih

1318011138

Ria Arisandi

1318011139

Victoria Hawarima

1318011174

Wage Nurmaulina

1318011175

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

PRAKATA

Assalammu'alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah ini
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi pada
Blok Kardiorespi. Kepada para dosen yang terlibat dalam mata kuliah dalam blok
ini, kami mengucapkan terima kasih atas segala pengarahan yang telah diberikan
sehingga dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu,
kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna kesempurnaan makalah
ini dan perbaikan bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
untuk kita semua.
Wassalammu'alaikum wr.wb.
Bandar Lampung,19 September 2015

Penyusun

Daftar Isi

Prakata......................................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Etiologi........................................................................... ...5
2.2 Patogenesis.................................................................................6
2.3 Patofisiologi...................................................................................8
2.4 Diagnosis dan pemeriksaan..............................................................................9
2.5 Penatalaksanaan...............................................................................................12
2.6 Intervensi gizi.......18
Daftar Pustaka32

BAB I
PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang terjadi akibat
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu atau alergi. Saluran nafas mengalami
penyempitan sehingga nafas terasa sesak, dada terasa berat, dan batuk. Fekuensi
serangan asma meningkat dapat menyebabkan penurunan intake makanan dan
menjadi masalah psikososial.
Asma secara klinis didefinisikan sebagai suatu wheezing episodik dan atau disertai
batuk. Nutrisi dapat mempengaruhi gejala namun fungsi paru pada penderita asma
di bawah ini akan dibahas nutrisi yang dapat mempengaruhi penyakit asma.

ASMA

PPOK

Bahan sensitif

Bahan berbahaya

Mediator inflamasi

Mediator inflamasi

CD4+ T-limfosit

CD4+ T-limfosit

Eosinofil

Makrofag
Neutrofil

Reversibel

Hambatan

Ireversibel

aliran udara

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Etiologi

1. Autonom
Aktivitas bronkokontriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik
system saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan nafas disebut
reseptor batuk/iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan reflex arkus
cabang efferent pada ujung efferent merangsang konstraksi otot polos
bronkus. Neurotransmisi peptide intestinal vasoaktif (PIV) memulai
relaksasi otot polos bronkus.
2. Imunologis
Terjadi setelah pemaparan terhadap factor lingkungan. Kadar IgE total
maupun spesifik penderita meningkat terhadap antigen yang terlibat.
Paling sering ditemukan pada usian 2 tahun pertama juga orang dewasa
(asma yang timbul lambat) hingga menjadi asma intrinsic.
3. Infeksi
4. Endokrin
Asma lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan, menstruasi, atau
saat menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas karena
berkaitan dengan hormonal.
5. Psikologis
Emosi merupakan gejala-gejala asma pada beberapa anak dan dewasa
yang menderita penyakit asma.

2.2 Patogenesis
Reaksi hipersensitivitas tipe 1 pada asma terjadi dalam
beberapa jalur:

Fase sensitasi
Sensitasi terhadap allergen mungkin terjadi pada usia awal.
Fase sensitasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan IGE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik
(Fc R) pada permukaan sel mast atau basophil. Antigen
presenting cell (APCs) di bronkial menangkap alergen dan
mengenalkannya pada CD4 sel T yang kemudian akan
berdeferensiasi masuk ke sel T dari T H2 fenotip. Sel akan
mensekresi IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13 yang mencetus
pengaktifan pada sekresi immunoglobulin limfosit B. IL-13
juga

akan

menginduksi

aktifasi eosinophil dan basophilic

granulocytes sebagaimana pelepasan kemokin dan enzim


proteolitik

sepertimetalloproteinase. IgE

kemudian

akan

bersirkulasi dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas


tinggi (FcRI) disel mast dan basophil dan berikatan dengan
reseptor spesifik afinitas rendah (FcRI, CD23) pada eosinophil
dan makrofag. Ketika terjadi reekspos, allergen dapat dengan
cepat berikatan ke permukaan sel. Histamine, protease,
leukotriene,

prostaglandin, platelet

activating

factor (PAF)

akan dilepaskan.

Respon bronkokonstriktif asmatikus terjadi dalam 2 fase.

