You are on page 1of 7

SIKLUS MENSTRUASI

Siklus menstruasi terdiri dari 2 komponen yaitu:


1. Siklus ovarian
2. Siklus uterine

OVARIAN CYCLE, terdiri dari 2 fase:


1.

Fase folikuler

2.

Fase luteal

Hipotalamus mensekresikan GnRH untuk merangsang hipofisis anterior


mensekresikan FSH dan LH. Pada hari 1-5 siklus menstruasi terjadi perubahan
folikel primordial menjadi folikel primer
(dengan oosit primer diploid, istirahat di
tahap

profase

1,

meiosis

1)

karena

rangsangan FSH. Kemudian pada hari ke 613 sejumlah kecil folikel primer tersebut
berubah menjadi folikel sekunder. Pada 15
jam sebelum ovulasi terjadi FSH & LH
surge sehingga terbentuklah folikel de
Graaf, dan sesaat sebelum ovulasi oosit
primer

menyelesaikan

menghasilkan
Kejadian

di

oosit
atas

meiosis

sekunder
terjadi

haploid.

selama

fase

folikuler.
Ovulasi terjadi ketika LH mencapai
kadar puncak sehingga enzim proteolitik
yang terdapat di folikel akan menyebabkan dinding folikel menjadi lemah dan ruptur
sehingga terjadilah ovulasi (pelepasan oosit sekunder dari folikel matur).

Ovulasi disebabkan oleh lonjakan sekresi Gonadotropin oleh peningkatan besar

sekresi estrogen (34-36 jam sebelum ovulasi).


10 12 jam sebelum ovulasi, LH menstimulasi ovum untuk menyelesaikan

meiosis I dan melepaskan polar body.


Peningkatan pesat sekresi estrogen dari folikel yang matang, menghasilkan

feedback positif ke pituitari terjadi lonjakan sekresi LH.


Peningkatan sekresi inhibin B pada folikel matang bersamaan dengan peningkatan
sekresi estrogen, menghasilkan feedback negatif dan positif bersaan terhadap
sekresi FSH ke hipotalamus lonjakan sekresi FSH pada ovulasi tidak sebesar

peningkatan sekresi LH.


LH menstimulasi peningkatan progesteron dan prostaglandin oleh sel kumulus
menyebabkan transudasi plasma, dan menstimulasi remodelling ECM ovarium
dan aktivasi protease, yang menyebabkan perlemahan dinding folikel folikel

pecah, ovum keluar.


Folikel postovulasi banyak terisi darah corpus hemorrhagicum.
Sel granlosa & sel theca berproliferasi & gumpalan daraj digantikan sel luteal

kaya lipid corpus luteum menandai dimulainya fase luteal.


Membran basal yang memisahkan sel granulosa & theca pecah dan pembuluh
darah masuk ke lapisan granulosa (2 hari post ovulasi). Pada fase luteal, sel
folikuler yang tersisa akan membentuk korpus rubrum kemudian menjadi korpus
luteum yang berfungsi mensekresikan progesteron dan estrogen. Keberadaan
corpus luteum dipertahankan oleh adanya rangsangan LH/hCG pada reseptor di
permukaan sel granulosa & theca. Jika tidak terjadi konsepsi maka korpus luteum
tersebut akan berubah menjadi korpus albikan. Hal ini menyebabkan penurunan
kadar progesteron dan estrogen sehingga memulai siklus menstruasi baru.

UTERINE CYCLE, terdiri dari 3 fase yaitu:


1.

Fase menstruasi

2.

Fase proliferasi

3.

Fase sekretori

Pada uterine cycle pengontrolnya adalah kadar estrogen dan progesteron,


sementara pada ovarian cycle pengontrolnya adalah kadar FSH dan LH.
Pada fase menstrual, pada hari 1-5, akibat terjadi penurunan dari level
progesteron maka terjadi peluruhan dari dinding endomentrium. Menstruasi terjadi
karena efek pada arteri yang berkelok-kelok di endometrium. Tampak dilatasi dan
statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemik. Kemudian terjadi
degenerasi serta perdarah dan pelepasan endometrium. Dilanjutkan dengan fase
proliferatif ( hari 6-13), oleh efek estrogen maka terjadi pembentukan kembali
dinding endometrium.
Kemudian pada fase sekretori (setelah hari 14), oleh pengaruh kadar estrogen
dan terutama progesteron yang disekresikan corpus luteum maka terjadi penebalan
lebih lanjut dari endometrium. Perubahan yang terjadi pada masa fase sekretorik
(fase progestasional atau fase endometrial postovulasi) antara lain :

Panjang fase biasanya 12-14 hari.


Pada hari ke-17, glikogen terakumulasi di bagian basal epitel glandular,
menghasilkan vakuola subnuklear dan pseudostratifikasi, yang adalah tanda

pertama ovulasi yang dapat dilihat secara histologis.


