Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
dengan
baik
untuk
diagnosis
dan
upaya
perjalanan
alamiah
penyakit
alergi
dapat
dengan
implikasi
khusus
pada
Rumusan Masalah
Apa definisi dari asma bronkhiale pada anak?
Apa saja etiologi terjadinya asma bronkhiale pada anak?
Bagaimana patofisiologi asma bronkhiale pada anak?
Bagaimana klasifikasi asma bronkhiale pada anak?
Bagaimana penegakan diagnosis asma bronkhiale pada
anak?
6. Bagaimana penatalaksanaan asma bronkhiale pada anak?
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
anak.
6. Mengetahui penatalaksanaan asma bronkhiale pada anak
1.4 Manfaat
Dengan adanya referat ini diharapkan dapat menjelaskan alur
diagnosis, faktor yang mempengaruhi dan penatalaksanaan awal
yang sebaik mungkin untuk asma bronkhiale pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
sulit
diterapkan
pada
bayi
baru
lahir
dan
anak
mengi.
Meski
seringkali
gejala
muncul
pada
anak
1,3
yang
disebabkan
IgE
spesifik
pada
atopik,
berupa
eksema,
sensitisasi
mengi
berulang
akan
beresiko
mengalami
asma
maupun
periode
mengi
akan
berkurang
sesuai
bertambahnya umur.4
2.2
1. Faktor Genetik
Efek pada variasi genetik asma menunjukkan adanya penyakit
asma pada anak-anak dengan orang tua yang memiliki riwayat
asma. Meskipun pada beberapa keadaan, anak dengan asma
dapat
memiliki
orang
tua
tanpa
riwayat
asma
maupun
sebaliknya.
2. Lingkungan dan Gaya Hidup sebagai Faktor Pencetus
Alergen berupa paparan dari dalam maupun luar merupakan
faktor pencetus asma paling banyak dan memiliki resiko yang
lebih tinggi secara signifikan. Paparan pada anak-anak berkaitan
dengan sensitisasi dini dan kombinasi sensitisasi dan paparan
alergen yang berulang berhubungan dengan asma persisten dan
4
dibandingkan
alergen
inhalasi.
Alergi
makanan
usia,
gejala
terhadapa
alergen
inhalan
akan
penyebab
utama
terjadinya
eksaserbasi
asma.
selama
kehamilan
5
dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan
pertumbuhan
paru
pada
pertumbuhaan
mengakibatkan
Aktivitas
aerobik
bronkokonstriksi
berkala
dapat
dan
bronkospasme.
meningkatkan
ketahanan,
lemah
menghambat
untuk
menyangga
peningkatan
volume
paru
sehingga
paru.
Semua
dapat
hal
itu
dipengaruhi
oleh
genetik,
perkembangan
dan
faktor
lingkungan.5,6
1. Abnormalitas imun
Imunitas
sel
berkaitan
dengan
patofisiologi
asma.
Ketidakseimbangan
Th1
dan
Th2
merupakan
ketidakseimbangan
Th1/Th2
pada
respon
mitogen,
pernafasan
pada
anak
dengan
gejala
asma.
erat
dengan
hiperresponsifitas
saluran
nafas.
barier
epitel.