Pada fase pertama, fungsi paru dengan cepat menurun dalam


waktu 10-20 menit pertama dan secara perlahan kembali 2
jam

berikutnya.

Respon

awal

ini

melibatkan

Histamin,

LTD4,LTE4)

dan

PGD2, cysteinyl-leukotrienes (LTC4,


PAF. Cysteinyl-leukotrienes akan

menginduksi

pelepasan

protease : tryptase cleaves D3a dan bradikinin dan molekul


prokursor
bronkial

protein

yang

dan

menimbulkan kontraksi
peningkatan

sel

otot

permeabelitas

vascular. Chymase disisi lain akan mencetus sekresi mucus.


Adanya induksi bronkokonstriksi dengan edema mukosa dan
sekresi

mucus

akan

menimbulkan batuk, wheezing,dan breathlessness.

Fase

kedua dimulai 4-6 jam berikutnya. LTB4 dan PAF akan menarik
eosinophil. LTB4dan PAF dalam hal ini akan menarik major
basic protein (MBP) dan eosinophil cationic protein (ECP) yang
memiliki efek toksik terhadap sel epitel. Destruksi sel epitel
terjadi

pada late

menimbulkan akumulasi

stage.

Pada

mucus di

lumen

akhirnya
bronkial

akan
akibat

dari peningkatan jumlah sel goblet dan hipertropi dari kelenjar


mucous submukosal.

2.3 Patofisiologi
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible.
Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otototot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki,
pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan
kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan
alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan
paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam
paru.

Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan


antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi
yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan 23
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus
yang sangat banyak. Selain itu, reseptor - dan - adrenergik dari sistem saraf
simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor - adrenergik dirangsang,
terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor - adrenergik
yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor - dan - adrenergik
dikendalikan terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor - mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada
peningkatan

mediator

kimiawi

yang

dilepaskan

oleh

sel-sel

mast

bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor - mengakibatkan peningkatan tingkat


cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan - adrenergik
terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos

2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan


Anamnesis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang penyakit/gejala, yaitu:
1. Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
2. Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap alergen, gejala
musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat keluarga pengidap asma
3. Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik, rasa berat di
dada dan berdahak yang berulang
4. Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari
5. Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
6. Respon positif terhadap pemberian bronkodilator

Pemeriksaan Fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat
normal (GINA, 2009). Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum
ditemukan pada auskultasi adalah mengi. Pada sebagian penderita, auskultasi
dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah
terdapat penyempitan jalan napas. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik akan
sangat membantu diagnosis jika pada saat pemeriksaan terdapat gejala-gejala
obstruksi saluran pernapasan (Chung, 2002). Sewaktu mengalami serangan,
jalan napas akan semakin mengecil oleh karena kontraksi otot polos saluran
napas, edema dan hipersekresi mukus. Keadaan ini dapat menyumbat saluran
napas; sebagai kompensasi penderita akan bernapas pada volume paru yang
lebih besar untuk mengatasi jalan napas yang mengecil (hiperinflasi). Hal ini
akan menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa batuk, sesak napas, dan
mengi (GINA, 2009).

Klasifikasi (derajat) asma.

10

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan darah

2. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

radiolusen akan semakin bertambah.


Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

11

Bila

terjadi

pneumonia

mediastinum,

pneumotoraks,

dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen


pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan
tes tempel. Tes ini hanya menyokong anamnesis, karena allergen yang
menunjukkan tes kulit positif tidak selalu merupakan pencetus serangan
asma, demikian pula sebaliknya.
4. Spirometri
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
Apabila tes spirometri dengan bronkodilator hasilnya diragukan dapat
dilakukan tes pemantauan faal paru untuk jangka waktu 1-3 minggu
dengan Miniright Peak Flowmeter, dimana APE diukur 3

kali sehari

ditambah ekstra pada saat munculnya sesak. Apabila selisih APE yang
tertinggi dengan yang terendah 20% atau lebih merupakan petanda asma.
5. Tes Provokasi Brokial
Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya
hiperaktivitas bronkus dilakukan tes provokasi bronkus. Tes ini tidak
dilakukan apabila tes spirometri menunjukkan

resersibilitas 20% atau

lebih. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk tes provokasi bronchial
seperti tes provokasi histamine, metakolin, allergen, kegiatan jasmani,
12

hiperventilasi dengan udara dingin bahkan inhalasi dengan aqua destila.