Pada hari ke-18, vakuola bergerak ke bagian apikal sel sekretorik nonsilia.
Pada hari ke-19, sel mensekresikan glikoprotein dan mukopolisakarida ke dalam
lumen. Pada hari ini juga, mitosis sel epitel menurun akibat peningkatan produksi
progesteron yang memiliki efek antagonis estrogen terhadap aktifitas mitotik sel

epitel.
Fase sekresi dini:
o Endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya, karena kehilangan cairan.
o Pada saat ini, dapat dibedakan beberapa lapisan:

Stratum basale, yaitu lapisan endometrium yang berbatasan langsung


dengan lapisan myometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis epitel

kelenjar.
Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons.
Disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkelok-kelok,

dengan hanya sedikit stroma di antaranya.


Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar

sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema.


Fase sekresi lanjut:
o Terutama perubahan stroma endometrial.
o Saat ini ketebalan endometrium mencapai 5-6 mm.
o Hari ke-21 sampai 24, stroma edema.
o Hari ke-22 sampai 25, sel stromal di sekitar arteri spiral mulai
membesar, dan mitosis stromal sangan terlihat.
o Hari ke-23 sampai 28, karakteristiknya adalah sel predesidual,

yang mengelilingi arteriole spiral.


Tampakan penting dari fase sekretorik, yaitu perubahan pada hari ke-22 sampai
25, yang berhubungan dengan pembentukan sel predesidual pada 2/3 lapisan

fungsional. Kelenjar menjadi sangat terpintir, dn sekresi lumen sangat terlihat.


Window of implantation, yaitu penurunan mikrofili dan cilia, tetapi muncul
tonjolan luminal dari permukaan sel apikal (pinopoda), pada hari ke-20 sampai 24.

Pinopoda ini penting dalam persiapan implantasi blastokis.


Estrogen dan progesteron meregulasi sintesis protein VGEF, yang disekresi oleh
sel stromal dan epitel glandular, mentrimulasi proliferasi sel endotel dan
peningkatan permeabilitas vaskuler.
Jika terjadi fertilisasi disusul implantasi maka sel di tempat terjadinya

implantasi akan membentuk hCG yang akan mencegah degenerasi dari corpus
luteum sehingga level progesteron dan estrogen terjaga untuk mencegah terjadinya
menstruasi.
Fase Deskuamasi (fase menstruasi)
Inisiasi mentruasi terjadi bila produksi progesteron oleh korpus luteum menurun,
akibat luteolisis.

Efek pertamanya adalah penurunan rangsang terhadap sel endometrium oleh


progesteron dan estrogen, yang diikuti oleh involusi endometrium menjadi 65%

dari ketebalan semula.


Proses menstruasi:
24 jam sebelum mentruasi, karena efek involusi yang juga mengeluarkan bahanbahan vasokonstriktor, arteriol akan vasokontriksi vasospasme & hilangnya
rangsangan hormonal memulai proses nekrosis pada endometrium, khususnya
pembuluh darah darah akan merembes ke lapisan vaskular endometrium,
daerah perdarahan akan meluas dengan cepat dalam waktu 24-36 jam lapisan
nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah
perdarahan, sampai 48 jam setelah menstruasi, semua lapisan superfisial
endometrium sudah deskuamasi massa jaringan deskuamasi dan darah dalam
kavum uteri, ditambah efek kontraksi prostaglandin, akan merangsang kontraksi

uterus yang menyebabkan keluarnya isi uterus.


Nekrosis endometrium rekrutmen leukosit (infiltrasi stroma oleh neutrofil)
tampakan pseudoinflamasi dan resistensi uterus yang ekstrem terhadap infeksi

banyak leukosit yang dikeluarkan selama menstruasi.


Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi:
o Faktor hormon:
Penurunan tiba-tiba dari rangsangan progesteron dan estrogen pada akhir
fase luteal akibat regresi korpus luteum, mengebabkan involusi sel epitel
endometrium.
o Faktor enzim:
Estrogen mempengaruhi penyimpanan enzim hidrolitik dalam endometrium,
dan merangsang penbentukan glikogen dan asam mukopolisakarida, yang

produksinya mempengaruhi pertumbuhan endometrium.


Permeabilitas pembuluh darah meningkat di akhir fase luteal akibat
terhentinya sintesis mukopolisakarida, sehingga zat makanan lebih banyak

mengalir ke endometrium sebagai persiapan inplantasi.


Bila tidak terjadi implantasi, dengan menurunnya kadar progesteron, enzim
hidrolitik dilepaskan dan merusak bagian sel yang berperan dalam sintesis
protein akibatnya, terjadi gangguan metabolisme endometrium sehingga

terjadi regresi endometrium dan perdarahan.


o Faktor vaskuler:

Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena dan capilary


bed, akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan permukaan hematom,

baik dari arteri dan dari vena.


o Faktor prostaglandin:
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2.
Prostaglandin terlepas, yang menyebabkan berkontraksinya miometrium
untuk membatasi perdarahan.
Menstruasi normal terutama mengandung darah arterial, dan 25% darah vena.
Terdiri dari debris jaringan, prostaglandin dan jumlah yang relatif besar dari
fibrinolisin dari jaringan endometrial.

You might also like