Obstruksi
saluran
nafas
saat
Beberapa
kriteria
diagnosis
untuk
itu
selalu
Konsensus
Internasional,
maupun
PNAA
(Pedoman
batuk
dan/atau
mengi
yang
berulang
(episodik),
ini
banyak
yang
berpendapat
bahwa
untuk
berulang
karakteristik
seperti
dengan/atau
di
atas,
tanpa
tetap
wheezing
perlu
dengan
dipertimbangkan
diagnosis asma.2
Sebagian besar manifestasi akan muncul sebelum usia 6 tahun
dan kebanyakan gejala awal sudah ditemukan pada masa bayi,
berupa mengi berulang atau tanpa batuk yang berhubungan
dengan infeksi. Kecenderungan bayi mengi untuk menjadi asma
sangat ditentukan oleh faktor genetik atopi. Sebagian besar bayi
tersebut
jelas
menunjukkan
mempunyai
positivitas
lgE
riwayat
anti-RSV
keluarga
serum,
atopi
serta
dibandingkan
menjadi
prediktor
untuk
terjadinya
asma
kelak
di
1) Anamnesis4
Untuk memperkuat dugaan asma, anamnesis harus dilakukan
dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit yang tepat
mengenai gejala sulit bernafas, mengi atau dada yang terasa
berat yang bersifat episodik dan berkaitan dengan musim, serta
adanya riwayat asma atau penyakit atopi pada anggota keluarga.
10
mengi berulang?
Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam
hari?
Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah
berolahraga?
Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat,
membaik
setelah
pemberian
menangis
atau
tertawa),
debu,
dan
dingin,
atau
menunjang
diagnosis.
mendukung
diagnosis
dengan
salin
Pemeriksaan
asma
anak
hipertonis,
sangat
berguna
untuk
ini
melalui
cara
yaitu
didapatkannya:3
inhalasi bronkodilator.
Penurunan >15% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi
bronkus.
11
sudah
baik
dan
benar
maka
perlu
dipikirkan
uji
defisiensi
imun,
pemeriksaan
refluks,
uji
12
13
episodik
ringan,
asma
episodik
sedang,
dan
asma
penambahan
garam
fisiologis
secara
nebulisasi.
respons
parsial
(incomplete
response),
ulang
derajatnya.
Jika
serangannya
memang
termasuk serangan sedang, inhalasi langsung dengan 2agonis dan ipratropium bromide (antikolinergik), pasien
perlu diobservasi dan ditangani di Ruang Rawat Sehari
(RRS). Pada serangan asma sedang diberikan kortikosteroid
sistemik (oral) metilpredniolon dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/
hari selama 3-5 hari. Walaupun belum tentu diperlukan,
untuk persiapan keadaan darurat, maka sejak di UGD pasien
16
-agonis
dengan
penambahan
antikolinergik.
dehidrasi
dan
asidosis
metabolik,
mungkin
akan
nebulasi
kemudian
secepatnya
dirawat
untuk
17
18
peningkatan
permeabilitas
klirens
vaskular,
mukosiliar,
dan
menurunkan
mengurangi
pelepasan
liver dan
pankreas.1,9
Epinefrin/Adrenalin
Obat ini dapat diberikan secara subkutan atau inhalasi
aerosol. Pemberian subkutan adlah sebagai berikut :
larutan epinefrin 1:1000 (1 mg/ml), dengan dosis 0,01
ml/kgBB (Maksimum 0,3 ml) dapat diberikan sebnyak 3
diberikan
6-10
semprotan
tiap
1-2
jam,
dosis
diberikan
setengahnya.
Selanjutnya
Dosis
maksimal
aminofilin
dalah
16-20
nebulisasi
2-
agonis
dan
diberikan
dengan
IV
setiap
dosis
yang
4-6
dianjurkan
jam.
mg/kgBB
adalah
Hidrokortison
setiap
4-6
IV
jam.
d Obat sedasi
e Antihistamin
Serangan
asma
biasanya
mencerminkan
gagalnya
21
22
BAB III
PENUTUP
23
Serangan asma adalah episode perburukan progresif gejalagejala batuk, seak napas, mengi, rasa dada tertekan, atau
berbagai kombinasi gejala tersebut. Serangan asma biasanya
mencerminkan kegagalan tatalaksan asam jangka panjang atau
adanya pajanan terhadap pencetus.2,5
Tujuan tatalaksana serangan asma adalah untuk meredakan
penyempitan saluran respiratorik secepat mungkin, mengurangi
hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal
secepatnya, rencana reevaluasi tatalaksana jangka panjang
untuk mencegah kekambuhan1,2
24