Penurunan FEV1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan
pertanda adanya hiperaktivitas bronkus
6. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.


Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB (Right bundle branch block).


Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

7. Peak Flow Meter/PFM


Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat
tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru.
8. X-ray dada/thorax.
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma
2.6 Penatalaksanaan
Terdapat 7 komponnen penatalaksanaan asma yaitu sebagai berikut :
1. Edukasi
Waktu Berkunjung
Kunjungan awal

Bahan Edukasi
Demonstrasi
- Apa itu asma
Penggunaan
obat
- Diagnosis asma
inhalasi
- Identifikasi dan
Monitor asma sendiri
mengontrol
melalui
pencetus
- Mengenali
- 2
tipe
intensitas
dan
13

pengobatan asma
( pengontrol dan

Kunjungan

frekuensi gejala
Tanda

perburukan asma
pelega
- Kualiti hidup
pertama Identifikasi
dan Penderita menunjukkan

(first follow up)

Kunjungan

mengontrol pencetus
cara menggunakan obat
Penilaian berat asma
inhalasi, koreksi oleh
Medikasi
Penanganan
serangan dokter bila perlu
Penggunaan peak flow
asma di rumah
meter
kedua Identifikasi
dan Penderita menunjukkan

(second follow up)

mengontrol pencetus
cara menggunakan obat
Medikasi
inhalasi, koreksi oleh
Penanganan
serangan
dokter bila perlu
asma di rumah
Penggunaan peak flow
meter

2. Menilai dan memonitor asma secara berkala


Penilaian klinis berkala antara 1 - 6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :
Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan

terapi
Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada

asmanya
Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.

3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus


Daftar pertanyaan untuk identifikasi faktor pencetus.
Alergen yang dihirup
Apakah memelihara binatang di dalam rumah, dan binatang apa?
Apakah terdapat bagian di dalam rumah yang lembab?
Apakah di dalam rumah terdapat kecoa?
Apakah menggunakan karpet berbulu atau sofa kain?
Berapa sering mengganti tirai, sprei ?
Apakah banyak barang dikamar tidur?
Pajanan lingkungan kerja

14

Apakah penderita batuk, mengi, sesak napas selama bekerja, tapi

keluhan menghilang bila hari libur?


Apakah penderita mengalami lakrimasi pada mata dan hidung sebagai

iritasi segera setelah tiba di tempat kerja?


Apakah pekerja lainnya mengalami keluhan yang sama ?
Bahan-bahan apa yang digunakan pada pabrik/pekerjaan anda?
Apakah anda bekerja dilingkungan jalan raya

4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang


Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi
Alternatif / Pilihan Alternatif lain
Asma

pengontrol harian
Tidak perlu

lain
--------

-------

Intermiten
Asma

Glukokortikosteroi

------

Persisten

d inhalasi

Ringan

(200-400
BD/hari

Teofilin
ug

lepas

lambat

atau

ekivalennya)

Kromolin

Leukotriene

Asma

modifiers
Kombinasi inhalasi

Persisten

glukokortikosteroid

Glukokortikostero

Ditambah

Sedang

(400-800

ug

id inhalasi (400-

agonis

atau

800 ug BD atau

kerja lama oral,

ekivalennya) dan

ekivalennya)

atau

agonis beta-2 kerja

ditambah Teofilin

lama

lepas lambat ,atau

BD/hari

beta-2

Ditambah

Glukokortikostero
id inhalasi (400800 ug BD atau

15

teofilin
lambat

lepas

ekivalennya)
ditambah

agonis

beta-2 kerja lama


oral, atau

Glukokortikostero
id inhalasi dosis
tinggi (>800 ug
BD

atau

ekivalennya) atau

Glukokortikostero
id inhalasi (400800 ug BD atau
ekivalennya)
ditambah
leukotriene
modifiers
Asma

Kombinasi inhalasi Prednisolon/

Persisten

glukokortikosteroid

Berat

metilprednisolon

(> 800 ug BD atau oral


ekivalennya)

selang sehari

dan 10 mg

agonis beta-2 kerja ditambah

agonis

lama, ditambah 1 beta-2 kerja lama


oral,

di bawah ini:
-

teofilin

lambat
-

lepas teofilin
lambat

leukotriene

modifiers

16

ditambah
lepas

glukokortikosteroid
Oral
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling
tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi
seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut


6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
Tindak lanjut (follow-up) teratur
Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan
Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanya bila
terjadi serangan akut, tetapi kontrol teratur terjadual, interval berkisar 1- 6
bulan bergantung kepada keadaan asma. Hal tersebut untuk meyakinkan
bahwa asma tetap terkontrol dengan mengupayakan penurunan terapi
seminimal mungkin.
Rujuk kasus ke ahli paru layak dilakukan pada keadaan :
Tidak respons dengan pengobatan
Pada serangan akut yang mengancam jiwa

7. Pola hidup sehat


Meningkatkan kebugaran fisis

Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa


percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat salah
satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise-induced
asthma/ EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan
olahraga. Bila dikhawatirkan terjadi serangan asma akibat olahraga, maka
dianjurkan menggunakan beta2-agonis sebelum melakukan olahraga.

17

Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan
khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya. Senam asma
Indonesia dikenalkan oleh Yayasan Asma Indonesia dan dilakukan di
setiap klub asma di wilayah yayasan asma di seluruh Indonesia. Manfaat
senam asma telah diteliti baik manfaat subjektif (kuesioner) maupun
objektif (faal paru); didapatkan manfaat yang bermakna setelah melakukan
senam asma secara teratur dalam waktu 3 6 bulan, terutama manfaat
subjektif dan peningkatan VO2max.
Berhenti atau tidak pernah merokok
Asap

rokok

merupakan

oksidan,

menimbulkan

inflamasi

dan

menyebabkan ketidak seimbangan protease antiprotease. Penderita asma


yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan mempunyai
risiko mendapatkan bronkitis kronik dan atau emfisema sebagaimana
perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala klinis, berisiko
mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif dan menurunkan kualiti
hidup. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan untuk tidak merokok.
Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan agar menghentikan
kebiasaan tersebut karena dapat memperberat penyakitnya.
Lingkungan Kerja
Bahan-bahan di tempat kerja dapat merupakan faktor pencetus serangan
asma, terutama pada penderita asma kerja. Penderita asma dianjurkan
untuk bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung bahan-bahan yang
dapat mencetuskan serangan asma. Apabila serangan asma sering terjadi di
tempat kerja perlu dipertimbangkan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan
kerja diusahakan bebas dari polusi udara dan asap rokok serta bahan-bahan
iritan lainnya.
2.7 Intervensi Gizi

18

Tujuan utama penatalaksanaan diet pada penderita asma adalah meningkatkan


dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Diet yang diberikan : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP).
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB


Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energi total
Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
Cairan, vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh
Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
Makanan tidak merangsang timbulnya serangan
Hindari bahan makanan yang mengandung sulfit.
Hasil penelitian makanan yang mengandung sulfit dapat memicu serangan
asma pada 20% penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai
hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan. Jika kita
tidak berhati-hati dalam memilih makanan, tentu banyak sekali makanan
yang mengandung sulfit karena sulfit banyak digunakan sebagia bahan
pengawet. Sebelum anda memakan suatu makanan, bacalah dulu
komposisi makanan tersebut karena sulfit menggunakan nama seperti
sulfur oksida, kalium bisulfit atau kalium metabisulfit, natrium bisulfit,

natrium meabisulfit, atau natrium sulfit.


9) Perbanyak makanan sumber antioksidan sebagai pencegah stres oksidatif,
konsumsi minimal 5 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap ahri agara
ntioksidan dapat terpenuhi
10) Konsumsi makanan yang mengandung omega 3
Jenis Diet
1. Sesuai dengan kebutuhan individual
2. Peningkatan dan penurunan berat badan diharapkan mencapai berat badan
3.
4.
5.
6.
7.

ideal atau aktual


Energi cukup
Protein cukup (perhatikan alergen)
Karbohidrat cukup
Buah dan sayur vitamin dan mineral, antioksidan
Hindari makanan alergen

19

20

Nutrisi dapat mempengaruhi gejala asma berupa perubahan hiperreaktiviti,


perbaikan fungsi paru dan penurunan sensitisasi terhadap alergen. Asam lemak

21

omega 6 dan sodium mempunyai pengaruh buruk terhadap asma sedangakn


vitamin C, asam lemak omega 3 dan magnesium dapat memperbaiki kondisi
pasien asma.
Vitamin C
Pada pasien asma dilaporkan kadar asam askorbat dalam rendah dibandingkan
kontrol orang sehat tetapi tidak dijumpai perbedaan bermakna berdasarkan
derajat penyakit dengan kadar asam askorbat tersebut. Pada orang dengan diet
rendah vitamin C dapat memperbaiki gejala asma dan mengurangi penurunan
fungsi paru. Pada pasien asma setiap tahun terjadi penurunan fungsi paru lebih
besar dibandingkan orang normal. Pada penelitian pemberian vitamin C 1
gram dapat menurunkan hipereaktiviti bronkus yaitu respon bronkus terhadap
suatu zat ang bermakna metakolin atau histamin akan berkurang melalui uji
provokai terhadap pasien. Vitamin C berfungsi sebagai antioksida yang dapat
mencegah stress oksidatif dan mencegah pelepasan histamin oleh sel mast.
Pemberian vitamin C jangka panjang dapat menurunkan gejala asma.
Asam Lemak
Pada penilitian asam lemak dapat nenpengaruhi timbulnya gejala asma. Asam
lemak yang sering dihubungkan dengan gejala asma adalah asam lemak
omega 3 dan omega 6. Asam lemak omega 6 adalah linoleic yang dikataka
mempunyai hubungan dengan gejala asma, rinitis, dan penyakit alergi. Kramer
dkk melakukan penelitian terhadap orang-orang yang banyak mengkonsumsi
makakna yang mengandung banyak asam lemak omega 6 terdapat
peningkatan prevalensi asma, sedangkan penelitian lain menemukan daerah
yang penduduknya banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam
omega 3 didapatkana ngka prevalensi yang rendah. Asam lemak omega 3
diduga dapat menurunkan prevalensi terhadap alergen.
Dietary Guidelines for Americans tahun 1995 merekomendasikan pemberian
asam lemak tak jenuh dengan perbandingan antara omega 6 dan omega 3
sebanyak 4:16 dengan meningkatkan omega 3 atau menrunkan rasio akan

22

memperbaiki kondisi pasien asma, seperti dengan mengkonsumsi ikan salmon


atau jenis ikan laut dalam, biji jintan dan kacang.
Sodium
Sodium

dikatakan

akan

menginkatkan

hipereaktiviti

bronkus

atau

meningkakan respon saluran napas terhadap alergen, selain itu sodium juga
dapat menimbulkan kontraksi otot polos termasuk otot pada saluran napas,
jadi pada pasien asma terutama pada saat serangan dianjurkan untuk
pemberian makanan denganrendah garam. Pada penelitian terhadap apsien
asma yang diberikan diet 80mmol sodium per hari selama dua minggu terjadi
penurunan 10EP1.
Magnesium
Magnesium dapat merelaksasi otot polos ata bekerja kebalikan dari sodium.
Pada defisiensi magnesium akan meningkatkan gejala asma. Pada penelitian
2.644 subyek yang diberikan 100mg/hari magnesium didapatkan keniakan
VEP1. Pemberian magnesium yang dianjurkan pada pasien asma adalah 400
mg/hari dapat memberikan efek yang baik.
Intervensi karbohidrat untuk asma :
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung
atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan
oksigen dalam komposisi menghasilkan H 2O. Di dalam tubuh karbohidrat
dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak.
Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan.
Penggolongan karbohidrat yang paling sering dipakai dalam ilmu gizi
berdasarkan jumlah molekulnya, terdiri atas :
1. Monosakarida

23

Karbohidrat yang paling sederhana (simple sugar), oleh karena tidak bisa
lagi dihidrolisa. Jenis jenis monosakarida :
Heksosa (mengandung 6 buah karbon)
-Glukosa
-Fruktosa
-Galaktosa
Pentosa (mengandung 5 buah karbon)
-Ribosa
-Arabinosa
-Xylosa
2. Disakarida
Merupakan gabungan antara 2 (dua) monosakarida, pada bahan makanan
disakarida terdapat jenis yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa.
3. Polisakarida
Merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung lebih dari
60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus
ataupun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti
monosakarida dan disakarida. Di dalam Ilmu Gizi ada 3 (tiga) jenis yang
ada hubungannya yaitu amilum, dekstrin, glikogen dan selulosa.
Amilum (zat pati)
Merupakan sumber enersi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk
dunia, terutama di negara seclang berkembang oleh karena di konsumsi
sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan
amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi
penting lainnya. Amilum merupakan karbohidrat dalam bentuk simpanan
bagi tumbuh-tumbuhan dalam bentuk granul yang dijumpai pada umbi dan
akarnya. Sumber: umbi-umbian,serealia dan biji-bijian merupakan sumber
amilum yang berlimpah ruah oleh karena mudah didapat untuk di

24

konsumsi. Jagung, beras dan gandum kandungan amilurnnya lebih dari


70%, sedangkan pada kacang-kacangan sekitar 40%.
Dekstrin
Merupakan zat antara dalam pemecahan amilum. Molekulnya lebih
sederhana, lebih mudah larut di dalam air, dengan jodium akan berubah
menjadi wama merah.
Glikogen
Glikogen merupakan "pati hewani", terbentuk dari ikatan 1000 molekul,
larut di dalam air (pati nabati tidak larut dalam air) dan bila bereaksi
dengan iodium akan menghasilkan warna merah. Glikogen terdapat pada
otot hewan, manusia dan ikan. Glikogen disimpan di dalam hati dan otot
sebagai cadangan enersi, yang sewaktu-waktu dapat diubah kembali
menjadi glukosa bila dibutuhkan. Sumber : banyak terdapat pada
kecambah, serealia, susu, syrup jagung (26%).
Selulosa
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah
selulosa, karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding
sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia,
oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak
dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat
memperbesar volume dari faeses, sehingga akan memperlancar defekasi.
Tanpa adanya serat, mengakibatkan terjadinya konstipasi (susah buang air
besar), haemorrhoid (ambeyen), divertikulosis, kanker pada usus besar,
appendicitis, diabetes penyakit jantung koroner dan obesitas.
Astma memiliki korelasi yang erat dengan obesitas, beberapa penelitian
menunjukan bahwa obesitas dapat menurunkan volume paru-paru dan
obesitas juga dapat meningkat prevelensi dari mediator inflamasi yang
menimbulkan peradangan pada saluran nafas dan meningkatkan insidensi

25

dan derajat keparahan dari asma.Peningkatan kualitas hidup dengan


menurunkan berat badan/ mengontrol berat badan

memiliki peranan

penting untuk terapi pasien asma. Terdapat bukti bahwa mengkomsumsi


makanan sehat dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan dari
saluran nafas dan mencegah serangan asma.
Oleh karena itu intervensi karbohidrat untuk penderita asma diperlukan
untuk menjaga berat badan pasien ideal dan mencegah obesitas sehingga
dapat membantu terapi dari penyakit asma, Diet karbohidrat untuk
penderita asthma adalah diet rendah karbohidrat, dan dianjurkan untuk
mengkomsumsi karbohidrat komplek (polisakarida). Karbohidrat komplek
merupakan karbohidrat dengan kandungan serat didalamnya, karbohidrat
komplek akan didegradasi secara lambat menjadi glukosa dan beredar di
peredaran darah dengan lambat. Dengan adanya serat, maka penyerapan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi ber kurang. Jika hal ini dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan, maka kegemukan dapat dihindari.
Serat mampu memberikan perasaan kenyang dalam waktu yang cukup
lama. Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-buahan, serealia dan
kacang-kacangan. Karbohidrat komplek tidak hanya mengendung serat
yang penting untuk kesehatan sistem pencernaan, tetapi juga mengandung
sejumlah vitamin seperti vitamin B dan mineral seperti besi, kalsium dan
folate.

Beberapa jenis makanan yang mengandung karbohidrat komplek adalah


roti, pasta, nasi, kentang, sereal sarapan, oats dan gandum. Berikut
merupakan anjuran diet karbohidrat komplek yang direkomendasikan oleh
national asthma council of Australia :

26

27

Asma: Pertimbangan Gizi


1. Pemeliharaan berat badan yang sehat
Penelitian telah menemukan bahwa berat badan yang lebih tinggi
meningkatkan

risiko

asma

pada

anak-anak

dan

orang

dewasa.

2. Memodifikasi asupan asam lemak


Studi terbaru menyebutkan omega-6 asam lemak (ditemukan dalam produk
hewani dan margarin dan minyak nabati lainnya) sebagai faktor risiko yang
mungkin untuk asma. Studi telah terlibat konsumsi margarin sebagai faktor
risiko untuk asma saat ini pada orang dewasa muda dan populasi dewasa yang
lebih tua. Juga, asupan tinggi omega-6 asam lemak dibandingkan dengan asam
lemak

omega-3

dikaitkan

dengan

risiko

asma

pada

anak-anak.

Meskipun beberapa data mengungkapkan perbaikan gejala asma akibat


olahraga pada individu diberikan suplemen asam lemak omega-3, uji klinis

28

belum definitif didirikan manfaat dari pendekatan ini pada pasien asma.
3. Menghindari makanan asin
Orang dengan asma akibat olahraga, mengikuti diet rendah garam (1.500
miligram per hari natrium) mengurangi keparahan asma secara signifikan.
4. Buah-buahan, sayuran, dan makanan lain yang tinggi antioksidan
Beberapa studi telah menemukan hubungan antara buah yang lebih tinggi dan
intake sayur dan mengurangi risiko asma. Dalam beberapa penelitian, pasien
dengan asma ditemukan memiliki lebih rendah asupan makanan atau tingkat
darah dari antioksidan. Penelitian lain juga menemukan bahwa antioksidan
tambahan dalam bentuk karotenoid (dosis tinggi beta-karoten, likopen, dan
karotenoid lainnya) atau kombinasi dari vitamin C dan vitamin E secara
signifikan meningkatkan latihan-induced asma.
5. Menghindari makanan alergi, minuman, dan pengawet
Makanan diinduksi asma terjadi dengan asupan makanan tertentu dalam 2
sampai 24 persen dari orang-orang dengan asma. Makanan yang paling sering
terlibat sebagai penyebab termasuk kacang, susu, telur, kacang-kacangan
pohon, kedelai, gandum, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan kalkun.
Kehadiran kedua bahan kimia sulfur dan histamin dalam anggur dapat
memperburuk asma, dan beberapa studi telah menemukan bahwa asma dapat
disebabkan oleh teh hijau. Menghindari makanan pemicu meningkatkan
fungsi paru-paru pada anak-anak penderita asma.
6. Diet vegetarian
Dalam sebuah studi dari 27.766 vegetarian, wanita vegetarian melaporkan
insiden lebih rendah asma, dibandingkan dengan wanita pada diet
nonvegetarian. Namun, dalam percobaan klinis dari pola makan vegan, 22 dari
24 pasien asma mencatat perbaikan yang signifikan dalam fungsi paru-paru
setelah satu tahun pada diet vegan. Uji klinis tambahan yang diperlukan untuk
menyelidiki peran diet vegetarian dan vegan.

29

7. Langkah-langkah pencegahan: Tindakan dianjurkan untuk mengurangi


risiko untuk mengembangkan asma termasuk menyusui selama empat sampai
enam bulan pertama kehidupan dan menghindari makanan berikut sampai
anak mencapai usia tertentu: produk susu sampai setidaknya satu tahun; telur
sampai setidaknya dua tahun; dan kacang tanah, kacang-kacangan, dan ikan
sampai setidaknya tiga tahun.

Makanan yang dianjurkan pada penderita asma


1. Zat gizi pada buah-buahan dan sayuran.
Sudah lama

diakui bahwa antioksidan yang terkandung dalam buah.

Buahan dan sayuran segar sangat baik untuk kesehatan Anda. Para peneliti
mempelajari sekelompok orang yang mengikuti diet Mediterania (rencana
makan yang menekankan buah-buahan segar, sayuran, kacang-kacangan,
dan lemak sehat) dan menemukan bahwa peserta ini memiliki control
asma lebih baik daripada rekan-rekan mereka. Satu penjelasan yang
mungkin adalah bahwa buah-buahan dan sayuran segar memiliki sifat antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi pembengkakan dan
peradangan di paru-paru. Selain itu, buah-buahan dan sayuran adalah
makanan

rendah

kalori

yang

mengisi,

dan

membantu

Anda

mempertahankan beratbadan yang sehat.


2. Suplemen minyak ikan untuk kesehatan paru-paru.
Ketika Anda melengkapi upaya pengendalian asma dengan minyak ikan,
Andamenambahkansumberberhargaasam omega-3 lemak yang baik untuk
kesehatan Anda dan paru-paru.Sebuah studi yang diterbitkan dalam
Journal Chest mengungkapkan bahwa orang dengan asma akibat olahraga
yang menambahkan minyak ikan kedalam menu mereka mampu
mengurangi penyempitan saluran napas. Temuan ini penting pada dua
tingkat, karena itu berarti bahwa minyak ikan dapat membantu mengelola

30

asma dan juga dapat menjadi strategi untuk mengurangi resiko efek
samping dari obat asma kimia.

3. Apel
Anda tahu bahwa apel baik untuk kesehatan, tetapi apakah Anda juga tahu
bahwa apel dapat mengurangi resiko mengalami serangan asma?
Manfaatiniberasaldariantioksidankuat yang terkandung dalam kulit buah
(terutama dalam apel merah) dan memberikan antihistamin alami dan efek
inflamasi yang dapat membantu mengatasi alergi dan asma. Sebuah studi
yang termasuk dalam American Journal of Respiratory Critical Care
Medicine menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi apel dua kali
seminggu memiliki sebanyak resiko ketiga lebih rendah terkena asma.
4. Makanan yang Mengandung Vitamin D, sepertisusu, telur dan ikan.Orang
yang memiliki keluhan asma tampaknya kekurangan vitamin D, karena
itulah, sangat baik bagi penderita asma untuk memilih makanan tinggi
vitamin D. Cara lain yang mudah untuk meningkatkan kadar vitamin D
Anda adalah dengan menghabiskan beberapa menit menyerap sinar
matahari tanpa menggunakan tabirsurya.
5. Makanan pedas yang mengandung vitamin C. Vitamin C yang terkandung
dalam cabe pedas bias baik untuk kesehatan Anda dan asma, juga, karena
berfungsi sebagai antioksidan dan juga anti peradangan. Makan makanan
pedas untuk kesehatan pernafasan juga dapat membantu membersihkan
lendir yang disebabkan oleh alergi dan asma. Sumber-sumber lain dari
vitamin C meliputi berikut ini :

Sayuran hijau gelap

Jambu

Paprika

Brokoli

Kembangkol

31

Kiwi

Jeruk

Stroberi

32

Daftar Pustaka

Asma.pdf

diunduh

dari

http://www/klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf.

Diakses tanggan 20 September 2015 pukul 7:10


ASTHMA.

Good

Health

And

Nutrition.pdf

diunduh

dari

http://www.nationalasthma.org.au diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul


7:28
http://www.nationalasthma.org.au/publication/dairy-products
http://www.nutrition.org.uk/healthyliving/basics/carbs.html
http://www.practicalasthma.net/pages/topics/aadiet.htm
Hutagalung , halomoan . 2004. KARBOHIDRAT . Sumatera utara : Fakultas
Kedokteran .Universitas Sumatera Utara Bagian Ilmu Gizi
K. B. Gupta1, Manish Verma. 2007. NUTRITION AND ASTHMA Review
Article. Lung India: Department of Tuberculosis and Respiratory Medicine, Pt.
B.D. Sharma, PGIMS, Rohtak.

33

You might also like